Anda di halaman 1dari 113

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Teknologi komunikasi saat ini sangat maju dengan berkembang

dengan pesat. Apabila pada sekitar abad ke-17 atau ke-18 nenek moyang kita

masih menggunakan pos atau surat menyurat secara fisik, namun pada abad

ke-20 ini kita sudah dapat menikmati komunikasi yang dipengaruhi dengan

teknologi. Salah satunya tentunya teknologi komunikasi. Pada awal abad ke-

20 muncullah alat komunikasi seperti telepon rumah, radio, fax, dan lain-lain.

Seiring dengan perkembangan jaman, beberapa alat komunikasi juga

mengalami perkembangan. Seperti telepon yang mungkin sekarang mulai

banyak ditinggalkan, karena sudah banyak orang yang beralih ke telepon

genggam alias handphone.

Dengan diiringi perkembangan teknologi informasi, teknologi

komunikasipun berkembang secara pesat. Muncullah istilah seperti teknologi

komunikasi cyber yang memungkinkan kita dapat menggunakan teknologi

komunikasi baru lagi. Contoh teknologi komunikasi yang menggunakan

teknologi cyber atau internet, seperti e-mail, chatting, dan lain sebagainya.

Teknologi Komunikasi yang seperti itulah yang sekarang digunakan di mana-

mana.

Perkembangan teknologi dan komunikasi itupun sekarang ini, tidak

hanya pada perkembangan alat komunikasi tetapi bentuk komunikasi dan

1
2

penyebaran informasi semakin beragam sehingga berpengaruh pada

keterbukaan dan penyebaran informasi pada masyarakat. Seiring dengan era

globalisasi dan kebutuhan informasi yang cepat dan akurat, kita dihadapkan

dengan situasi dimana semua sumber informasi harus dapat diakses dengan

mudah. Media massa adalah salah satu sumber untuk mendapatkan informasi

yang cepat. Informasi yang dibutuhkan, baik dari media cetak maupun

elektronik perlu diketahui dengan cepat dimanapun kita berada. Kebutuhan

informasi tersebut sangat diperlukan oleh para pengambil keputusan untuk

hal-hal yang bersifat penting dan perlu ditindaklanjuti. Untuk menjawab

kebutuhan tersebut, seorang individu maupun perusahaan perlu melakukan

pemantauan media.

Dalam hal ini PT Cita Kreasika Indonesia (CIKA Indonesia) adalah

salah satu perusahaan Public Relations (PR) dan Media Konsultan. Sebagai

perusahaan PR, CIKA secara simultan juga melakukan media monitoring.

CIKA memantau publikasi pemberitaan di media massa yang berhubungan

dengan client yang ditangani, yang berguna untuk mengetahui dinamika citra

sebuah perusahaan dan masyarakat.

Sebagai perusahaan konsultan Public Relations (PR) perlu

melakukan monitoring terhadap media massa yang ada, yang merupakan

sumber untuk mendapatkan informasi yang tepat dan cepat. Informasi yang

diperoleh dari media monitoring merupakan salah satu data penting sebagai

masukan bagi manajemen untuk mengelola aktivitas pemasaran, komunikasi

publik, khususnya dalam pembuatan strategi PR serta dapat digunakan


3

sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dari PT Cita

Kreasika Indonesia.

Media monitoring sangat penting dan wajib dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan pada saat ini, karena bertujuan untuk memantau

publikasi dan pemberitaan mengenai perusahaan tersebut secara detail.

Bagaimana perusahaan melihat dan mendapat data serta mengetahui apa

pendapat public mengenai perusahaannya dan bagaimana lawan bisnis

menjalankan projeknya. Semua data tersebut dapat dianalisa sesuai kebutuhan

yang diinginkan.

Kegiatan media monitoring adalah sebuah rangkaian dari proses

membaca, melihat, mencatat, dan mendengar isi dari sebuah artikel, berita

atau naskah berita, dan iklan media massa. Proses ini dilakukan terus

menerus. Kemudian melakukan indentifikasi, analisa, serta menyimpannya

menjadi sejumlah topik, tema, ataupun kata kunci (keyword) yang telah

ditentukan.1

Untuk menjawab kebutuhan perkembangan teknologi komunikasi

yang begitu cepat, maka pemantauan media monitoring dilakukan secara

digital. Batasan “digital” dalam penelitian ini adalah output pemantauan

media dalam bentuk elektronik yang menyimpan data dalam wujud digital.

Pemantauan secara digital ini biasa disebut dengan media E-Clipping. Media

E-clipping sejalan dengan trend paper less, yaitu pengurangan untuk

penggunaan kertas. Dengan E-clipping, berita-berita dari media cetak tidak

1
http://www.spd-indonesia.com/services/media-monitoring diakses pada tanggal 2 April 2016
pukul 9:09 WIB
4

lagi digunting dan ditempel secara manual, tetapi berita tersebut dapat

langsung dimasukkan ke dalam sistem, dengan menggunakan aplikasi dan

terbaca pada layar komputer atau alat komunikasi lain seperti Handphone.

Perkembangan teknologi untuk pemantauan media monitoring

dengan menggunakan E-clipping sangat membantu tugas public relations.

Bila dibandingkan, dulu kegiatan media monitoring yang dimulai sekitar

pertengahan tahun 1800 di Eropa, yaitu masih sangat tradisional dengan cara

membaca Koran dan memilih artikel sesuai topic yang diinginkan, kemudian

artikel tersebut di gunting dan ditempel pada sebuah kertas HVS. Setelah

terkumpul beberapa artikel yang terkait dengan bisnis perusahaan, maka

Public Relations Officer (PRO) dapat melakukan penjilidan dan penggandaan

untuk mendistribusikan hasil seleksi media tersebut kepada pejabat atau staf

yang terkait.

Tabel 1.1. Perbandingan Manual Monitoring Dengan Digital

Monitoring (Electronic Clipping)

Manual Digital Monitoring


Karakteristik
Monitoring (Electronic Clipping)
Media Cetak  Berita terseleksi dari  Berita terseleksi dari
media cetak media cetak digunting
digunting dan dan ditempel di kertas,
ditempel di kertas, discanning dan
dikumpulkan, terkumpul menjadi file
dijilid, digandakan soft copy yang dapat
dan didistribusikan diemail ke banyak
ke pejabat terkait. penerima/pejabat
terkait tanpa perlu
menggandakan secara
manual.
5

Media Elektronik :  Merekam seluruh  Mengutamakan proses


1. Televisi program acara di rekam seluruh
2. Radio televisi/radio dan program
memilihnya sesuai acara/program berita
kebutuhan secara di televisi/radio.
manual, dengan  Proses rekam
menggunakan kaset, menggunakan system
tanpa menggunakan aplikasi dimana saat
suatu system program tayang akan
aplikasi. langsung dapat
 Merekam hanya direkam dan
pada program acara dimasukkan filenya ke
yang dibutuhkan computer, dan dapat
sesuai jadwal yang diedit kemudian
diberikan. didistribusikan.

Sekarang ini juga perkembangan media monitoring tidak hanya

memantau media massa conventional, tetapi juga memantau media baru (new

media). Kehadiran Facebook, Twitter, Path, Instragram, dan lainnya,

memaksa para penggiat komunikasi untuk ikut memantau media jenis baru

ini. Media jenis baru ini dinamakan media sosial (social media).

Lahirnya media jenis baru ini secara otomatis merubah paradigma

dan tren komunikasi. Ada sebagian kalangan penggiat komunikasi

memberikan istilah untuk media monitoring yang memantau media sosial

dengan sebutan media monitoring non conventional. Sedangkan media

monitoring yang memantau media cetak, radio, televisi, dan media online

disebut media monitoring conventional.

Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui lebih jauh peneliti akan

menganalisa bagaimana kegiatan media monitoring, sebagai sebuah aktifitas

PR di PT Cita Kreasika Indonesia, khususnya media conventional. Hal ini


6

penting dilakukan dalam kaitannya bahwa CIKA sebagai konsultan

komunikasi dapat menyajikan data yang penting dan akurat yang akan

disampakan kepada clientnya dalam rangka menganalisa publikasi atau

pemberitaan di media massa, yang tentunya untuk menjaga citra perusahaan.

Bila kita bandingkan antara media conventional dan non

conventional, memiliki karakternya masing-masing. Media konvensional

adalah media komunikasi yang masih menggunakan teknologi analog sebagai

alat untuk mengirimkan dan menerima pesan komunikasi dari komunikator

kepada komunikan. Media konvensional ini memiliki kemampuan untuk

menyebar-luaskan pesan komunikasi kepada masyarakat luas dalam waktu

yang relative singkat. Oleh sebab itu, media konvensional juga dikenal

sebagai media massa, karena kemampuannya dalam menyebarkan pesan

kepada masyarakat luas (massa). Selain mampu menyebarkan pesan

komunikasi dengan luas, terdapat pula beberapa karakteristik lain dari media

konvensional, diantaranya adalah pesan komunikasi dikirimkan dengan cepat

dan serentak, arus komunikasi berjalan satu arah, serta minimnya interaksi

antara komunikator dan komunikan. Beberapa media komunikasi yang

termasuk dalam media massa konvensional adalah surat kabar atau koran,

majalah, tabloid, radio, televisi, dan film.2

Sementara media non conventional adalah media yang memiliki

kelebihan yaitu interaktivitas. Arus komunikasi terjadi di dalam media baru

atau non conventional bersifat dua arah, sehingga sangat memungkinkan

2
http://www.komunikasi.us/index.php/course/5477-media-konvensional-dan-media-baru diakses
pada tanggal 3 April 2016 pukul 9:38 WIB
7

terjadinya interaktivitas antara komunikator dengan komunikannya. Proses

komunikasi terjadi dengan mudah, cepat, dan murah. Pengguna media baru

memang dapat dengan mudah dan cepat berkomunikasi dan saling bertukar

informasi, karena dengan adanya internet yang mampu mengirimkan dan

menerima pesan komunikasi dengan sangat cepat dan memiliki jangkauan

yang sangat luas.

Namun demikian, walaupun media non conventional memiliki

banyak kelebihan, tetap saja media massa atau media konvensional dapat

dijadikan “media watch” sebagai alat untuk mengawasi kekuasaan

pemerintahan, menyebarkan berita dan memberikan informasi penting kepada

masyarakat luas, serta menjadi sarana belajar karena mampu menyebarkan

ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas. Media massa juga masih menjadi

referensi utama yang terpercaya bagi masyarakat dalam terciptanya opini

publik yang merupakan tujuan seseorang atau suatu organisasi.

Tabel 1.2. Perbandingan Media Sosial Dan Media Massa


(Nasrullah 2015:159-160)

Media Massa Media Sosial


Khalayak  Sebagai audiences  Sebagai produser dan
(pelanggan). konsumen informasi.
 Terbatas pada wilayah dan  Banyak dan tidak
jangkauan media. dibatasi geografis.
Kecepatan Tergantung pada jalur Tidak dibatasi oleh
transmisi distribusi dan transmisi juga platform dan menyebar
informasi luasnya wilayah. saat itu juga tanpa dibatasi
oleh wilayah.
Jenis Informasi atau berita sesuai Informasi yang bisa
informasi dengan jenis media, apakah diakses beragam, namun
8

cetak, audio, audio-visual, dan cenderung hanya memuat


sebagainya. informasi sekilas atau
tautan (link) saja.
Kelengkapan Unsur 5 + 1H lengkap dalam  Unsur 5W + 1H
informasi berita cenderung tidak
lengkap dan beberapa
informasi yang
disebarkan cenderung
singkat dan padata.
 Perlu konfirmasi
sekaligus
penggabungan dengan
informasi lainnya.
Akses  Memerlukan media khusus Bisa diakses melalui
terhadap  Akses informasi terbatas media sosial milik media
informasi tergantung seberapa tersebut, riwayat
banyak media yang diakses (timeline) di media sosial,
dan dilanggani. atau penyebaran (tautan
atau link) di media sosial.
Etika dan  Institusi media dilindungi Tanggung jawab
hokum oleh hukum dan bekerja sepenuhnya ada di
dengan etika individu (users).
 Jelas penanggung
jawabnya baik secara
individu maupun institusi.

Untuk itu dalam penelitiannya peneliti akan mengidentifikasi dan

menganalisa bagaimana media monitoring media conventional dapat

memberikan kontribusi terhadap pencitraan sebuah perusahaan. Pada

penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif dan

menganalisa secara deskriptif.


9

1.2. Fokus Penelitian

Sesuai latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti akan fokus untuk

meneliti dan menganalisa bagaimana “Aktivitas Media Monitoring yang

merupakan kegiatan PR di PT Cita Kreasika Indonesia”. Bagaimana hasil dari

kegiatan media monitoring ini dapat memberikan kontribusi pada Public

Relations, khususnya sebagai kontrol citra sebuah perusahaan.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Dilihat dari permasalahan dan latar belakang yang dikemukakan

sebelumnya, maka penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan besar

yaitu Bagaimana kegiatan digital media monitoring sebagai aktifitas public

relations di PT Cita Kreasika Indonesia, yang dijabarkan dalam pertanyaan

sebagai berikut :

1. Bagaimana menganalisa kegiatan digital media monitoring sebagai

aktifitas public relations pada PT Cita Kreasika Indonesia ?

2. Bagaimana mengetahui faktor pendukung kegiatan digital media

monitoring pada PT Cita Kreasika Indonesia?

3. Bagaimana mengetahui kendala dalam melaksanakan kegiatan digital

media monitoring pada PT Cita Kreasika Indonesia ?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk menganalisa peran dan fungsi digital media monitoring yang

dilakukan PT Cita Kreasika Indonesia


10

2. Untuk mengetahui faktor pendukung kegiatan digital media monitoring

pada PT Cita Kreasika Indonesia.

3. Untuk mengetahui kendala dalam melaksanakan kegiatan digital media

monitoring pada PT Cita Kreasika Indonesia.

1.5. Signifikansi Penelitian

1.5.1. Signifikansi Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna secara langsung terhadap

studi komunikasi, khususnya bagi pengembangan teori media monitoring

dalam rangka memperkuat peran dan fungsi public relations, yaitu fungsi

manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan

bermanfaat antara organisasi dan publik yang memengaruhi kesuksesan atau

kegagalan organisasi tersebut.

1.5.2. Signifikansi Praktis

Dalam hal praktis, penelitian ini akan berguna bagi PT Cita Kreasika

Indonesia dan Public Relations Officer (PRO), dalam melakukan kegiatan

media monitoring. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan pembenahan

divisi media monitoring PT Cita Kreasika Indonesia.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Peneliti belum mendapatkan data lengkap mengenai penelitan sejenis

terdahulu. Dari penelitian terdahulu terdapat literatur atau informasi mengenai

beberapa penelitian media monitoring ataupun public relations, yang juga

terdapat hubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Beberapa judul penelitian yang didapat oleh peneliti adalah :

2.1.1. “Analisis Media Monitoring Public Relations Sebagai Boundary

Spanning di Global TV (Studi Kasus Pada Event Media Gathering

natal 2011 dan Tahun baru 2012).”

2.1.2. ”Sejauhmana Efektivitas humas PT. Cipta TPI melalui Media

Monitoring terhadap motivasi perolehan informasi bagi karyawannya”

Teori atau konsep yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu

konsep mengenai media monitoring dan public relations, bagaimana teori ini

dijabarkan dan dijelaskan hubungannya dengan judul penelitian, khususnya

pada teori public relations. Kedua penelitian tersebut menekankan pentingnya

media monitoring sebagai kegiatan PR yang mendukung.

Pada judul penelitian pertama adalah penelitian pada skala event dan

gathering media, yaitu untuk mengukur efektifitas event dengan media

monitoring. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk

dapat menggambarkan dengan jelas objek yang diteliti. Hasil penelitian ini

11
12

adalah dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui sejauh mana kinerja

pengumpulan informasi melalui media monitoring. Selain itu pada penelitian

ini juga untuk mengetahui letak kelebihan dan kekurangan kinerja tersebut

dalam mengumpulkan informasi dan pendistribusiannya.

Tujuan selanjutnya adalah agar perusahaan mengetahui keuntungan

yang dihasilkan media monitoring sebagai boundary spanning yaitu melalui

proses pengolahan informasi, menginterpretasikan aspirasi publik eksternal

setelah menganalisa informasi, dan mengajukan rekomendasi berupa

perencanaan pengadaan kegiatan media gathering natal 2011 dan tahun baru

2012 kepada puncak manajemen selaku desicion maker di Global TV. Hal ini

dilakukan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan

perencanaan kegiatan.

Sementara untuk judul penelitian kedua adalah penelitian yang

dilakukan pada internal perusahaan PT. Cipta TPI, yaitu bagaimana humas di

perusahaan tersebut dapat efektif memberikan informasi kepada karyawannya

melalui hasil dari media monitoring. Metode yang digunakan adalah

Kuantitatif, untuk melihat korelasi antara 2 variabel, yaitu “Jika efektivitas

humas melalui media monitoring baik, maka motivasi perolehan informasi

karyawan PT. Cipta TPI sebagai komunikator baik”. Pada penelitian ini selain

menggunakan teori public relations, juga menggunakan teori motivasi untuk

melihat sejauh mana seorang karyawan merasakan pentingnya hasil atau

imbalan yang diperoleh dalam memperoleh informasi.


13

Persamaan penelitian ini menekankan pentingnya media monitoring

dalam kegiatan public relations pada sebuah perusahaan. Kegiatan media

monitoring memberikan kontribusi yang besar dalam kegiatan public

relations, khususnya dalam pengumpulan informasi. Pada kedua penelitian

tersebut menggunakan teknik pengumpulan data bedasarkan wawancara,

studi pustaka dan observasi.

Tabel 2.1. Perbandingan Dengan Penelitian Sejenis Sebelumnya

PENELITIAN PENELITIAN PENELITIAN


TERDAHULU I TERDAHULU II TERBARU III
Judul “Analisis Media “Sejauhmana “Analisa
Penelitian Monitoring Public Efektivitas Humas Kegiatan Digital
Relations Sebagai PT. Cipta TPI Media
Boundary melalui Media Monitoring
Spanning di Monitoring terhadap sebagai aktivitas
Global TV” motivasi perolehan PR di PT Cita
informasi bagi Kreasika
karyawannya” Indonesia”
Tujuan 1.Untuk 1. Untuk mengetahui 1.Menganalisa
mengetahui kredibilitas Humas peran dan fungsi
peranan media PT. Cipta TPI digital media
monitoring yang melalui media monitoring yang
dijalankan oleh PR monitoring sebagai dilakukan PT Cita
GlobalTV komunikator Kreasika
berperan sebagai terhadap motivasi Indonesia.
boundary perolehan informasi 2.Mengetahui
spanning. bagi karyawannya. faktor pendukung
2.Untuk 2. Untuk mengetahui kegiatan digital
mengetahui intensitas Media media monitoring
hambatan yang Monitoring terhadap pada PT Cita
ditemui PR Global motivasi perolehan Kreasika
TV dalam informasi bagi Indonesia.
memenuhi peran karyawannya. 3. Mengetahui
boundary spanning 3. Untuk mengetahui kendala dalam
melalui kegiatan isi pesan Media melaksanakan
media monitoring Monitoring terhadap kegiatan digital
motivasi perolehan media monitoring
informasi bagi pada PT Cita
karyawannya. Kreasika
4. Untuk mengetahui Indonesia.
14

efektivitas Humas
PT. Cipta TPI
melalui media
monitoring terhadap
harapan, nilai,
pertautan & motivasi
dalam memperoleh
informasi bagi
karyawannya.
Teori & Teori Public Teori Public Teori Public
Metode Relations, dengan Relations & Teori Relations & Teori
yang pendekatan Motivasi, dengan Media
Digunakan metode Kualitatif pendekatan metode Monitoring,
Kuantitatif dengan
pendekatan
metode Kualitatif
Temuan Bahwa kinerja Bahwa terbukti Bahwa peran
dan Hasil pengumpulan & kegiatan media media monitoring
Penelitian pendistribusian monitoring yang adalah memantau
Terdahulu informasi melalui dilakukan humas PT serta menganalisa
media monitoring Cipta TPI efektif arah pemberitaan
sangat sehingga motivasi dan opini publik.
menguntungkan, perolehan informasi Fungsi media
Selain itu dapat karyawan sebagai monitoring
diketahui komunikator juga sebagai “early
kelebihan & baik. warning system”
kekurangan yang mendukung
dihasilkan media aktifitas public
monitoring sebagai relations.
boundary
spanning.

2.2. Kerangka Konsep-konsep Penelitian dan Teori

Kerangka pemikiran untuk penelitian ini merupakan perpaduan

beberapa konsep dalam bidang komunikasi yang memiliki keterkaitan erat

dengan permasalahan yang akan diteliti. Konsep besar yang menjadi payung

besar dalam penelitian ini adalah media monitoring dimana konsep inilah

yang akan dijelaskan rincian kegiatannya dalam penelitian ini. Namun dengan

terlebih dahulu menjelaskan konsep Public Relations, agar dapat melihat


15

hubungan antara kegiatan public relations dan media monitoring, yang

merupakan faktor penting dalam mendukung aktivitas public relations,

khususnya dalam pembentukan citra perusahaan. Citra merupakan hasil yang

diupayakan oleh sebuah perusahaan atau institusi yang telah melaksanakan

aktivitas media monitoring tersebut.

Kerangka konsep penelitian dan teori untuk penelitian ini merupakan

hasil perpaduan dari beberapa teori komunikasi yang terkait erat dengan

permasalahan yang akan diteliti. Konsep yang menjadi payung besar dalam

penelitian ini adalah media monitoring dimana konsep inilah yang akan

dijelaskan kegiatannya secara rinci dalam penelitian ini. Namun dengan

terlebih dahulu menjelaskan konsep public relations agar terlihat hubungan

pentingnya melakukan kegiatan media monitoring sebagai salah satu kegiatan

PR dalam pembentukan citra perusahaan.

2.2.1. Public Relations (PR)

2.2.1.1. Definisi Public Relations

Menurut Cutlip dan Center dalam bukunya Effective Public

Relations (2006:6), Public Relations (PR) adalah fungsi manajemen

yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan

bermanfaat antara organisasi dan publik yang memengaruhi

kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.

PR melibatkan manajemen problem atau manajemen isu; PR

membantu manajemen agar tetap responsif dan mendapat informasi

terkini tentang opini publik; PR mendefinisikan dan menekankan


16

tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik; PR

membantu manajemen tetap mengikuti perubahan dan memanfaatkan

perubahan secara efektif, dan PR dalam hal ini adalah sebagai system

peringatan dini untuk mengantisipasi arah perubahan (trends); dan PR

menggunakan riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat

utamanya (Cutlip & Center 2006:5).

Definisi Public Relations menurut International Public

Relations Association (IPRA) dalam Rumanti (2005:11), PR

merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan

dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi-organisasi,

lembaga-lembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh

dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka

yang ada hubungan dan diduga akan ada kaitannya, dengan cara

menilai opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin

menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai

kerja sama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan

bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang

terencana dan tersebar luas.

Definisi Menurut (British) Institute of Public Relations (IPR)

oleh Frank Jefkins yang direvisi oleh Daniel Yadin, edisi kelima

(2014:9) PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara

terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan


17

memelihara niat baik (good-will) dan saling pengertian antara suatu

organisasi dengan segenap khalayaknya.

William F. Arens dalam buku Public Relations 2.0., Saputra

dkk (2011:125-127) mendefinisikan public relations sebagai sebuah

fungsi manajemen yang memfokuskan diri pada membangun/

mengembangkan relasi serta komunikasi yang dilakukan individual

maupun organisasi terhadap publik guna menciptakan hubungan yang

saling menguntungkan. Publik yang dimaksud dari definisi di atas

menurut Arens ada tujuh kategori publik, yaitu : Para Employees,

Stockholders; Communities; Media; Government; Investment

Community; dan Customers.

Sementara John E.Marston dalam buku Manajemen Public

Relations, Rhenald Kasali (2000:6), secara umum mengatakan :

“Public Relations is planned, persuasive communication designed to

influence significant public”.

Dari semua pengertian tersebut tampak bahwa aktifitas public

relations berada pada kata manajemen relasi dan komunikasi yang

berujung pada terciptanya hubungan baik dengan berbagai pihak demi

meningkatkan pencitraan individu atau perusahaan tersebut.

Pencitraan yang terbentuk dengan baik akan memberikan dampak

yang baik pula demi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan

individu ataupun organisasi, akan meraih keuntungan dari produk

yang dijual karena memilliki citra yang baik. Meningkatkan


18

kepercayaan publik terhadap individu atau organisasi dalam

menjalankan bisnis. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa

fungsi dan peranan Pubic Relations dianggap sebagai ujung tombak

individu atau perusahaan yang berhadapan langsung dengan publik,

baik publik yang bersentuhan langsung maupun yang tidak dengan

kepentingan kepentingan mereka terhadap perusahaan. Terhadap

publik yang tidak bersentuhan langsung pun tidak menutup

kemungkinan suatu saat nanti sebuah informasi akan sampai di benak

mereka.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan

dampaknya pada perkembangan media massa memberikan peluang

akses informasi masyarakat luas. Public Relations Society of America

(PRSA), sebuah Organisasi Public Relations yang terbentuk pada

tahun 1947 di Amerika, pada tahun 2002 menjelaskan mengenai

“official Statement of Public Relations” merumuskan beberapa hal

yang merupakan fungsi manajemen PR, yaitu : Cutlip & Center

(2006:7)

1. Memperkirakan, menganalisis dan menginterpretasikan opini

dan sikap public, dan isu-isu yang mungkin memengaruhi

operasi dan rencana organisasi, baik itu pengaruh buruk maupun

baik.

2. Memberi saran kepada manajemen di semua level di dalam

organisasi sehubungan dengan pembuatan keputusan, jalannya


19

tindakan dan komunikasi serta mempertimbangkan ramifikasi

public dan tanggung jawab sosial atau kewarganegaraan

organisasi.

3. Meriset, melaksanakan dan mengevaluasi secara rutin program-

program aksi komunikasi dan untuk mendapat pemahaman

public yang dibutuhkan untuk kesuksesan tujuan organisasi. Ini

mungkin mencakup program marketing, finansial, pengumpulan

dana, karyawan, komunitas atau hubungan pemerintah dan

program-program lain.

4. Merencanakan dan mengimplementasikan usaha organisasi

untuk memengaruhi atau merubah kebijakan publik.

5. Menentukan tujuan, rencana, anggaran, rekrutmen dan training

staf, mengembangkan fasilitas-ringkasnya, mengelola sumber

daya yang dibutuhkan unntuk melakukan semua hal tersebut di

atas.

6. Contoh-contoh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam

praktik PR professional adalah seni komunikasi, psikologi,

psikologi sosial, sosiologi, ilmu politik, ekonomi dan prinsip

manajemen serta etika. Pengetahuan teknis dan keahlian teknik

dibutukan untuk riset opini, analisis isu publik, relasi media,

direct mail, publikasi advertising institusional, produksi

film/video, acara special, pidato dan presentasi.


20

Dari official statement diatas, jelas sekali bahwa fungsi

manajemen PR secara rutin melakukan pemantuan dan mengevaluasi

opini dan sikap public serta isu-isu yang mungkin memengaruhi

operasi dan rencana sebuah organisasi. Pemantauan yang dilakukan

adalah dengan melakukan media monitoring.

Public Relations Society of America (PRSA), pada tahun

2002 merumuskan aktifitas-aktifitas public relations, yaitu:

1. Community Relations. Hubungan publik yang memfokuskan

diri pada komunitas yang berkaitan dengan keberlangsungan

perusahaan. Misalnya, para pemilik lahan/tahan haruslah

mendapat perhatian dan kepuasaan dari perjanjian pembelian

tanah oleh perusahaan yang membutuhkan tanah mereka untuk

proyek pembangunan lapangan terbang baru. Jika tidak, maka

komunitas yang tidak terpuaskan ini bisa menghambat proyek

yang sedang dilaksanakan.

2. Counseling. Para profesional public relations hendaklah secara

rutin memberikan masukan/pertimbangan kepada pihak

manajemen sebelum mereka mengambil keputusan, membuat

kebijakan, membangun relasi, atau melakukan komunikasi

dengan berbagai macam publik. Jajaran manajemen menyatakan

kepada publik „apa yang mereka lakukan‟ sedangkan

profesional atau bagian public relations membantu


21

mendefinisikan dan mempresentasikan pesan tersebut untuk

sampai ke public.

3. Development/Fundraising. Semua organisasi baik yang profit

maupun non-profit dapat bertahan karena ada kontribusi da

berbagai pihak dalam bentuk waktu maupun uang. Peran public

relations yang menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan organisasi

tersebut kepada pihak-pihak yang memiliki peluang dan atau

kemampuan memberikan kontribusi.

4. Employee/Member Relations. Sebagai bagian inti dari jalannya

perusahaan, tugas public relations untuk menciptakan

hubungan-hubungan yang baik, tidak hanya sekadar pada para

pekerja melainkan juga kepada keluarga pekerja. Dengan

demikian akan terbentuk motivasi yang baik pula dan moral

yang tinggi dari para pekerja sehingga loyal pada perusahaan.

5. Financial Relations. Investor merupakan salah satu bagian

terpenting dari sumber pendanaan perusahaan. Peran public

relations adalah membangun jembatan komunikasi antara

investor-pemilik perusahaan, para pemegang saham, komunitas

finansial seperti bank, dan publik. Kebanyakan dari strategi

perusahaan, dalam rangka ekspansi pasar maupun akuisisi

perusahaan, tergantung dari seberapa bagus hubungan-hubungan

finansial yang tercipta.


22

6. Government Affairs. Inilah tipe aktifitas public relations yang

memfokuskan diri menjalin hubungan dengan pihak

pemerintahan. Karena sebagai perusahaan publik, tidak bisa

dilepas-pisahkan hubungannya dengan pemerintahan. Bahkan

untuk beberapa kasus, perusahaan yang ingin mengikuti tender

proyek harus memiliki endors resmi dari pemerintah, misalnya

SIUPP dan NPWP.

7. Industry Relations. Perusahaan tidak hanya menjalin relasi yang

terbatas pada konsumen/pelanggan semata, melainkan juga

harus menciptakan relasi yang baik dengan perusahaan lain yang

secara langsung berkaitan dengan bisnis perusahaan seperti para

suppliers, distributor, agen bahkan relasi terhadap perusahaan

kompetitor sekaligus.

8. Issues Management. Manajemen isu melibatkan publik dalam

jumlah besar demi terciptanya imej produk maupun citra dari

perusahaan. Aktifitas public relations untuk mengembangkan

manajemen isu ini sebagai bagian dari kekuatan perusahaan.

Sebuah perusahaan pertambangan, misalnya, harus mengelola

manajemen isu yang baik terhadap publik bahwa usaha yang

dilakukan tidak berdampak pada kerusakan alam.

9. Media Relations. Perkembangan teknologi dan pengaruhnya

terhadap bentuk-bentuk media massa memberikan pengaruh

yang berarti bagi perusahaan. Liputan yang baik di media akan


23

memberikan pencitraan yang baik pula bagi perusahaan,

meningkatkan kepercayaan pelanggan dalam memakai produk

perusahaan, dan akhirnya menumbuhkan minat pemodal untuk

menginvestasikan modalnya pada perusahaan. Aktifitas public

relations inilah yang menjalin relasi dengan media dan

mendapatkan kepercayaan dari liputan media.

10. Marketing Communication. Kombinasi dari aktifitas menjual

produk, servis, maupun ide. Iklan-iklan yang dilakukan melalui

berbagai media memberikan efek yang menguntungkan pada

aktifitas public relations. Bentuk kemasan produk yang unik dan

bagaimana memajang produk di pasar merupakan terpaan dari

pembentukan imej dari perusahaan yang membedakan dari

perusahaan lainnya.

11. Minority Relations/Multicultural Affairs. Aktifitas public

relations yang memfokuskan diri pada terbentuknya relasi pada

kelompok minoritas yang secara langsung maupun tidak akan

memberikan dampak publisitas perusahaan.

12. Public Affairs. Interaksi public relations yang melibatkan para

official dan pemimpin dari berbagai bentuk organisasi atau para

pemegang kekuasaan. Relasi dengan komunitas maupun

pemerintahan merupakan fokus dari aktifitas public relations.

13. Special Events and Public Participant. Aktifitas langsung yang

melibatkan publik dan dilakukan oleh public relations untuk


24

menjalin interaksi antara organisasi/perusahaan dengan publik.

Dari rumusan tersebut jelas bahwa posisi media relations

menempati bagian terpenting dari aktifitas public relations.

Bahwa media relations merupakan corong atau penyuara

perusahaan untuk menjangkau publik melalui media.

2.2.1.2. Peran Public Relations

PR merupakan administrasi dalam sebuah perusahaan, yang

memiliki kewajiban dan melaksanakan kebijakan perusahaan,

terutama untuk memperkenalkan sebuah produk atau program

barunya, dan juga harus mampu mempengaruhi masyarakat agar mau

menggunakan suatu barang atau jasa atau penerapan program yang

baru itu. PR menjadi bagian penting dalam perusahaan, karena tidak

saja berperan sebagai sensor dari perubahan sosial, namun juga

bertindak sebagai agen perubahan sosial. PR dapat dijadikan radar

yang mampu menerjemahkan manajemen perusahaan, sebagai hati

nurani (corporate conscience), dan sebagai motivator (corporate

monitor).

PR dapat berperan menjadikan perusahaan menjadi lebih

peka dan tanggap pada keinginan serta kepentingan publik baik secara

internal maupun eksternal, dan harus tetap mengambil keselarasan

antara kebijakan perusahaan dengan kepentingan publik.

Menurut Scott M. Cutlip & Allen H. Center proses

manajemen public relations sepenuhnya mengacu kepada pendekatan


25

manajerial. Proses perencanaan ini dapat dilakukan melalui “Empat

tahapan atau langkah-langkah pokok” yang menjadi landasan acuan

untuk pelaksanaan program kerja kehumasan adalah sebagai berikut:

2.2.1.2.1. Fact Finding Research (Riset Penemuan Fakta).

Mendefinisikan permasalahan yang dilakukan melalui

penelitian dengan menganalisa situasi berupa pemahaman, opini,

sikap dan perilaku publik terhadap lembaga. Langkah pertama

sangat penting artinya bagi suksesnya program PR.

Fact finding adalah pencarian fakta, data atau informasi yang

mendukung program PR mengenai situasi, pendapat, sikap, dan

reaksi publik terhadap kegiatan, kebijakan atau produk suatu

perusahaan atau lembaga. Pada tahap ini, public relations Officer

(PRO) dapat menganalisis data dan informasi yang sudah

tersedia baik di buku, jurnal, majalah atau sumber-sumber data

dan informasi lainnya.

Pada tahap ini, seorang praktisi menganalisis data dan informasi

yang tersedia. Berdasarkan informasi dan data yang tersedia

kemudian dapat diperoleh interpretasi-interpretasi. Interpretasi ini

amat berguna bagi seorang praktisi untuk memutuskan atau

menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk

memecahkan suatu permasalahan. Penelitian bisa dilakukan

secara kualitatif & kuantitatif. Dalam tahap ini ditetapkan suatu


26

fakta dan informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan

organisasi.

2.2.1.2.2. Planning and Programming (Perencanaan dan

Pemrogaman Kerja).

Berdasarkan pada rumusan masalah, dibuat strategi

perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat

program kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang juga

disesuaikan dengan kepentingan publik.

Memberikan sikap, opini, ide, dan reaksi yang berkaitan

dengan kebijaksanaan. Dilakukan pula penetapan program, kerja

organisasi yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan-

keinginan pihak berkepentingan.

Apabila telah diperoleh fakta pada tahapan fact – finding,

maka pada tahapan selanjutnya Public Relatons Officer

melakukan Penyusunan masalah (problem), Selanjutnya

dilakukan pemikiran sebuah konsep pemecahan masalah tersebut,

kemudian dibuat sebuah perencanaan matang mengenai langkah–

langkah, perumusan tujuan, perincian waktu secara teratur dalam

menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam tahapan ini

menurut Cutlip & Center membutuhkan:

1. A searching look backward.

2. A deep look inside.

3. A wide look around.

4. A long, long look a head.


27

2.2.1.2.3. Communication (Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi).

Dalam tahap ini PRO harus mengkomunikasikan

pelaksanaan program sehingga mampu mempengaruhi sikap

publiknya yang mendorong mereka untuk mendukung

pelaksanaan program tersebut.

Tahap berikutnya adalah tahap komunikasi atau

pelaksanaan kegiatan komunikasi (Komunikasi antar persona,

komunikasi kelompok dan komunikasi mass media). Agar dalam

pelaksanaannya diperoleh hasil yang diharapkan maka prinsip-

prinsip dalam komunikasi perlu diperhatikan. Agar proses

komunikasi dapat berjalan dengan baik, maka beberapa hal perlu

diperhatikan yaitu kredibilitas, keterkaitan, isi, kejelasan,

keberlanjutan dan konsistensi, saluran atau media dan

kemampuan khalayak. Faktor-faktor tersebut perlu

diperhitungkan secara sungguh-sungguh agar kegiatan yang

dilakukan dapat berhasil sesuai dengan harapan.

2.2.1.2.4. Evaluation (Penilaian hasil kerja PR).

Tahap ini melakukan penilaian terhadap hasil-hasil

pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan program,

pengkomunikasian, sampai keberhasilan atau kegagalan yang

terjadi dari program tersebut.

Tahap keempat adalah tahap evaluasi, evaluasi merupakan

tahapan penilaian terhadap program dan hasil kerja aktivitas


28

public relations. Pelaksanaan kegiatan PR harus dievaluasi atau

dilakukan perbaikan – perbaikan agar permasalahan atau

hambatan yang ada dapat diatasi dan dipecahkan serta

menciptakan hubungan yang harmonis diantara public suatu

badan / lembaga / perusahaan.

Dalam tahap keempat ini praktisi PR harus mempunyai

keterampilan dalam menelaah hasil-hasil yang diperoleh dengan

menggunakan berbagai alat bantu, misalnya reset mengenai

pendapat umum, reset mengenai perilaku, motivasi, analisis isi

dan lain-lain.

Keempat tahapan tersebut. Satu sama lain berkaitan sangat

erat. Artinya guna mendapatkan hasil maksimal, semua tahapan

harus senantiasa dilalui/dilaksanakan dengan baik. Setiap tahap

dalam program kerja public relations itu, sama pentingnya bagi

terlaksananya suatu program public relations yang efektif.

Jika diuraikan lebih rinci, ke empat tahapan menurut M.

Cutlip & Center tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Menganalisa perilaku umum dan hubungan organisasi

terhadap lingkungan.

2. Menentukan dan memahami secara benar prilaku tiap-tiap

kelompok terhadap organisasi.

3. Menganalisasi tingkat opini publik, baik yang intern (internal

public) maupun yang ekstern (external public).


29

4. Mengantisipasi kecenderungan-kencenderungan, masalah-

masalah potensial, kebutuhan-kebutuhan dan kesempatan-

kesempatan.

5. Menentukan formulasi dan merumuskan kebijakan-kebijakan.

6. Merencanakan alat atau cara yang sesuai untuk meningkatkan

atau mengubah prilaku masayarakat sasaran. Termasuk

membuat budget/anggaran biaya operasionalnya.

7. Menjalankan dan melaksanakan aktivitas-aktivitas sesuai

dengan program yang telah direncanakan.

8. Menerima umpan balik untuk dievaluasi, kemudian

mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengungkap

aktivitas public relations yang dijalani dengan menggunakan

model komunikasi “Nine Steps of Strategic Public Relations”

yang dipopulerkan oleh Ronald D. Smith pada bukunya yang

berjudul Strategic Planning for Public Relations (2002). Dalam

model ini dibagi menjadi 4 fase, sebagai berikut :

1. Fase Formative Research

1.1. Steps 1 : Analyzing the Situation

1.2. Steps 2 : Analyzing the Organization

1.3. Steps 3 : Analyzing the Public

2. Fase Strategy

2.1. Steps 4 : Establing Goals & Objectives


30

2.2. Steps 5 : Formulating Action & Response Strategis

2.3. Steps 6 : Using Effective Communication

3. Fase Tactic

3.1. Steps 7 : Choosing Communications Tactics

3.2. Steps 8 : Implementinng the Strategic Plan

4. Fase Evaluating Research

4.1. Steps 9 : Evaluating the Strategic Plan

Dalam fase pertama, fokusnya adalah pada pekerjaan

awal dari perencanaan komunikasi, yang merupakan kebutuhan

untuk mengumpulkan informasi dan menganalisis situasi.

Analisis dilakukan dari situasi awal penting untuk proses, mulai

dari perencana, klien, supervisor, rekan kunci, dan pembuat

keputusan utama - dalam perjanjian yang solid dalam

menjalankan dan mengatasi sebuah program. Langkah ini

dilakukan dengan tepat dan jujur, mencakup pada tiga aspek

organisasi :

1) Lingkungan internal ( misi , kinerja, dan sumberdaya)

2) Persepsi publik ( reputasi )

3) Lingkungan eksternal ( pesaing dan lawan , serta

pendukung .

Dalam langkah ini peneliti mengidentifikasi dan

menganalisis publik utama perusahaan atau institusi dan berbagai

kelompok orang yang berinteraksi dengan perusahaan untuk


31

menyelesaikan masalah yang ada. Langkah ini mencakup analisis

masing-masing stakeholders terkait keinginan, kebutuhan, dan

harapan tentang masalah, hubungan mereka dengan organisasi,

keterlibatan mereka dalam komunikasi dan kecerdasan berbagai

media, dan berbagai sosial, ekonomi, politik, budaya, dan tren

teknologi yang mempengaruhi.

Pada fase kedua, meliputi proses perencanaan , strategi,

berkaitan dengan perencanaan : membuat keputusan yang terkait

dengan dampak yang diharapkan dari komunikasi, serta sifat dari

komunikasi itu sendiri. Tahapan yang dilakukan pada fase ini,

membantu dalam mengembangkan tujuan yang jelas, spesifik,

dan terukur yang diharapkan dapat diterima oleh masing-masing

pelaku utama/para pengambil keputusan. Pada tahap ini meliputi

narasumber, isi pesan, nada dan gaya, isyarat verbal dan non -

verbal, dan isu-isu terkait.

Pada fase ketiga, berbagai alat komunikasi dan elemen

ditunjukan dari rencana komunikasi yang akan dipersiapkan.

Persediaan ini berkaitan dengan berbagai pilihan komunikasi.

Secara khusus, perencanaan yang dilakukan mempertimbangkan

empat kategori, yaitu :

1) Komunikasi tatap - muka dan kesempatan untuk

keterlibatan pribadi.
32

2) Media organisasi (kadang-kadang disebut media yang

dikontrol).

3) Media (media yang tidak terkontrol) .

4) Iklan dan media promosi (bentuk lain dari media yang

dikendalikan).

Pada fase ini meliputi pengembangkan anggaran dan

jadwal dan persiapan untuk melaksanakan program komunikasi.

Langkah ini tercipta agenda komunikasi terkait stakeholder dari

perusahaan/institusi.

Pada fase ke empat, yaitu fase terakhir, meliputi evaluasi

dari program komunikasi yang dilakukan termasuk penilaian

apakah target tujuan yang dinyatakan telah berhasil dengan baik

sesuai dengan yang diharapkan. Pada tahap ini dapat dilakukan

pengukuran efektivitas setiap taktik yang direkomendasikan

dalam memenuhi tujuan.

Peran Public Relations dalam suatu organisasi dapat

dibagi dalam empat kategori menurut Dozier dan Broom 1995

dalam buku Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation dan

Media Komunikasi (2005:20-21):

1) Penasihat Ahli (Expert Prescriber)

Seorang praktisi public relations yang berpengalaman dan

memiliki kemampuan tinggi dapat membantu dan

mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan


33

dengan publiknya (public relationship).Hubungan PR dengan

manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dengan

pasiennya. Artinya, pihak manajemen bertindak pasif untuk

menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau

usulan dari PR (expert prescriber) tersebut dalam

memecahkan dan mengatasi persoalan PR yang tengah

dihadapi oleh organisasi bersangkutan.

2) Fasilitator Komunikasi (Communication fasilitator)

Dalam hal ini, PR bertindak sebagai komunikator atau

mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk

mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh

publiknya. Dipihak lain, dia juga dituntut untuk mampu

menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan

organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan

komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling

pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung, dan

toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

3) Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving

Process fasilitator)

Peranan PR dalam proses pemecahan persoalan PRini

merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan

untuk membantu pimpinan organisasi, baik sebagai penasihat

(adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan)


34

dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi

secara rasional dan profesional. Biasanya dalam menghadapi

suatu krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang

dikoordinir praktisi ahli PR dengan melibatkan berbagai

departemen dan keahlian dalam suatu tim khusus untuk

membantu organisasi, perusahaan yang tengah menghadapi

atau mengatasi persoalan krisis tertentu.

4) Teknisi Komunikasi (Communication Technician)

Berbeda dengan peranan PR profesional sebelumnya yang

terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi.

Peranan communication technician ini menjadikan PR

sebagai journalist in residence yang hanya menyediakan

layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan methode of

communication of organization. Sistem komunikasi dalam

organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau

tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus

maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat

pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke

tingkat atasan. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan

media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi

antar karyawan satu departemen dengan lainnya (employee

relations and communication media model).


35

2.2.1.3. Fungsi Public Relations

Scott M. Cutlip and Allen H. Centre dalam bukunya Effective

Public Relations (2006), mengatakan bahwa Public Relations adalah

fungsi manajemen yang menilai sikap publik. Seiring dengan

perkembangan dan kemajuan dunia, maka PR dituntut untuk

menjalankan berbagai macam fungsi manajemen, diantaranya :

1. Communicator

2. Relationship

3. Back up Management

4. Good Image Marker

Public Relations adalah perantara antara pimpinan organisasi

dengan publik, baik publik internal maupun publik eksternal. Tujuan

PR adalah untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi

yang menyenangkan bagi lembaga atau institusi di satu pihak dan

dengan publik, di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan

timbal balik.

Agar tercipta komunikasi yang harmonis dan timbal balik

antar lembaga dan institusi, maka manajemen isu perlu dilakukan

dengan baik. Ada dua esensi manajemen isu:Cutlip & Center (2006:4)

1. Identifikasi dini atas isu yang berpotensi memengaruhi organisasi

2. Respons strategis yang didesain untuk mengurangi atau

memperbesar konsekuensi dari isu tersebut. Misalnya, dalam

konteks opini public, manajemen isu “berusaha untuk


36

menjelaskan trend dalam opini public sehingga organisasi itu

bisa merespons trend tersebut sebelum tren itu berkembang

menjadi konflik serius”

Fungsi PR menurut Edward L. Bernays dalam buku berjudul

“Manajemen Public Relations” (Rosady Ruslan 2010 :18), antara lain

sebagai berikut:

1) Memberikan penerangan kepada publik

2) Melakukan persuasi kepada publik untuk mengubah sikap dan

tingkah laku publik

3) Upaya untuk menyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga

sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat, atau sebaliknya.

2.2.1.4. Tugas Public Relations

Ruang lingkup tugas public relations (PR) dalam sebuah

organisasi menurut Rumanti (2002:39); PR memiliki lima tugas

pokok, yaitu :

1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian

informasi secara lisan, tertulis melalui gambar (visual) kepada

publik, supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang

organisasi atau perusahaan, tujuan serta kegiatan yang dilakukan.

2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta

pendapat umum atau masyarakat. PR harus dapat mengantisipasi

setiap perubahan yang terjadi secara cepat apabila terjadi

masalah. PR perlu menentukan strategi dan

mengkomunikasikannya kepada publik internal dan eksternal.


37

3. Memperbaiki citra organisasi. Citra organisasi bisa merupakan

citra dari pimpinan dan citra yang menjadi keinginan dan

harapan. Citra yang bisa mendapat kepercayaan adalah citra dari

kenyataan identitas organisasi.

4. Tanggung jawab sosial PR merupakan instrument untuk

bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak.

Suatu organisasi mempunyai kewajiban adanya usaha untuk

pelayanan sosial yang menjadi tanggung jawabnya.

5. Komunikasi PR mempunyai bentuk komunikasi yang khusus,

timbal balik, maka pengetahuan komunikasi menjadi modalnya.

Kegiatan PR tersebut sangat erat kaitannya dengan

pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari masyarakat.

Scoot M. Cutlip, Allen H. Center dan Glenn M. Broom

mengikhtisarkan sepuluh pekerjaan PR sebagai berikut : Cutlip &

Center (2006 : 40)

1. Menulis dan mengedit, yaitu menyusun rilis berita dalam bentuk

cetak atau siaran, cerita feature, news letter untuk karyawan dan

eskternal stakeholder.

2. Hubungan media dan penempatan media.

3. Riset, mengumpulkan informasi tentang opini public, tren, iklim

politik dan hal-hal yang berkenaan dengan pandangan

stakeholder.

4. Manajemen dan administrasi, yaitu pemrogaman dan

perencanaan dengan bekerjasama dengan manajer lain.


38

5. Konseling, yantiu memberi saran kepada manajemen.

6. Acara special, yaitu mengatur dan mengelola konferensi pers,

lomba dan kegiatan yang mendukung lainnya.

7. Pidato, yaitu tampil di depan public melatih orang memberikan

kata sambutan dan mengelola juru bicara untk menjelasakan

platform organisasi.

8. Produksi, yaitu membuat saluran komunikasi dengan

menggunakan keahlian dan pengetahuan multimedia.

9. Training, yaitu mempersiapkan eksekutif dan juru bicara untuk

menghadapi media dan tampil dihadapan public.

10. Kontak, yaitu bertugas sebagai penghubung (liaison) dengan

media, komunitas dan kelompok internal serta eksteral lainnya.

Kompetensi PR yang harus dimiliki dalam menjalankan

aktivitas, media relation, yaitu:

1. Kemampuan menulis dg bahasa jurnalistik yg baik & membuat

konsep pidato.

2. Wawasan yang luas melalui pemahaman perkembangan isu

dimedia & masyarakat & hal lain dengan media.

3. Menguasai pengetahuan komunikasi persuasi dan personal.

4. Menguasi produk/corporate knowledge.

5. Menguasai komunikasi yang efektif.

6. Memiliki kemampuan sebagai narasumber media yang kredibel.


39

2.2.2. Media Monitoring

2.2.2.1. Definisi Media Monitoring

Media Monitoring adalah salah satu jalan yang ditempuh oleh

public relations dalam menganalisa publisitas yang telah beredar di

media. Sejatinya media monitoring mememiliki fungsi pengawasan

atau pemantauan. Menurut Hendry Rakhmadi, pengamat komunikasi,

monitoring terhadap media dapat dilakukan dengan beberapa cara,

yaitu :

1. Rekapitulasi berita dalam bentuk kliping berita.

2. Mengikuti dinamika pemberitaan media yang ada dalam kurun

waktu tertentu.

3. Menggunakan metode content analysis untuk mengevaluasi

kandungan isi media.

4. Membuat rekomendasi terhadap hasil dari analisis tersebut.

5. Menentukan prediksi dengan menciptakan trend pemberitaan

media.

2.2.2.2. Peran Media Monitoring

1. Memantau dan memetakan sejauh mana kegiatan, kebijakan,

maupun statement yang dikeluarkan oleh sebuah institusi atau

perusahaan diberitakan oleh media massa (cetak, online, TV);

2. Memantau pemberitaan lainnya menyangkut ekonomi secara

umum, industri dan jasa, hukum, dan hal lain yang relevan

dengan tugas pokok dan fungsi perusahaan;


40

3. Menganalisis kecenderungan dan arah pemberitaan media massa

secara objektif dengan menentukan dampak dan pengaruhnya

terhadap perusahan;

4. Memantau efektivitas komunikasi publik yang dilakukan

perusahaan dan berpotensi diliput media massa;

5. Mengevaluasi tren pemberitaan, agar Public Relations

perusahaan dapat menganalisa pemberitaan terkait hambatan

maupun kebijakan dan yang berhubungan dengan perusahaan.

2.2.2.3. Fungsi Media Monitoring

Media monitoring merupakan kegiatan pengguntingan atau

pemotongan bagian-bagian tertentu dari surat kabar, majalah atau

sumber yang lain kemudian disusun dalam sistem tertentu dalam

suatu bidang. (Ardianto 2002 : 98)

Sumber media monitoring bisa didapat dari media cetak dan

media elektronik, seperti radio dan televisi. Untuk media cetak

terbitan berkala, seperti : jurnal, tabloid, koran, majalah, mempunyai

kelebihan yaitu dapat menjadi media pengembangan ilmu

pengetahuan yang lebih luas dibanding buku, dapat menyampaikan

informasi lebih cepat, dapat terjadi komunikasi dua arah (misalnya

melalui surat pembaca) yang berisikan pikiran-pikiran terbaru yang

belum tentu terdokumentasi dalam bentuk buku.

Fungsi media monitoring tidak sekedar mengemas ulang

bacaan, yang dikliping dapat berupa artikel, berita atau foto, tetapi
41

juga yang sangat penting adalah sebagai early warning system dan

mempersiapkan strategi bagi sebuah perusahaan. Agar termonitor

dengan baik maka sumber harus jelas (nama koran, majalah atau yang

lain, tanggal terbit, halaman), tenaga yang telaten, teliti dan kreatif,

profesional (dapat memilih tema yang akan dimonitoring, misalnya

sesuai pengguna atau misi lembaga).

Dalam pembuatan media monitoring yang harus diperhatikan

adalah apa tujuan pembuatan media monitoring tersebut, fokus yang

akan dimonitoring dan sasaran pengguna. Media monitoring sebagai

sumber informasi bisa dijadikan alternatif pengganti buku untuk

pengetahuan.

Pada dasarnya, banyak pilihan saluran komunikasi atau

media yang bisa dipakai perusahaan dalam menyampaikan pesan.

Dalam kajian komunikasi massa ada empat saluran komunikasi, yaitu

media antarpribadi, media kelompok, media massa, dan media publik.

Hafied Cangara dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi

(2006: 122) memaparkan lima karakteristik media massa. Pertama,

bersifat melembaga, pihak yang mengelola media melibatkan banyak

individu mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada

penyajian informasi. Kedua, bersifat satu arah. Ketiga, jangkauan

yang luas, artinya media massa memiliki kemampuan untuk

menghadapi jangkauan yang lebih luas dan kecepatan daris segi

waktu. Juga, bergerak secara luas dan simultan di mana dalam waktu
42

bersamaan informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak

individu. Keempat, pesan yang disampaikan dapat diserap oleh siapa

saja tanpa membedakan faktor demografi seperti jenis kelamin, usia,

suku bangsa, dan bahkan tingkat pendidikan. Kelima, dalam

penyampaian pesan media massa memakai peralatan teknis dan

mekanis.

Melihat skema tersebut jelas terlihat bahwa masing-masing

saluran komunikasi akan memberikan hasil dan dampak tersendiri.

Namun, kecepatan menjangkau publik hanya bisa dilakukan oleh

media massa.

Peneliti dalam penelitiannya, akan melakukan analisa

mengenai kegiatan aktivitas media monitoring sebagai salah satu

kegiatan PR untuk melakukan pemantauan opini publik, baik itu

positif, netral maupun negatif.

Dalam analisanya akan dilakukan dengan menggunakan

teknik analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan

Thread). Masing-masing akan dijelaskan kekuatan, kelemahan,

kesempatan atau peluang dan ancaman yang akan di dapat selama

melakukan Media Monitoring untuk memantau dan menganalisa

tone pemberitaan terkait suatu isu, termasuk Advertising Value

Equivalents (AVE) yang didapat dari sebuah berita yang muncul.

Sekarang ini hampir 80% praktisi PR menggunakan media

monitoring untuk melakukan tracking atau penelurusan publisitas.


43

Namu demikian, mengumpulkan kliping media dan transkrip, atau

informasi dari kaset, radio dan pemberitaan TV adalah pengumpulan

data, bukan riset. Sebagaimana dijelaskan oleh ahli PR protagonist

Gael walker (1992), Associate Professor dari University of

Technology Sydney : “…pengumpulan data merupakan tahap awal

dari riset” Silih Agung Wasesa (2015 : 310). Selain bersifat

elementer, kliping pers adalah bentuk pengukuran yang bersifat

kuantitatif. Karena itu perlu dilakukan pengolahan data pemberitaan

media secara kualitatif. Para praktisi PR sadar bahwa publisitas

negative tidak akan bisa mencapai objectif sampai mereka mencoba

mengadopsi beberapa bentuk analisis. Analisis media telah menjadi

metodologi riset dalam PR dan corporate communication yang

digunakan secara luas dan dapat ditelaah secara lebih detail, yang

kita sebut analisis konten media. Hasil dari analisa ini akan

digunakan untuk menjadi masukan meningkatkan peran dan fungsi

layanan media monitoring yang susah ada sekarang.


44

2.3. Bagan Alur Pikir

PT Cita Kreasika Indonesia

Aktivitas Media Monitoring


pada PT Cita Kreasika Indonesia

Teori Public Relations Teori Media Monitoring

Peran & Fungsi Faktor Pendukung Kendala

Media Monitoring Media Monitoring Media Monitoring


Media Monitoring
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan suatu cara pandang untuk melihat

kompleksitas dunia nyata. Metodologi kualitatif berasal dari pendekatan

interpretif (subjektif). Pendekatan subjektif mempunyai dua varian yakni

konstuktivis dan kritis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

paradigma Konstruktivist dalam memahami permasalahan yang akan diteliti.

Paradigma Konstruktivist menempatkan ilmu komunikasi sebagai analisis

sistematis terhadap “sosially meaningfull action”, yaitu pengamatan langsung

alamiah yaitu penafsiran tentang pelaku sosial dalam mengelola dunia sosial

mereka.

Rachmat Kriyantono dalam bukunya Teknis Praktis Riset

Komunikasi (2006 : 59) menyatakan bahwa konstruktivist melihat realitas

sebagai konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku

sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Realitas

adalah hasil konstruksi mental dari individu pelaku sosial, sehingga realitas

dipahami sebagai beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks dan

waktu.

Pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian

merupakan produk interaksi antara peneliti dengan objek yang diteliti.

Peneliti dan objek penelitian merupakan kesatuan realitas yang tidak

45
46

terpisahkan. Menekankan empati, dan interaksi dialektis antara peneliti-

responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti, melalui metode-metode

kualitatif seperti observasi partisipan.

3.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif

dengan jenis atau tipe riset secara deskriptif yang sesuai dengan paradigma

yang dipakai oleh peneliti. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena

peneliti ingin mengkaji dan membahas realita yang terjadi dalam kehidupan,

aspek-aspek permasalahan terlibat secara jelas dan mendalam yang tidak

diinterpretasikan dengan angka-angka.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan

sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Secara

umum, penelitian kualitatif memiliki ciri, diantaranya: intensif,notes

field,analisis data lapangan,tidak ada realitas tunggal,subjektif,realitas dan

holistik,depth (dalam), prosedur penelitian: empiris rasional dan tidak

berstruktur, dan hubungan antara teori, konsep dan data: data memunculkan

atau membentuk teori baru.(Kriyantono, 2006:58).

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu

uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati

dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu

konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh dan

komprehensif.
47

Menurut Rachmat Kriyanto (2006:57-58) pendekatan kualitatif secara umum

memiliki ciri-ciri sbb :

1. Intensif, partisipasi peneliti dalam waktu lama pada setting lapangan,

peneliti adalah instrumen pokok penelitian.

2. Sesuatu yang didapat harus diperhatikan, menyangkut apa yang terjadi

dengan catatan-catatan di lapangan dan tipe-tipe lain dari bukti-bukti

dokumenter.

3. Analisis data lapangan.

4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, kutipan dan komentar yang

ada.

5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap penelitian mengkreasi realitas

sebagai bagian dari proses penelitiannya. Realitas dipandang sebagai

dinamis dan produk konstruksi sosial.

6. Subyektif berada hanya dalam referensi peneliti. Peneliti sebagai sarana

penggalian interpretasi data.

7. Realitas adalah holistic dan tidak dapat dipilih-dipilih.

8. Peneliti memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi adalah

individu-individunya.

3.3. Metode Penelitian

Menurut Rachmat Kriyanto (2006:56) penelitian kualitatif bertujuan

untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui

pengumpulan data. Peneliti dalam melakukan penelitian adalah bagian

integral dari data, artinya peneliti ikut aktif dalam menentukan jenis data yang

diinginkan. Terdapat beberapa jenis metode dalam penelitian kualitatif, yaitu


48

: Metode Focus Group Discussion, Metode Wawancara Mendalam, Metode

Observasi, Metode Studi kasus dan Metode Etnografi.

Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan

menggunakan metode wawancara mendalam. Wawancara Mendalam adalah

wawancara yang dilakukan secara intensif dan kebanyakan tak berstruktur.

Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam. Wawancara

Mendalam yaitu suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara

langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan

mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-

ulang) secara intensif. Pewawancara relative tidak mempunyai kontrol atas

respon informan, artinya informan bebas memberikan jawaban.

Untuk mendapatkan data yang memadai maka perlu beberapa

sumber data yang dibutuhkan melalui pendekatan studi dokumen/teks melalui

surat kabar, majalah, naskah, artikel dan sejenisnya. Peneliti melakukan

observasi atau pengalaman alami dengan ikut langsung dan terlibat dengan

kegiatan media monitoring. Semua metode dilakukan peneliti untuk

mendapatkan data sebanyak mungkin sumber data yang bisa digunakan untuk

meneliti, menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif suatu individu,

kelompok, suatu program atau organisasi secara sistematis.

3.4. Objek dan Subjek Penelitian

Proses kerja media monitoring yang dilakukan PT Cita Kreasika

Indonesia dalam memperkuat strategi Public Relations yang dibuat untuk

sebuah perusahaan atau institusi.


49

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Rachmat Kriyanto (2006:95), kegiatan pengumpulan data

adalah prosedur yang sangat menentukan baik tidaknya riset. Jika kegiatan

pengumpulan data ini tidak dirancang dengan baik atau bila salah dalam

pengumpulan data maka data yang diperoleh pun tidak sesuai dengan

permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data penelitian yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini, antara lain:

3.5.1. Wawancara

Data primer didapatkan dari wawancara mendalam (indepth

interview). Wawancara adalah percakapan antara periset, seseorang yang

berharap mendapatkan informasi dan informan, seseorang yang diasumsikan

mempunyai informasi penting tentang suatu objek menurut Berger dalam

buku Kriyantono, wawancara merupakan metode pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari

informan dengan cara bercakap-cakap atau berhadapan muka dengan orang

tersebut. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dan tatap muka

sehingga gerak dan mimik responden dapat melengkapi kata-kata secara

verbal. Karena itu tidak hanya menangkap perasaan, pengalaman, emosi,

motif yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan.

Wawancara dilakukan secara informal dan tak berstruktur, dimana

hubungan pewawancara dan informan berjalan lancar dalam suasana biasa

dan wajar, sehingga pewawancara dapat melakukan probing dengan baik.


50

Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan pekerjaan

media monitoring dan public relations.

3.5.2. Observasi

Observasi terhadap subyek dan obyek yang terkait dengan penelitian.

Menurut Rachmat Kriyanto (2006:110) observasi adalah kegiatan yang setiap

saat kita lakukan. Namun tidak semua observasi bisa disebut sebagai suatu

metode dalam riset. Karena metode pengumpulan data melalui observasi

memerlukan syarat-syarat tertentu agar dapat bermanfaat bagi kegiatan

penelitian. Dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyajikan

gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan,

penelitian untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi

yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu dan melakukan umpan

balik terhadap pengukuran tersebut.

3.5.3. Data dan Dokumentasi

Data didapatkan dengan studi pustaka yang didapatkan dari sumber

literatur kepustakaan berupa buku-buku, surat kabar, artikel/tulisan pada

media massa dan internet, dokumen perusahaan, data perusahaan, laporan

media monitoring serta hasil penelitian yang berhubungan dengan kegiatan

Public Relations dan Media Relations di PT Cita Kreasika Indonesia.

3.6. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peeliti melakukan pertimbangan kesahihan data

berdasarkan triangulasi. Triangulasi menurut Prof. Dr. Sugiyono (2013: 273)


51

merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi

teknik dan pengumpulan data dan waktu. Jenis triangulasi yang akan

digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber dan

triangulasi metode. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Triangulasi metode menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik perolehan yang

berbeda, dengan cara wawancara dan observasi.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis data model interaktif menurut Miles & Huberman. Prof. Dr. Sugiyono

(2013: 273) mengemukakan bahwa, teknik analisis data model interaktif

terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pertama adalah

tahap pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan

ketiga adalah tahap display data, dan tahapan keempat adalah tahap penarikan

kesimpulan atau tahap verifikasi.

Tahap pengumpulan data adalah tahap mendapatkan berbagai macam

informasi yang ada untuk digunakan pada penelitian ini. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan


52

melakukan wawancara dengan nara sumber. Pada saat wawancara, peneliti

sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban

yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti

akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang

dianggap kredibel.

Tahap reduksi data dilakukan setelah memperoleh data dari lapangan

yang jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan

rinci. Jumlah data yang banyak dan kompleks serta rumit, maka perlu

dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

untuk melakukanpengumpulan data selanjutnya.

Tahap ketiga adalah tahap display data atau penyajian data.

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori dan sejenisnya. Semua data yang ada disusun

sehingga strukturnya dapat difahami.

Tahap terakhir adalah tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi

dilakukan karena kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti

yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek

4.1.1. Sejarah dan Profil

PT Cita Kreasika Indonesia (CIKA Indonesia) adalah bussines asosiasi

yang menempatkan bisnis difokuskan pada Public Relations, Penelitian dan

Pemetaan, dan Media Konsultan. CIKA berdiri pada tanggal 15 Desember

2010. Telah profesional dijalankan oleh para ahli yang berpengalaman dalam

penelitian dan komunikasi dan beberapa bidang lainnya. Kami bersinergi

untuk membuat dan mencapai sebuah perusahaan yang kredibel. CIKA

Indonesia didirikan oleh orang-orang professional untuk memberikan

kontribusi terhadap dunia bisnis dalam menciptakan nilai lebih untuk

memiliki kompetitif baik di middle ekonomi dunia.

4.1.2. Visi dan Misi

4.1.2.1. Visi :

Menjadi perusahaan terkemuka dan dapat diandalkan dalam manajemen dan

komunikasi layanan dengan berbagai jenis usaha saling mendukung.3

4.1.2.2. Misi :

1. Memimpin dan mitra terpercaya dari berbagai instansi dan perusahaan

dalam manajemen dan komunikasi.

3
http://www.cikaindonesia.com diakses pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 8:15 WIB

53
54

2. Mengembangkan sumber daya secara maksimal dan untuk mewujudkan

hasil yang optimal.

3. Memobilisasi kemampuan ahli dan profesional dari berbagai bidang yang

mendukung jenis usaha.

4.1.3. Kegiatan Perusahaan

Kegiatan Perusahaan adalah Jasa konsultansi dan Manajemen. Jasa

konsultansi merupakan bentuk layanan guna mendorong proses bisnis

perusahaan atau korporasi menjadi transparan dan akuntable. Melalui jasa

konsultansi, diharapkan korporat mampu memaksimalkan sumber daya yang

ada untuk meningkatkan kinerja bisnisnya. Layanan jasa konsultansi yang

tersedia meliputi:

1. Jasa Konsultansi PR

2. Jasa Konsultansi Media

3. Jasa Pelaksanaan Survei

4.1.3.1. Jasa Konsultansi PR :

1. Manajemen Acara

Acara (Event) institusi dan korporasi, bila dikemas secara menarik,

akan memberikan keuntungan ganda. Acara tersebut tidak hanya

berfungsi menggugah kesadaran publik, tetapi juga mampu

meningkatkan citra institusi dan korporasi. Dalam konteks ini,

manajemen acara (event management) menjadi suatu keharusan

untuk dapat menampilkan sebuah acara yang menarik dan efektif


55

serta sejalan dengan tujuan institusi dan korporasi. Beberapa acara

yang dilakukan adalah :

1. Diskusi Kelompok

2. Seminar

3. Talk Show

2. Penerbitan

Penerbitan merupakan bagian penting dalam suatu lembaga atau

perusahaan. Melalui penerbitan, dapat melakukan edukasi dan

sosialisasi baik di internal maupun eksternal. Layanan penerbitan

dirancang untuk mengatur seluruh kegiatan sebelum dan sesudah

cetak. Layanan ini mencakup antara lain:

1. In House Magazine

2. Penyusunan Buku

3. Penyusunan Biografi

4. Penyusunan Buku Direktori

5. Profil Perusahaan

6. Perangkat Promosi

3. Periklanan dan Rumah Produksi

Iklan menjadi faktor penting tidak hanya dalam memasarkan

produk, tetapi juga dalam mensosialisasikan berbagai kebijakan

publik. Layanan iklan ini mencakup kegiatan mulai dari merancang,

menyusun konsep, memproduksi, hingga melakukan

placement/penayangan, guna membantu mewujudkan iklan-iklan


56

yang kreaktif, inovatif, dan inspiratif. Layanan jasa produksi

periklanan ini meliputi: .

1. Iklan Layanan Masyarakat

2. Iklan Televisi

3. Iklan/Jingle Radio

4. Iklan Media cetak/Print Ad

5. Advertorial

6. Video Profil & Presentasi

4.1.3.2. Jasa Konsultansi Media :

1. Media Monitoring

Layanan informasi untuk memantau perkembangan berita di media

cetak, elektronik (radio dan televisi), serta internet. Melalui

komputer, operator-operator profesional kami melakukan

pemantauan berita untuk mengetahui berita-berita terkait secara

real-time dan reguler. Pemantauan media ini dimaksudkan untuk

membantu mereka yang terlibat di bidang komunikasi korporat,

komunikasi publik, pemasaran, periklanan dan riset profesional

guna melakukan deteksi awal (early warning system) permasalahan

di lapangan, sehingga penyusunan strategi komunikasi dan

pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan sebaik baiknya.

Adapun layanan media monitoring terdiri :

1. Kliping Digital

2. Analisa Media Harian


57

3. Laporan Kronologis

2. Pemetaan Media

Kebebasan pers telah melahirkan media baru, baik cetak maupun

elektronik, serta berbagai situs dalam jumlah yang sangat besar.

Media tersebut tersebar tak hanya di Jakarta, sebagai ibukota, tetapi

juga tersebar di berbagai daerah di seluruh tanah air. Hampir

seluruh daerah sudah memiliki media lokal sendiri baik media

cetak, televisi, radio maupun situs yang digunakan sebagai media

komunikasi di daerah. Pemetaan Media dimaksudkan untuk

mengenali, mengkategori dan mengklasifikasi karakter, kebijakan

dan awak redaksi dari masing-masing media.

1. Pemetaan Karakter Media

2. Pemetaan Kebijakan Redaksi Media

3. Membangun Hubungan Media

Membangun hubungan yang lebih erat dengan insan media menjadi

kata kunci untuk membangun citra institusi atau korporasi.

Hubungan tersebut harus didasarkan pada prinsip-prinsip

profesionalisme kesetaraan, dan saling menghormati peran masing-

masing. Adapun berbagai layanan hubungan media antara lain :

1. Pertemuan Media

2. Pelatihan Media

3. Konferensi Pers
58

4.1.3.3. Jasa Konsultansi dan pelaksanaan Survei

Bagi institusi dan korporasi, partisipasi publik sangat diperlukan dalam

setiap pengambilan keputusan dan kebijakan. Survei perlu dilakukan

untuk mendapatkan partisipasi publik guna memahami kebutuhan

maupun persepsi publik terhadap suatu masalah. Dengan demikian,

hasil survei dapat dijadikan dasar dalam menentukan kebijakan

publik. Adapun layanan survei yang dapat dilakukan antara lain:

4.1.3.3.1. Survei Brand dan Reputasi Korporasi

4.1.3.3.2. Survey Kepuasan Karyawan

4.1.3.3.3. Survey Kepuasan Pelanggan

4.2. Deskripsi Subyek Penelitian

Pada pengumpulan data primer menggunakan metode wawancara

mendalam, dengan 1 narasumber kunci, yaitu : informan 1 adalah Konsultan

PT Cita Kreasika Indonesia, Ibu Hamsina. Sementara 3 narasumber lainnya,

yaitu : informan 2 adalah Supervisor, pengguna system aplikasi media

monitoring, yaitu Ibu Musaida. Informan 3 adalah Konsumen, penerima

service media monitoring, Ibu Didy. Informan 4 adalah Pakar di bidang

komunikasi, khususnya yang mengetahui layanan media monitoring, Bapak

Solemanto.

Penentuan ke 4 narasumber ini menggunakan teknik “Purposive

Sampling”. Teknik ini pada dasarnya dilakukan sebagai sebuah teknik yang
59

sengaja mengambil sample tertentu yang telah sesuai dan memenuhi segala

persyaratan yang dibutuhkan.

Wawancara yang dilakukan terfokus pada subyek penelitian yaitu

mengenai aktivitas media monitoring, khususnya yang dilakukan di PT Cita

Kreasika Indonesia, dalam rangka mengidentifikasi dan menganalisa peran

dan fungsi media monitoring untuk mendukung aktifitas Public Relations dari

Client CIKA.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menyampaikan data dengan

metode melakukan wawancara. Dimana ada 4 orang narasumber, yang

berbeda dari segi kompetensinya. 1 (satu) orang narasumber/informan kunci

dan 3 (tiga) orang lainnya adalah narasumber/informan. Informan 1 adalah

seorang konsultan, sekaligus Direktur Utama dari PT Cita Kreasika

Indonesia. Sementara 3 informan lainnya adalah : informan 2 yaitu staf dari

PT Cita Kreasika Indonesia, informan 3 mewakili dari pengguna jasa layanan

media monitoring dan informan 4 merupakan pakar, seorang yang telah lama

malang melintang di dunia PR khususnya media monitoring.

4.2.1. Informan 1

Agar peneliti dapat mengetahui mengenai pekerjaan media monitoring

peneliti melakukan wawancara dengan direktur utama sekaligus konsultan

media media monitoring. Informan 1 yaitu : Ibu Hamsina. Dari hasil

wawancara, peneliti mengetahui bahwa data hasil media monitoring dapat

dianalisis lebih lanjut untuk digunakan menjadi data awal untuk membuat
60

strategi komunika yang dilakukan oleh PR, yang tentunya bermanfaat bagi

sebuah perusahaan atau institusi.

“Data yang diperoleh dari media monitoring memberikan manfaat


bagi kemajuan perusahaan. Media monitoring akan setidaknya
bermanfaat bagi ; pengembangan public relations, memperkuat data
market intelligent, landasan manajemen memutuskan rencana
investasi serta memudahkan penyusunan perencanaan dan
pengukuran keberhasilan strategi komunikasi perusahaan.” (informan
1)

Sebagai konsultan, informan 1 mengetahui betul bagaimana sebuah

data dari hasil media monitoring dapat dipergunakan untuk banyak hal.

Bagaimana aplikasi yang ada dapat digunakan untuk melakukan

pengelompokkan data sesuai kebutuhan. Klasifikasi data dapat berdasarkan

nama media, nama peneliti, tanggal berita dipublikasikan dan bagaimana isu

tersebut berkembang di masyarakat. Sebagai konsultan, informan 1 sangat

piawai untuk melihat data dan membuat strategi yang tepat dan dibutuhkan

oleh client.

“Data yang diperoleh dari Media Monitoring merupakan salah satu


instrument informasi yang berguna dalam pengembangan strategi dan
penyusunan program komunikasi perusahaan.”(informan 1)

Latar belakang dari informan 1 juga mendukung pekerjaannya sebagai

konsultan Public Relations, yaitu sebagai jurnalis. Informan 2 mempunyai

kemampuan analitik yang cukup baik terhadap sebuah isu yang perlu

dikritisi.

4.2.2. Informan 2

Informan 2 yaitu Ibu Ida yang menjabat sebagai manager menangani

media monitoring di PT Cita Kreasika Indonesia. Pengalaman mengerjakan


61

pekerjaan media monitoring dilakukan sejak tahun 2004, sehingga paham

bagaimana proses kerja media monitoring secara detail.

“Saya sudah bekerja di PT Cita Kreasika sejak tahun 2010 dan


langsung bertanggung jawab menangani divisi media monitoring.
Ya….mengerjakan pekerjaan media monitoring ini sudah hampir 7
tahun.Namun sebelum di perusahaan ini, saya juga dari perusahaan
dimana menangani media monitoring sejak tahun 2004.” (Informan 2)

Pendidikan formal informan 2, yaitu manajemen informasi teknologi.

Dengan latar belakang pendidikan ini membuat informan 2 lebih cepat

menguasai aplikasi yang ada untuk pekerjaan media monitoring dan dapat

mengupdate bila aplikasi tersebut memiliki kekurangan atau ada masalah,

seperti dalam kutipan :

“awal saya bekerja untuk media monitoring menggunakan system


manual dengan menggunting koran dan majalah dan akhirnya
ditempel, dijilid dan disampaikan kepada client. Namun sekarang
sudah menggunakan aplikasi pada beberapa tahapan sehingga
memudahkan dan mempercepat proses pengerjaan. Mesti begitu
aplikasi juga harus diupdate terus untuk memenuhi kebutuhan yang
semakin hari semakin meningkat. Khususnya untuk beberapa media
cetak, sekarang ini masih ada yang dilakukan manual dengan
menggunting beritanya, karena sumber awalnya belum digital, baru
dilanjutkan dengan menggunakan aplikasi” (Informan 2).

4.2.3. Informan 3

Peneliti merasa perlu untuk melakukan wawancara dengan pengguna

jasa media monitoring untuk mengetahui bagaimana manfaat yang diterima

dari layanan media monitoring yang ada. Dari layanan yang diberikan dapat

diketahui kekurangan dan kelebihannya. Informan 3 ini adalah Ibu Didy,

yaitu staf dari perusahaan multi nasional.

“Saya merasakan manfaat menggunakan media monitoring digital

yaitu ter update dengan berita seputar Oil & Gas.”(Informan 3)


62

Informan 3 di perusahaannya menangani divisi Public Relations

dimana kebutuhan jasa layanan media monitoring menjadi sangat penting

dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Dengan begitu banyak aktifitas dan

stakeholder yang harus ditangani, layanan media monitoring digital menjadi

tools yang sangat membantu untuk mempercepat dalam mengambil

keputusan, khususnya berguna untuk menghadapi media dan para jurnalis

yang selama ini selalu berhubungan dengan informan 3.

“Secara budget lebih mahal, tapi lebih hemat waktu untuk

mendapatkan berita yang diperlukan. Perusahaan mendapatkan

informasi lebih cepat daripada publik.” (informan 3)

4.2.4. Informan 4

Informan ke 4 kita adalah Bapak Solemanto, yang merupakan pakar

juga konsultan dari service media monitoring yang sudah berkecimpung lama

pada dunia Public Relations.

“Saya sudah lama berkecimpung di dunia Public Relations sejak

tahun 1999. Pernah menangani sebagai konsultan PR untuk BUMN

sejak tahun 1997. Beberapa strategi dalam bidang PR telah membantu

kerja dari para PR sebuah perusahaan yang kami tangani.”(informan

4)

Latar belakang dari informan 4 ini adalah mantan wartawan dan

kolumnis di beberapa perusahaan media di Indonesia. Dari pengalamannya


63

itu membuat beliau sangat piawai dalam melaksanakan tugas pada bidang

Public Relations. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti melakukan

konfirmasi kepada informan 4, apakah kegiatan media monitoring yang

sudah dilakukan sekarang ini telah memenuhi aturan yang ada dan membantu

tugas PR?

“Secara prinsip media monitoring itu sudah menjadi bagian strategis


bagi sebuah perusahaan PR. Bagi perusahaan yang memiliki kualitas
media monitoring yang prima, tentu akan bisa memberikan jasa PR
yang berkualitas, karena dalam menciptakan opini atau citra
clientnya betul-betul berdasarkan opini yang berkembang yang
direfleksikan dari hasil media monitoring. Media monitoring telah
memberikan sumbangan yang sangat signifikan terhadap kegiatan
PR.” (Informan 4)

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian

4.3.1. Proses Kerja Media Monitoring

Media Monitoring adalah sebuah layanan pemantauan media

menyediakan klien dengan dokumentasi, analisis, atau salinan dari konten

media yang menarik kepada klien. Layanan cenderung mengkhususkan diri

dengan jenis media, ukuran, geografi, publikasi, wartawan, edisi atau jenis

konten. Meskipun pemantauan media lebih sering daripada tidak digunakan

untuk menangkap isi editorial, kadang-kadang juga dapat digunakan untuk

menangkap konten iklan. Media pemantauan mencakup semua jenis media

termasuk cetak, TV online, dan radio.

Seperti kita ketahui media monitoring digunakan oleh Public Relations

(PR) untuk menganalisa publisitas yang beredar di media. Untuk melakukan

monitoring terhadap media dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah


64

satunya adalah dengan melakukan rekapitulasi berita dalam bentuk kliping

berita disertai penentuan tone berita. Setiap harinya setelah diketahui

rekapitulasi berita, dapat ditindaklanjuti dengan melakukan pendalaman atas

hasil rekapitulasi tersebut, yaitu dengan melakukan metode content analysis

untuk mengevaluasi kandungan isi media. Dari hasil pemantauan media ini,

dapat juga diketahui dinamika pemberitaan media yang ada dalam kurun

waktu tertentu dan trend pemberitaan media untuk sebuah isu.

PT Cita Kreasika Indonesia telah melakukan pemantauan media

monitoring sekitar 8 (delapan) tahun, sejak tahun 2008. Pemantauan

pemberitaan media dilakukan secara digital dengan menggunakan aplikasi.

Aplikasi yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan. Fitur-

fitur yang ada digunakan untuk mendapatkan hasil pemberitaan yang detil dari

sebuah berita yang dipantau. Informasi yang ada pada sebuah berita dapat

dikategorisasi dengan memperhatikan keyword atau kata kunci sesuai fitur

yang ada. Kategorisasi tersebut meliputi : nama media, nama peneliti, judul

berita, summary pemberitaan, tanggal berita dipublikasikan di media dan

halaman dimana berita tersebut ada.

Dengan aplikasi yang ada, media monitoring perlu dilakukan dengan

beberapa tahap kerja. Setiap tahap memiliki fungsi kerja masing-masing.

Sistem yang digunakan untuk merekam seluruh aktivitas media monitoring,

mulai dari input berita, melakukan editing, analisa sampai dengan hasil

pantauan media.

Seluruh tahapan kerja media monitoring dapat digambarkan sebagai berikut :


65

4.3.1.1. Tahap Intake (Operator)

1. Entri berita dari koran


• Nama Media
dan majalah
• Waktu Terbit
2. Entri berita dari
• Judul Berita
internet
• Tone Berita
3. Entri berita dan
• Penulis Berita
recording dari TV
• Link Berita, dll
4. Entri berita dan
recording dari Radio

Pada tahap ini seorang operator melakukan input berita sesuai channel

media yang ada. Apabila berita yang dipantau dari media cetak, seperti koran,

majalah atau tabloid, maka hasil kliping atau bagian berita yang dikehendaki

di scan terlebih dahulu, dengan menggunakan alat yang disebut scanner. Alat

ini yang akan merubah bentuk hard copy menjadi soft copy. Setelah berita

tersebut diinput, maka dapat dilakukan kategorisasi/pengelompokan data

meliputi : nama media, waktu terbit, judul berita, tone, peneliti dan link

beritanya. Dengan memberikan data link berita, sehingga informasi berita

dapat dilihat langsung secara lengkap.

“Wah penjelasan ini agak panjang….yaitu dimulai dengan seluruh


proses media monitoring dilakukan bertahap, dan pada beberapa
proses dengan menggunakan aplikasi system IT yang telah dimiliki.
Tahapan pekerjaan media monitoring ini adalah membaca koran,
setelah berita dipilih, kemudian digunting dan ditempel pada form
yang telah tersedia. Proses selanjutnya yaitu men-scan berita yang
telah ditempel tadi kemudian merapihkannya dalam bentuk dokumen
word.” (informan 2).
66

Media yang dipantau oleh PT Cita Kreasika Indonesia, anatara lain :

1. Media Cetak

1. Harian Kompas 11. The Jakarta Post


2. Media Indonesia 12. Rakyat Merdeka
3. Koran Sindo 13. Fajar
4. Republika 14. Kedaulatan Rakyat
5. Bisnis Indonesia 15. Bali Post
6. Kontan 16. Banjarmasin Post
7. Investor Daily 17. Pikiran Rakyat
8. Warta Kota 18. Sriwijaya Post
9. Indopos 19. Majalah Tempo
10. Koran Tempo 20. Majalah Gatra

2. Media Online

Detik.com
Kompas.com
Metronews.com
Inilah.com
Vivanews.com
Kapanlagi.com
Okezone.com
Antaranews.com
Tempo.co
Tribunnews.com

3. Media Televisi

RCTI
SCTV
Metro TV
TV one
Trans TV
Trans 7
Anteve
Indosiar
MNC TV
TVRI
67

4. Media Radio

Elshinta
RRI Pro 3
Sindo Trijaya
KBR 68H
SmartFM

“Kami memantau media cukup banyak dan jadwalnya dapat


disesuaikan disesuaikan dengan kebutuhan client. Media yang
dipantau, yaitu : media cetak 15-20 media, media online 10-18
media, broadcast TV 10 media dan broadcast radio 3-5 stasiun”
(Informan 2)

Gambar 4.1. Tampilan Input Berita

Gambar 4.2. Tampilan Database Berita


68

4.3.1.2. Tahap Editing

• Pembobotan setiap
• Editing raw data yang berita
diinput operator • Penentuan
• Pembuatan Summary Narasumber dan
kutipan
• Penentuan
Klasifikasi

Pada tahap ini seorang petugas editor dapat membaca berita dan

melakukan editing serta membuat summary berita tersebut. Pada bagian

ini akan didapat informasi bobot setiap berita, narasumber, kutipan dan

penentuan klasifikasi dari berita yang diinput. Bobot berita yaitu nilai dari

publikasi pemberitaan tersebut. Seberapa jauh pengaruhnya bagi pembaca.

Bobot ini dikuantifikasi dengan menghitung atau memberi nilai dengan

skala yang telah ditentukan. Aspek yang dihitung adalah : media yang

memberitakan, posisi halaman berita, ukuran berita dan tampilan berita.

“Aspek yang diperhitungkan antara lain : media yang


memberitakan, posisi halaman, ukuran dan tampilan berita. Aspek-
aspek ini pada sebuah pemberitaan perlu diperhatikan untuk
mengetahui seberapa besar keterbacaannya bagi pembaca.
Pengaruh yang ditimbulkan dari membaca berita tersebut”
(Informan 1).

Peneliti melihat bahwa media yang memberitakan memiliki

kontribusi besar pada nilai bobot, karena dipengaruhi jumlah tiras dari

media tersebut. Semakin besar tiras media akan semakin besar bobot yang

diberikan.

“Dengan aplikasi khusus yang dimiliki, dapat memudahkan


pekerjaan pemantauan media monitoring, karena kami menginput
dan mengupload, kemudian sistem dapat mengklarifikasikannya
dengan baik. Sebuah berita diperhitungkan memiliki bobot
69

seberapa besar keterbacaannya, karena dibuat semacam rumus


yang memasukkan rumus secara kuantifikasi” (Informan 2)

Selain itu, menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen

Public Relations (2000:169), pada tahap evaluasi publikasi perlu

memantau pemuatan tulisan di media massa, meliputi hal-hal seperti

tertera pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Evaluasi Publikasi

PERHATIAN KETERANGAN

1. Jumlah media yang memuat Seberapa jauh jangkauannya.

tulisan/publikasi Bagaimana kualitasnya?

2. Kadar kesalahan penulisan Apakah wartawan telah memuatnya

dengan benar? Apa ada kesalahan

fatal? Bagaimana memperbaikinya

3. Macam ulasan Apakah masuk dalam berita utama,

berita ekonomi, berita pendek atau

berita ringan.

4. Pengulangan Apakah redaksi mengulang berita

tersebut dalam laporan yang lain ?

Perhitungan nilai sebuah berita juga dapat ditentukan dengan

mengkalkulasi Advertising Value Equivalent (AVE), Silih Agung Wisesa

(2015:311-312). AVE merujuk pada “nilai iklan”, yang meliputi

perhitungan beberapa sentimeter atau inci kolom publisitas media dan

beberapa detik “airtime” yang diperoleh dari menggandakan nilai iklan di


70

media dimana pemberitaannya berada. Namun ada beberapa kelemahan

juka menggunakan AVE dalam rangka menentukan nilai publisitas, yaitu :

1. Publisitas editorial bisa negatif ; Suatu hal yang percuma untuk

membandingkan publisitas negative dengan iklan yang paling kreatif.

2. Publisitas editorial bisa netral ; Jenis publisitas ini tidak dapat

dibandingkan secara valid dengan iklan karena iklan tidak pernah

bersifat netral.

3. Artikel editorial sering berisi konten milik pesaing ; Iklan tidak pernah

membandingkan pesaing dan kebanyakan iklan menghindari

penyebutan nama pesaing.

4. Pemberitaan editorial bisa jadi kurang pas ; yang dapat memengaruhi

efek pemberitaannya, sementara iklan selalu diposisikan menyolok dan

tampil sesuai keinginan kita.

5. Pemberitaan editorial bisa salah sasaran atau berada dalam media yang

tidak relevan; misalnya media yang tidak berhasil mencapai sasaran

audiensinya dan memiliki sirkulasi rendah. Sementara iklan diterapkan

secara strategis hanya di beberapa media yang sesuai saja.

6. Pemberitaan editorial yang dipresentasikan secara buruk; misalnya

headline yang ambigu, dengan nama klien yang tidak kelihatan sama

sekali dan bahkan banyak kesalahan. Sementara iklan disiapkan untuk

hasil yang maksimal menggunakan visual yang eye-cathing.

Kalkulasi AVE biasanya didasarkan pada harga pemasangan iklan

yang jauh lebih tinggi ketimbang nilai sebenarnya. AVE hanya


71

mengkalkulasi biaya pembelian halaman media dan waktu untuk iklan;

mereka tidak berupaya untuk mengukur efek atau akibatnya pada konten.

Untuk itu para ahli berfikir jauh kedepan dengan memberikan penilaian

terhadap sebuah berita dengan menggunakan Analisa Konten Media.

Analisa konten media merupakan aplikasi spesialis dari program

analisis konten. Sesuai namanya, analisis konten media menganalisis

konten dari media massa. Analisis konten media dapat dilakukan secara

kuantitatif dan kualitatif. Seiring berjalannya waktu, banyak yang

menggunakan analisis konten kuantitatif yang mengkalkulasikan; Silih

Agung Wisesa (2015:322) :

1. Volume artikel

2. Volume penyebutan isu terhangat

3. Volume pemberitaan seputar pesaing

4. Volume pesan kunci (diidentifikasi oleh kata kunci dalam kalimat)

5. Kesan atau “opportunities to see” (OTS) yang merupakan estimasi

jumlah audiensi yang dijangkau dan dihitung menggunakan statistic

nilai sirkusia; dan

6. Jangkauan (penetrasi sasaran audiensi).


72

Gambar 4.4 Tampilan Editing

4.3.1.3. Tahap Penyimpanan

Tahap penyimpanan untuk penyimpanan dan pembuatan

laporan. Setelah dilakukan tahapan editing untuk berita yang diinput,

maka petugas dapat menindaklanjuti kegiatan media monitoring

sebagai berikut :

1. Pembuatan laporan harian; yang dimaksud adalah laporan yang

direkapitulasi per hari dan dibutuhkan oleh client untuk

mengetahui trend dan dinamika pemberitaan. Dari laporan ini dapat

diketahui isu yang sedang berkembang, baik itu isu posistif, netral

ataupun negative. Dari laporan ini juga dapat diketahui berapa

banyak media yang memberitakan sebuah isu, sehingga dapat

dilakukan analisa lebih lanjut dan antisipasi serta program yang

dibutuhkan terkait isu yang berkembang di media.

2. Broadcast laporan harian melalui email dan website; Laporan

harian yang telah dibuat, dapat didistribusikan melalui email atau


73

mengakses website khusus pemantauan media monitoring, dengan

menggunakan user name dan password yang telah ditentukan.

3. Manajemen SMS (SMS Manager) untuk beberapa topik hangat

dapat disampaikan melalui sms atau pesan singkat lainnya melalui

mobile phone. Langkah ini dilakukan untuk menjadi “early

warning system” mempercepat informasi sampai kepada client.

4. Manajemen penyimpanan. Pada tahap ini seluruh laporan dan hasil

pemberitaan dikumpulkan pada satu lokasi penyimpanan atau

server yang telah dipersiapkan.

“Data media monitoring berupa pemberitaan dari media


massa merupakan informasi yang penting bagi perusahaan
untuk menyusun langkah bisnis, termasuk agenda
komunikasi.
Secara regular, laporan pemberitaan disampaikan pada
pukul 07 pagi. Namun untuk pemberitaan media massa
yang bersumber dari televisi, radio dan online disampaikan
secara realtime.”.
“Langkah yang harus dilakukan dalam media monitoring
untuk mewujudkan early warning system, sebagai berikut :
Laporan pemberitaan media dari sudut timing harus
disampaikan lebih cepat atau realtime khususnya bagi
pemberitaan yang bertendensi negative. Dan Informasi
berupa pemberitaan media massa harus dapat
mengambarkan tren atau frekuensi pemuatan berita. Bila
sebuah berita muncul pada beberapa media massa dengan
tensi negatif maka itu merupakan sinyal awal akan
terjadinya krisis komunikasi.”(Informan 1)
74

Gambar 4.5. Tampilan Penyimpanan

4.3.1.4. Tahap Daily Report

Tahap Daily Report ini adalah modul atau sistem yang

digunakan untuk mendapatkan laporan sesuai data atau informasi yang

dibutuhkan. Pada tahap ini laporan diklasifikasi sesuai informasi yang

didapat dari berita yang dipantau. Adapun detail data atau

informasinya dapat diklasifikasi, antara lain berdasarkan, waktu terbit,

jumlah berita, isu dan tone.

Selain berdasarkan klasifikasi tersebut diatas, data dapat

dikelompokkan sesuai dengan kata kunci yang diinput sebelumnya.

“Selain mengurangi human error, SOP juga berfungsi sbg


memastikan hasil media monitoring lbh akurat. SOP dalam
sistem media monitoring PT Cita Kreasika meliputi seluruh
rangkaian kegiatan, mulai penentuan isu yg menjadi objek
pemantau (cliping/searching), entry berita, analisa berita
(penentuan tone dan pengaruh media) hingga penyusunan
laporan.Ohya untuk patokan penentuan tone nanti dapat
diminta filenya di sekretaris. Karena dalam penentuan tone
harus hati-hati, banyak perusahaan hanya mengandalkan
kemampuan IT sehingga semua dilakukan dengan aplikasi
system yang dibuat otomatis, tapi bedanya di PT Cita Kreasika
untuk tahap ini semua masih dilakukan dengan tenaga manusia
75

untuk menjaga akurasi dan analisa yang nantinya diambil


terkait sebuah isu.” (Informan 1)

Gambar 4.6. Tampilan Daily Report

4.3.1.5. Tahap Analysis

Tahapan analysis diperlukan untuk melihat hasil dari

pemantauan media monitoring. Hasil analisis pada modul ini lebih

bersifat kuantitas. Laporan disampaikan dalam bentuk laporan bulanan,

yang memuat antara lain total berita, tone, isu teratas dan narasumber

selama sebulan.

Laporan ini diperdalam oleh seorang konsultan secara

kualitatif, sehingga analisis yang dilakukan sangat tepat. Pada modul

ini kita dapat juga mengetahui bagaimana volume berita dikaitkan

dengan media yang memberitakan dan isu yang berkembang. Selain itu

pemberitaan mengenai kompetitor atau pesaing dari client yang kita

tangani juga dapat kita monitor pemberitaannya.

Laporan media monitoring ditampilkan dalam bentuk chart

sehingga lebih menarik dan lebih mudah dimengerti oleh client. Selain
76

itu warna yang digunakan bervariasi untuk membuat membedakan satu

indikator dengan indikator lainnya. Laporan ini akan diemail setiap

bulannya, pada minggu pertama kepada client.

Gambar 4.7. Tampilan Analysis

“Dan dari hasil pemantauan media dapat memberikan gambaran


dan pemetaan persepsi publik terhadap perusahaan. Data ini
sangat diperlukan untuk menetapkan agenda komunikasi
perusahaan baik komunikasi langsung maupun komunikasi
media.Selain untuk public relations, data media monitoring juga
bermanfaat untuk mengukur kinerja komunikasi perusahaan dan
mengembangkan marketing intelligent. Semakin akurat data yang
dihasilkan dari media monitoring, maka penyusunan agenda dan
kinerja komunikasi perusahaan semakin baik. Sehingga pada
gilirannya akan menjaga dan meningkatkan citra perusahaan”
(Informan 1)

4.3.1.6. Tahap Output

Tahap output ini adalah bagian dari sistem media monitoring

yang dapat menyimpan dan menampilkan kembali hasil pantauan media

monitoring yang telah diinput. tahap output ini dapat menampilkan :

1. Video streaming untuk berita TV dan Radio; dengan membuka link

pemberitaan yang diberikan, maka video dari berita Televisi dan


77

Radio dapat diakses. Gambar dan suara dapat ditampilkan pada

video streaming ini.

2. Monitoring media dalam bentuk grafik dan data; Seperti telah

disampaikan pada tahap sebelumnya, laporan dari media

monitoring dapat ditampilkan dalam bentuk grafik dan data.

3. Hasil Scan media cetak; Laporan hasil media monitoring juga

dapat menampilkan artikel berita yang telah diinput dalam

tampilan soft copy.

Gambar 4.8. Tampilan Output

“Iya ada aplikasi khusus yang dipergunakan. Untuk meningkatkan


kualitas, kami sekarang memiliki aplikasi yang terkoneksi
langsung ke internet, sehingga ketika data sudah dimasukkan ke
dalam aplikasi dan sampai pada tahap publish, maka berita
tersebut dapat lagsung diterima oleh client” (Informan 2)

4.3.2. Peran Media Monitoring

Setelah peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan media

monitoring yang dilakukan PT Cita Kreasika Indonesia dan berbicara

langsung dengan konsultan (Informan 1) yang ada, peneliti dapat mengetahui


78

peran media monitoring sangat penting sebagai tools dalam aktifitas Public

Relations.

Media monitoring tidak hanya berperan dalam memantau dan

memetakan sejauh mana kegiatan, kebijakan, maupun statement yang

dikeluarkan oleh sebuah institusi atau perusahaan diberitakan oleh media

massa (cetak, online, TV), menyangkut berbagai isu, tetapi media monitoring

berperan dalam :

1. Memonitor brand dan business trend

2. Memonitor pemberitaan kebijakan dan aktifitas pesaing

3. Memonitor berita-berita yang relevan dengan perusahaan

4. Membantu dalam pengambil keputusan

5. Pemetaan media

6. Pemetaan influencer

7. Pemetaan topik atau isu

8. Memonitor krisis

9. Pengukuran promosi media

10. Pengukuran reputasi

4.3.3. Fungsi Media Monitoring

Hasil pengumpulan data peneliti saat melakukan penelitian diketahui

bahwa media monitoring mampu menganalisis kecenderungan dan arah

pemberitaan media massa secara objektif dengan menentukan dampak dan

pengaruhnya terhadap perusahaan. Media monitoring dapat mengukur


79

efektivitas komunikasi publik yang dilakukan perusahaan dan mengevaluasi

tren pemberitaan.

Dapat menjadi media pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih

luas dibanding buku, dapat menyampaikan informasi lebih cepat, dapat terjadi

komunikasi dua arah (misalnya melalui surat pembaca) yang berisikan

pikiran-pikiran terbaru yang belum tentu terdokumentasi dalam bentuk buku.

Peneliti dalam penelitiannya, melakukan analisa mengenai kegiatan

aktivitas media monitoring sebagai salah satu kegiatan PR dalam melakukan

pemantauan opini publik, baik itu positif, netral maupun negative. Sehingga

peneliti dapat lebih rinci menjelaskan fungsi media monitoring, yaitu :

1. Mengetahui kecenderungan opini publik atas informasi di media massa

(early warning system).

2. Mengetahui kecenderungan isu yang makin menghangat atau mulai

menurun pemberitaannya.

3. Mengetahui posisi perusahaan dan produk yang dimiliki di mata publik

eksternal.

4. Merupakan data awal yang digunakan untuk menganalisa media,

narasumber dan reputasi perusahaan.

5. Menjadi salah satu instrumen informasi yang berguna dalam

pengembangan strategi dan penyusunan pogram komunikasi perusahaan.


80

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian

Peneliti melakukan analisis kegiatan digital media monitoring

sebagai aktifitas public relations di PT Cita Kreasika Indonesia dengan

menggunakan teori media monitoring dan public relations. Dengan metode

wawancara mendalam dengan narasumber, diharapkan dapat diketahui peran

dan fungsi media monitoring serta apa saja faktor pendukung dan kendala

dalam melaksanakan kegiatan media monitoring. Analisa wawancara dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9. Hasil Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban Analisa


A. Informan 1 : Konsultan
1. Apa yang dapat Basic requirement setiap PT Cita Kreasika
disajikan oleh klien dalam hal pekerjaan Indonesia
media monitoring media monitoring adalah memiliki service
yang dilakukan mendapatkan laporan media monitoring
oleh Cika? pemberitaan yang dimuat lengkap, mulai
media massa yang bersifat dari pantauan
harian, mingguan, bulanan yang bersifat
dan tahunan. Selama ini, harian sampai
konten yang perlu dipantau, tahunan untuk
baik bersifat pemantauan memantau isu
program publikasi terencana yang
di media massa, maupun berkembang.
yang bersifat pemantauan
tren isu.
2. Dalam Media monitoring PT Cita Kreasika
melaksanakan merupakan kegiatan rutin Indonesia telah
pekerjaan ini, dan berkelanjutan. melakukan proses
apakah ada Pemberitaan media massa kegiatan media
panduan khusus yang terupdate dalam monitoring sesuai
untuk melakukan berbagai jenis media harus prosedur yang
kegiatan media dipantau terus menerus. dibuat dalam
monitoring? SOP Kondisi ini berpotensi SOP.
81

atau guidance. menimbulkan kebosanan


Misalnya untuk bagi SDM, sehingga untuk
menentukan tone, meminimalkan kesalahan
intensitas atau akibat kelalaian SDM
advertising value, (human error), perusahaan
dll? menetapkan Standar
Operating Procedure
(SOP).Dan berfungsi
memastikan hasil media
monitoring lbh akurat.
3. …kalau salah tone Aktivitas media monitoring Penentuan tone
beritanya, mau gak dalam konteks public pemberitaan
mau analisa relations merupakan bagian merupakan hal
selanjutnya jadi dari riset yang menghasilkan yang paling
kurang tepat. data sebagai landasan penting menjadi
Menurut Ibu penting untuk merumuskan perhatian dalam
khususnya dalam kebijakan komunikasi. melakukan
menjaga dan Dan dari hasil pemantauan pekerjaan media
membentuk citra media dapat memberikan monitoring.
positif sebuah gambaran dan pemetaan
institusi/perusahaan persepsi publik terhadap
. Sejauh mana perusahaan. Data ini sangat
kegiatan media diperlukan untuk
monitoring menetapkan agenda
memberikan komunikasi perusahaan baik
kontribusi pada komunikasi langsung
pembuatan strategi maupun komunikasi media,
Public relations? mengukur kinerja
komunikasi perusahaan dan
mengembangkan marketing
intelligent.
4. Apa saja peran dan Data yang diperoleh dari Peran dari
fungsi media media monitoring pekerjaan Media
monitoring bagi memberikan manfaat bagi Monitoring
client yang kemajuan perusahaan. Kalau sangat penting
ditangani? dijabarkan dalam bentuk karena untuk
Bagaimana pointer, maka kurang lebih menganalisa
kaitannya dengan peran media monitoring publisitas yang
proses pembuatan adalah : telah beredar di
program atau 1. Memonitor brand dan media serta
82

strategi Public business trend berperan dalam


Relations? 2. Memonitor pemberitaan pengawasan serta
kebijakan dan aktifitas evaluasi.
pesaing
3. Memonitor berita-berita
yang relevan dengan
perusahaan
4. Membantu dalam
pengambil keputusan
5. Pemetaan media
6. Pemetaan influencer
7. Pemetaan topic atau isu
8. Memonitor krisis
9. Pengukuran promosi
media
10. Pengukuran reputasi

5. Setelah kita tahu Secara detail fungsi media Kegiatan Media


peran media monitoring yaitu : Monitoring
monitoring, fungsi 1. Mengetahui memiliki fungsi
dari kegiatan media kecenderungan opini early warning
monitoring bagi publik atas informasi di system, yang
public relations, apa media massa (early dapat dijadikan
ya Bu? warning system). rujukan/referensi
2. Mengetahui awal dalam hal
kecenderungan isu yang pengawasan
makin menghangat atau kegiatan kerja
mulai menurun sebuah institusi
pemberitaannya. dan melihat trend
3. Mengetahui posisi opini public.
perusahaan dan produk
yang dimiliki di mata
publik eksternal.
4. Merupakan data awal
yang digunakan untuk
menganalisa media,
narasumber dan reputasi
perusahaan.
5. Menjadi salah satu
instrumen informasi yang
83

berguna dalam
pengembangan strategi
dan penyusunan pogram
komunikasi perusahaan.
6. Apakah Ibu dan tim Ya pasti setiap pekerjaan ada Setiap aktifitas
selama menjadi kendalanya. Kendala yg memerlukan
konsultan media cukup berat dihadapi dlm sarana dan
monitoring kegiatan media monitoring prasarana yang
mengalami adalah : memadai dan
kendala? Seperti 1. Mengatasi kebosanan SDM yang
apa ya kendalanya? SDM selama kegiatan berkualitas. Hal
pemantauan berita. ini menjadi
2. Menyiapkan SDM perhatian PT Cita
cadangan dalam rangka Kreasika
back up penugasan bila Indonesia untuk
SDM yang sedang terus
bertugas berhalangan utk memperbaiki dan
melaksanakan media meningkatkannya
monitoring.
3. Sistem online monitoring
membutuhkan koneksi
internet yang stabil. Bila
koneksi internet
bermasalah maka layanan
media monitoring tidak
dapat dilakukan.
B. Informan 2 : Pelaku Monitoring
1. Bisa dijelaskan satu …Dari semua proses tersebut Sesuai SOP yang
per satu proses dapat dibagi ada, semua tim
kerja pemantauan pengelompokkan tahapannya dalam melakukan
media yang sebagai berikut : media monitoring
dilakukan sampai 1. Tahap Intake (operator) melalui 6 tahapan
akhirnya 2. Tahap Editing (editor) kerja agar
produk digital 3. Tahap Penyimpanan memastikan
media monitoring 4. Tahap Daily Report proses input
dapat diterima 5. Tahap Analysis sampai output
melalui email atau 6. Tahap Output dapat
sebuah dipertanggung
portal? Penjelasan jawabkan
dimulai dari hasilnya.
84

pemilihan judul di
media cetak untuk
menyesuaikan
dengan keyword
yang
telahdisepakati.
2. Dalam mengerjakan Iya ada aplikasi khusus yang Kegiatan media
proses media dipergunakan. Untuk monitoring yang
monitoring ini, meningkatkan kualitas, kami dilakukan PT Cita
apakah sekarang memiliki aplikasi Kreasika
menggunakan yang terkoneksi langsung ke Indonesia telah
aplikasi khusus atau internet, sehingga ketika data menggunakan
hanya sudah dimasukkan ke dalam aplikasi, hal ini
menggunakan aplikasi dan sampai pada yang
fasilitas yang ada di tahap publish, maka berita membedakan
peralatan computer tersebut dapat langsung antara media
atau internet? diterima oleh client. monitoring
Manual dengan
Digital.
3. Apakah selama Iya. Kendala pada sarana dan Peningkatan
mengerjakan prasarananya perlu kualitas SDM,
kegiatan media ditingkatkan. Misalnya pada khususnya dalam
monitoring ini saat listrik mati, maka bidang IT,
mengalami diperlukan penambahan alat jurnalistik dan
kendala? atau mesin genset untuk kehumasan sangat
dapat menyalakan listrik atau penting untuk
koneksi internet yang harus ditingkatkan,
prima. Selain itu SDM perlu selain sarana dan
diberikan training terkait IT, prasarana yang
jurnalistik atau kehumasan. mendukung
proses kerja.
C. Informan 3 : Pengguna Jasa Monitoring
1. Apa manfaat yang Saya merasakan manfaat Client merasakan
Ibu dirasakan menggunakan media manfaat adanya
setelah monitoring digital yaitu ter digital media
menggunakan jasa update dengan berita seputar monitoring,
pemantauan media Oil & Gas. khususnya terkait
monitoring? pemberitaan yang
dibutuhkan
institusinya.
85

2. Apa perbedaan Secara budget lebih mahal, Dengan adanya


pemantauan media tapi lebih hemat waktu untuk digital media
monitoring mendapatkan berita yang monitoring dapat
konvensional/manu diperlukan. Perusahaan terupdate selektif
al dengan digital? mendapatkan informasi lebih dengan
cepat daripada publik. pemberitaan yang
begitu banyak di
media massa.
3. Apakah fungsi Yes. Dengan adanya
Early Warning Perusahaan mendapatkan digital media
System yang informasi lebih cepat dari monitoring dapat
diberikan oleh pada publik. Mengetahui mempermudah
digital media kecenderungan opini publik untuk
monitoring dapat atas informasi di media memperoleh
Ibu rasakan dengan massa. informasi dengan
baik? Hal apa saja cepat.
yang sangat
membantu?
4. Menurut Ibu …Tentunya layanan media Semua layanan
layanan media monitoring dalam bentuk media monitoring
monitoring yang apapun sangat membantu dirasakan
seperti apa yang pekerjaan kami di humas. manfaatnya oleh
dapat membantu Semua informasi tersebut client/penerima
pekerjaan Ibu dapat dianalisa untuk jasa monitoring,
sebagai Public membuat strategi yang tepat khususnya untuk
Relations? untuk perusahaan dan menjadi referensi
program yang akan awal menyusun
dilaksanakan. strategi
komunikasi
public relations.
5. Apakah kekurangan Kekurangannya, apabila ada Layanan media
dan kelebihan pemberitaan kurang baik monitoring tidak
digital media mengenai perusahaan, dan hanya memantau
monitoring? perusahaan lain dengan cepat pemberitaan
mengetahui nya. Demikian institusi yang
juga sebaliknya. bersangkutan,
tetapi juga
memantau isu
yang beredar dari
kompetitornya.
86

D. Informan 4 : Pakar Media Monitoring


1. Bapak sudah berapa …Media monitoring ini Kebutuhan yang
lama bergelut di berawal dari keinginan untuk tinggi akan
bidang komunikasi, menciptakan informasi service media
khususnya simetris di setiap sektor monitoring
pemantauan media kehidupan, sehingga harus ditengah
monitoring? Hal ada upaya untuk memantau banyaknya
apa saja yang dapat informasi secara lebih teliti, informasi yang
disampaikan terkait lebih detail agar bisa beredar, membuat
perkembangan dimanfaatkan untuk berbagai service ini
media monitoring kepentingan. Kini media diminati institusi.
dewasa ini? monitoring telah tumbuh Namun seiring
sangat komplek dan rumit dengan hal
seiring dengan menguatnya tersebut, aplikasi
media digital dan media yang digunakan
sosial. juga perlu
menyesuaikan
kebutuhan
tersebut.
2. Hal apa saja yang Banyak hal yang bisa Early warning
dapat disediakan dimanfaatkan oleh PR dari system atau
oleh perusahaan media monitoring antara lain deteksi dini yang
media monitoring, untuk deteksi dini merupakan salah
khususnya terkait perkembangan news, satu fungsi media
kebutuhan untuk evaluasi opini publik, monitoring
penyusunan mengetahui posisi brand dan menjadi manfaat
program strategi korporat, mengetahui yang besar yang
Public Relations perusahaan pesaing serta dirasakan dalam
(PR)? merancang program PR mendukung
secara komprehensif dan aktifitas PR.
proyektif.
3. Menurut Bapak Iya sudah, walau mungkin Dengan adanya
apakah kegiatan belum semua, tetapi bagi service media
media monitoring perusahaan besar yang monitoring, para
sudah berhasil melayani kepentingan publik pelaku di bidang
sebagai salah satu secara luas media monitoring public relations
kegiatan PR? telah memberikan merasakan
sumbangan yang sangat manfaat yang
signifikan terhadap kegiatan besar, khususnya
PR. dalam membuat
87

program PR yang
komprehensif.
4. Bagaimana Bapak Ini memang perkembangan Kemajuan dalam
melihat fenomena teknologi yang spektakuler bidang IT harus
digital media yang tentu saja sangat tetap diimbangi
monitoring, bermanfaat. Namun, oleh tenaga
khususnya untuk sekalipun sudah memakai manusia.
media online yang teknologi yang canggih, Keterlibatan
dilakukan hanya rasanya perlu dilengkapi manusia dalam
dengan dengan keterlibatan manusia media
menggunakan IT untuk memferivikasi dan monitoring,
dan aplikasinya, menganalisis data-data media khusunya dalam
tanpa melakukan monitoring untuk bisa penentuan tone
verifikasi dengan dimanfaatkan bagi sangat diperlukan
campur tangan kepentingan PR.jangan untuk
manusia. sampai (apabila) memberikan
kecanggihan aplikasi dan IT analisa yang
membuat hasil media akurat.
monitoring, khususnya
penetuan tone menjadi salah.
Karena hal ini sangat
berpengaruh kepada tahap
selanjutnya, yaitu saat
pembuatan program kerja
dan memberikan
rekomendasi.
5. Apa saja Media monitoring sekarang Untuk
kekurangan dan ini perlu ditingkatkan terus, meningkatkan
kelebihan media khususnya dalam peran dan fungsi
monitoring penggunaan IT yang terkini, media monitoring
sekarang ini? namun diharapkan aplikasi dalam
yang dibuat dapat menjawab mendukung
kebutuhan kecepatan berita aktifitas PR,
atau hasil media monitoring kemampuan SDM
dan memberikan data yang dan teknologi IT
akurat, khususnya dalam harus terus
penentuan tone. Karena hal ditingkatkan.
ini akan dijadikan dasar
untuk analisis PR
selanjutnya. SDM yang ada
88

harus terus diberikan training


atau update informasi dan
pendidikan yang terkait
dengan pekerjaan
pemantauan media
monitoring. Kelebihan media
monitoring selama ini
mampu membangkitkan
perusahaan lebih care untuk
melakukan deteksi dini
terhadap berbagai
permasalahan perusahaan.

Dari hasil observasi dan data yang diperoleh peneliti, diketahui

bahwa PT Cita Kreasika Indonesia dalam melakukan aktifitas public

relations menggunakan model komunikasi “Nine Steps of Strategic Public

Relations” yang dipopulerkan oleh Ronald D. Smith untuk isu terkait client

yang ditangani. Secara bertahap akan digambarkan fase-fase dari “Nine

Steps of Strategic Public Relations” terkait isu kenaikan elpiji 12 kg pada

akhir tahun 2014. Dengan demikian terlihat jelas pentingnya melakukan

media monitoring bagi aktifitas public relations.

Strategi PR memiliki arti rencana jangka panjang untuk menyusun

berbagai rencana teknis dan langkah komunikasi yang akan diambil dalam

kegiatan PR dengan memperhatikan jumlah anggaran dan waktu

kegiatannya. Tentunya strategi yang dilakukan oleh PR mengacu pada visi

misi organisasi dan harus sejalan dengan strategi perusahaan, sehingga

strategi yang dibuat harus berhubungan dengan perencanaan tersusun jangka

panjang yang berhubungan dengan tujuan perusahaan.


89

Dalam hal ini, strategi PR harus dapat mempertimbangkan semua

aktivitas seluruh stakeholdernya. Untuk itu perlu memahami apa yang ingin

diketahui oleh stakeholder yang berbeda-beda. Media monitoring digunakan

PR untuk mengetahui dan memahami stakeholdernya.

Pada 9 Steps Strategic of Public Relations melalui beberapa fase,

yaitu : Fase Formative Research, Fase Strategi dan Fase Taktik. Fase

Formative Research adalah riset formatif yang dilakukan sebelum memulai

sebuah program. Riset program dilakukan untuk mendapatkan informasi

tambahan yang diperlukan untuk mengarahkan pengambilan keputusan

dalam perencanaan. Dalam fase ini diperlukan tiga langkah yaitu :

Analyzing the situation, the organization dan the public.

Fase Strategi adalah perencanaan keseluruhan organisasi. Meliputi

bagaimana organisasi menentukan apa yang ingin dicapai oleh organisasi

dan bagaimana keinginan tersebut akan dicapai. Pada fase ini meliputi :

Establing Goals & Objectives, Formulating Action & Response Strategis

dan Using Effective Communication.

Fase Taktik adalah pendekatan terpadu, karena pada fase ini

mempertimbangkan berbagai taktik komunikasi yang dapat digunakan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Pada fase ini mencakup : Choosing

Communications Tactics dan Implementing The Strategic Plan.


90

“Data media monitoring berupa pemberitaan dari media massa

merupakan informasi yang penting bagi perusahaan untuk menyusun

langkah bisnis, termasuk agenda komunikasi.”(Informan 1).

Fase terakhir adalah fase evaluasi, yaitu metode yang tepat untuk

mengukur efektifitas tools yang direkomendasikan untuk dapat mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Pada fase ini disebut Evaluating The Strategic

Plan.

Tahapan pada fase-fase tersebut dapat dijelaskan peneliti dengan

lebih rinci sebagai berikut :

4.4.1. Analyzing The Situation

PT Cita Kreasika Indonesia mengamati dan menganalisa situasi yang

ada terkait aktifitas media monitoring. Dalam dunia Public Relations (PR)

monitoring sangat diperlukan dalam rangka membuat pemetaan untuk

mengetahui bagaimana media massa melihat suatu isu. Media sering menilai

berita buruk sebuah perusahaan adalah merupakan berita baik untuk media.

Hal tersebut berlaku untuk isu-isu negatif bagi sebuah perusahaan yang

ditangani oleh PT Cita Kreasika Indonesia. Media menilai berita negatif

sebagai sesuatu yang harus diungkap, disampaikan kepada publik agar

publik mengetahui dan peduli akan hal tersebut.

Dengan kondisi yang terjadi sekarang, informasi begitu cepat

berkembang dan beredar, maka perusahaan media monitoring atau Public

Relations Officer (PRO) dari sebuah institusi harus memiliki “early warning

system”. Semua pemberitaan yang cepat dan berkembang seyogyanya dapat


91

diketahui, ditanggapi ataupun direspon dan dianalisa segera, dimana hal

tersebut berguna untuk menjadi acuan dalam pengambilan keputusan dan

membuat program yang sesuai dengan masalah yang ada.

Dalam menganalisa situasi, harus mengenal ‟issues management. Ini

adalah proses dimana organisasi berusaha mengantisipasi dan merespon isu

yang penting. Apabila isu dibiarkan maka akan menjadi „Crisis

Management‟. Bagian yang lain dari menganalisa situasi harus

mempengaruhi aspek etika.

Media massa sekarang ini sangat banyak dan memiliki latar belakang

pemilik yang berbeda-beda. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebijakan sebuah

media juga dipengaruhi oleh siapa pemiliknya. Media berwarna “kuning”

tentunya akan mendukung kegiatan korporasi dan bisnis yang berwarna

“kuning”. Dan begitu juga dengan media “warna lainnya”. Dalam hal ini,

PRO atau perusahaan media monitoring juga harus dapat membaca situasi

tersebut, khususnya ketika menganalisa dan memberi rekomendasi dari hasil

media monitoring.

Untuk menganalisa situasi yang ada sekarang yang dimiliki oleh PT

Cita Kreasika Indonesia, peneliti menggunakan SWOT analisis. Sebuah

tools yang sangat populer untuk menganalisis situasi. SWOT yaitu kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman. Dengan ini dapat diketahui dengan

melihat faktor internal dan eksternal yang mungkin berkontribusi terhadap

situasi sebelum mengembangkan strategi. Faktor internal adalah Kekuatan


92

dan Kelemahan dari organisasi. Faktor eksternal adalah Peluang dan

Ancaman yang ada di lingkungan organisasi.

Tabel 4.10. SWOT Analysis


(Albert Humphrey-1960)

No. Aspek Uraian


1. Strengths Dapat melakukan media monitoring dengan
melakukan analisa mendalam, khususnya
dalam penetuan tone berita.
2. Weaknesses Perlu meningkatkan kemampuan IT yang
dimiliki.
3. Oppportunities Untuk melakukan spesifik media monitoring
dengan target market yang berbeda. Target
market tidak saja untuk sebuah institusi
BUMN atau swasta, tetapi bisa kepada sipil
atau perorangan.
4. Threats Banyak perusahaan media monitoring yang
hanya mengejar kecepatan dengan
menggunakan system IT yang memadai,
tetapi tidak mempertimbangkan kualitas
atau hasil dari media monitoringnya,
khususnya pada penentuan tone berita.

Perkembangan dunia digital yang cepat berubah dan berkembang,

Sumber daya manusia perlu ditingkatkan kemampuannya sebagai langkah

antisipasi. Penentuan tone berita harus dilakukan dengan tepat karena

rekomendasi yang akan dibuat akan digunakan untuk membuat strategi

perusahaan. Penggunaan IT dalam media monitoring, khususnya dalam

penentuan tone berita, tidak hanya didasarkan dengan perhitungan rumus

algoritma sebuah system, tetapi dari pengetahuan akal manusia.

“Ini memang perkembangan teknologi yang spektakuler yang tentu


saja sangat bermanfaat. Namun, sekalipun sudah memakai
teknologi yang canggih, rasanya masih perlu dilengkapi dengan
93

keterlibatan manusia untuk menverivikasi dan menganalisa data


media monitoring untuk bisa dimanfaatkan bagi kepentingan PR”
(Informan 4).

4.4.2. Analyzing The Organization

PT Cita Kreasika Indonesia memiliki divisi media monitoring untuk

membantu pekerjaan media konsultan dalam menganalisa dan membuat

program PR. Pada divisi media monitoring terdapat struktur pembagian kerja

sebagai berikut :

KONSULTAN

MANAGER

EDITOR

OPERATOR OPERATOR OPERATOR

Sesuai struktur diatas, masing-masing memiliki ruang lingkup tugas

sebagai berikut :

4. Konsultan : Dari hasil pantauan media monitoring, konsultan menganalisa

dan membuat program yang tepat untuk client, perusahaan yang ditangani.

Selain membuat program, konsultan secara rutin memberikan

rekomendasi, masukan dan saran langkah antisipasi atau respon apa yang

harus dilakukan oleh PR sebuah perusahaan.


94

5. Manager : Tugas dari manager adalah mengatur lalu lintas kerja dan

memastikan semua pekerjaan media monitoring dilakukan dengan baik

sesuai jadwal yang ditentukan, termasuk distribusi laporan rutin kepada

client.

6. Editor : Editor bertugas memantau kerja dari para operator dalam

melakukan tugas kliping dan merekam seluruh pemberitaan terkait isu dan

korporasi sebuah perusahaan. Selain itu editor juga menentukan tone dari

berita yang diinput oleh editor dan memastikan tidak ada berita yang

terlewat dalam pantauan. Editor yang akan mengirimkan seluruh laporan

harian secara berkala.

7. Operator : Tugas operator yaitu : membaca, menggunting, menempel,

fotocopy, scanning dan upload kliping kedalam system serta memastikan

berita dalam format hard file menjadi soft file. Operator juga bertugas

merekam untuk media broadcast, baik itu televisi maupun radio.

“Pembagian tugas dan jalur kordinasi secara berjenjang dilakukan


agar kontrol pekerjaan dapat dilakukan dengan maksimal. Semua
hasil media monitoring sangat penting dan menjadi awal untuk
melakukan analisa, memberi rekomendasi dan membuat program yang
tepat bagi perusahaan” (Informan2).

Tim media monitoring yang ada di PT Cita Kreasika Indonesia

melakukan komunikasi kerja dengan divisi media atau PR dari sebuah

perusahaan atau institusi.

4.4.3. Analyzing The Public

Stakeholder internal dari PT Cita Kreasika Indonesia adalah pemegang

saham, pimpinan, staf dan karyawan. Sementara stakeholder eksternal adalah


95

para client, perusahaan BUMN dan swasta. Perusahaan-perusahaan tersebut

sadar pentingnya memantau setiap pemberitaan. Perusahaan juga harus

mengetahui pentingnya mengetahui “needs” atau kebutuhan dari para

stekeholdernya. Sebagai contoh Pertamina, memiliki banyak stakeholder atau

pemangku kepentingan, yaitu :

4.4.3.1. Stakeholder Internal

1. Para pemegang saham

2. Direksi dan karyawan

4.4.3.2. Stakeholder Eksternal

1. Pemerintah & Kementerian

2. Swasta dan Vendor perusahaan

3. Institusi terkait (SKK Migas, KKKS)

4. Pesaing atau kompetitor

5. Pakar, Opini Endoser, Akademisi dan Praktisi

6. LSM atau Community based

4.4.3.3. Stakeholder Media

1. Pimpinan Media

2. Wartawan

Melalui media monitoring dapat diketahui aspirasi, keluhan,

komentar dari public dan stakeholder sebuah perusahaan yang

disampaikan melalui media massa. Publik memiliki persepsi masing-

masing dalam melihat perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus dapat

memilah stakeholder, mana yang harus didahulukan atau membuat skala


96

prioritas sehingga dapat tetap melakukan komunikasi sesuai harapan dari

para stakeholder. Untuk itu dalam membuat penilaian terhadap sebuah

pemberitaan harus dikelompokkan kepada 3 (tiga) tone atau

kecenderungan pemberitaan, yaitu :

1. Tone Positif :

1.1. Berita menunjukkan kinerja “Perusahaan A” (BUMN/Pemerintah/

Swasta) sebuah institusi baik sebagai entitas bisnis maupun

sebagai pelaksana tugas pemerintah.

1.2. Berita pengembangan bisnis “Perusahaan A” baik di dalam

maupun di luar negeri.

1.3. Berita kebijakan yang mendukung bisnis dan berita dukungan

public terhadap kinerja „Perusahaan A”.

2. Tone Netral

2.1. Berita yang menjelaskan tentang hambatan utama kenapa target

bisnis “Perusahaan A” tidak tercapai.

2.2. Berita tentang penjelasan secara proporsional dari nara sumber

internal maupun eksternal “Perusahaan A” tentang adanya

indikasi penyimpangan di “Perusahaan A”.

2.3. Artikel/features/tajuk rencana/surat pembaca/karikatur yang isinya

kritis, obyektif dan mencerakan masyarakat soal “Perusahaan A”.


97

3. Tone Negatif

3.1. Berita tentang fakta produk yang tidak berkualitas dan kegagalan

“Perusahaan A” mencapai target bisnis, tanpa diserta ulasan

mengenai kegagalan.

3.2. Berita menunjukkan indikasi adanya penyimpangan di

“Perusahaan A”, dan tidak ada tanggapan dari narasumber

internal. Atau jika ada tanggapan, posisinya tidak signifikan

dalam menjawab tudingan.

3.3. Artikel/Features/tajuk rencana/surat pembaca/karikatur yang

isinya mendeskreditkan/melemahkan “Perusahaan A”.

Dalam memantau pemberitaan, petugas media monitoring harus

menempatkan posisi dirinya sebagai institusi yang ditangani. Ketika

membaca dan memilih berita di media dapat menentukan apakah tone

berita tersebut positif, netral ataupun negatif bagi perusahaan tersebut.

4.4.4. Establing Goals & Objectives

Pada fase ini merupakan proses perencanaan, strategi membuat

keputusan terkait dengan dampak yang diharapkan dari komunikasi. Peneliti

fokus dalam mengembangkan tujuan yang jelas, spesifik dan terukur.

Organisasi harus memiliki kesadaran, penerimaan dari tindakan masing-

masing tim untuk mencapai tujuan bersama.

“Selain itu kami juga pernah menangani krisis saat kenaikan elpiji 12

kg sekitar awal tahun 2014. Saat itu, sesuai program kerja dan belum

tercapainya angka keekonomian dari elpiji, maka Pertamina harus

mengambil keputusan untuk menaikkan harga” (Informan 1).


98

Dari hasil pemantauan media monitoring dapat diketahui bahwa

Pertamina sudah melakukan sosialisasi secara bertahap untuk merealisasikan

kenaikan harga elpiji tersebut sejak akhir tahun 2013. Sehingga harapannya

ketika harga dinaikkan pada Januari 2014 tidak akan terjadi kesalahan dan

masyarakat menerima kenaikan harga tersebut.

Namun beberapa pihak tidak sepenuhnya mendukung kenaikan harga

tersebut dan akhirnya kenaikan ditunda.

Dalam hal ini penting untuk menindaklanjuti hasil dari pemantauan

media monitoring. Setelah melakukan pemantauan, output yang dihasilkan

yaitu :

1. Gambaran global (overview) untuk melihat posisi klien dan melihat isu-

isu yang terkait dengan klien, program dan Kampanye yang dijalankan

serta setiap hari.

2. Kumpulan berita (clipping) artikel yang sudah tersusun berdasarkan

tanggal, judul, nama media dan informasi lain dari pemberitaan yang

dibutuhkan.

3. Analisa grafik mengenai jumlah artikel klien dan/atau isu serta program

dan kampanye klien.

Monitoring seluruh elemen media massa penting dilakukan sebagai

langkah awal untuk menganalisa kondisi terkini dari sebuah perusahaan.

Dengan melakukan pemantauan dapat mengetahui opini masyarakat terhadap

isu, kampanye, promosi, atau sosialisasi yang sedang dilakukan sebuah

perusahaan, termasuk pembentukan citra di masyarakat.


99

Manfaat lainnya, yaitu sebagai pengendalian isu yang berkembang

seputar perusahaan, institusi, atau perorangan dan sebagai kontrol atas

implementasi kebijakan-kebijakan institusi atau perusahaan serta sebagai dasar

dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis.

4.4.5. Formulating Action & Response Strategis

Berbagai tindakan perlu dilakukan untuk organisasi atau perusahaan

dengan tetap mempertimbangkan apa yang mungkin organisasi dapat lakukan

dalam berbagai situasi. PT Cita Kreasika Indonesia menyusun beberapa hal

dalam rangka menetapkan strategis yang tepat, khususnya terhadap media

massa. Pada tahap ini yang penting diketahui tentang media adalah :

1. Kebijakan redaksi; Sikap “politik” media.

2. Frekuensi penerbitan, dapat dilakukan harian, mingguan ataupun

bulanan.

3. Tenggat terbit.

4. Proses produksi.

5. Daerah sirkuasi, Jawa atau luar Jawa.

Dalam memonitor isu yang sedang berkembang di media perlu

dilakukan klasifikasi media berdasarkan ; nama media, peneliti, judul berita,

tone, waktu dan kutipan narasumber.

Hasil monitoring dibawa kepada tim dan konsultan untuk dibahas

bersama. Hasil kajian dari tim adalah menetapkan langkah-langkah kebijakan

yang perlu dirumuskan.


100

4.4.6. Using Effective Communication

Penggunaan komunikasi yang efektif ini menyampaikan berbagai

keputusan tentang pesan, seperti sumber yang akan menyajikan pesan kepada

publik utama, isi pesan, nada dan gaya, isyarat verbal dan nonverbal, dan isu-

isu terkait. Memetakan khalayak sasaran dilakukan dengan cara mengenali

kemampuan komunikasi khalayak sasaran dan sifat-sifatnya, seperti : bahasa

yang dikuasai, tingkat kecerdasan dan daya kritis.

Komunikasi dilakukan untuk memberikan informasi yang sebenarnya

agar sikap masyarakat yang awalnya negatif atau netral menjadi positif.

Sosialisasi dilakukan agar masyarakat dapat memahami tentang sebuah

kebijakan yang diputuskan dan memberikan dukungan kepada

perusahaan.Dengan komunikasi yang efektif kepada masyarakat dapat

membangun citra yang positif dari masyarakat kepada perusahaan.

Dalam menyusun komunikasi yang efektif perlu mempertimbangkan 3

hal sebagai berikut :

4.4.6.1. Pemahaman dan data ditambah dengan penjelasan secara rasional

yang cukup.

4.4.6.2. Sikap, meliputi :

1. Fakta dan data ditambah dengan penjelasan yang cukup.

2. Argumentasi rasional dan emosional.

3. Penyertaan bukti yang cukup.

4.4.6.3. Perilaku, yaitu :

1. Fakta dan data ditambah pejelasan yang cukup


101

2. Argumentasi rasional dan emosional

3. Penyertaan bukti yang cukup

4. Pemberian contoh yang cukup

5. Penuntun langkah-langkah yang sistematis

Komunikasi yang efektif dilakukan kepada stakeholder terkait. Target

audience saat itu adalah :

1. Pemerintah

2. DPR RI & DPD RI

3. Akademisi dan Mahasiswa

4. Pengamat

5. Organisasi Non Pemerintah (Non-Government Organization)

6. Organisasi Kemasyarakatan (Community Base Organization)

7. Ibu Rumah Tangga

8. Umum

Dalam hal ini harus dapat membuat strategi yang tepat agar

komunikasi dan tujuan dapat terwujud dan sesuai dengan target audience,

yaitu :

1. Sosialisasi Pra kebijakan kepada target audiens.

2. Kampanye publik tentang penyesuaian harga.

3. Sosialisasi kepada mitra agar tidak melakukan pelanggaran.


102

4.4.7. Choosing Communications Tactics

Berbagai alat komunikasi yang dianggap perlu dan unsur-unsur yang

dimiliki dimaksimalkan dalam rangka menciptakan komunikasi yang tepat

dengan berbagai pilihan. Secara khusus, dalam perencanaannya

mempertimbangkan :

1. Komunikasi tatap-muka.

2. Organisasi media.

3. Iklan dan media promosi.

Pertimbangan tersebut harus dilakukan oleh setiap organisasi, karena

tidak setiap langkah tersebut sesuai dengan masalah yang dihadapi. Setiap

rencana dan metode yang dibuat harus disesuaikan dengan isu dan target

audiencenya. Dalam hal ini perlu memperhatikan hal tersebut, karena itu

pilihan taktik komunikasinya dibuat dengan tepat, yaitu :

1. Berdiskusi dengan pengamat dan akademisi.

2. Melibatkan lembaga konsumen dan organisasi kemasyarakat.

3. Menyampaikan pencapaian kinerja kepada publik.

Opini dan komentar harus ditanggapi dengan serius. Jika tidak

ditanggapi, organisasi tersebut dianggap tidak perduli kepada publik.

Dengan menanggapi keluhan, menunjukkan bahwa organisasi tersebut

mendengarkan pelanggan atas dasar rasa perhatian, seperti yang

disampaikan Prita Kemal Gani pada buku yang berjudul PR Corner

(2015:54)
103

4.4.8. Implementing The Strategic Plan

Dalam rangka merealisasikan taktik komunikasi tersebut, maka

dituangkan dalam beberapa format bentuk yang sesuai dengan target audience,

yaitu :

4.4.8.1. Collateral Development :

1. Presentation kits untuk stakeholder.

2. Spanduk pengumuman di beberapa tempat.

3. Brochure sesuai target audience.

4.4.8.2. Stakeholder Outreach :

1. Seminar dan sharing mengenai publikasi hasil kajian.

2. Diskusi publik oleh organisasi kemasyarakatan

4.4.8.3. Media Engagement :

1. Briefing Media dengan jurnalis.

2. Press Release dan Press Conference.

Untuk implementasi dan pengembangan strategi rencana yang telah

dibuat tersebut, diperlukan anggaran dan jadwal pelaksanaan program.

4.4.9. Evaluating The Strategic Plan

Tahap akhir, evaluasi penelitian, berkaitan dengan evaluasi dan

penilaian, apakah tujuan yang ditetapkan telah terpenuhi dan kegiatan atau

program komunikasi selanjutnya dapat dilanjutkan. Pada tahap ini, digunakan

untuk mengukur efektivitas setiap taktik yang direkomendasikan dalam

memenuhi tujuan yang ditetapkan.


104

Dalam hal evaluasi program yang dilaksanakan telah berhasil, hal ini

ditunjukkan oleh hal sebagai berikut :

4.4.9.1. Pasca pengumuman sebuah kebijakan publik memberikan respon

positif, terlihat dari artikel di media.

4.4.9.2. Pemerintah menyetujui kebijakan yang ditetapkan perusahaan.

Tahap akhir, berkaitan dengan evaluasi dan penilaian, apakah tujuan

yang ditetapkan telah terpenuhi dan kegiatan atau program komunikasi

selanjutnya dapat dilanjutkan. Pada tahap ini, digunakan untuk mengukur

efektivitas setiap taktik yang direkomendasikan dalam memenuhi tujuan yang

ditetapkan.

Public Relations sebagai media penghubung diantara pimpinan

organisasi dengan publiknya, baik dalam upaya membina hubungan

masyarakat internal maupun eksternal. Kegiatan utama dari public relations

dalam mewakili pimpinan manajemen suatu lembaga atau organisasi tersebut,

merupakan bentuk kegiatan two ways communications adalah ciri dari fungsi

dan peran public relations, karena sebagian fungsi dan tugas public relations

adalah bertindak sebagai sumber informasi (source of informations) dan

merupakan saluran informasi (channel of informations)

Peran Manajemen PR menurut Edward L. Bernay, dalam bukunya

Public Relations (1952, University of Oklahoma Press) terdapat 3 fungsi

utama PR yaitu :

1. Memberikan penerangan kepada masyarakat.


105

2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat

secara langsung.

3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu

badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau

sebaliknya.

Menurut Cutlip & Center and Confield (2002) bahwa fungsi PR dirumuskan

sebagai berikut:

1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama

(fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi)

2. Membina hubungan yang harmonis antara badan / organisasi dengan

publiknya yang merupakan khalayak sasaran.

3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi

dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya

atau sebaliknya.

4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada

pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.

5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus

informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya demi

tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.

PR sebagai alat manajemen organisasi secara struktural yang

merupakan bagian integral dari suatu lembaga artinya public relations

bukanlah merupakan fungsi terpisah dari fungsi kelembagaan tersebut

melainkan bersifat melekat pada manajemen perusahaan. Hal tersebut


106

menjadikan public relations dapat menyelenggarakan komunikasi dua arah

timbal balik antara organisasi atau lembaga yang diwakilinya dengan

publiknya. Peranan yang dimaksud turut menentukan sukses atau tidaknya

visi, misi dan tujuan bersama dari organisasi.

Scott M. Cutlip and Allen H. Centre (2006) dalam bukunya Effective

Public Relations, mengungkapkan bahwa: “Public relations adalah fungsi

manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan

tata cara organisasi demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu

program kegiatan dan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan

dukungan publiknya.

“Pada penanganan krisis yang banyak dihadapi oleh PR, ada

beberapa langkah yang bisa dilakukan, yaitu pendalaman data dan

fakta” Silih Agung Wisesa dalam bukunya Strategic Public Relations

(2002:81).

Untuk melakukan pendalaman data dan fakta, salah satunya dengan

menganalisis media melalui media monitoring. Media Monitoring banyak

digunakan pada proses PR untuk melakukan tracking atau penelusuran

publisitas. Lebih dari 80 persen praktisi PR menggunakan sebagai alat

tracking dan pengukuran (2002:310).

Dalam penelitiannya, peneliti juga mendapat hasil temuan yang terkait

kegiatan digital media monitoring, yaitu secara jelas dapat digambarkan sesuai

tabel 4.11.
107

Tabel 4.11. Temuan Penelitian

No. Uraian
1. Seiring dengan kemajuan teknologi, layanan media monitoring

semakin berkembang. Dengan adanya fasilitas e-paper, maka

dapat membantu proses kerja media monitoring.

2. Penyajian media monitoring telah mengalami peningkatan

dengan sistem penyajian laporan secara online (web based).

3. Aplikasi yang digunakan semakin ditingkatkan, sehingga

klasifikasi konten dapat semakin detail ditampilkan. Berita yang

terseleksi dengan aplikasi digital yang ada akan langsung

diketahui tone pemberitaanya. Namun terkadang hasil penentuan

tone ini kurang tepat karena semua dibaca secara otomatis dalam

system yang dibuat oleh tenaga IT.

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa layanan media monitoring

harus terus ditingkatkan agar menjawab kebutuhan sebagai Public Relations.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan dapat ditarik suatu

kesimpulan sebagai berikut :

1. PT Cita Kreasika Indonesia (CIKA Indonesia) telah melakukan kegiatan

media monitoring dengan baik, khususnya dalam melaksanakan tugas

sebagai pemantau media monitoring. Kegiatan digital media monitoring

menunjukkan peran dan fungsinya untuk mendukung aktifitas public

relations pada CIKA Indonesia. Memantau dan menganalisa arah

pemberitaan dan opini publik mengenai perusahaan dan sebagai “early

warning system”.

2. Kegiatan digital media monitoring berjalan dengan baik karena adanya

faktor pendukung pada CIKA Indonesia, yaitu Sumber Daya Manusia

(SDM) yang handal, sarana dan prasarana yang baik agar service yang

dihasilkan dapat dijadikan rujukan atau referensi utama dalam melakukan

kegiatan PR pada sebuah institusi sesuai kebutuhannya.

3. Dalam melaksanakan kegiatan digital media monitoring masih terdapat

kendala yang dihadapi, diantaranya adalah : sistem aplikasi media

monitoring dan IT perlu peningkatan untuk meminimalisasi penggunaan

SDM yang ada, peningkatan sarana dan prasarana yang mendukung

kegiatan media monitoring, khususnya system online monitoring yang

membutuhkan koneksi internet yang stabil.

108
109

Kegiatan media monitoring sangat produktif dan mendukung

aktifitas public relations. Dengan menggunakan service ini, sebuah institusi

dapat menerima informasi pemberitaan secara cepat ketika terdapat keluhan

dari stakeholders dan dapat segera diantisipasi.

Media sudah sangat disadari memiliki peran penting. Sebuah

konsultan tentunya harus meningkatkan kualitas service media monitoring

dengan cara melakukan evaluasi, untuk melihat kekurangan dan kelebihan

dari aplikasi yang mereka miliki. Melakukan analisa apakah service media

monitoring yang dilakukan telah melalui tahapan-tahapan yang tepat,

khususnya dalam mendukung aktifitas PR yang dilakukan.

5.2. Saran

Sebagai sebuah perusahaan konsultan Public Relations yang

menangani beberapa client, PT Cita Kreasika Indonesia perlu

memperhatikan beberapa hal guna meningkatkan servisnya dalam

menjalankan digital media monitoring, antara lain :

1. Diharapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada mendapatkan

training aplikasi system IT dan selalu mengupdate informasi terkini

mengenai service media monitoring.

2. Perlu dilakukannya training public relations dan jurnalistik bagi

karyawan yang melaksanakan pekerjaan media monitoring, atau yang

melakukan pemantauan pemberitaan, agar semakin mengetahui fungsi


110

serta tugas yang harus dilakukan, khususnya dalam menganalisa

pemberitaan di media.

3. Sebaiknya sarana dan prasarana kantor, seperti perlengkapan komputer

dan koneksi internet ditingkatkan kualitasnya agar aktivitas kerja lebih

maksimal.

4. Diharapkan meningkatkan kerjasama dengan media elektronik maupun

online, agar mendapat pemberitaan lebih cepat dengan kualitas yang

baik melalui e-paper.

5. Dalam rangka menjalin komunikasi yang baik dengan sesama

stakeholders, perlu adanya peningkatan hubungan relasi dengan

berbagai pihak dari berbagai sektor terkait.

Lebih dari itu, sikap professional dalam bekerja harus tetap dijunjung

untuk menciptakan hasil kerja yang optimal sesuai harapan dan target yang

ingin dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Ardianto, Elvinaro (2002). Komunikasi Massa. Bandung : Simbosa Rekatama


Media.

Ardianto, Elvinaro (2011). Handbook of Public Relations. Bandung : Simbosa


Rekatama Media.

Cangara, Hafied (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

Cutlip, Scott (2006). Efective Public Relations. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.

Gani, Prita Kemal (2015). PR Corner. Jakarta : PT Gramedia.

Iriantara, Yosal (2008). Media Relations Konsep, Pendekatan dan Praktik.


Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Jefkins, Frank (2014). Public Relations. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.

Kasali, Rhenald (2000). Manajemen Public Relations. Jakarta : PT Pustaka Utama


Grafiti.

Kriyantono, Rachmat (2006). Teknik Praktis riset Komunikasi. Jakarta : Kencana


Prenadamedia Group.

Lwin, May (2005). Clueless in Public Relations. Jakarta : PT Bhuana Ilmu


Populer

Maryani, Eni (2011). Media dan perubahan Sosial. Jakarta : PT Remaja


rosdakarya.

Mulyana, Deddy (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo


Persada.

Nasrullah, Rulli (2015). Media Sosial, Perspektif Komunikasi, Budaya, Dan


Sosioteknologi. Jakarta : Simbiosa Rekatama Media.

Nova, Firsan (2014). PR War. Jakarta : Kompas Gramedia.

Nurudin (2008). Hubungan Media Konsep dan Aplikasi. Jakarta : PT Rajagrafindo


Persada.
Rivers, William, et.al (2004). Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta : PT
Prenada Media.

Rumati, Maria Assumpta (2002). Dasar-Dasar Public Relations. Jakarta : PT


Grasindo.

Ruslan, Rosady (2005). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi


(Konsepsi & Aplikasi). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Ruslan, Rosady (2010). Manajemen Public Relations. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.

Saputra, Wahidin (2011). Public Relations 2.0. Depok : Gramata Publishing.

Smith, D.Ronald (2002). Strategic Planning for Public Relations, second edition,
London : Laurence Erlbaum Associates.

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung :


Penerbit Alfabeta.

Suhandang, Kustadi (2004). Public Relations Perusahaan, Kajian, Program dan


Implementasi. Bandung, Nuansa.

Sujarweni, Wiratna (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : PT Pustaka


Baru.

Suparno, Ludwiq (2011). Crisis Management & Public Relations. Jakarta : PT


Indeks.

Tamburaka, Apriadi (2010). Agenda Setting Media Massa. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada.

Wisesa, Silih Agung (2013). Political Branding & Public Relations. Jakarta : PT
Gramedia.

Wisesa, Silih Agung (2015). Strategi Public Relations. Jakarta : PT Gramedia.

Jurnal :

Arif Guntur Prasetio (2010). Judul“Sejauhmana Efektivitas Humas PT. Cipta TPI
Melalui Media Monitoring Terhadap Motivasi Perolehan Informasi Bagi
Karyawannya”. Universitas Komputer Indonesia.
Indah Permata, Ati Cahayani (2012). Judul “Analisis Media Monitoring Public
Relations Sebagai Boundary Spanning di Global TV (Studi Kasus Pada
Event Media Gathering Natal 2011 dan Tahun Baru 2012). Universitas
Binus.

Website :

http://www.komunikasi.us/index.php/course/5477-media-konvensional-dan-
media-baru/tgl:3/4/2016/pukul 9:38 AM

https://id.wikipedia.org/wiki/Monitoring/tgl: 2/4/2016/pukul 8:15 AM

http://www.cikaindonesia.com/tgl:15/5/2016/pukul 8:15 AM

http://www.spd-indonesia.com/services/media-monitoring/tgl:2/4/2016/pukul
9:09 AM

Anda mungkin juga menyukai