Anda di halaman 1dari 17

Daniela L.A Boeky, S.KM., M.

Kes
Kondisi ekonomi, politik, sosial & keamanan.
Ketahanan pangan dapat tercipta apabila
aspek penting dalam suatu negara terpenuhi.
Aspek ini ada empat poin yakni kondisi
ekonomi, politik, sosial, dan keamanan.
Sebab, apabila dari keempat aspek tersebut
tidak dapat berjalan dengan baik maka
dampaknya dapat meluas ke segi lainnya yang
merugikan masyarakat termasuk ketahanan
pangan.
 Sarana & prasarana.
Tanpa adanya sarana dan prasarana publik yang baik,
proses pendistirbusian komoditas pangan tentu akan
mengalami hambatan. Misalnya, di sebuah wilayah
yang sulit diakses akan membuat distribusi terganggu
dan jika dibiarkan akan menyebabkan krisis pangan. Di
sini, akses transportasi memang menjadi hal penting
agar semua pendistribusian pangan merata ke semua
wilayah. Selain sarana untuk pendistribusian, sarana ini
juga penting untuk meningkatkan produktivitas
komoditas pertanian. Contohnya saja, mengenai
pengadaan pupuk, benih unggul, dan sebagainya.
Teknologi yg dikembangkan.
Penggunaan teknologi dapat digunakan pada
saat proses tanam hingga masa panen komoditas
pangan. Tidak sampai di situ saja teknologi
pertanian juga digunakan dalam hal sistem
penyimpanan hasil produksi pangan yang tepat.
Tujuannya adalah agar tanaman dan komoditas
pangan aman selama proses pendistribusian dan
digunakan oleh masyarakat. Teknologi dalam
rekayasa pangan juga diperlukan dalam hal ini
untuk mengembangkan varietas unggul dalam
pengadaan komoditas pangan.
Pengadaan lahan yg tepat.
Jumlah lahan juga menjadi faktor utama dalam
menjaga ketahanan pangan. Jumlah lahan yang
memadai dapat memungkinkan produktivitas
komoditas pangan tercukupi. Sebaliknya, jika
lahan ini semakin menurun maka stabilitas
pangan juga dapat terganggu. Inilah yang
menjadi masalah di Indonesia saat ini. Sehingga,
pemerintah harus memiliki strategi baru untuk
menyediakan lahan untuk pertanian.
Iklim dan cuaca.
Apabila cuaca dan iklim dalam keadaan baik
maka petani bisa menghasilkan produktivitas
pertanian lebih dan persediaan pangan yang
memadai. Namun, sebaliknya ketika cuaca
dan iklim dalam keadaan buruk tentu hal ini
akan merugikan petani dan mengganggu
stabilitas ketahanan pangan.
 Indikator Ketersediaan.
Ketersediaan pangan adalah suatu kondisi
seseorang dapat memenuhi kebutuhan
pangan pada jumlah yang cukup aman,
bergizi dan sehat yang berasal dari produksi
negara sendiri ataupun impor, maupun
bantuan pangan sehingga dapat
terpenuhinya jumlah kalori yang diperlukan
bagi kehidupan masyarakat.
 Indikator Akses Pangan.
Indikator akses pangan adalah semua individu atau
rumah tangga dengan kemampuan sumber daya
yang ia miliki untuk memperoleh pangan yang sesuai
dengan kebutuhan gizi yang diperoleh dari produksi
pangan pribadi ataupun pembelian dan bantuan
pangan. Terdapat beberapa akses rumah tangga
maupun individu dalam pangan yaitu:
 Akses ekonomi. Meliputi pendapatan,
kesempatan kerja dan harga.
 Akses fisik. Menyangkut tingkat isolasi daerah
(sarana dan prasarana distribusi).
 Akses sosial. Menyangkut preferensi pangan.
 Indikator Penyerapan Pangan.
Penyerapan pangan adalah kebutuhan
seseorang untuk hidup sehat dalam
menggunakan pangan seperti kebutuhan
akan energi, gizi, air, dan kesehatan
lingkungan, pengetahuan anggota rumah
tangga pada sanitasi, ketersediaan air,
fasilitas layanan kesehatan, penyuluhan gizi,
dan tingkat kesehatan balita sangat efektif
dalam penyerapan pangan.
 Status Gizi.
Status gizi ialah outcome yang berasal dari
ketahanan pangan yang memiliki definisi
sebagai cerminan dari kualitas hidup
seseorang baik atau buruk, status gizi
dihitung berdasarkan angka harapan hidup,
tingkat gizi balita dan kematian bayi.
Menurut Thaha, dkk (2002), terwujudnya
ketahanan pangan merupakan hasil kerja dari
suatu sistem yang terdiri dari berbagai
subsistem yang saling berinteraksi, yaitu:
 Subsistem ketersediaan
 Subsistem distribusi
 Subsistem konsumsi
 Subsistem ketersediaan, yaitu pengaturan
kestabilan dan kesinambungan penyediaan
pangan. Ketersediaan pangan menyangkut
masalah produksi, stok, impor dan ekspor,
yang harus dikelola sedemikian rupa,
sehingga walaupun produksi pangan
sebagian bersifat musiman, terbatas dan
tersebar antar wilayah, pangan yang tersedia
bagi keluarga harus cukup volume dan
jenisnya, serta stabil dari waktu ke waktu.
 Subsistem distribusi, yaitu mencakup upaya
memperlancar proses peredaran pangan
antar wilayah dan antar waktu serta stabilitas
harga pangan. Hal ini ditujukan untuk
meningkatkan daya akses masyarakat
terhadap pangan yang cukup. Surplus pangan
tingkat wilayah, belum menjamin kecukupan
pangan bagi individu/masyarakatnya.
 Subsistem konsumsi, yaitu menyangkut
pendidikan masyarakat agar mempunyai
pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik,
sehingga dapat mengelola konsumsi individu
secara optimal sesuai dengan tingkat
kebutuhannya. Konsumsi pangan tanpa
memperhatikan asupan zat gizi yang cukup
dan berimbang tidak efektif bagi
pembentukan manusia yang sehat, daya
tahan tubuh yang baik, cerdas dan produktif.
Menurut Hanafie (2010), strategi yang dapat diterapkan dalam
rangka keberhasilan pembangunan ketahanan pangan adalah :
 Pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat.
 Pengembangan sistem dan usaha agrobisnis.
 Mewujudkan kebersamaan antara masyarakat sebagai pelaku dan
pemerintah sebagai fasilitator.
 Menumbuhkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga,
mengelola produksi pangan dengan baik dalam memenuhi
kebutuhan konsumsi keluarga, dan mampu menyalurkan
kelebihan produksi pangan untuk memperoleh harga yang wajar.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya penganekaragaman
pangan dengan mutu pangan yang dikonsumsi harus semakin
meningkat dalam mewujudkan ketahanan pangan pada tingkat
rumah tangga.
 Pemantapan koordinasi dan sinkronisasi pihak-pihak terkait dalam
perencanaan, kebijakan, pembinaan, dan pengendalian.
Adapun cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan
ketahanan pangan, yaitu:
 Meningkatkan daya beli masyarakat miskin dengan
menaikkan tingkat produksi pangan secara keseluruhan.
Peningkatan suplai pangan dan daya beli masyarakat
merupakan hal yang tidak mudah karena terkait dengan
kebijakan yang akan dilakukan oleh suatu negara.
 Pendistribusian kembali suplai pangan dari daerah ke
daerah defisit pangan dengan menggunakan mekanisme
yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat,
khususnya masyarakat miskin yang kekurangan pangan,
selain menaikkan insentif untuk meningkatkan produksi
pangan dalam jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai