PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan tidak dapat bekerja sendiri, tetapi
harus bekerja sama dengan tim kesehatan lain untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
dihadapi klien. Kerjasama tersebut harus ditata sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan
yang berkualitas, penataan yang dimaksud adalah pengorganisasian segala sumber yang bisa
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan.
Pengorganisasian adalah langkah kedua dalam manajemen yang sangat penting dilakukan
oleh setiap unit kerja / unit organisasi ( Subur, 1997 ). Pengorganisasian dalaam
keperawatan dimaksudkan untuk mengelompokkan aktifitas - aktifitas dengan sasaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penugasan masing - masing kelompok diberikan
kepada pimpinan yang diberi wewenang untuk mengawasi sekaligus melakukan koordinasi
dengan unit lain baik secara horizontal maupun vertikal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Langkah-langkah pengorganisasian :
- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan organisasi sudah di susun pada
saat fungsi perencanaan.
- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan.
- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan yang praktis (elemen
kegiatan).
- Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperoleh untuk melaksanakan tugasnya.
- Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan mendapatkan staf yang
dipandang mampu melaksanakan tugas.
- Mendelegasikan wewenang : dalam pembagian tugas harus diperhatikan adanya
keseimbangan antara wewenang dan tnggung jawab staf, untuk organisasi seperti
puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang lingkup kerja
dan kegiatannya cukup luas, prinsip kerjasama yang sifatnya integrative perlu
diterapkan karena prinsip kerja integrasi diharapkan semua kegiatan pokok
puskesmas dapat diselesaikan.
(A.A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan Edisi 2, EGC. Hal. 75).
B. Konsep Dasar
Dalam menganalisa pengaruh pola formal organisasional pada sifat dasar komunikasi antara
para pekerja, perlu untuk mengerti konsep sebagai berikut:
1. Peran
Peran diartikan sebagai suatu set perilaku dan sikap yang diharapkan dari seseorang oleh
mereka yang berinteraksi dengannya. Peran seseorang diartikan oleh harapan-harapan
orang lain, individu tersebut sangat bergantung pada harapan mereka bagi aspek identitas
pribadinya. Sepanjang hidupnya seseorang memegang serangkaian peran, yang berubah
dengan perubahan keadaan hidupnya. Sebagai pekerja sebuah departemen keperawatan,
perawat dapat memegang beberapa peran jabatan pada waktu yang sama. Kepala
perawat tertentu merupakan bawahan bagi atasannya, seorang supervisor bagi staf
perawatnya, rekan kerja kepala perawat lainnya dan mungkin kepala panitia atau
konsultan bagi para pekerja di divisi lain dalam organisasinya. Karena perbedaan sikap
dan perilaku diperlukan dalam pelaksanaan masing-masing peran, kepala perawat yang
telah diuraikan di atas harus sering "merubah seragam" selama hari kerjanya,
penyesuaian dan penyesuaian ulang ekspresi wajah, bahasa tubuh, nada suara dan bahasa
untuk memenuhi harapan pihak yang berkepentingan lainnya yang telah mengartikan
setiap peran.
2. Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bersikap sesuai
dengan harapan seseorang. Karena kekuasaan tumbuh dari interaksi manusia, kekuasaan
tidak bersifat statis, tetapi terus menerus berubah. Perolehan kekuasaan oleh perawat
perorangan tampaknya memudahkan perolehan kekuasaan yang lebih besar dalam situasi
yang sama. Kemungkinan karena meningkatnya jumlah komunikasi dengan yang lain
atau perubahan dalam kualitas komunikasi tersebut. Begitu juga sebaliknya, kehilangan
kekuasaan seorang pekerja bisa mengubah hubungan timbal baliknya dengan yang lain
sehingga membuatnya terus menerus kehilangan kekuasaan seiring dengan waktu.
Kekuasaan terdiri dari beberapa jenis yaitu: kekuasaan memberikan penghargaan
(Reward power) adalah kesanggupan untuk memberikan penghargaan terhadap yang
lain, kekuasaan paksaan (Coercive power) adalah kesanggupan untuk menerapkan
hukuman kepada yang lain. Menejer perawat dapat menghukum seorang pegawai
melalui penurunan pangkat, skors, atau pemecatan. Kekuasaan referensi (Referent
power) adalah kemampuan mengilhami kebanggaan tertentu pada yang lain sehingga
mereka berharap untuk mengidentifikasikan diri mereka sendiri dengan obyek
kekaguman mereka. Kekuasaan ahli (Expert power) merupakan kemampuan untuk
meyakinkan yang lain supaya seseorang memiliki derajat pengetahuan dan keahlian
tinggi dalam area spesialisasi.
3. Status
Konsep status berhubungan erat dengan konsep kekuasaan. Status dapat diartikan
sebagai urutan penganugerahan suatu kelompok kepada seseorang yang sesuai dengan
penilaian mereka atas pekerjaan dan sumbangsihnya. Derajat status yang diberikan
kepada pekerjaan tertentu erat kaitannya dengan jarak dari hierarki organisasi tingkat
atas, jumlah keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan tugas kerja tersebut, derajat
pelatihan khusus, atau pendidikan yang diperlukan bagi posisi tersebut, tingkat tanggung
jawab dan otonomi yang diharapkan dalam pelaksanaan kerja dan gaji yang didapat dari
jabatan tersebut. Status masing - masing perawat tergantung pada posisi dari departemen
kesehatan dalam tabel organisasi unit kerjanya. Status sebuah kelompok dikaitkan
dengan kemampuannya dalam mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan kelompok. Kebanyakan perawat percaya bahwa tujuan keperawatan
bagi perawatan klien dan kesembuhannya sama pentingnya dengan kesejahteraan klien
seperti juga dengantujuan pengobatan medis atau tujuan administrasi keuangannya.
4. Wewenang
5. Kepusatan ( Centrality )
6. Komunikasi ( Communication )
Semua pekerjaan dalam sebuah kelompok manusia dilakukan melalui dan karena
komunikasi antar pekerja. Komunikasi biasa diartikan sebagai pengiriman informasi dan
opini antar manusia. Diperlukan pendahuluan pesan oleh si pengirim dan persepsi pesan
yang sama oleh si penerima pesan. Kebanyakan ahli komunikasi percaya bahwa
penangkapan pesan tersebut merupakan aspek yang lebih kritis dari proses dan usaha
memperbaiki kualitas serta akurasi komunikasi sebaiknya dimulai dengan mengajari
manusia bagaimana mendengar secara bersungguh - sungguh dan kritis terhadap semua
aspek pesan yang dikirim. Adalah mungkin untuk melatih pengirim pesan agar
mengatur, mengulang, dan merangkum informasi sehingga memaksimalkan pengertian
oleh si penerima pesan. Pengirim pesan dapat diajari memperkuat isi verbal setiap pesan
dengan ekspresi yang sesuai dan gerak isyarat untuk menekankan konsep kunci serta
untuk mendapatkan masukan dari si penerima pesan sebagai tanda atas keefektifan
komunikasi.
C. Tujuan Pengorganisasian
a) Manfaat
1. Memetakan garis kewenangan pengambilan keputusan
2. Membantu pekerja memahami tugas mereka dan rekan kerja
3. Menunjukkan pada manajer dan personel baru bagaimana mereka menyesuaikan
diri dalam organisasi
4. Berperan dalam struktur organisasi yang baik
5. Menunjukkan garis komunikasi formal
b) Keterbatasan
1. Menunjukkan hanya hubungan formal
2. Tidak mengindikasikan derajat kewenangan
3. Dapat menunjukkan hal yang seharusnya terjadi atau dilakukan, bukan yang
terjadi sebenarnya
4. Mungkin terjadi kebingungan kewenangan dengan status
D. Prinsip Pengorganisasian
Untuk mencapai tujuan dalam pengorganisasian diperlukan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
b. Organisasi Staf.
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi
staf dicirikan bahwa dalam pengorganisasian dikembangkan satuan organisasi
staf yang berperan sebagai pemantu pimpinan. Orang yang duduk dalam suatu
organisasi staf adalah individu ahli yang disesuaikan dengan kebutuhan
organisasi. Hal ini terjadi karena pimpinan organisasi menghadapi
permasalahan yang kompleks dan kesulitan untuk memecahkan permasalahan
yang ada sehingga dibutuhkan orang yang sanggup dan mampu membantu
pimpinan dalam memecahkan masalah organisasi.
Dalam organisasi staf, fungsi staf hanyalah sebagai pembantu.
Pengambilan keputusan tetap berada di tangan pimpinan. Keuntungan
organisasi staf adalah pengambilan dapat lebih baik. Kerugiannya adalah
pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
organisasi lini.
c. Organisasi Lini dan Staf
Bentuk Operasi lini dan staf merupakan pengembangan dari organisasi
staf. Pada bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diplot sebagai penasihat,
tetapi staf juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut.
Organisasi ini staf diterapkan jika permasalah nasihat tersebut. Organisasi lini
staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf
tidak hanya diharapkan memberikan buah pikirannya, tetapi staf juga harus
membantu pelaksanaannya.
Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan lebih baik
karena pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung
jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan
perhatiannya pada masalah yang lebih penting, serta pengembangan bakat dan
kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang
baik. Kelemahanyya adalah pengambilan keputusan memakan waktu yang
lebih lama lagi, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak
menegetahui batas-batas wewenangnya. Bagan organisasi lini staf dapat dilihat
dalam gambar berikut.
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan
klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini adalah
sebagai berikut :
1. Metode Fungsional
Metode penugasan fungsional merupakan metode pemberian asuhan keperawatan yang
menekankan pada penyelesaian tugas dan prosedur (Sitorus, 2006). Prioritas utama
metode ini adalah pemenuhan kebutuhan fisik sehingga kurang memerhatikan kebutuhan
manusia secara holistic dan komprehensif.
Pada metode penugasan fungsional, seorang kepala ruang membawahi secara
langsung perawat-perawat pelaksana yang ada di ruang tersebut. Metode ini
menggambarkan bahwa satu-satunya pemegang kendali manajerial dan laporan klien
adalah kepala ruang, sedangkan perawat lainnya hanya sebagai perawat pelaksana
tindakan.
Peran perawat pada metode ini adalah melakukan tindakan sesuai dengan
spesifikasi/spesialisasi yang dimilikinya, setiap perawat mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk memberikan tindakan keperawatan sebanyak satu atau dua jenis tindakan.
Jenis tindakan lainnya diberikan oleh perawat yang lainnya. Berdasarkan struktur di atas,
trgambar dengan jelas bahwa ada pembagian tugas perawat, yaitu ada perawat yang
tugasnya hanya memberikan obat ada perawat yang tugasnya hanya merawat luka dan
lain-lain. Namun demikian, guna mengurangi beban tanggung jawab kepala ruang yang
besar, pihak rumah sakit dapat memodifikasi struktur tersebut dengan menempatkan
wakil kepala ruang untuk membantu tugas kepala ruang. Selain mengurangi beban kerja
kepala ruang, dengan adanya wakil kepala ruang, harapannya dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pekerjaan.
Kelebihan dan kekurangan metode fungsional :
Kelebihan Kekurangan
2. Metode Tim
Menurut Douglas (1992), metode tim adalah metode pemberian asuhan
keperawatan yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan
asuhan keperawatan dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut
dengan “Ketua tim”. Selain itu, Sitorus (2006) juga menyampaikan bahwa dengan
metode penugasan tim, setiap anggota kelompok/tim mempunyai kesempatan untuk
berkontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada
perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif dan efisien, tugas
pokok dan fungsi masing-masing, posisi harus jelas dan dipahami oleh masing-masing
personel perawat.
Seperti halnya metode penugasan yang lain, metode penugasan tim mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan metode penugasan
tim.
Kelebihan Kekurangan
1. Pelayanan keperawatan yang 1. Kegiatan-kegiatan konferen
komprehensif memerlukan waktu yang cukup lama
2. Proses Keperawatan dapat sehingga kegiatan konferen tidak
diterapkan. akan dapat dilaksanakan jika dalam
3. Metode tim memungkinkan untuk kondisi sibuk.
dapat bekerja lebih efektif dan 2. Jika jumlah perawat sedikit,
efisien menyebabkan pre-conference dan
4. Metode tim memungkinkan untuk post-conference mungkin tidak dapat
dapat bekerja sama antar-tim dilaksanakan. Untuk kegiatan pre-
5. Metode tim memungkinkan conference dan post-conference,
tingginya kepuasan pasien terhadap setiap tim minimal terdiri dari dua
pelayanan keperawatan orang.
6. Metode tim meningkatkan motivasi
dan kepuasan perawat sebagai
pemberi pelayanan keperawatan
3. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat
perencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Konsep dasar metode primer :
a. Ada tanggungjawab dan tanggunggugat
b. Ada otonomi
c. Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihan Kekurangan
1. Model praktek professional 1. Dibutuhkan perawat yang
2. Bersifat kontinuitas dan komprehensif benar-benar mempunyai
3. Perawat primer mendapatkan pengalaman, pengetahua,
akontabilitas yang tinggi terhadap sikap, dan kemampuan (skill)
hasil dan memungkinkan
pengembangan diri → kepuasan yang terlatih.
perawat 2. Biaya lebih besar
4. Klien/keluarga lebih mengenal siapa
yang merawatnya
4. Metode Kasus
Kelebihan Kekurangan
1. Perawat lebih memahami kasus 1. Belum dapatnya diidentifikasi
per kasus perawat penanggungjawab
2. Sistem evaluasi dari manajerial 2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan
menjadi lebih mudah mempunyai kemampuan dasar yang
sama
Dari berbagai metode penugasan yang ada, setiap ruangan/unit perawatan dapat
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari salah satu metode di atas berdasarkan
prinsip pemilihan penugasan yang tepat, efektif, dan efisien.
Namun dalam mengembangkan metode penugasan Tim, maka perlu diperhatikan hal-hal
berikut di bawah ini. Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu), Ketua Tim (Katim) dan
Anggota Tim Secara umum, masing-masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain :
1) Tanggung Jawab Karu :
a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b. Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c. Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinandan managemen
d. Mengorientasikan tenaga baru
e. Menjadi narasumber bagi tim
f. Mendorong kemampuan staf untuk menggunakan riset keperawatan
g. Menciptakan iklim komunikasi terbuka
2) Tanggung Jawab Katim :
a. Melakukan orientasi kepada pasien baru dan keluarga
b. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),
menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yang
konsisten
d. Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhan
keperawatan melalui konfrens
e. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggota tim
f. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
3) Tanggung Jawab Anggota Tim :
a. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b. Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di
tempat
d. Berkontribusi terhadap perawatan → observasi terus menerus → ikut ronde
keperawatan → berinterkasi dgn pasien & keluarga → berkontribusi dgn
katim/karu bila ada masalah
Penerapan Metode Tim :
1) Kepala ruangan membagi jumlah tim keperawatan berdasarkan klasifikasi pasien
2) Menilai tingkat ketergantungan pasien, melalui :
- Setiap pagi, karu bersama katim menilai langsung pada masing-masing tim
yang menjadi tanggung jawabnya,
- Setiap tim keperawatan (yang dinas malam) membuat klasifikasi pasien
kemudian diserahkan kepada karu/katim. Cara ini dapat lebih menghemat
waktu
3) Katim menghitung jumlah kebutuhan tenaga
4) Karu dan katim membagi pasien kepada perawat yang bertugas sesuai kemampuan
perawat (pengetahuan dan keterampilan) Serah terima antar shift oleh karu, katim
dan semua perawat pelaksana yang dapat dilakukan melalui konfrens, atau keliling
langsung ke pasien (sebelum dan selesai dinas). Materi yang diserah terimakan
yaitu laporan hasil pengkajian, permasalahan, implementasi dan evaluasi. Selain itu
perencanaan yang harus dilanjutkan oleh tim yang akan bertugas.
5) Selesai konfrens, seluruh anggota tim mulai melakukan asuhan keperawatan
langsung maupun tidak langsung
Selain pembuatan struktur organisasi, menurut keliat, dkk (2006) kegiatan lain fungsi
pengoorganisasian dalam ruang perawatan adalah sebagai berikut.
1) Pembuatan Daftar Dinas
Daftar dinas merupakan bagian penting dalam pengorganisasian yang berisi jadal
dinas (shift pagi, siang, malam), perawat yang libur, dan perawat yang cuti. Daftar
dinas ini biasanya dibuat untuk kurun waktu dinas selama satu bulan. Pembuat
daftar dinas adalah kepala ruang yang dbantu ketua tim/ perawat primer.
2) Pembuatan Daftar Alokasi Pasien
Daftar alokasi pasien dibuat guna mengetahui jumlah dan nama pasien, jumlah dan
nama pasien jenis penyakit, dokter, serta distribusi perawta terhadap pasien yang
terdapat di ruangan. Daftar pasien berisi nama pasien, dokter yang bertanggung
jawab, perawat dalam tim (jika menerapkan metode penugasan tim), perawat yang
dinas, dan perawat yang bertanggung jawab tiap shift.
Kinerja karyawan yang optimal dapat diharapkan baik apabila didukung berbagai
faktor seperti kompensasi yang diterima, kerjasama antar staf administrasi, disiplin kerja
yang tinggi, kepemimpinan yang baik, motivasi kerja yang tinggi, kondisi kerja yg baik
dan kemampuan kerja/administrasi memadai.
Dalam keperawatan sendiri variabel variabel inilah yang mempengaruhi
ketenagaan dalam suatu organisasi baik itu di Rumah Sakit atau Puskesmas ataupun dalam
bagian organisasi keperawatan di dalam ruangan rawat inap. Variabel variabel ini sangat
mempengaruhi kinerja seorang perawat. Diawali dari variabel individu yang mendasari dan
sangat mmpengaruhi kinerja seorang perawat. Perbedaan umur sampai jenis kelamin dan
pengalaman tentu akan sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang perawat. Tentu
berdasarkan umur saja, jika seorang perawat telah mencapai umur yang lebih tua terjadi
penurunan kinerja akibat dari fisik yang makin menurun. Begitupun dengan Variabel
variabel lainnya.
J. Cara Perhitungan Jumlah Tenaga Dalam Suatu Shift Alokasi dan Penjadwalan
Tenaga Keperawatan Setiap Shift
Cara Perhitungan Jumlaha Tenaga Dalam Suatu Shift
1. Cara Rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang
diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah. Metode
ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui
produktivitas SDM rumah sakit dan kapan personal tersebut dibutuhka oleh setiap unit
atau bagian rumah sakit yang membutuhkan. Bisa digunakan bila kemampuan dan suber
daya untuk perencanaan personal terbatas, jenis, tipe dan volume pelayanan kesehatan
relatif stabil. Cara rasio yang umum digunakan adalah berdasarkan surat
keputusanmenkes R.I Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit, dengan
standar sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT
A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 3/4
D 1/15 1/2 1/6 2/3
Khusus Disesuaikan
Ket : TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur
TPP = Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP = Tenaga Para Medis Non Perawatan
TNP = Tenaga Non Medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang
lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang
lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
2. Cara Need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja. Untuk menghitung
kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan pasien
selama di rumah sakit. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar
pelayanan berjalan dengan baik. Ada 2 metode pehitungan pada cara need ini, yaitu :
a) Hudgins
Perhitungan ini untuk menetapkan standar waktu pelayanan pasien rawat jalan,
yaitu dalam tabel berikut :
Kegiatan Lama waktu (menit) untuk pasien
Baru Lama
Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan ansietas dokter 18 11
Penyuluhan 51 0
Laboratorium 5 7
Contoh soal :
Di rumah sakit Y terdapat 16 pasien dengan kategori sebgai berikut : 3 pasien
dengan perawatan minimal, 8 pasien dengan perawatan parsial dan 5 pasien dengan
perawatan total. Maka kebutuhan tenaga keperawatan adalah ...
Klasifikasi Jumlah Pagi Siang Malam
pasien pasien
Minimal 3 3x0,17=0,51 3x0,14=0,42 3x0,10=0,3
Parsial 8 8x0,27=2,16 8x0,15=1,2 8x0,07=0,8
Total 5 5x0,36=1,8 5x0,30=1,5 5x0,20=1
JUMLAH 16 4,47 3,12 2,1
Untuk perawat yang berdinas yang dibutuhkan yaitu 4,47 + 3,12 + 2,1 = 9,69 ≈ 10
orang.
3. Cara Demand
Cara demand adalah perhitungan tenaga menurut kegiatan yang memang nyata
dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap pasien yang masuk ruang
gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut :
- Untuk gawat darurat = 86,31 menit
- Untuk kasus mendesak = 71,28 menit
- Untuk tidak mendesak = 33,09 menit
Hasil penelitian di rumah sakit Filipina, menghasilkan data sebagai berikut :
Jenis pelayanan Rata-rata jam perawatan/pasien/hari
Non bedah 3,4
Bedah 3,5
Campuran bedah dan non bedah 3,5
Post partum 3,0
Bayi baru lahir 2,5
Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti perhitungan cara Need.
4. Cara Gillies
a. Rumus untuk kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan adalah
sebagai berikut :
A × B ×C F
= =H
( C− D ) × E G
Keteranga :A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
b. Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari :
rata−rata jam perawatan perhari ×rata−rata jumlah jam perawatan perhari
jumlah jam kerja efektif perhari
c. Asumsi jumlah cuti hamil5% (usia subur) dari tenaga yang dibutuhkan maka
jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil = 5% x jumlah jam kerja/hari.
Tambahan tenaga :
5 % × jumlah tenaga × jumlah jam kerja cuti hamil
jumlah jam kerja efektif per tahun
Catatan :
1) Jumlah hari tak kerja pertahun.
Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar (12 hari) +
cuti sakit/izin (10 hari) = 86 hari.
2) Jumlah hari kerja efektif pertahun.
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365-86 = 279 hari
jumlah hari efektif
3)
minggu
279
=40 mingg u. Jumlah jam kerja perawat perminggu 40 jam
7
4) Cuti hamil 12 x 6 = 72 hari
5) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit yang harus
ditambah 20% (untuk mengantisipasi kekurangan/cadangan)
6) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutukan per shift yaitu dengan
ketentuan proporsi dinas pagi 47%, siang 36% dan malam 17%.
Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdelah dan Levienne 55% tenaga
profesional dan 45% tenaga non profesional.
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
a. Perawatan langsung adalah perawatan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien pada perawat dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok
dan waktu perawatan berdasarkan tingkat ketergantungannya, yaitu :
- Self care dibutuhkan 0,5 x 4 jam = 2 jam
- Partial care dibutuhkan 0,75 x 4 jam = 3 jam
- Total care dibutuhkan 1-1,5 x 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam = 8 jam
b. Perawatan tak langsung meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota tim, menulis
dan membaca catatan kesehan, melaporkan kondisi pasien. dari hasil penelitian
RS Graha Detroit = 38 menit/pasien/hari, sedangkan menurut Wolfe dan Young
= 60 menit/pasien/hari dan penelitian di rumah sakit John Hopkins dibutuhkan
60 menit/pasien (Gilles, 1996).
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi aktivitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies
(1996), wakti yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15
menit/pasien/hari.
5. Cara Swansburg (1999)
jumlah rata−rata psien perhari× jumlah perawat perpasien perhari
jam kerja perhari
Contoh : pada rumah sakit A, jumlah tempat tidur pada unit bedah 20 buah, rata-
rata pasien perhari 15 orang, jumlah jam perawatan 5 jam/pasien/hari dan jam kerja
7 jam/hari.
Cara menghitung :
15 x 5
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah =10,71≈ 11 orang/hari
7
Jumlah shift dalam seminggu 11 x 7 = 77 shift
Bila jumlah perawat sama setiap hari dengan 6 hari kerja/minggu dan 7 jam/hari
77
maka jumlah perawat yang dibutuhkan =12,83 ≈ 13 orang
6
6. Cara Formulasi Nina
Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.
Contoh perhitungan :
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatkan
jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60%, sedangkan rata-rata jam perawatan
adalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah
kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sebagai berikut :
- Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam perklien. Dari
contoh diatas A = 4 jam/hari
- Tahap II
Dihitung B = jumlah rata-rata jam perawatan untuk seluruh klien dalam satu
hari.
B = A X 365 hari = 1200 X 356 = 1200
- Tahap III
Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun.
C = B X 365 hari = 1200 X 365 = 438000 jam
- Tahap IV
Dihitung D = jumlah perkiraan realistis ja perawatan yang dibutuhkan
selama setahun.
D = C x BOR/80 = 438000 x 180/80 = 985500
(nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180,
sedangakan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan)
- Tahap V
Didapat E = jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
E = 985500/1878 = 524,76 ≈ 525 orang
(angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu = 313
hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6jam))
7. Cara Hasil Lokakarya Keperawatan
Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat
digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai
berikut:
jam perawatan 24 jam ×7 (tempat tidur × BOR )
+25 %
Hari kerjaefektif × 40 jam
Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus Gillies (1989), tetapi ada
penambahan pada rumus ini yaitu 25 % untuk penyesuaian (sedangkan angka 7
pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).
Penjadwalan Tenaga Keperawatan Setiap Shift
Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-
masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapai hasil yang
optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan keterbatasan yang ada (Husen, 2008).
1. Penjadwalan putaran
Efektifnya, suatu bencana bagi penjadwalan putaran sebaiknya didasarkan pada
prinsip sebagai berikut
a. Perputaran penugasan personil sebaiknya menggambarkan keseimbangan
antara kebutuhan lembaga akan pekerja peliput dan kebutuhan pegawai akan
pekerja dan rekreasi yang seimbang.
b. Penugasan putaran sebaiknya membagikan hari kerj abaik atau jelek dan
jam kerja yang sama antara para pegawai.
c. Semua pegawai sebaiknya ditugaskan menurut puaran tersebut
d. Sekali jadwal putaran tersebut disusun penyimpangan perseorangan dari
jadwal bisa berkurang dan bisa diberikan setelah permintaan tertulus untuk
perubahan jadwal
e. Metode penjadwalan putaran diusahakan diumumkan dengan baik dan
diterapkan agar para pegawai tidak merasa jadwal tersebut sebagai
pengontrolan tersebut tidak sebagai pengontrolan berlebihan
2. Penjadwalan tenaga kerja dapat dikategorikan sebagai hal yang cukup penting
untuk diperhatikan karena memiliki karakteristik yang spesifik dan kompleks,
antara lain kebutuhan karyawan yang berfluktasi, tenaga kerja yang tidak bisa
disimpan, dan factor kenyamanan pelanggan. Secara umum penjadwalan
mempunyai manfaat manfaat sebagai berikut:
a. Memberikan pedoman terhadap pekerjaaan/kegiatan mengenai batas-batas
waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas.
b. Memberikan alat bagi pihak manajemen untuk mengkoordinir secara
sistematis dan realistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber
daya dan waktu.
c. Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.
d. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan.
e. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.
3. Prinsip-prinsip penjadwalan yang efektif
- Penjadwalan siklus harus menunjukkan keseimbangan antara kebutuhan
institusi akan tenaga dan kebutuhan kerja dengan rekreasi karyawan
- Penjadwalan siklus harus mencakup hari kerja yang mengenakan dan yang
tidak mengenakan serta jam kerja yang adil antara karyawan
- Semua karyawan ditugaskan sesuai pola siklus
- Bila jadwal sudah dibuat, penyimpangan hanya dapat dilakukan melalui
surat permohonan
- Metode ini harus dikenal sebelum diterapkan dan jumlah tenaga serta
komposisi cukup untuk setiap unit dan shift
- Pola ini meningkatkan pelayanan keperawatan yang berkesinambungan dan
mengembangkan kerja tim