Anda di halaman 1dari 24

PENDEKATAN DAN

METODOLOGI
3.1. PENDEKATAN
Untuk mendapatkan hasil sesuai dengan keluaran yang telah
ditetapkan dalam kerangka acuan, pada kegiatan Penyusunan
Rencana Rinci Penanganan Lingkungan Perumahan dan
Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan di Kota Palembang,
Provinsi Sumatera Selatan, Adapun pendekatan yang akan
digunakan adalah sebagai berikut:

3.1.1. PENDEKATAN NORMATIF


Pendekatan normatif dalam studi ini menekankan pada kajian
terhadap produk peraturan dan kebijakan baik di tingkat pusat
maupun tingkat daerah yang terkait dengan Penyusunan Rencana
Rinci Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh
Berbasis Kawasan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
Pendekatan normatif yang digunakan dalam penyusunan Dokumen
PLP2K-BK ini, pada dasarnya merupakan pendekatan yang digunakan
untuk merumuskan suatu kebijakan dan strategi berdasarkan data
dan informasi yang tersedia serta mengacu pada produk peraturan dan

Laporan Pendahuluan | III-1


perundangan yang terkait dengan substansi penyusunan Dokumen
PLP2K-BK yaitu Penanganan Lingkungan Perumahan dan
Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan. Terkait dengan pekerjaan ini,
pendekatan normatif ini tidak dipandang sekedar sebagai pendekatan
untuk merumuskan kebijakan yang sifatnya konseptual. Pendekatan
ini dilakukan mulai dari bagaimana kondisi dan permasalahan
Perumahan dan Permukiman Kumuh dilihat sampai dengan
perumusan kebijakan dan strategi yang tepat untuk kondisi dan
permasalahan yang ada. Oleh sebab itu perlu juga dengan
membandingkan kondisi eksisting dengan kriteria dan standar yang
ada .

Konsep dasar dari pendekatan normatif adalah bahwa proses


pembangunan kawasan bertumpu pada prosedur/skema tertentu,
dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan pencapaian atas tujuan yang akan
dicapai. Landasan normatif dalam melaksanakan pekerjaan ini, dapat
dibagi menjadi 2, yaitu landasan normatif yang bersifat umum, yaitu
produk-produk peraturan di tingkat pusat yang berlaku untuk seluruh
wilayah kajian, dan landasan normatif yang bersifat kewilayahan, yaitu
produk-produk peraturan di tingkat daerah yang hanya berlaku di level
wilayah kajian. Berikut ini akan disajikan produk-produk peraturan
dan dokumen rencana yang akan dikaji dan menjadi acuan dalam
penyusunan Dokumen PLP2K-BK.

Keluaran yang diharapkan dari kajian normatif dalam pelaksanaan


pekerjaan ini adalah :
 Arah pengembangan kota berdasarkan kajian kebijakan dan
strategi
 Kebutuhan penyelerasan kebijakan dan strategi Penanganan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh
 Peta potensi dan persoalan serta kebutuhan Penanganan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh yang dapat
diidentifikasi berdasarkan kajian kebijakan dan strategi
Pengembangan Perumahan dan Permukiman
 Rumusan strategi Penanganan Lingkungan Perumahan dan
Permukiman Kumuh berdasarkan hasil sinkronisasi kebijakan dan

Laporan Pendahuluan | III-2


strategi antar sektor dengan penekanan pada bidang Perumahan
dan Permukiman

3.1.2. PENDEKATAN TEKNIS


A. Pendekatan Perbaikan Pemugaran
 Pendekatan model pengembangan permukiman kumuh dengan
perbaikan dan pemugaran, dilaksanakan secara bertahap
(incremental) pada aspek prasarana/sarana Iingkungan, tata
wang lingkungan serta bangunan/ruang bangunan, dengan
peningkatan kualitas prasarana dan sarana Iingkungan sebagai
prioritasnya.
 Pendekatan model pengembangan permukiman kumuh dengan
pendekatan perbaikan/pemugaran dapat dilakukan
memanfaatkan (1) bantuan pemerintah; (2) bantuan pemerintah
dengan penyertaan dana masyarakat; (3) bantuan pemerintah
dengan pengembangan sistem dana bergulir; (4) swadaya
masyarakat mumi.

B. Pendekatan Peremajaan
(lnstruksi Presiden Republik Indonesia Nomor: 5 Tahun 1990,
Tanggal 26 September 1990, Tentang Peremajaan Permukiman
Kumuhyang Berada di Atas Tanah Negara)
 Pendekatan model pengembangan permukiman kumuh melalui
peremajaan dilakukan bilamana lingkungan permukiman
ditetapkan sebagai Iingkungan permukiman kumuh oleh
pemerintah daerah berdasarkan standard penilaian dan
peraturan yang berlaku.
 Pendekatan model pengembangan permukiman kumuh berarti
pembongkaran sebagian atau keseluruhan permukiman dan
kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana dan
fasilitas lingkungan rumah susun serta bangunan-bangunan
Iainnya sesuai dengan rencana tata ruang kota yang
bersangkutan.
 Peremajaan bertujuan untuk : (1) meningkatkan mutu
kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat dan martabat
masyarakat penghuni pemukiman nelayan terutama golongan
masyarakat berpenghasilan rendah dengan memperoleh
perumahan yang Layak dalam Iingkungan pemukiman yang

Laporan Pendahuluan | III-3


sehat dan teratur; (2) mewujudkan kawasan yang ditata secara
lebih baik sesuai dengan fungsinya sebagaimana ditetapkan
dalam rencana tata ruang kota yang bersangkutan; (3)
mendorong penggunaan tanah yang lebih efisien dengan
pembangunan rumah susun, meningkatkan tertib bangunan,
memudahkan penyediaan prasarana dan fasilitas Iingkungan
pemukiman yang diperlukan serta mengurangi kesenjangan
kesejahteraan penghuni dan berbagai kawasan di daerah
perkotaan.
 Peremajaan dilakukan sesuai dengan Pola Dasar Pembangunan
Daerah dan/atau Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK),
serta dengan pendekatan kepada masyarakat setempat agar
masyarakat berperan secara aktif dalam prose peremajaan
tersebut.

C. Pendekatan pengelolaan dan pemeliharaan berkelanjutan


 Pengelolaan dan pemeliharaan berkelanjutan dibutuhkan
untuk: (1) mempertahankan kinenja bangunan, Iingkungan dan
sarana-prasarana yang telah ada; (2) menyesuaikan dengan
perkembangan tuntutan pemenuhan kebutuhan atas
bangunan, Iingkungan dan saranaprasarana.
 Peningkatan kualitas Iingkungan permukiman dengan
pendekatan pengelolaan dan pemeliharan berkelanjutan
dimaksudkan untuk : (1) memperpanjang usia teknis
bangunan, Iingkungan dan saranaprasarana yang telah ada; (2)
meningkatkan kualitas/ kuantitas bangunan, lingkungan dan
prasarana-sarana sesuai pertumbuhan/ perkembangan
kebutuhan.
 Pengelolaan dan pemeliharaan berkelanjutan dilakukan dengan
penekanan pada peran swadaya masyarakat.

Pendekatan Teknis, meliputi beberapa aspek seperti berikut :


a. Aspek kawasan perencanaan/batasan wilayah kajian, identifikasi
lokasi dan tipologi kawasan, kondisi perumahan dan permukiman
kumuh dan kebutuhan pengembangan kawasan perumahan dan
permukiman, keadaan potensi dan permasalahan kawasan
perumahan dan permukiman.

Laporan Pendahuluan | III-4


b. Aspek kebijakan Penanganan Lingkungan Perumahan dan
Permukiman Kumuh.
c. Aspek kondisi fisik dasar dan binaan dikawasan perencanaan
(topografi, kemiringan, geologi dan geohidrologi dan pola
penggunaan lahan)
d. Aspek kependudukan, jumlah tenaga kerja, jumlah tenaga kerja
berpenghasilan rendah, sosial-ekonomi kawasan perumahan dan
permukiman kumuh.
e. Aspek identifikasi tingkat pelayanan prasarana dan sarana
perumahan
f. Aspek aksessibilitas kawasan yang meliputi pola jaringan jalan,
dan sistem transportasi.
g. Aspek pengelolaan dan penanganan perumahan dan permukiman
kumuh baik oleh pemerintah, kalangan dunia usaha dan
masyarakat.

Keseluruhan aspek diatas akan tertuang dalam tahapan pendekatan


yang secara garis besar, yaitu :
a. Studi kepustakaan
b. Survai/Wawancara/pengumpulan data
c. Pengukuran teristris lapangan dikawasan perencanaan dan
sekitarnya.
d. Analisis kebijakan Penanganan Lingkungan Perumahan dan
Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan.
e. Analisis potensi, luas kawasan, fisik kawasan, kependudukan,
kultur budaya, sosial dan ekonomi, penggunaan lahan.
f. Analisis penetapan lokasi kawasan perumahan dan permukiman
kumuh.
g. Analisis kebutuhan Penanganan Lingkungan Perumahan dan
Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan.
h. Analisis kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan kawasan
perumahan yaitu sistem jaringan jalan, air bersih, listrik,
telekomunikasi, sanitasi dan penanganan limbah serta system
pembuangan sampah.
i. Analisis kebutuhan system jaringan baik primer, sekunder dan
tersier.
j. Analisis pengelolaan dan penanganan kawasan

Laporan Pendahuluan | III-5


k. Tersusunnyanya indikasi program Penanganan Lingkungan
Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan.

3.1.3. PENDEKATAN PENGENTASAN PERMUKIMAN KUMUH


Masalah mendasar yang lagi disorot “The Millennium Development Goals
and the City” sebagai aksi program peringatan Han Habitat Seduia 3
Oktober 2005. Kali mi, UN Habitat Day 2005 lebih memfokuskan pada
kota, kekumuhan dan pembangunan. Pokok masalah penanganan
kumuh adalah kesediaan dan kemampuan kita untuk mengembangkan
program perbaikan kampung kumuh yang sesuai dengan persepsi dan
konsep yang dianut penduduk terlayani. Persoalan Iingkungan kumuh
kota berada di tanah legal (Slums) dan lingkungan kumuh di tanah
ilegal (Squatter).

Semenjak dikeluarkannya Deklarasi Prinsip-Prinsip di Vancouver


(1976) hingga The Global Strategy for Shelter to the Year 2000, pada
tataran Shelter for every one to the Year 2001, pemerintah lebih
berperan sebagai ‘enable’ dan pada pelaku dan pengada utama
perbaikan kampung kumuh. ‘Enabling’ atau kemampuan untuk
menghadapi nmntangan mengandung pninsip dasar:
 Memanfaatkan sumberdaya sektor publik untuk membantu
memfasilitasi gerakan pada sektor lain,
 Menstimulasi sumberdaya yang selama ini belum efektif digunakan,
 Meningkatkan peran bantu swasta dan sektor publik pada sektor
yang paling efektif dan efisien,
 Memfungsikan sektor publik pada sektor lain yang tidak tertangani.

A. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi


Permukiman di kota tidak terlepas dan laju pertumbuhan
penduduknya salah satunya akibat urbanisasi. Realitas ini
berkembang seiring dengan pemusatan kekuatan ekonomiyang
melahirkan berbagai akibat kekumuhan. Urbanisasi hanyalah salah
satu segi saja dan penyebaran penduduk, dengan kecenderungan
sebarannya mengalir ke daerah yang tersedia sumberdaya dan
lapangan kerja, terutama terbukanya peluang sektor informal di
kota. Sebagian korban urbanisasi dan sebaran arus penduduk ke
kota juga disebabkan kurangnya layanan sosial dan peluang serta
kesempatan kerja di desa. Jadi, urbanisasi sebenamya bukan

Laporan Pendahuluan | III-6


merupakan penyebab kota menjadi padat dan kumuh. Unbanisasi
hanya lebih merupakan akibat dan pembangunan ekonomi,
perkembangan industni, serta perubahan teknologi, kemajuan
angkutan, pesatnya informasi-komunikasi dan lemahnya pelayanan
publik. Kenyataan ini dapat dimengerti kalau kepadatan dan
ketidakteraturan yang menyebakan kekumuhan kota.

Kehadiran sektor informal sebenarnya membenkan kontribusi


positif dalam perkembangan ekonomi lokal kota. Meskipun
demikian, sektor informal memiliki peranan yang cukup signifikan
dalam menunjang kehidupan sehari-hari, namun keberadaannya
sangat rentan dan selalu menambah kekumuhan kota sepanjang
tidak ada penataan dan aturan yang tegas atau kesadaran sektor
informal untuk mengatur din sendiri. Sebagai akibat dan
kerentanan sektor informal, kebanyakan migran dan perdesaan
yang mencoba mengadu nasib di perkotaan dan bekerja di sektor
informal, rata-rata kesulitan untuk melepaskan din dan himpitan
ekonomi. Mereka yang telah terjebak dalam sektor informal selalu
kesulitan untuk melepaskan din dan atribut masyarakat miskin
yang dialami sebelumnya ketika tinggal di desa. Upaya yang
diperlukan untuk mengatasi kekumuhan akibat migran desa yang
lemah potensi mendasar ini adalah dengan saling pemberdayaan
sumberdaya manusia yang berorientasi pada peluang usaha dan
kesempatan kerja. Upaya lain, dengan kebijakan urbanisasi yang
diarahkan pada pengembangan daerah perdesaan agar memiliki ciri
perkotaan atau urbanisasi perdesaan; disamping perlu
dikembangkan pusat pertumbuhan ekonomi baru atau daerah
penyangga pusat pertumbuhan yang berfungsi sebagai penapis bagi
perpindahan penduduk.

B. Penanganan yang Terintegrasi


Penanganan lingkungan kumuh yang tak serius dan terpadu
memberikan keabsahan pada terjadinya sindroma Pareto dalam
penanganan kumuh di kota. Sindroma ini mengacu Hukum Pareto
yang menyatakan kelompok menengah atas dan kelompok atas di
kota jumlahnya sekitar 20 persen, dilayani oleh 80 persen fasilitas
kota yang terbaik, sementara sisanya 20 persen fasilitas yang

Laporan Pendahuluan | III-7


terbaik di kota harus dibagi oleh 80 persen kelompok masyarakat
yang kondisi ekonominya pas-pasan dan kurang mampu.

Pendekatannya berpegang pada kearifan lokal dalam mengatasi


permasalahan kesejahteraan dengan peluang usaha dan
kesempatan kerja, disamping program penanganan kawasan
kumuh lebih serius dan terpadu agar sesuai dengan aspirasi,
kebutuhan dan kompetensi lokal. Adanya program peremajaan
kampung, atau dengan program perbaikan kampung, program
rumah susun sewa, bahkan dapat dilakukan dengan program
penyuluhan terpadu maupun program saling pemberdayaan
masyarakat agar masyarakat dapat mengatur, melayani dan
meningkatkan kualitas lingkungan perumahannya sendiri. Model
dana bergulir untuk perbaikan fisik di lingkungan perumahan
semakin menjadi beban berat saja tanpa dipecahkan solusi
peningkatan pendapatan berdasar potensi lokal. Keterlibatan
masyarakat sejak awal bukannya untuk membebani yang miskin
tambah miskin karena kesalahan dalam pengertian partisipasi dan
keharusan masyarakat untuk berswadaya. Pengelolaan potensi dan
kompetensi lokal secara partisipatoris, inklusif, demokratis dan
berkelanjutan adalah menjadi tujuan utama penanganan
lingkungan kumuh kota. Untuk itu diperlukan kemitraan yang
melibatkan berbagai unsur pemerintah, NGO, dunia usaha,
perguruan tinggi dan masyarakat. Upaya ini harus dibarengi
dengan penyediaan pelayanan sosial yang memadai, sesuai reposisi
pencapaian Millenium Development Goals pada event Han Habitat
2005 sasarannya Permukiman Kumuh, Air Minum, Sanitasi dan
lnfrastruktur Perkotaan.

Penanganan yang lebih terencana, terarah, manusiawi, serius dan


terpadu inilah yang diyakini dapat secara berangsur-angsur
menyelesaikan masalah lingkungan kumuh kota. Konsep Guided
Land Development (GLD) mengusahakan agar penanganan kumuh
dengan pengembangan tata ruang wilayah yang sedang dan akan
berkembang diarahkan melalui pola infrastuktur yang lebih
terencana dan terpadu dengan melibatkan masyarakat setempat
dalam perencanaan wilayah. Penanganan kumuh melalui program
perbaikan kampung agar Iebih komprehensif dengan pendekatan

Laporan Pendahuluan | III-8


terpadu. Kekumuhan kota yang dikarenakan ketidakmampuan dan
segi ekonomi dan pendidikan, dilakukan dengan saling
pemberdayaan ekonomi agar lebih banyak peluang usaha dan
kesempatan kerja.

Partisipasi masyarakat lokal di lingkungan kumuh dalam kegiatan


investasi sangat penlu diperhatikan dengan memakai insentif fiskal
dan nonfiskal yang tidak distortif. Ketenlibatan masyarakat lokal
juga dapat dilakukan dengan mendorong masyarakat merebut
peluang-peluang yang timbul sebagai akibat “multiplier” effects
suatu investasi (trickle-up effect). Tanpa ada keseriusan dan
keterpaduan penanganan lingkungan kumuh kota secara arif lokal,
tidak akan tuntas menyelesaikan permasalahan kesejahteraan.
Keseriusan penanganan perlu secara menyeluruh dan total. Oleh
karena itu perlu keterpaduan penanganan lingkungan kumuh yang
mempunyai implikasi efisiensi dan efektifitas dalam pola
pendanaan, mateni penanganan, lokasi kumuh, waktu penanganan
yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat. Pola penanganan
lingkungan kumuh yang serius dan terpadu ditawarkan dengan tiga
modal utama, yaitu adanya kelembagaan yang baik, keterbukaan
dan partisipasi masyarakat yang makin menyatu. Kelembagaan
yang menangani lingkungan perumahan penlu dibenahi dan
diperjelas peran dan ketugasannya agar lebih efektif, tidak terjadi
tumpah tindih. Gejala ketidak seriusan ada bila segala program
penanganan kumuh kota tidak serius dan terpadu di lapangan
dikarenakan masing-masing pelaku pembangunan punya kegiatan
serta lokasi kumuh yang ditangani.

Dengan demikian pengembangan kelembagaan koordinasi,


pembinaan dan pengendalian menjadi urgen untuk mendapat
supporting dana serta perhatian khusus dan bentuk badan di lokasi
kumuh. Keterbukaan menjadi penting dengan melibatkan unsur
pengunuan tinggi, LSM, dan janingan masyarakat kota, agar
mampu membeni masukan subtantif terhadap pelaksanaan
penanganan kumuh kota. Melalui keterbukaan dapat menggalang
partisipasi masyarakat tingkat tinggi yaitu kewenangan masyarakat
jelas akan lebih menonjol dan memutuskan.

Laporan Pendahuluan | III-9


Pendekatan penataan kumuh dengan peningkatan mutu kehidupan
secara kualitatif, menarik untuk dikaji karena terkandung dinamika
peningkatan mutu dalam suatu perubahan Iingkungan perumahan
yang seimbang. Meskipun akan muncul tantangan maupun kendala
yang menghadang adanya kondisi keseimbangan Iingkungan
perumahan yang mengalami akselerasi peningkatan secara
kualitatif, tentu berupa peningkatan mutu hidup dan kualitas
lingkungan perumahan melalui daya kreasi manusia dan daya
dukung yang lestari. Faktor pendukung yang menjadi pemikiran
aspirasi masyarakat yang sederhana ini adalah adanya kondisi
biofisikal yang membatasi pertumbuhan ekonomi, dan faktor
kondisi etikasosial yang membatasi hasrat pertumbuhan di setiap
kampung kumuh.

Pelibatan masyarakat setempat pentingm, eksesnya masyarakat


yang akan menanggung resiko dan perubahan bangunan fisik
sarana dan prasarana terbangun untuk disesuaikan dengan
perilaku dan kebiasaan masyarakat. Aspirasi kelompok masyarakat
yang berkembang menginginkan rakyat-lah sebagai penentu utama
perencanaan, pelaksanaan dan pengontrol penataan kampungnya
sendiri. Pelestarian ciri khas dan keunikan kampung dapat
terangkat dengan memberikan tempat secara hukum tentang status
hunian dan usahanya kepada semua penghuni, terlepas dan latar
belakang social, menghormati hak ekonomi dan budaya sebagai
upaya mengembalikan kedaulatan rakyat dalam menata ruang
hidupnya.

Dalam upaya mengidentifikasi permukiman kumuh, sebagai tindak


lanjut maka perlu dikenali pula bagaimana pendekatan yang
memungkinkan dalam upaya penanggulangan kasus yang dihadapi.
Secara kategorikal dapat dikiasifikasikan beberapa kasus perlu
ditanggulangi dengan pendekatan tertentu. Tentunya
pengkategorian ini dilakukan atas dasar kepekaan terhadap
variabel-variabel yang mungkin menjadi potensi dan kendala pada
kasus. Berikut beberapa pendekatan dalam menanggulangi
permukiman kumuh.

Laporan Pendahuluan | III-10


C. Pendekatan Tridaya
Tridaya adalah prinsip pendekatan pembangunan permukiman
yang bertujuan memberdayakan komponen sosial masyarakat,
usaha dan ekonomi serta Iingkungan sebagai satu kesatuan sistem.
Pemberdayaan Sosial Masyarakat:
a. Menumbuhkan peran swadaya masyarakat dalam
pengelolaan pembangunan.
b. Menerapkan pola pembangunan yang bertumpu kepada
keswadayaan kelompok masyarakat melalui peningkatan
pengetahuan dan pembinaan manusia agar dapat berperan
aktif dalam proses pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan.
c. Menerapkan aplikasi teknologi tepat gun yang sesuai dengan
kondisi setempat sehingga dapat menumbuhkan dan
meningkatkan kreativitas masyarakat.

D. Pemberdayaan Usaha dan Ekonomi:


a. Memberikan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
yang produktif kepada masyarakat sehingga mendapatkan nilai
tambah.
b. Mendukung usaha-usaha terkait dengan kegiatan
kenelayanan masyarakat dalam bentuk industri kecil dan
industri rumah tangga serta usaha perdagangan dan jasa.
c. Membangun, merehabilitasi dan melengkapi fasilitas usaha
perikanan.

E. Pemberdayaan Lingkungan:
a. Memanfaatkan potensi dan mengeliminir
kendala fisik dasar lingkungan permukiman.
b. Memanfaatkan potensi dan mengeliminir
kendala sosial/budaya masyarakat.
c. Pembangunan prasarana dan sarana dasar
lingkungan permukiman meliputi jalan, drainase, penyediaan
air bersih, sanitasi, serta prasaranasarana kegiatan
masyarakat.

Untuk mendapatkan hasil sesuai dengan keluaran yang telah


ditetapkan dalam kerangka acuan, maka perlu dilakukan beberapa
langkah kajian yaitu:

Laporan Pendahuluan | III-11


 Pembentukaan Organisasi Tim Kerja
 Pemahaman Materi Pekerjaan
 Pemantapan Jadwal Pekerjaan
 Metode Pendekatan Pekerjaan
 Studi Kepustakaan
 Pembuatan Disain Survei lapangan dan pengukuran lapangan
 Identifikasi kebutuhan data dan persiapan peralatan survey
lapangan (pengukuran)
 Identifikasi kebijaksanaan tata ruang wilayah Kota, master plan
kawasan perumahan, peraturan daerah, peraturan menteri
perumahan negara dan undang-undang atau peraturan terkait.
 Pengukuran Lapangan (luasan, topografi, interval dan garis kontur,
penggunaan lahan) dan Pengumpulan data sekunder lainnya (Peta
Bakosurtanal, Kadaster dll)
 Identifikasi potensi lokasi perencanaan (kondisi fisik dasar yang
meliputi topografi, kemiringan lahan, hidrologi, geologi dan pola
penggunaan lahan)
 Identifikasi lokasi kawasan kumuh yang meliputi luasan lokasi,
potensi fisik dasar dan penggunaan lahan
 Identifikasi jenis kegiatan ekonomi, jumlah penduduk, tenaga
kerja.
 Identifikasi kondisi prasarana dan sarana eksisting dikawasan
perumahan dan permukiman kumuh.
 Analisis fisik dasar (topografi dan kemiringan, geologi, hidrologi dll)
pada lahan di lokasi kawasan perumahan dan permukiman kumuh.
 Analisis pola penggunaan lahan eksiting dan kecenderungan
pengembangan fisik lahan, ketersedian lahan untuk kawasan
perumahan dan permukiman kumuh, intensitas penggunaan lahan.
 Analisis kependudukan, jumlah tenaga kerja (eksisting dan
kecenderungan perkembangannya)
 Analisis pola pengembangan perumahan dikawasan p perumahan
dan permukiman kumuh.
 Analisis struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan perumahan
dan permukiman kumuh
 Analisis kebutuhan prasarana dan sarana (fasum dan fasos, ruang
terbuka hijau)
 Analisis kebutuhan utilitas lingkungan perumahan (listrik, telepon,
air bersih, drainase, air limbah dan tempat sampah)

Laporan Pendahuluan | III-12


 Analisis tata letak dan desain pengembangan pola tata letak
(dengan mempertimbangkan kesesuaian lahan, lokasi, kriteria dan
arsitektur lokal)
 Konsep pembangunan lingkungan dan massa bangunan.
 Konsepsi struktur dan pola tata ruang kawasan perumahan dan
permukiman kumuh.
 Konsep rencana tapak pemanfaatan ruang lingkungan perumahan
dan permukiman kumuh.
 Konsep blok plan pemanfaatan ruang kawasan perumahan dan
permukiman kumuh
 Rancangan program dan gambar rencana teknik.
 Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang
 Rencana tapak pemanfaatan ruang
 Rencana blok plan pemanfaatan ruang
 Rencana jaringan jalan dan utilitas
 Indikasi program pembangunan

Secara keseluruhan kerangka pemikiran kegiatan Penyusunan Rencana Rinci


Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis
Kawasan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, adalah sebagai
berikut :

Laporan Pendahuluan | III-13


Gambar 3.1
Kerangka Pikir

Laporan Pendahuluan | III-14


3.2. METODOLOGI
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai komponen-komponen
kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tahapan pelaksanaan
pekerjaan. Pada kegiatan Penyusunan Rencana Rinci Penanganan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan
di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari beberapa
tahapan seperti berikut :

3.2.1. TAHAP PERSIAPAN


Untuk memperoleh hasil maksimal dalam kegiatan ini maka pada
tahap persiapan perlu dilakukan, secara umum terdapat 4 (Empat)
kegiatan utama di dalam tahap persiapan ini, yaitu:
1. Inisiasi studi berupa konsolidasi tim.
2. Melakukan brainstorming guna pemantapan metodologi yang akan
dikembangkan, maksud dari kegiatan ini adalah:
a. Merencanakan secara detail tahap-tahap pelaksanaan kegiatan
berikutnya, untuk mengefisienkan penggunaan waktu dan
sumberdaya.
b. Menetapkan metoda analisis yang akan digunakan terutama
mengenai Penyusunan Rencana Rinci Penanganan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis
Kawasan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, hal
ini penting untuk ditetapkan karena akan mempengaruhi
kebutuhan data, penyediaan waktu analisis, dan kualitas hasil
Pekerjaan secara keseluruhan.
c. Mengenal wilayah studi atau kegiatan,
d. Mengidentifikasi dan melakukan kajian terhadap landasan
normatif.
3. Menyatukan persepsi seperti yang ditetapkan dalam kerangka
acuan kerja kegiatan Penyusunan Rencana Rinci Penanganan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis
Kawasan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, untuk
menghasilkan :
a. Konsepsi awal tentang penyusunan ditetapkan dalam
kerangka acuan, pada kegiatan Penyusunan Rencana Rinci
Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Kumuh Berbasis Kawasan di Kota Palembang, Provinsi
Sumatera Selatan, :

Laporan Pendahuluan | IV-15


b. Kerangka pemikiran studi;
c. Metode pendekatan;
d. Mobilisasi personil;
e. Jadwal pekerjaan.
4. Melakukan pembahasan laporan pendahuluan dalam rangka
menyempurnakan hasil pada draft laporan pendahuluan.

3.2.2. TAHAP PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI


Pengumpulan data sekunder merupakan kegiatan awal yang dilakukan
dalam kegiatan ini. Pengumpulan data sekunder berguna sebagai dasar
awal dalam Penyusunan Rencana Rinci Penanganan Lingkungan
Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan di Kota
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Dari hasil pengumpulan data sekunder akan dilakukan kajian terhadap


landasan normatif yang terkait dengan perumusan rancangan
rekomendasi Penyusunan Rencana Rinci Penanganan Lingkungan
Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan di Kota
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, identifikasi kondisi dan
permasalahan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Kumuh Berbasis Kawasan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera
Selatan saat ini. Pengumpulan data sekunder di wilayah studi
dilakukan untuk mempertajam hasil kajian yang telah dilakukan
sebelumnya.

Pengumpulan data sekunder ini bertujuan untuk mengetahui


pelaksanaan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Kumuh Berbasis Kawasan yang ada di daerah studi.

Tahap ini akan dilakukan setelah diketahui seluruh data dan informasi
yang diperlukan dalam bentuk survei instansional didaerah yang
akan menghasilkan produk-produk sebagai berikut :
a. Identifikasi kawasan perencanan, meliputi tipologi lokasi kawasan,
penetapan lokasi kawasan yang menjadi focus kegiatan penataan
rencana rinci.
b. Identifikasi potensi fisik dasar dan pola penggunaan lahan.
c. Identifikasi kebijakan pemerintah pusat dan daerah terkait dengan
penanganan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh

Laporan Pendahuluan | IV-16


d. Identifikasi jumlah tenaga kerja, dan prediksi kebutuhan
perumahan.
e. Identifikasi prasarana dan sarana lingkungan penanganan
lingkungan perumahan dan permukiman kumuh (fasilitas umum,
jaringan jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi), fasilitas
lingkungan (penanganan air limbah)
f. Identifikasi terhadap perangkat peraturan dan perundangan yang
berlaku baik pusat dan daerah yang sudah diterbitkan mengenai
penanganan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh
g. Referensi “ Penanganan Lingkungan Perumahan Dan
Permukiman Kumuh “
h. Identifikasi kebijakan pemanfaatan ruang wilayah dan sektor
terkait dikawasan perumahan dan permukiman kumuh.
i. Identifikasi potensi kelembagaan serta struktur organisasi,
sumberdaya manusia, penanganan dan pengelolaan kawasan
perumahan pada kawasan perumahan dan permukiman kumuh.

3.2.3. TAHAP ANALISIS


Pengolahan data sangat bergantung pada jenis data yang diperoleh.
Data numerik dapat diolah dengan penyajian tabular, data spasial
dapat disajikan dengan peta atau sketsa, dan data informasi dapat
disajikan dengan bentuk narasi. Sehingga pada tahap awal pengolahan
data perlu dilakukan pengklasifikasian atau kategorisasi berbagai data
yang telah dikumpulkan dari lapangan.

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari pengolahan data dan


informasi dan dilakukan Kaji Ulang terhadap dokumen/studi-
studi kawasan perumahan dan permukiman kumuh, rencana
tata ruang wilayah, rencana tata ruang peruntukkan kawasan
perumahan, kebijakan penanganan kawasan perumahan,
pembangunan prasarana dan sarana perumahan,
pengembangan kegiatan ekonomi kawasan perumahan pada
kawasan perumahan dan permukiman kumuh, pengolahan
data- data, permodelan pengembangan perumahan dikawasan
perumahan dan permukiman kumuh, nara sumber tentang
kawasan perumahan dan permukiman kumuh, keadaan fisik
kawasan, perkembangan penduduk, jumlah tenaga kerjai,

Laporan Pendahuluan | IV-17


jumlah tenaga kerja pelayanan, tipologi kegiatan ekonomi akan
menghasilkan produk-produk sebagai berikut :
a. Review terhadap wilayah studi yang menjadi kawasan
perumahan pada kawasan perumahan dan permukiman kumuh.
Akan menghasilkan deliniasi lokasi penetapan lokasi kawasan
perumahan dan permukiman kumuh.
b. Review terhadap peraturan yang sudah ada dan terkait dengan
penanganan kawasan kawasan perumahan dan permukiman
kumuh, pembangunan prasarana dan sarana perumahan pada
kawasan perumahan dan permukiman kumuh, kebijakan
pengembangan tata ruang wilayah, tata ruang kawasan
perumahan.
c. Idenfikasi potensi dan permasalahan serta analisis fisik dasar
dan penggunaan lahan, prasarana dan sarana lingkungan
perumahan pada kawasan. Hal ini dapat dapat diidentifikasikan
berdasarkan perkembangan dan prosfektif dan keterkaitan
terhadap hirarki kawasan permukiman, jumlah prasarana dan
sarana dan potensi pengembangan perumahan pada kawasan
kawasan perumahan dan permukiman kumuh.
d. Analisis kedudukan dan peran lokasi dalam sistem tata
ruang kabupaten/kota
e. Analisis mengenai karakteristik lokasi lingkungan perumahan
dan permukiman kumuh
f. Analisis kependudukan, kondisi topografi, geografi, dan daya
dukung lingkungan perumahan dan permukiman kumuh
g. Analisis mengenai karakteristik kawasan yang menaungi
lingkungan perumahan dan permukiman kumuh secara lebih
luas.
h. Analisis potensi, peluang, dan permasalahan pengembangan
lokasi lingkungan perumahan dan permukiman kumuh.
i. Analisis proyeksi kebutuhan pengembangan lokasi berdasarkan
analisis potensi, peluang, dan permasalahan.
j. Analisis potensi dan peluang transformasi pengembangan
masyarakat menuju perbaikan lingkungan melalui
pemberdayaan masyarakat
k. Analisis potensi dan peluang keterlibatan stakeholder

Laporan Pendahuluan | IV-18


l. Analisis penanganan yang berkelanjutan dengan menekankan
pada pendekatan tridaya, yaitu adanya keberlanjutan
lingkungan, sosial, dan ekonomi.
m. Analisis potensi dan peluang pembiayaan, seperti melalui
identifikasi affordability index dan analisis peluang pelaksanaan
housing queue dan contractual housing scheme.

3.2.4. TAHAP PERUMUSAN RENCANA


Setelah dilakukan analisis pada tahap sebelumnya, hasil yang didapat
digunakan untuk melakukan Penyusunan Rencana Rinci Penanganan
Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan
di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan sebagai inti dari
kegiatan ini. Pada tahap ini akan dilakukan perumusan rancangan
yang terdiri dari:

A. Sosialisasi terhadap kegiatan PLP2K-BK di Kota Palembang


Sosialisasi terhadap kegiatan PLP2K-BK di Kota Palembang
dilakukan dengan secara bertahap dan menggunakan pendekatan
Community Action Plan. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat
untuk menentukan sendiri kebutuhannya dan menentukan upaya
penanganan yang akan dilakukan. Untuk memungkinkan
dilangsungkannya pendekatan ini maka di masyarakat didampingi
oleh Tim Pendamping Masyarakat (TPM). Sosialisasi dilakukan
secara terintegrasi dengan tahapan kegiatan perencanaan yang
yang berlangsung dengan melibatkan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam tahap tersebut.

Selain melakukan sosialisasi dan pendampingan terhadap


masyarakat, setiap tahapan dikoordinasikan dengan tim dari
pemerintah kota. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi
permasalahan secara dini, menyusun rencana antisipasi sesegera
mungkin dan menyampaikan kemajuan kegiatan kepada pihak-
pihak yang terkait.

Tahapan dalam melakukan survey dan koordinasi terhadap para


stakeholder dilakukan dengan pentahapan sebagai berikut:

Laporan Pendahuluan | IV-19


Konsep Sosialisasi Program PLP2K-BK Kota Palembang

Tahap Kegiatan Sasaran dan Pelaksana


I Sosialisasi dan Pemerintah Kota (Bappeda Kota,
Survei Awal Lurah), TPM dan RT

II Penetapan Pemerintah Kota (Bappeda Kota,


kawasan dan Lurah), TPM,RT dan Masyarakat
Survei mendalam Sasaran
III Gambaran konsep Pemerintah Kota (Bappeda Kota,
awal Lurah)

IV Program Pemerintah Kota (Bappeda Kota,


Pengembangan Lurah), TPM,RT dan Masyarakat
Kawasan Sasaran
V Revisi Program Pemerintah Kota (Bappeda Kota,
Pengembangan Lurah), TPM dan RT
Kawasan

B. Rencana Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman


Kumuh Berbasis Kawasan. Dokumen rencana ini harus juga
mengakomodasi hasil CAP, dan akan terdiri dari beberapa rencana
sebagai berikut:
a. Rencana pengembangan prasarana, sarana, dan utilitas (PSU)
terpilih yang berskala kawasan serta pembangunan rumah bagi
lingkungan perumahan dan permukiman kumuh sebagai
pemicu tumbuhnya kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat
penghuni permukiman kumuh yang ditangani.
b. Rencana dan strategi sosiai kemasyarakatan (termasuk
kelembagaan) dalam mendukung penanganan lingkungan
perumahan dan permukiman kumuh yang mengatur
pelaksanaan sampai dengan tingkat kecamatan atau
kelurahan/desa, dimana di dalamnya juga terdapat rincian
tugas dan tanggungjawab masing-masing stakeholder
c. Rencana struktur dan pola tata ruang di dalam kawasan
perumahan dan permukiman yang ditata
d. Rencana pengelolaan lahan bagi lingkungan perumahan dan
permukiman kumuh yang ditangani
e. Rencana pengembangan kawasan-kawasan produksi
pendukung kawasan perumhanan dan permukiman agar
terwujud keberlanjutan pengembangan kawasan

Laporan Pendahuluan | IV-20


f. Rencana indikasi program penanganan berbasis kawasan,
lokasi, target, dan sasaran yang akan dicapai oleh masing-
masing sektor terkait
g. Rincian rencana tahapan pembiayaan dan sumber
pendanaannya
h. Rencana Penataan Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan
Lingkungan {RKL}
i. Mekanisme pemantauan, pengawasan, dan pengendalian
program dan kegiatan oleh seluruh pelaku pembangunan
perumahan dan permukiman
j. Bentuk koordinasi dengan pemerintah daerah / stakeholders
terkait melalui kegiatan observasi lapangan, pendataan, rapat,
penyelengggaraan Focus Group Discussion (FGD), dan diskusi;
baik dalam kerangka kesepakatan maupun sosialisasi
k. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan

C. CAP terdiri dari kegiatan sebagai berikut:


a. Tahapan sosialisasi dalam rangka pemberian muatan detil
langsung ke masyarakat melalui berbagai forum baik forma!
maupun informal,
b. Tahapan pengumpulan asplrasl masyarakat, yang terdiri dari
kegiatan:
i. Rembug warga I
ii. Survey kampung sendiri
iii. Rembug warga II
c. Tahapan menterjemahkan daftar kebutuhan menjadi daftar
yang menjadi bahasa program. Proses penyusunan CAP
difasilitasi oleh Konsultan Penyusun Rencana PLP2K-BK, dan
masyarakat didampingin oleh Tenaga Penggerak Masyarakat
(TPM)

D. Penyusunan Detailed Engineering Design (DED)


Kegiatan yang akan dilakukan pada penyusunan DED adalah 1)
pengumpulan data lapangan, yang terdiri atas i) survey sekunder,
ii) pengukuran topografi, iii) survey geoteknik dan hidrologi jalan, 2)
perencanaan teknis, yang terdiri atas kegiatankegiatan i)
perencanaan geometrik, ii) perencanaan perkerasan, iii)
penggambaran, iv) perhitungan kuantitas pekerjaan, serta v)

Laporan Pendahuluan | IV-21


perhitungan biaya pelaksanaan, dan yang terakhir adalah 3)
pelaporan dan penyiapan dokumen lelang.

3.2.5. TAHAP FINALISASI


Tahap ini merupakan tahap akhir dari kegiatan, Muatan Pekerjaan
Pekerjaan Penyusunan Rencana Rinci Penanganan Lingkungan
Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis Kawasan di Kota
Palembang, Provinsi Sumatera Selatan tersebut sebagai arahan
penataan kawasan perumahan dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Rencana Tapak Pemanfaatan Ruang Kawasan Perumahan.
2. Rencana pengembangan prasarana, sarana dan utilitas baik di
dalam kawasan maupun antar kawasan.
3. Rencana Struktur dan Pola Tata Ruang Kawasan
4. Rencana penyiapan lahan untuk pengembangan kawasan
perumahan dan permukiman
5. Tahapan pelaksanaan pembangunan kawasan perumahan.
6. Rincian rencana pembiayaan dan sumber pendanaannya serta pola-
pola kredit yang akan dikembangkan dalam upaya mewujudkan
perumahan yang terjangkau masyarakat berpenghasilan rendah.
7. Mekanisme / pedoman pemantauan, pengawasan dan pengendalian
program dan kegiatan oleh seluruh pelaku pembangunan
perumahan dan permukiman.
8. Peta-peta pendukung dengan tingkat kedetailan peta skala 1 : 1
000 s/d 1 : 5 000 yang disesuaikan dengan kondisi kawasan.
9. Peta Lokasi Kawasan beserta orientasinya dalam lingkup
Kabupaten/Kota;
10. Peta Morfologi kawasan (topografi dan hidrologi kawasan) yang
dianjurkan disajikan dalam bentuk tiga dimensi;
11. Peta Penggunaan Lahan Eksisting;
12. Peta Konsep dan Strategi Pengembangan;
13. Peta Rencana Sruktur Ruang;
14. Peta Rencana Pola Pemanfaatan Ruang;
15. Peta Rencana Sistem Pergerakan;
16. Peta Rencana Sarana dan Prasarana;
17. Peta Arahan Ketinggian dan Kepadatan Bangunan;
18. Peta Arahan Perpetakan Bangunan;

Laporan Pendahuluan | IV-22


19. Peta Arahan dan Ketentuan Letak dan Penampang Bangunan
Gedung dan bangunan Bukan Gedung untuk bagian kawasan yang
didetailkan;
20. Peta Arahan dan Ketentuan Letak dan Penampang Jaringan Jalan,
sarana dan utilitasnya.

Muatan rencana rinci meliputi :


A. Rencana Pengembangan Kawasan
a) Rencana Struktur dan Pola Ruang Kawasan
b) Rencana Tapak
c) Rencana Bangunan Rumah Tinggal
d) Rencana Intensitas Bangunan
 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
 Ketinggian Bangunan
 Garis Sempadan Bangunan
e) Rencana Prasarana, Sarana dan Utilitas
 Rencana Sistem Sirkulasi
 Rencana Sarana Kawasan
 Rencana Utilitas Kawasan Rencana Ruang Terbuka
Hijau
f) Zoning Teks Kawasan
B. Kegiatan Penanganan Secara Rinci
C. Sharing Pembiayaan
D. Rencana Implementasi

Secara keseluruhan langkah kerja kegiatan Penyusunan Rencana


Rinci Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Kumuh Berbasis Kawasan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera
Selatan, adalah sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan | IV-23


Gambar 3.2 Langkah Kerja

Laporan Pendahuluan | IV-24

Anda mungkin juga menyukai