Anda di halaman 1dari 2

MATERI CONTACT TIME

MARZUKY
JIBSc
CONTAK TIME : 1

َ ‫ إِنَّ َمنْ َق َرأَ س‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل‬
‫ُور َة ْال َكهْفِ َي ْو َم‬ َ َّ‫َعنْ أَ ِبي َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه أَنَّ ال َّن ِبي‬
.‫ رواه الحاكم‬.‫ْن‬ ِ ‫ور َما َبي َْن ْال ُجم َُع َتي‬ َ َ‫ْال ُجم َُع ِة أ‬
ِ ‫ضا َء لَ ُه م َِن ال ُّن‬

Dari Abu Said Al-Khudri r.a. bahwasannya Nabi saw. bersabda, “Sungguh siapa
membaca surah Al-Kahf di hari Jumat, maka baginya cahaya yang terang antara dua
Jumat.” (HR. Al-Hakim).

ِ ‫ت ْال َعت‬
.‫ رواه الدارمي‬.‫ِيق‬ ِ ‫ور فِي َما َب ْي َن ُه َو َبي َْن ْال َب ْي‬ َ َ‫ُور َة ْال َكهْفِ َل ْيلَ َة ْال ُجم َُع ِ^ة أ‬
ِ ‫ضا َء لَ ُه م َِن ال ُّن‬ َ ‫ َمنْ َق َرأَ س‬: ‫َعنْ أَ ِبي َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ َقا َل‬

Dari Abi Said Al-Khudri, ia berkata, “Barang siapa membaca surah Al-Kahf di malam
Jumat, maka baginya cahaya yang terang antara dia dan baitul atiq (Ka’bah).” (HR. Ad-
Darimi).

‫وأَمَّا ال َّتأْ ِميْنُ َجهْرً ا َفاأْل َ ْولَى َترْ ُك ُه أِل َ َّن ُه َيمْ َن ُع اإْل ِسْ ِت َما ُع َوي َُسوِّ شُ ْال َحاضِ ِري َْن‬.َ

Adapun mengaminkan (mengucapkan ‘aamiin’) secara nyaring (ketika khatib sedang


membaca doa dalam khutbahnya) lebih utama ditinggalkan, sebab bisa menghalangi
pendengaran dan mengganggu orang-orang yang hadir.

Di samping fatwa yang terdahulu, dapat kami tambahkan pandangan para ulama
tentang membaca aamiin pada khutbah kedua. Pertama, mazhab Hanbali dan Ibnu
Taimiyah berpendapat bahwa mengaminkan secara sirr bukan dengan jahr, menurut
mereka disunnahkan mengucapkan aamiin secara sirr. Kedua, membolehkan aamiin
dengan jahr, yaitu pendapat mazhab Syafi’i, mereka mengatakan tidak adanya keharaman
berbicara saat khutbah. (Lihat Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin Abdillah al-Hujailan, Kitab
Khutbatul-Jum‘ati wa Ahkamuhaa al-Fiqhiyyah, Jilid 1, 1423 H/2002 M).

Sebelum dibuatkan mimbar di masjid, Beliau selalu berkhotbah sambil berdiri di


tempat yang tinggi. Rasulullah tak segan mengulangi kalimat hingga tiga kali sebagai isyarat
bahwa apa yang diulang itu memerlukan perhatian serius. Agar tak membosankan,
Rasulullah juga tidak pernah menyampaikan khotbah yang terlalu panjang.

Ath-Thabrani RA meriwayatkan dari Abu Umamah, ia berkata: “Apabila Rasulullah


mengutus seorang Amir, Beliau berpesan: ‘Pendekkanlah khobah(mu) dan sedikitlah

15
berbicara. Sesungguhnya datangnya sihir itu akibat dari pembicaraan’.” (Al- Jami’u
ash-Shaghir, hal 244). 

Setiap kali berkhotbah, Rasulullah tidak pernah lupa untuk mengucapkan puja dan
puji ke pada Allah SWT. Begitu pula dua kalimat syahadat yang senantiasa menjadi kata
pengantar dalam setiap khotbahnya. 

Terkadang, di tengah berkhotbah Rasulullah menyempatkan untuk menyapa


seseorang. Misalnya, ada seseorang yang baru memasuki masjid kala Beliau ber khotbah
Jumat. Biasanya, Beliau berhenti sejenak lalu bertanya: “Sudahkah engkau shalat dua
rakaat (tahiyyatul masjid)?” Jika jamaah itu menjawab belum, Ra sulullah akan memintanya
shalat dua rakaat setelah itu meneruskan khotbahnya. 

16

Anda mungkin juga menyukai