Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KONSTITUSIONALISME

Makalah ini disusun oleh:

KELOMPOK 7

FADLI ALAMSYAH 182220396

MUHAMMAD DIKY SAFRIZAL 182220404

TARIZ KURNIAWAN 182220426

STAIN BENGKALIS

PRODI: HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH SYARIAH)

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas dilimpahkannya


rahmat dan hidayah-NYA sehingga tersusunnya makalah ini yang berjudul
KONSTITUSI DAN KONSTITUSIONALISME. Sebagai pemenuhan mata kuliah
Konstitusi dan HAM, kami berusaha mengerjakannya dengan sejelas mungkin.
Sehingga, dapat memeberi manfaat bagi siapapun yang ingin membacanya
dikemudian hari.

2
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1. LATAR BALAKANG................................................................................................1
2. PERMASALAHAN....................................................................................................1
3. TUJUAN.....................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. KONSTITUSI..............................................................................................................2
a) FUNGSI KONSTITUSI...........................................................................................3
b) LEGITIMASI KONSTITUSI...................................................................................5
B. KONSTITUSIONALISME..........................................................................................6

3
BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BALAKANG

Konstitusi ialah hasil konsensus bersama oleh para tokoh Negara untuk
mewujudkan cita-cita para warga negaranya yang diikat dalam bentuk suatu
ketentuan dasar atau Grund Norm. Konstitusi dijadikan sebagai alat oleh rakyat
dalam membela hak-haknya yang direnggut oleh sebagaian orang dalam rangka
pemenuhan kekuasaan yang melampaui batas yang dilakukan oleh
penguasa/pemerintah yang otoriter. Konstitusi merupakan langkah awal negara
dalam membentuk suatu hukum untuk melindungi rakyatnya dari rakyat yang lain
atau Homo Homini Lupus yaitu Manusia adalah serigala bagi manusia yang lain.
Dalam hal yang sama, sessungguhnya jati dari sebuah hukum adalah meindungi
rakyat dari kesewenang-wenangan Negara/pemerintah dalam menjalankan ugas dan
fungsinya dengan maksud membatasi rakyat dalam menjalankan fungsi Negara yang
berdasarkan Kedaulatan Rakyat. Perasaan tersebut merupakan hasil dari fungsi
konstitusi yaitu dalam hal membatasi kekuasaan dan menjamin hak rakyat untuk
menjalankan tugas serta fungsinya yang diikat oleh sebuah paham yang disebut
Koinstitusionalisme. Konstitusonalisme adalah paham yang beranggapan bahwa
sebuah kekuasaan harus dibatasi dan menjamin hak-haknya untuk terpenuhi tanpa
harus menambah atau mengurangi hak yang sudah melekat pada warga Negara.

2. PERMASALAHAN
1) Mengapa Negara harus dibatasi dala penyelenggaraan negara?

4
3. TUJUAN
 Memahami konsep pembatasan kekuasaan dalam penyelenggaraan Negara

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. KONSTITUSI

Istilah konstitusi sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani dimana terdapat
Konstitusi Athena. Keberadaan Konstitusi Athena pada saat itu dipandang sebagai
alat demokrasi yang sempurna. Pada masa kekaisaran Romawi, istilah konstitysi
digunakan untuk menyebut the act of legislation by emperor.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konstitusi merupakan segala


ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraaan (undang-undang dasar dan sebagainya).
Undang – Undang Dasar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah undang-
undang yang menjadi dasar semua undnag-undang dan peraturan lain dalam suatu
Negara, yang mengatur bentuk, sistem pemerintahan, pembagian kekuasaan,
wewenang badan-badan pemerintahan, dan sebagainya;konstitusi.

Konstitusi dibentuk berdasarkan musyawarah mufakat, hal tersebut


merupakan ciri khas dari masyarakat Indonesia dalam menghadapi masalah. Hal itu,
telah dirangkan dalam Pancasila Sila ke-4 Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. sejalan dengan budaya luhur
Bangsa Indonesia, konstitusi sebagai pedoman hidup dalam menyelenggarakan
Negara terhadap kesejahteraan rakyat dengan menjamin terpenuhinya hak-hak rakyat
sebagai warga Negara.

Menurut KC Wheare dalam bukunya yang berjudul Modern Constitution


membagi penegertian konstitusi kedalam pengertian luas dan sempit. Konstitusi
dalam arti luas menurut KC Wheare adalah suatu sistem pemerintahan Negara dan
himpunan norma yang mendasari dan mengatur suatu pemerintahan: norma-norma
tersebut terdiri dari norma yuridis dan norma non-yuridis atau extralegal. Pengertian
konstitusi dalam arti sempit menurut Wheare adalah kumpulan perturan-perturan

6
yang legal dalam ketatanegraan suatu Negara yang terhimpun dalam dokumen atau
bebersapa yang saling terkait.

a) KC Wheare mengklasifikasikan konstitusi ke dalam 6 (enam)


klasifikasi, rinciannya sebagai berikut:
a) Written and unwritten
b) Rigid and flexible
c) Supreme and subordinate
d) Federal and unitary
e) Separated powers and fused powers
f) Republican and monarchical

Klasifikasi written constitution atau konstitusi tidak tertulis serimg diasalah


artikan oleh beberapa penulis buku konstitusi sebagai konstitusi yang tidak tertulis
secara harfiah dan mengacu pada aturan-aturan yang tidak tertulis atau hukum
kebiasaan. Penegertian ini adalah keliru karena yang dimaksudkan KC Wheare
sebagai unwritten adalah utuk menunjuk naskah fundamental yang tidak terkodifikasi
didalam satu naskah UUD, contohmya Inggris yang konstitusinya tersebar ke banyak
naskah fundamental.

a) FUNGSI KONSTITUSI

Di Indonesia tidak dipungkiri lagi bahwa konstutusi mempunyai fungsi dan


kedudukan yang sangat fundamental dan kedudukan yang sangat fundamental dalam
kehidupan berbangsa dan bermegara. Dalam konteks ini, konstitusi-konstitusi tentang
perubahan Undang Undang Dasar Negara RI tahun 1945 menimpulkan bahwa
kedudukan dan fungsi konstitusi adalah sebagai berikut:

1. Konstitusi berfungsi sebagai dokumen nasional (national documents) yang


mengandung perjanjian luhur, berisi kesepakatan-kesepakatan tentang

7
politik, hukum, pendidikan , kebudayaan, ekonomi, kesejahteraan dan
aspek fundamental yang menjadi tujuan Negara.

2. Konstitusi sebgai piagam kelahiran Negara baru (a birth certificate of new


state). Hal ini juga merupakan bukti adanya pengakuan masyarakat
internasional, termasuk untuk menjadi anggota PBB, karena itu, sikap
kepatuhan suatu Negara terhadap hukum internasional ditandai dengan
adanya ratifikasi terhadap perjanjian-perjanjian Internasional.

3. Konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi. Kontstitusi mengatur maksud


dan tujuan terbentuknya suatu Negara dengan sistem administrasinya
melaui adanya kepastian hukum yang terkandung dalam pasal-pasalnya,
unifikasi hukum nasional, social control, member legitimasi atas
berdirinya lembaga-lembaga Negara termasuk pengaturan tentang
pembagian dan pemisahan kekuasaan antara organ legislative, eksekutif,
dan yudikatif. Konstitusi sebagai sumber hukum tidak saja berfungsu
sebagai a tool of social engineering dan social control, melainkan juga
harus mampu merespon secara kritis perubahan zaman.

4. Konstitusi sebagai idntitas nasional dan lambang persatuan. Konstitusi


menjadi suatu sarana untuk memperlihatkan berbagai nilai dan norma
suatu bangsa dan Negara, misalnya symbol demokrasi, keadilan,
kemerdekaan, Negara hukum, yang dijadikan sandaran untuk mencapai
kemajuan dan keberhasilan tujuan Negara. Konstitusi suatu Negara
diharapkandapat menyatakanpersepsi masyarakat dan pemerintahan,
sehingga memperlihatkan adanya nilai identitas kebangsaan, persatuan
dan kesatuan, perasaan bangga dan kehormatan sebagai bangsa yang
bermartabat. Konstitusi dapat memberikan pemenuhan atas harapan-
harapansosial, ekonomi, dan kepentingan politik. Konstitusi tidak saja
mengatur pembagian dan pemisahan kekuasaan dalam lembaga-lembaga

8
politik seperti legislative, eksekutif, dan yudikatif, akan tetapi juga
mengatur tentang penciptaan keseimbangan hubungan (cheks and
balances) anatar pemerintah di pusat dan di daerah.

5. Konstitusi sebagai alat intuk membatasi kekuasaan. Konstitusi berfungsi


untuk membatasi kekuasaaan, mengendalikan perkembangan dan situasi
politik yang selalu beruba, serta berupaya untuk menghindarkan
penyalahgunaan kekuasaan. Berdasarkan alasan tersebut, menjadi sangat
penting diperhatiakn seberapa jauh formulasi pasal-pasal dalam konstitusi
dalam mengakomodasi materi muatan-muatan pokok dan penting
sehingga dapat mencegah timbulnya penafssiran dapat mencegah
timbulnya penafsiran beraneka ragam.

6. Konstitusi sebagai pelindung Hak Asasi Manusia dan kebebasan warga


Negara. Konstitusi memeberi perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia dan hal-hak kebeasan warga Negara. Hal ini merupakan
pengejawantahan suatu Negara hukum dengan ciri-ciri equality before the
law, non-discriminative dan keadilan (legal justice) dan keadilan moralitas
(social and moral justice).

b) LEGITIMASI KONSTITUSI

Mengenai legitimasi konstitusi, Hans Kelsen menganggap konstitusi


merupakan norma hukum tertingi dalam suatu kesatuan hierarkis sehingga
mempunyai legitimasi tertentu. Hans Kelsen menambahkan bahwa kondisi ini
berimplikasi terhadap pengakuan konstitusi sebagai norma tertinggi dalam Negara,
yang berarti semua cabang kekuasaan Negara dan setiap warga Negara masyarakat
sipil dalam Negara tanpa kecuali terkait dan wajib mematuhi norma tertinggi tersebut.

Jimly Asshidiqie mempunyai pandanga terhadap legitmasi konstitusi


berdasarkan sumber kadulatan dari suatu Negara. Jika Negara itu menganut paham
kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah

9
paham kedaulatan raja, maka sumber legitimasi adalah kedaulatan raja, maka raja
yang akan menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh
para ahli sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang berada diluar
dan sekaligus diatas sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan Negara-negara
demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi.

Legitimasi tidak bias hanya berdasarkan suatu asumsi. Kita harus membuka
wacana diskusi mengenai legitimasinya agar kita bisa mengetahui mengapa kita harus
mematuhi konstitusi, menyempurnakannya legitimasi diskusi mungkin disebabkan
salah satunya oleh pandangan bahwa konstitusi merupakan sesuatu yang keramat dan
kritik keras terhadap legitimasinya dapat mengancam keutuhan suatu Negara.

Erwin Chemerinskyn disisi lain menyatakan bahwa terdapat dua alasan utama
mengapa warga harus terikat pleh konstitus:

1. Konstitusi membentuk struktur pemerintah dan menjamin hak-hak


fundamental; konstitusi dalam hal ini mencegah ketidakadilan,
memaksimalkan perlindungan minoritas, dan memastikan terjaminnya
Hak Asasi Manusia.
2. Konstitusi merupakan simbol pemersatu bangsa.

B. KONSTITUSIONALISME

Konstitusionalisme merupakan konsep transplant dari barat yang menyebar


ke seluruh dunia termasuk Asia sebagai bagian dari misi penyebaran doktrin Negara
hukum rule of law. Dimulai sejak era 1990-an, sebagian besar dari Negara eropa
timur mulai melakukan reformasi hukum termasuk mengamandemen konstitusi
mereka. Sebagian besar Negara di Amerika lattin telah mengakui akan kebutuhan
rule of law dalam sebuah reformasi hukum dan mulai melakukan langkah-langkah
menuju rule of law . Di Asia, konstitusionalisme merupakan bagian dari paket

10
reformasi hukum untuk mendukung keberhasilan reformasi hukum yang berkaitan
dengan investasi dan ekonomi pasar.

Pada decade 1989 sampai dengan 1999, tidak kurang 95 negara anggota PBB
melakukan amandmen terhadap konstitusi masing-masing Negara dan tidak kurang
dari 60 negara mengadopsi konstitusi yang bener-benar baru. Kurang lebih 92 negara
anggota PBB mengadopsi HAM ke dalam konstitusi dan 70 negara mengadopsi
constitusional review . pada masa kini, rekonstruksi konstitusi sangat kental sebagai
hasil dari propaganda rule of law.

Denagn demikian, defimisi konstitusionalisme tidak pernah didefisinikan


dengan jelas terutama dalam studu-studi konstitusionalisme yaitu aspek procedural
berupa perlindungan institusional terhadap diktatorisme disatu pihak dan nilai
substantive yang berdasarkan hukum alam di lain pihak.

Carl Friedrich, menegaskan bahwa konstitusionalisme mensyaratkan prinsip


kekuasaan, akuntabilitas dari pemerintah dan jaminan hak asasi manusia. Charles
Howard Mcllwain dalam kesimpulannya menyatakan bahwa konstitusionalisme
mempunyai esensi yang khusus: merupakan pembatasan terhadap pemerintah,
anthithesis dari kesewenang-wenangan dan kebalikan dari despotism. Mark tushnet
berpendapat bahwa komponen konstitusionalisme meliputi: komitmen terhadap rule
of law, peradilan yang independen, dan pemiliham umum yang bebas dan terbuka.

Meskipun aspek procedural dari konstitusionalisme secara umu dipahami


sebagai produk dari tradisi hukum anglo-saxon atau common law, tradisi hukum erpa
continental juga mempunyaibangunan hukum yang serupa dalam bentuk rechstaat
atau pemerintahan berdasarkan hukum.

Selain procedural aspek dari konstitusionalisme, terdapat teori


konstitusiomalisme mengenai nilai substantive yang bias dicapai melalui konstitusi.
Pail W-Khan contohnya menyatakan bahwa konstitusionalisme bukanlah single set of
truths , tetapi merupakan debat yang terus menerus mengenai arti dari rule of law

11
dalam kerangka demokrasi. Pada level loakl dan nasional, debat ini berfokus pad aide
kebebasan, kesamaan, due process, serta struktur pemerintahan yang representative
yang diperlukan guna mencapai dan mewujudkan nilai-nilai ini.

Konstitusionalisme harus dibedakan dari majoritarian, baik dalam hal


komitmen terhadap sel binding procedures dari tata pemerintahan maupun
persyaratan terhadap hierarki hukum, peradilan yang independen dan legal culture
yang kuat dari masyarakat sipil, substansi dan praktek konstitusionalisme dengan
demikian haruslah menjadi wadah pendorong bagi pencapaian kesejahteraan hidup
kesebasan dan integritas setiap manusia. Dalam prespektif ini, konstitusionalisme
harus mencakup tidak hanya pembatasan bagi kekuasaan Negara namun juga
kewajiban positif Negara.

12
4. KESIMPULAN

Konstitusionalisme adalah hasil dari implementasi konstitusi yang substantif, bahwa


pembatasan kekuasaan harus dibatas dan dibagi serta menjamin hak rakyat sebagai
warga Negara yang merdeka,

13
14

Anda mungkin juga menyukai