Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian Kesehatan Dan Kerahasian Bank

Sebagaimana layaknya manusia, di mana kesehatan merupakan hal yang paling


penting di dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan
kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai
kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Jadi, kesehatan bank
yaitu kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik melalui cara-
cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Bank yang sehat memberi manfaat pada semua pihak, yaitu pada pemilik bank,
pengelola bank, masyarakat yang menggunakan jasa bank, masyarakat umum, bank
sentral, dan pemerintah. Jadi, Bank yang sehat selalu mengalami pertumbuhan yang
baik sehingga dapat menghasilkan banyak manfaat bagi semua pihak yang terkait
didalamnya

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan pemerintah


melalui Bank Indonesia. Kepada bank-bank yang diharuskan membuat laporan baik
yang bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu
periode tertentu. Dari laporan tersebut dipelajari dan dianalisis, sehingga dapat
diketahui kondisi kesehatan dari suatu bank dan memudahkan bank itu sendiri untuk
memperbaiki kesehatannya.

Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap periode. Dalam setiap penilaian


ditentukan kondisi suatu bank. Bagi bank yang sudah dinilai sebelumnya dapat pula
dinilai apakah ada peningkatan atau penurunan kesehatannya. Bagi bank yang
menurut penilaian sehat atau kesehatannya terus meningkat tidak jadi masalah, karena
itulah yang diharapkan dan supaya tetap dipertahankan terus. Akan tepapi, bagi bank
yang terus-menerus tidak sehat, maka harus mendapat pengarahan atau bahkan sanksi
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan demikian dapat diketahui kondisi dari
suatu bank yang beroperasi untuk masyarakat di Indonesia
Sementara Pengertian Kerahasiaan Bank menurut Pasal 1 angka 16 UU No. 7 thn
1992 ttg Perbankan: ” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
keuangan, dan hal-hal lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia
perbankan wajib dirahasiakan”. Dan Menurut Pasal 1 angka 28 UU No. 10 thn 1998 :
” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dangan keterangan
mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.”

Secara umum, tujuan dari penerapan kerahasiaan bank adalah untuk memperoleh
kepercayaan dari masyarakat. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar
kepercayaan masyarakat kepada bank adalah terjamin atau tidaknya rahasia nasabah
yang ada di bank. Jika kerahasiaan yang dimiliki oleh nasabah tidak terjaga dalam
operasional yang dilakukan bank maka suatu bank akan kehilangan sebuah
kepercayaan dari masyarakat perihal penerapan kerahasiaan bank untuk menjaga
informasi pribadi seorang nasabah.

Berbagai sumber hukum dan perundang-undangan perbankan baik yang dahulu


pernah berlaku maupun yang sekarang berlaku, mengatur perihal Rahasia Bank
seperti dalam UU Nomor 14 tahun 1967 pasal 36 yang menjelaskan tentang
pengaturan persoalan rahasia bank. Yang dimaksud dengan rahasia bank adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah
bank yang menurut kelaziman dunia perbankan perlu dirahasiakan.

Pasal 36 tersebut selanjutnya menjelaskan bahwa kerahasiaan ini diperlukan


untuk kepentingan bank sendiri yang memerlukan kepercayaan masyarakat yang
menyimpan uangnya di bank. Orang-orang hanya akan mempercayakan uangnya
kepada bank apabila dari bank ada sebuah jaminan, bahwa pengawasan tidak akan
disalahgunakan. Dengan adanya pasal tersebut memberi ketegasan bahwa bank harus
memegang teguh rahasia bank. Walaupun demikian, untuk kepentingan umum dan
negara dapat diadakan pengecualian terhadap ketentuan tersebut, tanpa mengurangi
kepercayaan masyarakat bahwa pengetahuan tentang simpanannya di bank akan
disalahgunakan.

B. Aturan Kesehatan Bank

Berdasarkan Undang undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang
undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, pembinaan dan pengawasan bank
dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang undang tersebut menetapkan bahwa :

a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan


ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas menejemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
dengan prinsip kehati hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh
cara cara yang tidak merugikan bank dan kepetingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan,
dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan
bagi pemeriksaan buku buku dan berkas berkas yang ada padanya,
serta wajib memberikan bantuan yang dperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan
penjelasan yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara
berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia
dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank
Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca,
perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala
lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib
terlebih dahulu diaudit oleh akuntan publik.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Menyadari pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan kepercayaan


dalam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati hatian ( prudential
banking ) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia merasa perlu untuk
menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan adanya aturan tentang kesehatan
bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat, sehingga tidak akan
merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan

Sesuai surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6 / 23 / DPNP / 31 Mei 2004 kepada
semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal
system penilaian tingkat kesehatan bank umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
6 / 10 / PBI / 2004 tanggal 12 April 2004 tentang system penilaian tingkat kesehatan
bank umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara
triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Apabila
diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank tersebut
secara berkala atau sewaktu waktu untuk posisi penilaian tersebut terutama untuk
menguji ketepatan dan kecukupan hasil analisis bank. Penilaian tingkat kesehatan
bank dimaksud diselesaikan selambat – lambatnya satu bulan setelah posisi penilaian
atau dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh pengawas bank terkait.

C. Tingkat Kesehatan bank


Salah satu alat ukur yang utama yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu
bank dikenal dengan nama analisis CAMELS (capital, assets, management, earning,
liquidity, dan sensitivity). Berikut ini aspek yang dinilai dalam analisis CAMELS,
yaitu:

a. Aspek Permodalan (Capital)


Yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada
kewajiban penyediaan modal minimum bank. Peilaian tersebut
didasarkan kepada CAR (Capital Adequaci Ratio) yang telah
ditetapkan BI. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
kompenen – komponen sebagai berikut :
1) Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum ( KPMM ) terhadap ketentuan yang berlaku
2) Komposisi permodalan
3) Trend kedepan atau proyeksi KPMM
4) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan
modal bank
5) Kemampuan bank memelihara kebutuhan panambahan
modal yang berasal dari keuntungan ( laba ditahan )
6) Rencana permodalan bank untuk mendukung
pertumbuhan usaha
7) Akses kepada sumber permodalan, dan
8) Kinerja keuangan pemegang saham untuk
meningkatkan permodalan
b. Aspek Kualitas Aset (Assets)
Yaitu untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.
Penilaian aset harus sesuai dengan Peraturan oleh Bank Indonesia
dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang
diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan
penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif
diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah
dilaporkan secara berkala kepada bank Indonesia.
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas
aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen –
komponen sebagai berikut :
1) Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibanding total
aktiva produktif
2) Debitor inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan
dengan total kredit
3) Perkembangan aktiva produktif bermasalah ( non
performing asset ) dibandingkan aktiva produktif
4) Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan
penghapusan aktiva produktif ( PPAP )
5) Kecukupan kebijakan dan produser aktiva produktif
6) System kaji ulang ( review ) internal terhadap aktiva
produktif
7) Dokumentasi aktiva produktif, dan
8) Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah
c. Aspek Kualitas Manajemen (Management)
Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya
dalam bekerja. Kualitas manajemen juga dilihat dari segi pendidikan
dan pengalaman dari karyawannya dalam menangani berbagai kasus-
kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen
permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum,
manajemen rentabilitas, dan manajemen likuiditas
d. Aspek Rentabilitas (Earning)
Merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan
keuntungan. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Bank
yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus
meningkat.
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen
– komponen sebagai berikut :
1) Pengembalian atas aktiva ( return on assets – ROA )
2) Pengembalian atas ekuitas ( return equity – ROE )
3) Margin bunga bersih ( net interest margins – NIM )
4) Biaya operasional terhadap pendapatan operasional
( BOPO )
5) Pertumbuhan laba operasional terhadap komponen –
komponen onal
6) Komposisi prinsip akuntansi dalam pengakuan
pendapatan dan biaya, dan
7) Prospek laba operasional
e. Aspek Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dapat dikatakan liquid jika bank yang bersangkutan
mampu membayar semua utang-utangnya terutama simpanan
masyarakat seperti simpanan tabungan, giro, dan deposito pada saat
ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang
layak dibiayai. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor
likuditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen –
komponen sebagai berikut :
1) Aktiva liquid kurang dari satu bulan dibandingkan
passiva liquid kurang dari satu bulan
2) 1 – month maturity mismatch ratio
3) Rasio pinjaman terhadap dana pihak ke tiga ( loan to
deposit ratio – LDR )
4) Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang
5) Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan inti
6) Kebijakan dan pengelolaan likuiditas ( assets and
liabilities management – ALMA )
7) Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada
pasar uang, pasar modal, atau sumber – sumber
pendanaan lainnya, dan
8) Stabiltas dana pihak ketiga ( DPK )
f. Aspek Sensitivitas (Sensitivity)
Aspek ini mulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak bulan
Mei 2004. Seperti kita ketahui dalam melepaskan kreditnya,
perbankan harus memperhatikan dua unsur, yaitu: tingkat perolehan
laba yang harus dicapai dan risiko yang akan dihadapi. Pertimbangan
risiko yang harus diperhitungkan berkaitan erat dengan sensitivitas
perbankan. Sensitivitas terhadap risiko ini penting agar tujuan
memperoleh laba dapat tercapai dan pada akhirnya kesehatan bank
juga terjamin.

Di samping dengan penilaian analisis CAMELS, kesehatan bank juga


dipengaruhi hasil penilaian lainnya, yaitu penilaian terhadap:

 Ketentuan pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) dan


pelaksanaan Kredit Ekspor.
 Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK) atau sering disebut Legal Lending Limit.
 Anggaran Posisi Devisa Neto.

D. Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank

Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank


Indonesia dapat mengambil tindakan – tindakan tertentu dengan tujuan dasar agar
bank yang bersangkutan menjadi sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan
secara umum. Berdasarkan Undang – undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang – undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dalam hal
suatu bank mengalami kesulitan yang membayakan kelangsungan usahanya, Bank
Indonesia dapat melakukan tindakan agar :

a. Pemegang saham menambah modal


b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank
c. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang macet, dan memperhitungkan kerugian bank dengan
modalnya
d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain
e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban
f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank
kepada pihak lain
g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban bank
kepada bank atau pihak lain

Apabila tindakan sebagaimana dimaksud di atas belum cukup untuk


mengatasi kesulitan yang dihadapi bank, dan suatu bank dapat membahayakan sistem
perbankan, maka Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan
memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham ( RUPS ) guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk
tim likuidasi. Apabila menurut penilaian Bank Indonesia terjadi kesulitan perbankan
yang membahayakan perekonomian nasional, atas permintaan Bank Indonesia,
pemerintah setelah berkonsultasi kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia dapat membentuk badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka
penyehatan terhadap bank – bank badan khusus sebagaimana dimaksud di atas
mempunyai wewenang yaitu :

a. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang


saham termasuk hak dan wewenang Rapat Umum Pemegang Saham
b. b. Mengambil alih dan melaksanakan segala hak dan wewenang
direksi dan komisaris bank
c. c. Menguasai, mengelola, dan melakukan tindakan kepemilikan atas
kekayaan milik atau yang menjadi hak bank, termasuk kekayaan bank
yang berada pada pihak manapun baik di dalam maupun di luar negeri
d. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan atau mengubah
kontrak yang mengikat bank dengan pihak ketiga, yang menurut
pertimbangan badan khusus merugikan bank
e. Menjual atau mengalihkan kekayaan bank, direksi, komisaris, dan
pemegang saham tertentu, di dalam negeri ataupun di luar negeri, baik
secara langsung maupun melalui penawaran umum
f. Menjual atau mengalihkan tagihan bank dan atau menyerahkan
pengelolaannya kepada pihak lain, tanpa memerlukan persetujuan
nasabah debitor
g. Mengalihkan pengelolaan kekayaan dan atau manajemen bank kepada
pihak lain
h. Melakukan penyertaan modal sementara pada bank, secara langsung
atau melalui pengonversian tagihan badan khusus menjadi penyertaan
modal pada bank
i. Melakukan penagihan piutang bank yang sudah pasti dengan
penerbitan surat paksa
j. Melakukan pengosongan atas tanah dan atau bangunan milik atau
yang menjadi hak bank yang dikuasai oleh pihak lain, baik sendiri
maupun dengan bantuan alat negara penegak hukum yang berwenang
k. Melakukan penelitian dan pemeriksaan, untuk memperoleh segala
keterangan yang diperlukan dari dan mengenai bank dalam program
penyehatan, dan pihak manapun yang terlibat atau patut diduga
terlibat, atau mengetahui kegiatan yang merugikan bank dalam
program penyehatan tertentu
l. Menghitung dan menetapkan kerugian yang dialami bank dalam
program penyehatan dan membebankan kerugian tersebut kepada
modal bank yang bersangkutan
m. Menetapkan jumlah tambahan modal yang wajib disetor oleh
pemegang saham bank dalam program penyehatan

Atas permintaan badan khusus, bank dalam program penyehatan dan pihak –
pihak yang berkaitan wajib memberikan keterangan dan penjelasan mengenai
usahanya termasuk memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku – buku dan
berkas yang ada padanya, dan wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam
rangka memperoleh keterangan, dokumen, dan penjelasan yang diperoleh bank
tersebut. Badan khusus tersebut wajib menyampaikan leporan kegiatan kepada
Menteri Keuangan. Apabila menurut penilaian pemerintah, badan khusus telah
menyampaikan tugasnya, pemerintah menyatakan berakhirnya badan khusus tersebut.
Disamping tindakan – tindakan di atas, bank yang melanggar aturan kesehatan bank
dapat dikenai sanksi administrative dan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai