Anda di halaman 1dari 3

COVID-19

Covid-19 dan penyebaran yang masif

Saat ini saya bertempat tinggal di BTN Sweta Indah, tepatnya di Kelurahan Turida Kota
Mataram. Saya tinggal di kawasan yang padat penduduk, karena BTN Sweta Indah adalah
salah satu pemukiman yang sudah cukup lama dibangun di Kota Mataram. Sejak bulan
Februari kemarin seluruh belahan dunia dilanda wabah penyakit bernama Covid-19. Yang
pertama kali ditemukan di daerah Wuhan, China pada akhir tahun 2019.

Lalu penyebarannya begitu masif hingga ke seluruh negara, termasuk Indonesia. Virus ini ini
sangat mudah menyebar namun sangat sulit terdeteksi dalam jangka waktu singkat, butuh 14
hari untuk melihat gejala awal korban virus Covid-19 ini. Dari beberapa sumber yang saya
baca penyebaran virus ini bisa melalui kontak langsung dan tidak langsung melalui media.
Orang yang telah terpapar virus ini di himbau untuk di isolasi baik secara mandiri maupun
penanganan khusus dari petugas kesehatan negara yang bersangkutan.

Langkah pemerintah pusat, maupun daerah ?

Karena penyebaran virus ini yang begitu masif akibat banyaknya interaksi langsung dari
kegiatan sehari-hari seperti interaksi di tempat kerja, sekolah, kampus, ibadah, dan lain
sebagainya. Pemerintah pun mengambil langkah siaga dengan memuat beberapa peraturan
untuk mencegah penyebaran virus ini makin banyak dan berdampak, karena vaksinnya
sendiri belum ada yang sempurna. Angka kematian meningkat drastis menuju angka 9 %.
Ada beberapa peraturan yang pemerintah pusat buat berdasarkan apa yang saya baca maupun
dengar di media, antara lain:

- Menjaga kesehatan dan kebersihan diri sendiri dan lingkungan


- Memberikan infomasi yang baik dan relevan terkait Covid-19
- Meliburkan sekolah dan kampus sampai waktu yang ditentukan
- Membatasi kegiatan kerja di kantor dan menyarankan untuk bekerja dari rumah
- Membatasi kegiatan keagaaman di tempat ibadah, dan menggantinya ibadah dirumah
- Membatasi dan mengawasi pintu-pintu masuk domestik maupun mancanegara
(bandara, palabuhan, dan lain lain)
Namun lebih detailnya pemerintahan provinsi Nusa Tenggara Barat telah memberlakukan
PSBB untuk diterapkan di Nusa Tenggara Barat, termasuk lingkungan saya. Karena sampai
hari ini (8 April 2020) wilayah saya termasuk dalam kategori redzone, karena sudah ada
beberapa yang positif terpapar virus ini dan bahkan menelan 1 koran meninggal dunia.

PSBB adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar, yang meliputi

1. Peliburan Sekolah dan Tempat Kerja


2. Pembatasan Kegiatan Keagamaan
3. Pembatasan Kegiataan di Tempat Umum
4. Pembatasan Kegiatan Sosial Budaya
5. Pembatasan Moda Transportasi
6. Pembatasan Kegiatan lainnya khusus terkait aspek ketahana dan pertahanan

Namun segala pembatasan ini masih diberikan catatan khusus oleh Pemprov NTB, yaitu
Layanan yang bersifat penting seperti pasar, toko, BBM, komunikasi, layanan medis,
keuangan, dan lain lain masih berjalan seperti biasa. Serta transportasi umum tetap berjalan
namun memperhatikan jumlah penumpang dan jarak antar penumpang

(sumber : Instagram @humasntb tanggal 03 Maret 2020)


Apa yang kami lakukan ?

PSBB ini di taati oleh sebagian besar masyarakat, termasuk di lingkungan saya. Sekolah dan
kampus di liburkan, namun beberapa kantor yang berhubungan dengan layanan penting tetap
masuk dengan peningkatan kesiagaan penanganan covid. Seperti kakak kandung saya yang
bekerja disalah satu BUMN keuangan, dia diberikan kebijakan masuk secara bergiliran
dengan mengatur pola shiftwork.

Kegiataan agama di lingkungan saya, disini saya ambil contoh Masjid. Di Lingkungan saya
terdapat dua masjid yang besar dan menampung jama’ah yang cukup banyak. Namun sejak
himbauan PSBB dan ditambah lagi dari himbauan MUI (Majelis Ulama Indonesia) untuk
kegiatan agama sementara waktu di rumah. Masjid sementara tidak digunakan untuk ibadah
solat berjamaah, namun tetap mengumandangkan adzan disetiap masuk waktu solat

Segala bentuk kegiatan umum yang bersifat mengundang massa yang banyak pun terlihat
berkurang, lingkungan terlihat sepi. Namun toko toko sembako tetap buka untuk memenuhi
kebutuhan pokok warga sekitar. Tempat hiburan (karoke, cafe, dan lain-lain) banyak yang
tutup. Diberlakukan juga patroli malam dan pemadaman lampu- lampu di jalan protokol
setiap malam untuk mencegah berkumpulnya massa yang tidak perlu.

Uniknya merariq (red: menikah) dan tradisi nyongkolan yang biasanya meningkat menjelang
bulan ramadhan terlihat sepi. Pemerintah sudah melarang sementara kegiatan Nyongkolan,
karena ada banyak massa yang akan terlibat di dalam acara seperti itu. Acara pernikahan pun
dilakukan sederhana tanpa ada acara yang mengundang keramaiaan

Begitulah beberapa cerita mengenai virus covid-19 yang membuat beberapa kebiasaan dan
pola hidup kami berubah. Namun dengan menaati dan mengikuti arahan pemerintah baik
pusat maupun daerah kita sudah bersama sama menjadi pahlawan untuk memerangi wabah
yang sedang melanda dunia ini. Dimulai dari saling mengingatkan diri sendiri, anggota
keluarga di rumah serta tetangga dan masyarakat di lingkungan kita.

Mari dari sekarang mengubah pola hidup yang lebih sehat dan selalu menjaga kebersihan di
lingkungan sekitar maupun umum. Anologi mudah dalam mengatasi masalah wabah dunia ini
adalah memutus penyebarannya dan mengobati yang sakit. Kalau yang sakit terus bertambah
apakah tenaga medis, alat medis, obat -obatan dan fasilitas kesehatan di lingkungan dan
negara kita bisa mencukupi?

Anda mungkin juga menyukai