Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN BERKEBUTUHAN KHUSUS AUTISME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II


Dosen Pengampu :Ns.Trimawati, S.Kep.,M.Kep.

Disusun oleh :
Nurul Indah Puspitasari (010118A102)
Rizki Aprilriana (010118A122)
Winda Eviyanti (010118A151)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini
tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus
Autisme”. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Autisme. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan asuhan keperawatan ini masih
banyak kekurangan baik dari materi maupun dari teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman kami, maka dari itu saran dan kritik yang membangun, sangat
kami butuhkan dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan asuhan keperawatan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi semua usaha kita.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh.

Ungaran, 05 September 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASALAH ..............................................
B.RUMUSAN MASALAH ...............................................................
C.TUJUAN MASALAH....................................................................
D.MANFAAT PENULISAN.............................................................
BAB II KONSEP MEDIS
A.DEFENISI ......................................................................................
B.KLASIFIKASI ...............................................................................
C.ETIOLOGI .....................................................................................
D.PATOFISIOLOGI .........................................................................
E.MANIFESTASI KLINIS ...............................................................
F. WEB OF CAUTION (WOC).........................................................
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ..................................................
G.PENATALAKSANAAN ...............................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN...............................................................................
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN ...................................................
C.INTERVENSI KEPERAWATAN .................................................
BAB IV PENUTUP
A.KESIMPULAN ..............................................................................
B.SARAN ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam Anak
Berkebutuhan Khusus. Salah satunya adalah anak Autisme. Anak Autisme juga
merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun
secara akademik. Permasalahan yang ada dilapangan terkadang setiap orang tidak
mengetahui tentang anak Autisme tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam
tentang anak Autisme. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai
siapa anak Autisme, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu
pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih
mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya
yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu, makalah ini
nantinya dapat membantu kita mengetahui anak Autisme tersebut.
Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria lebih sering
dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan yang terkena akan
menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit sistemik, infeksi dan neurologis
menunjukkan gejala-gejala seperti-austik atau memberi kecenderungan penderita pada
perkembangan gejala austik. Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan
kejang.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari data pada latar belakang masalah pada Anak Berkebutuhan Khusus Autisme,
maka rumusan masalah Anak Berkebutuhan Khusus Autisme adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme ?
2. Apa yang menyebabkan anak Autisme ?
3. Bagimana patofisiologi anak yang Autisme ?
4. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme ?
5. Bagaiamanaweb of caution (woc) anak Autisme ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme ?
7. Apa saja penatalaksanaan pada anak Autisme?
8. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien anak dengan Berkebutuhan Khusus
“Autisme”?

C. TUJUAN MASALAH
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang Konsep Medis dan Konsep KeperawatanAnak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
2. Tujuan Khusus
 Konsep Medis Autisme :
a. Memperoleh informasi tentang pengertianAnak Berkebutuhan Khusus
“Autisme”.
b. Memperolah pengetahuan tentang Etiologi Anak Berkebutuhan Khusus
“Autisme”.
c. Memperoleh pengetahuan bagaimana patofisiologi Anak Berkebutuhan
Khusus “Autisme”.
d. Dapat mengetahui manifestasi klinis Anak Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
e. Memperoleh pengetahuan bagaimana pathway Anak Berkebutuhan Khusus
”Autisme”
f. Memperoleh pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostik Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
g. Dapat mengetahui penatalaksanaan pada Anak Berkebutuhan Khusus
“Autisme”.
 Konsep keperawatan Autisme :
a. Memperoleh informasi tentang pengkajian pada Anak Berkebutuhan Khusus
“Autisme”.
b. Memperoleh informasi tentang diagnosa keperawatan pada Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
c. Memperoleh informasi tentang intervensi keperawatan pada Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
d. Memperolehinformasi tentang evaluasi keperawatanpada Anak
Berkebutuhan Khusus “Autisme”
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih dan
menambah pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus Autisme. Dan diharapkan
agar menjadi acuan mahasiswa/mahasiswi dalam membuat asuhan keperawatan Anak
Berkebutuhan Khusus Autisme. Disamping itu juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah
Keperawatan Anak II.
BAB II

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan
perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis menurut para ahli
adalah sebagai berikut:
a. Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami
kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo, 2003)
b. Autisme adalah ganguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami
kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “Sumber dari
Pedoman Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik”. (American Psychiatic
Association, 2000)
c. Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial, komunikasi, perilaku,
emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan perkembangan terlambat atau tidak
normal. Autisme mulai tampak sejak lahir atau saat masi bayi (biasanya sebelum usia
3 tahun). “Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ
III)
d. Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa
balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari anak
yang lain. (Baron-Cohen, 1993).
Jadi anak autisme merupakan satu kondisi anak yang mengalami gangguan
perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun
mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya.Anak autisme dapat
ditinjau dari beberapa segi yaitu:
a. Segi pendidikan : anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV
sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara khusus sejak
dini.
b. Segi medis: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan/kelainan otak yang
menyebabkan gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan
kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/terapi secara klinis.
c. Segi psikologi: anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan
yang berat bisa ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku,
bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara psikologis.
d. Segi sosial:anak autisme adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan berat
dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial, sehingga anak ini
memerlukan bimbingan keterampilan sosial agar dapat menyesuaikan dengan
lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak
yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga anak autisme mempunyai dunianya
sendiri.

Gambar. Anak Berkebutuhan Khusus Autisme

B. KLASIFIKASI
Autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagianberdasarkan gejalanya. Sering
kali pengklasifikasian disimpulkan setelahanak didiagnosaautis. Klasifikasi ini dapat
diberikan melalui ChildhoodAutism Rating Scale (CARS). Pengklasifikasiannya adalah
sebagai berikut:
1) Autis Ringan
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanyakontak mata walaupun tidak
berlangsung lama. Anak autis ini dapatmemberikan sedikit respon ketika dipanggil
namanya, menunjukkanekspresi-ekspresi muka, dan dalam berkomunikasi dua
arahmeskipun terjadinya hanya sesekali.
2) Autis Sedang
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikitkontak mata namun tidak
memberikan respon ketika namanyadipanggil. Tindakan agresif atau hiperaktif,
menyakiti diri sendiri,acuh, dan gangguan motorik yang stereopik cenderung agak
sulituntuk dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan.
3) Autis Berat
Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkantindakan-tindakan yang sangat
tidak terkendali. Biasanya anak autismemukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara
berulang-ulang danterus menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha
mencegah,namun anak tidak memberikan respon dan tetap melakukannya,bahkan dalam
kondisi berada di pelukan orang tuanya, anak autistetap memukul-mukulkan kepalanya.
Anak baru berhenti setelahmerasa kelelahan kemudian langsung tertidur (Mujiyanti,
2011)
C. ETIOLOGI
Penyebab autisme menurut banyak pakar telah disepakat bahwa pada otak anak
autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya.Apa sebabnya sampai timbul kelainan
tersebut memang belum dapat dipastikan. Banyak teori yang diajukan oleh para
pakar,kekurangan nutrisi dan oksigenasi, serta akibat polusi udara, air dan
makanan.Diyakini bahwa ganguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ
(organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0 ± 4 bulan. Organ otak sendiri baru
terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu.Dari penelitian yang dilakukan oleh
para pakar dari banyak negara diketemukan beberapa fakta yaitu 43% penyandang
autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak
cuekterhadap lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (cerebellum),
terutama pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil bertanggung jawab atas proses sensoris,
daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian). Juga didapatkan
jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan
keseimbangan serotonin dan dopamine, akibatnya terjadi gangguan atau kekacauan
impuls di otak.
Ditemukan pula kelainan yang khas di daerah sistem limbik yang disebut
hippocampus. Akibatnya terjadi gangguan fungsi control terahadap agresi dan emosi
yang disebabkan oleh keracunan logam berat seperti mercury yang banyak terdapat
dalam makanan yang dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan
kandungan logam berat yang tinggi. Pada penelitian diketahui dalam tubuh anak-anak
penderita autis terkandung timah hitam dan merkuri dalam kadar yang relatif tinggi.
Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu agresif atau
sangat pasif. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat.
Terjadilah kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku yang diulang-ulang yang
aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hippocampus. Faktor genetikadapat
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel – sel saraf dan sel otak, namundiperkirakan
menjadi penyebab utama dari kelainan autisme, walaupun bukti-bukti yang konkrit
masih sulit ditemukan.
Diperkirakan masih banyak faktor pemicu yang berperan dalam timbulnya gejala
autisme. Pada proses kelahiran yang lama (partus lama) dimana terjadi gangguan nutrisi
dan oksigenasi pada janin dapat memicu terjadinya austisme. Bahkan sesudah lahir (post
partum) juga dapat terjadi pengaruh dari berbagai pemicu, misalnya : infeksi ringan
sampai berat pada bayi. Pemakaian antibiotika yang berlebihan dapat menimbulkan
tumbuhnya jamur yang berlebihan dan menyebabkan terjadinya kebocoran usus (leaky
get syndrome) dan tidak sempurnanya pencernaan protein kasein dan gluten.Kedua
protein ini hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida yang timbul dari kedua
protein tersebut terserap kedalam aliran darah dan menimbulkan efek morfin pada otak
anak. Dan terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam
pertumbuhan otak tidak dapat diserap olehtubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam
lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena faktor ekonomi.
D. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf
terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput
bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama
lain lewat sinaps.
Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester
ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan
sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.Setelah anak lahir, terjadi
proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson,
dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia
yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak.Makin banyak sinaps
terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung
pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan
pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan
menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.Pada pemeriksaan darah bayi-bayi
yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh
berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor,
neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang
merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel
saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain
growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.Peningkatan neurokimia otak secara
abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan
autisme terjadikondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan
mati secara tak beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain.
Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar
hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel
Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem
saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau
sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas,
peningkatan brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan
kematian sel Purkinye.Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau
sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan
gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan karena ibu mengkomsumsi
makanan yang mengandung logam berat.
Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian
terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika
dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti
thalidomide.Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami
aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi, proses
mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi
lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas,
dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi
pada otak besar bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Menurut kemper dan
Bauman menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak
besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian
samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori).Faktor lingkungan yang
menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat
gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam
folat. Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain
alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu
pada masa kehamilan.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak
dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang
lazim digunakan. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat
berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh orang
lain. Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), meniru kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya.
Bicara monoton seperti robot.
2. Gangguan dalam bidang interaksi social
Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh
bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak
dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan orang yang terdekat dan berharap
orang tersebut melakukan sesuatu untuknnya. Tidak berbagi kesenangan dengan orang
lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.
3. Gangguan dalam bermain
Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya menderetkan sabun menjadi
satu deretan yang panjang, memutar bola pada mobil dan mengamati dengan seksama
dalam jangka waktu lama. Ada kedekatan dengan benda tertentu seperti kertas,
gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang
satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet, baterai
atau benda lainnya. Tidak spontan, reflaks dan tidak berimajinasi dalam bermain.
Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang
bersifat pura-pura. Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang
berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi, sulit
mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan
tertentu, bila bepergian harus melalui rute yang sama.
4. Gangguan perilaku
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya
bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia datangi, ia akan membuka semua
pintu, berjalan kesana kemari dan berlari-lari tentu arah. Mengulang suatu gerakan
tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti
dirinya sendiri seperti memukul kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif
atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata kosong. Marah
tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide,
aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif
ke orang lain atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan
gangguan perilaku lainnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi
Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab
nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak
mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
Tidak dapt berbagi perasaan (empati) dengan anak lain.
6. Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata), pendengaran, sentuhan,
penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat. Menggigit, menjilat atau
mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga.
Menangis setiap kali dicuci rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian
tertentu. Tidak menyukai pelukan, bila digendong sering merosot atau melepaskan
diri dari pelukan.
7. Intelegensi
Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional.
Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal, karena terdapat gangguan
bahasa. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%.
Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang
melibatkan pemikiran simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan
yang menonjol di suatu bidang, misalnya matematika atau kemampuan memori.

Adapun manifestasi klinis dari sistem tubuh antara lain :


1. Sistem Pencernaan
a. Demam
b. Kembung
c. Konstipasi
d. Nyeri perut
e. flatus
2. Kulit
a. Gatal ditungkai dan sela jari kaki dan lipatan kulit ketiak
b. Berkeringat berlebih
3. Sistem susunan saraf pusat
a. Pusing
b. Gangguan tidur
c. Kejang
d. Sering melamun
4. Mata
a. Allergic shiner

Menurut Mujiyanti (2011), ada banyak tingkah laku yang tercakup dalam anak autis
dan ada 4 gejala yang selalu muncul yaitu
1. Isolasi sosial
Banyak anak autis yang menarik diri dari kontak sosial kedalam suatu keadaan
yang disebut extreme autistic alones. Hal ini akan semakin terlihat pada anak
yang lebih besar, dan ia akan bertingkah laku seakan-akan orang lain tidak ada.
2. Kelemahan kognitif
Anak autis sebagian besar (±70%) mengalami retardasi mental (IQ < 70) disebut
dengan autis dengan tuna grahita tetapi anak autis inferti sedikit lebih baik,
contohnya dalam hal yang berkaitan dengan hal sensor motorik. Anak autis
dapat meningkatkan hubungan sosial dengan temannya, tetapi hal itu tidak
berpengaruh terhadap retardasi mental yang dialami.
3. Kekurangan dalam bahasa
Lebih dari setengah autis tidap dapat berbicara , yang lainnya hanya mengoceh,
merengek, atau menunjukkan ecocalia, yaitu menirukan apa yang dikatakan
orang lain. Beberapa anak autis mengulang potongan lagu, iklan TV atau
potongan kataa yang terdengar tanpa tujuan. Beberapa anak autis menggunakan
kata ganti dengan cara yang aneh.
4. Tingkah laku stereotif
Anak autis sering melakukan gerakan yang berulang-ulang secara terus menerus
tanpa tujuan yang jelas. Seperti berputar-putar, berjingkat-jingkat dan lain
sebagainya. Gerakan ini dilakukan berulangulang disebabkan karena kerusakan
fisik, misalnya ada gangguan neurologis. Anak autis juga mempunyai kebiasaan
menarik-narik rambut dan menggigit jari. Walaupun sering kesakitan akibat
perbuatannya sendiri, dorongan untuk melakukan tingkah laku yang aneh ini
sangat kuat dalam diri mereka. Anak autis juga hanya tertarik pada bagianbagian
tertentu dari sebuah objek misalnya pada roda mobil-mobilan. Anak autis juga
menyukai keadaan lingkungan dan kebiasaan yang monoton
F. WEB OF CAUTION (WOC)

Partus Genetik
Keracunan Logam
Lama

Gangguan nutrisi neutropin dan


dan oksigenisasi neuropaptida

Abnormalitas Gangguan Kerusakan pada sel


pertumbuhan sel pada otak purkinye dan
saraf hippocampus

Peningkatan neurokimia Gangguan keseimbangan


secara abnormal serotonin dan dopamin

Pertumbuhan tanpa Gangguan pada otak


bimbingan kecil

AUTIS Reaksi atensi lebih


lambat

Gangguan Gangguan Gangguan Gangguan


komunikasi interaksi perilaku persepsi sensori
sosial

Keterlambatan Perubahan Risiko


dalam berbahasa Keterlambatan
interaksi sosial Perkembangan

Gangguan
komunikasi verbal
dan nonverbal
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti
dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral maupun
komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrumen screening
yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:
         Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-kanak
yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan
perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi berdasarkan hubungannya
dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan
mendengar dan komunikasi verbal
         The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan autisme
pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan,
dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
         The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40
skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi
kemampuan komunikasi dan sosial mereka
         The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screeningautisme bagi anak
usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3
bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan
keperawatan.
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-
hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel
saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang autis mempunyai kadar serotonin tinggi
dalam darah.Kadar norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal
dalam keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada
penyandang autis.Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau
perjalanan gangguan autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas dan
gangguan tidur.
Sejumlah observasi menyatakan, manipulasi terhadap sistem dopamin dan serotonin
dapat bermanfaat bagi pasien autis. Antipsikotik generasi baru, yaitu antipsikotik
atipikal, merupakan antagonis kuat terhadap reseptor serotonin 5-HT dan dopamin
tipe 2 (D2).Risperidone bisa digunakan sebagai antagonis reseptor dopamin D2 dan
serotonin 5-HT untuk mengurangi agresivitas, hiperaktivitas, dan tingkah laku
menyakiti diri sendiri.Olanzapine, digunakan karena mampu menghambat secara luas
pelbagai reseptor, olanzapine bisa mengurangi hiperaktivitas, gangguan bersosialisasi,
gangguan reaksi afektual (alam perasaan), gangguan respons sensori, gangguan
penggunaan bahasa, perilaku menyakiti diri sendiri, agresi, iritabilitas emosi atau
kemarahan, serta keadaan cemas dan depresi.
Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari, penyandang autis
perlu diterapi secara nonmedikamentosa yang melibatkan pelbagai disiplin ilmu.
Menurut dr Ika Widyawati SpKJ dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa FKUI, antara lain
terapi edukasi untuk meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi, terapi perilaku
untuk mengendalikan perilaku yang mengganggu/membahayakan, terapi wicara,
terapi okupasi/fisik, sensori-integrasi yaitu pengorganisasian informasi lewat semua
indera, latihan integrasi pendengaran (AIT) untuk mengurangi hipersensitivitas
terhadap suara, intervensi keluarga, dan sebagainya.
Untuk memperbaiki gangguan saluran pencernaan yang bisa memperburuk kondisi
dan gejala autis, dilakukan terapi biomedis. Terapi itu meliputi pengaturan diet
dengan menghindari zat-zat yang menimbulkan alergi (kasein dan gluten), pemberian
suplemen vitamin dan mineral, serta pengobatan terhadap jamur dan bakteri yang
berada di dinding usus.
Dengan pelbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis bisa menjalani hidup
sebagaimana anak-anak lain dan tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri dan
berprestasi

2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
a. Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu
anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku:anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-temannya seringkali
tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan
kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara,cahaya dan
sentuhan.Maka tak heran mereka sering mengamuk.Seorang terapis perilaku
terlatih untuk mencari latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari
solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak
tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin , pendidikan, alamat, suku bangsa, tanggal jam
masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosa medis.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan
atau sama sekali tidakmdapat berbicara. Berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu
singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati akan
menjauh.
b. Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
 Sering terpampar zat toksik, seperti timbal
 Cidera otak
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan.
Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.

3. Status Perkembangan Anak


1. Anak kurang merespon orang lain.
2. Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
3. Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
4. Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
5. Keterbatasan Kongnitif.

4. Pemeriksaan Fisik
1. Tidak ada kontak mata pada anak.
2. Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh).
3. Terdapat Ekolalia.
4. Tidak ada ekspresi non verbal.
5. Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
6. Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
7. Peka terhadap bau.

5. Psikososial
1. Menarik diri dan tidak responsive terhadap orang tua
2. Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
3. Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
4. Perilaku menstimulais diri
5. Pola tidur tidak teratur
6. Permainan stereotip
7. Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
8. Tantrum yang sering
9. Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
10. Kemampuan bertutur kata menurun
11. Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus

6. Neurologis
1. Respons yang itdak sesuai terhadap stimulus
2. Reflex menghisap buruk
3. Tidak mampu menangis ketika lapar

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan Komunikasi Verbal dan Nonverbal b.d gangguan neuromuskular
2. Perubahan Interaksi Sosial b.d hambatan perkembangan
3. Risiko Keterlambatan Perkembangan b.d persepsi sensori tidak adekuat

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Hambatan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Tujuan (NOC) : Komunikasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mampu melakukan
komunikasi :
 Menggunakan bahasa tertulis
 Menggunakan bahasa lisan
 Menggunakan foto dan gambar
 Menggunakan bahasa dan verbal

Intervensi (NIC) : Peningkatan Komunikasi Kurang Bicara


 Monitor kekuatan bicara, tekanan, kecepatan, kuantitas volume dan diksi
 Monitor proses kognitif, anatomis dan fisiologis terkait dengan
kemampuan berbicara
 Kenali emosi dan peilaku fisik pasien sebagai bentuk komunikasi mereka
 Anjurkan pasien untuk bekomunikasi secara perlahan
 Sediakan metode alternative untuk berkomunikasi dengan berbicara
(misalnya menulis di meja, menggunakan kedipan mata, gambardan
huruf)
 Sesuaikan dengan gaya komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien
(misal berdiri di depan klien saat berbicara)
 Ulangi apa yang terjadi di sampaikan pasien untuk menjamin akurasi
 Ijinkan pasien untuk sering mendengar suara pembicaraan dengan cepat
tepat
 Berikan perawatan dalam sifat yang rileks, tidak terburu-buru dan tidak
menghakimi

2. Perubahan Interaksi Sosial


Tujuan (NOC) : Keterampilan Interaksi Sosial
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mampu melakukan
keterampilan interaksi sosial :
 Menunjukkan penerimaan
 Menunjukkan sensitivitas kepada orang lain
 Menunjukkan perhatian
 Menunjukkan kehangatan
 Menunjukkan sikap yang tenang
 Terlibat dengan orang lain
 Menunjukkan kepercayaan
 Menggunkan strategi pemecahan konflik

Intervensi (NIC) : Modifikasi Perilaku Keterampilan-keterampilan Sosial


 Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah dari kurangnya
keterampilan social
 Identifikasi keterampilan sosial yang spesifik yang akan menjadi fokus
latihan
 Sediakan model yang menunjukkan langkah-langkah dalam berperilaku
dalam konteks situasi yang berarti bagi pasien
 Bantu pasien dalam bermain peran
 Sediakan umpan balik (penghargaan atau reward) bagi pasien jika pasien
mampu menunjukkan keterampilan

3. Risiko Keterlambatan Perkembangan


Tujuan (NOC) : Perkembangan Anak : Usia Anak Pertengahan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mampu melakukan
perkembangan :
 Menunjukkan kebiasaan sehat dan baik
 Bermain berkelompok
 Mengembangkan persahabatan
 Menunjukkan perasaan secara konstruktif
 Menunjukkan kepercayan diri
 Memahami benar dna salah
 Menunjukkan kreatifitas
 Menunjukkan harga diri

Intervensi (NIC) :
 Berikan hubungan terapeutik dan saling percaya dengan pengasuh anak
 Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktivitas dengan anak
lain
 Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada
perkembangannya
 Berikan penguatan yang positif atau umpan balik terhadap usaha-usaha
mengekspresikan diri
 Dukung anak untuk berinteraksi dengan teman-temannya melalui
keterampilan bermain peran
 Berikan perhatian tidak langsung, bila diperlukan
 Ajarkan anak tuk mengenali dan memanipulasi bentuk
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara klinis
ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam kemampuan
interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi
timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan
berulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar
terhadap pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu adanya
perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan
kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada neurotransmitter, dan akhirnya
dapat menyebabkan adanya perubahan perilaku pada penderita. Dalam kemampuan
intelektual anak autis tidak mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan
respon anak terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan
dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang bagi orang lain
tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.Terapi perilaku sangat
dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup dengan normal seperti anak pada umumnya,
dan melatih anak untuk bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan pada anak
berkebutuhan khusus autisme dan bagi orang tua yang memiliki anak autisme.
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3.Jakarta:EGC.

Sacharin, RM. 1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Behrman, Kliegman, Arvin. 1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakarta: EGC.

Anonim. Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Soetjiningsih.1994. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.

Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz Alimul.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan 2. Edisi 1. Jakarta:Salemba


Medika

Nugraheni,SA. (2012). Menguak Belantara Autisme. Bulettin Psikologi. 20(1-2): 9-17.

Http://www.journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/11944/8798

Suswati, I., & Safithri, F. (2012). Diet rotasi makanan dan manifestasi klinis penyandang
spektrum autisme. Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran
Keluarga, 7(1).

Anda mungkin juga menyukai