Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Keuangan Perusahaan”
Disusun Oleh:
NPM : 1212018028
UNIVERSITAS YARSI
FAKULTAS EKONOMI
JAKARTA
2018
Nama : Andini Putri Marista
Npm : 1212018028
Kelas : AKT C
Tugas 1
DAFTAR PUSTAKA
Arief Effendi, Muhammad. 2016. The Power Of Good Corporate Governance. Jakarta:
Salemba Empat
Tertius, Melia Agustina dan Yulius Jogi Christiawan. 2015. Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Sektor Keuangan. Vol. 3 no 1, January 2015.
Diambil dari: journal.unnes.ac.id › index.php › aaj › article › view
Sarafina, Salsabila dan Muhammad Saifi. 2015. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 50 No. 3
September 2017. Diambil dari: ejournal3.undip.ac.id › accounting › article › view
Veno, Andri. 2015. Jurnal Manajemen dan Bisnis (JAB)|Vol. 19 No. 1 Juni 2015. Diambil
dari: journals.ums.ac.id › benefit › article › download
Tugas 3
Tertius, Melia Agustina dan Yulius Jogi Christiawan. 2015. Business Accounting
Review. Vol. 3 no 1, January 2015. Diambil dari: journal.unnes.ac.id › index.php › aaj ›
article › view
Pada jurnal ini, peneliti mengidentifikasi bahwa penerapan GCG yang baik didasarkan pada
asas kewajaran, transparasi, akuntabilitas, tanggung jawab, dan kemandirian atau independensi.
Penerapan GCG juga dilakukan untuk meningkatkan nilai shareholder, dan memastikan manajer
melakukan kinerjanya untuk meningkatkan return bagi pemegang saham.
Teori yang mendasari jurnal ini adalah Agency Theory. Kontrak antara pemilik dan agen
merupakan motivasi bagi masing-masing pihak untuk melakukan kinerjanya. Perusahaan
sekarang ini telah memisahkan kepemilikan dan kontrol manajerial, dan tidak semua anggota di
manajemen tingkat tinggi adalah pemilik perusahaan. Dalam pemisahan ini, tidak dapat
terhindarkan terjadinya masalah keagenan. Akibatnya, menjadi tugas manajer perusahaan dan
kepentingan bagi seluruh stakeholder untuk meminimalisir konflik kepentingan. Untuk
mengurangi konflik atau masalah keagenan, diperlukan suatu mekanisme pengawasan
terhadap pengelolaan perusahaan. Salah satu mekanisme yang dipakai adalah GCG. GCG
menjadi sistem yang memberikan petunjuk dan prinsip untuk menyelaraskan perbedaan
kepentingan, terutama kepentingan manajer dengan kepentingan pemegang saham.
Pada jurnal ini, menggunakan para- digma kuantitatif. Untuk menguji hipotesis meng- gunakan
analisis regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan populasi dari perusahaan sektor keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perusahaan sektor keuangan tersebut dipilih sebagai sampel
penelitian dikarenakan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia dan mengelola dana
masyarakat.
Hasil atau temuan-temuan pada jurnal ini menemukan bukti variabel independen antara lain
dewan komisaris, komisaris independen, dan kepemilikan manajerial dengan variabel kontrol ukuran
perusahaan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu
ROA. Secara individual, dewan komisaris dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA. Semakin besar dewan komisaris dan kepemilikan manajerial maka tidak
mempengaruhi jumlah ROA yang dihasilkan. Sedangkan, komisaris independen dan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Semakin besar komisaris independen dan
ukuran perusahaan, maka ROA yang dihasilkan semakin kecil atau menurun.
Saran kepada Perusahaan adalah perlu lebih baik lagi meningkatkan pengelolaan sumber daya
dengan lebih efisien dan optimal yaitu perusahaan sub sektor Bank, Lembaga Pembiayaan, dan
Perusahaan Efek karena ROA yang dihasilkan tidak begitu besar, sehingga nantinya dapat
memaksimalkan laba yang dihasilkan. Selain itu, perusahaan juga perlu meningkatkan dengan lebih
baik penerapan GCG untuk dapat meningkatkan nilai pemegang saham. Meningkatkan dengan lebih
baik penerapan GCG diterapkan pada perusahaan sub-sektor Bank, Lembaga Pembiayaan, dan
Perusahaan Efek karena ROA yang dihasilkan masih belum maksimal
Sarafina, Salsabila dan Muhammad Saifi. 2015. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 50 No.
3 September 2017. Diambil dari: ejournal3.undip.ac.id › accounting › article › view
Pada jurnal ini, peneliti mengidentifikasi bahwa mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat
diketahui melalui dua sisi yaitu: sisi internal perusahaan dengan melihat laporan keuangan dan sisi
eksternal perusahaan yaitu nilai perusahaan dengan cara menghitung kinerja keuangan perusahaan
Teori yang mendasari jurnal ini adalah pada umumnya kelemahan BUMN antara lain masih
rendahnya penerapan GCG, belum berfungsinya sistem perencanaan dan pengendalian intern,
rendahnya integritas Direksi, praktik mark-up, terjadinya penyimpangan oleh direksi BUMN,
pemberian paket remunerasi yang berlebihan kepada Direksi yang tidak mencerminkan keterkaitan
dengan pencapaian target kinerja, transaksi bisnis dengan pihak luar yang dilakukan manajemen
kurang memperhatikan kepentingan perusahaan, intervensi pemegang saham atau pihak luar secara
berlebihan dalam kegiatan operasional BUMN, dan adanya praktik perusahaan dalam perusahaan
yang dilakukan manajemen.
Pada jurnal ini, Pеnеliti menggunakan pеnеlitian pеnjеlasan (еxplanatory rеsеarch) dеngan
pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian ini di situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
Didapat 10 sampel.
Hasil atau temuan-temuan pada jurnal ini Berdasarkan hasil analisis uji T menunjukkan bahwa
Dewan Komisaris Independen berpengaruh paling dominan terhadap Tobins’Q hal tersebut dapat
dibuktikan dengan nilai koefisien beta dan t hitung paling besar yaitu Dewan Komisaris Independen
sebesar 2,610 dan Komite Audit sebesar 2,148.
Saran kepada Perusahaan adalah Pihak manajemen diharapkan untuk lebih memperhatikan
penerapan Good Corporate Governance dalam perusahaan agar dapat menciptakan nilai perusahaan
agar dapat melaksanakan tata kelola perusahaan dengan baik agar investordapat tertarik untuk
berinvestasi pada perusahaan tersebut.
Veno, Andri. 2015. Jurnal Manajemen dan Bisnis (JAB)|Vol. 19 No. 1 Juni 2015. Diambil
dari: journals.ums.ac.id › benefit › article › download
Pada jurnal ini, peneliti mengidentifikasi bahwa Menurut Sidharta dan Cynthia (dalam
Oktapiyani, 2009) istilah Good Corporate Governance secara umum dikenal sebagai suatu sistem
dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang
saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders),
seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat luas.
Prinsip good corporate governance ini dapat digunakan untuk melindungi pihak-pihak minoritas dari
pengambil alih yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham dengan mekanisme legal
Teori yang mendasari jurnal ini adalah Pada dasarnya isu tentang corporate governance
dilatarbelakangi oleh agency theory yang menyatakan permasalahan agency muncul ketika
pengelolaan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikannya. Pemilik sebagai pemasok modal
perusahaan mendelegasikan wewenangnya atas pengelolaan perusahaan kepada professional
managers. Akibatnya, kewenangan untuk menggunakan sumber daya yang dimliki perusahaan
sepenuhnya ada di tangan eksekutif. Hal itu menimbulkan kemungkinan terjadinya moral hazard
dimana manajemen tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan
kepentingan (conflict of interest).
Pada penelitian ini menggunakan penelitian penjelasan (explanatory research). Penelitian
explanatory merupakan jenis penelitian dimana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel melalui pengujian hipotesis, yaitu menguji hipotesis-hipotesis berdasarkan teori
yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, yaitu
dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut,
serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006:12).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu hubungan yang berpengaruh signifikan
terhadap nilai Return on Equity (ROE). Good Corporate Governance yang diproksikan oleh Dewan
Direksi menunjukkan hasil berpengaruh signifikan. dimana semakin tinggi Dewan Direksi prosen
perusahaan go poblic dari 48 perusahaan yang menjadi sampel cenderung meningkatkan nilai Return
on Equity (ROE) perusahaan (maka H1 dalam penelitian ini terbukti bahwa Dewan Direksi
berpengaruh signifikan positif terhadap Return on Equity (ROE).
Saran kepada Perusahaan adalah perlu mefokuskan Good Corporate Governance agar
terlaksananya tujuan perusahaan dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Laporan keuangan menjadi alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi
Penyampaian informasi melalui laporan keuangan tersebut perlu dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak eksternal maupun internal yang kurang memiliki wewenang untuk
memperoleh informasi yang mereka butuhkan dari sumber langsung perusahaan. Seperti
dinyatakan dalam kerangka konseptual Financial Accounting Standards Board (FASB) bahwa
tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk keputusan
bisnis.
kinerja perusahaan dengan good corporate governance tidak mudah dilakukan. Beberapa
penelitian menunjukkan tidak ada hubungan corporate governance dengan kinerja perusahaan,
misalnya penelitian Daily dkk. (1998) dan hasil survey CBI, Deloitte dan Touche (1996)
sebagaimana yang dikutip oleh Darmawati dkk (2006). Demikian juga dengan Young (2003)
kinerja perusahaan. Di lain pihak, berdasarkan beberapa hasil penelitian, Berghe dan Ridder
menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai poor perfomance disebabkan oleh poor
governance. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Gompers dkk (2003) dalam Darmawati
(2005) yang menemukan hubungan positif antara indeks corporate governance dengan kinerja
Menurut Kakabadse dkk, (2001) dalam Darmawati, (2006) perbedaan hasil penelitian
tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : 1) perspektif teoritis yang diterapkan 2)
Kepemilikan oleh institusional juga dapat menurunkan agency costs, karena dengan adanya
monitoring yang efektif oleh pihak institusional menyebabkan penggunaan utang menurun, Moh’d et
al. (1998) dalam Midiastuti dan Machfudz, (2005). Namun Faisal (2007) menyatakan bahwa
hubungan antara kepemilikan institusional dengan biaya keagenan (agency costs) adalah negative,
kepemilikan institusional belum efektif sebagai alat memonitor manajemen dalam meningkatkan nilai
perusahaan.
Hubungan antara struktur modal dengan kualitas corporate governance suatu perusahaan
terdapat dua alternatif penjelasan. Black dkk. (2003) dan Gillan dkk. (2003) berhasil menemukan
adanya hubungan negatif antara leverage dan kualitas corporate governance. Durnev dan Kim
(2003) justru berhasil menemukan adanya hubungan positif antara pemilihan perusahaan akan
perusahaan akan pendanaan eksternal. Penelitian Baruci dan Falini (2004) tidak berhasil
meneliti mengenai pengaruh mekanisme corporate governance dan leverage terhadap kinerja
Penelitian ini bertujuan menguji variabel corporate governance yang telah disesuaikan
dengan kondisi lingkungan bisnis di Indonesia (menggunakan ukuran yang dikembangkan oleh
IICG). Untuk meningkatkan kinerja keuangan yang diukur dengan Cash Flow Return on Asset
diperlukan suatu mekanisme. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah praktik
peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan
yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Sistem corporate governance
memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin
akan memperoleh return atas investasinya dengan benar. Corporate governance juga membantu
menciptakan lingkungan kondusif demi terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di
sektor korporat. Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang
menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan
stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya
RUMUSAN MASALAH:
LANDASAN TEORI
Menurut Christian Gronross, Perusahaan Jasa ialah suatu perusahaan yang dalam kegiatannya terdiri
dari serangkaian aktivitas intangible yang terjadi antara pelanggan dan pegawai jasa untuk mengatasi
masalah pelanggan.
Karakteristik perusahaan jasa meliputi :
Perusahaan ini tidak mempunyai produk berwujud, hanya bersifat abstrak dan tidak dapat
dilihat.
Produk yang diproduksi tidak memiliki standar baku atau banyak variasinya (heterogenitas)
Tidak dapat dipisahkan antara produk yang dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
Produknya tidak dapat disimpan sebab tidak mempunyai wujud.
Menurut Zingales (1997) dalam Tri gunarsih (2006) Corporate Governance merupakan
pengelolaan (corporate) dari bentuk organisasi tertentu, yaitu perusahaan (corporation). Dalam
literatur akademis, corporate governance biasanya dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang muncul dari pemisahan antara kepemilikan dan kontrol.
Good Corporate Governance didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua
stakeholders yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi
yang benar, akurat, tepat waktu, serta kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
(disclousure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan dan stakeholders (YPPMI & SC dalam Sri dan Haris, 2003).
perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada
pemegang saham. Sistem corporate governance yang baik memberikan perlindungan yang
efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga mereka bisa meyakinkan
dirinya akan perolehan kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi. Sistem tersebut
Tujuan utama dari corporate governance adalah untuk menciptakan sistem pengendalian
dan keseimbangan (check and balance) mencegah penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan
dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan perusahaan sehingga akan meningkatkan kinerja
Untuk mewujudkan konsep dan penerapan good corporate governance (GCG) yang efisien dan
efektif, ada lima (5) konsep yang telah ditentukan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG). Konsep itu dikenal dengan istilah TARIF (Transpararency, Accountability, Responsibility,
Independency, dan Fairness). Konsep inilah yang kemudian diterapkan dalam suatu korporasi atau
perusahaan. Berikut penjelasan dari konsep TARIF.
1. Transparency (Transparan)
Inilah salah satu konsep yang sangat vital dan penting. Konsep ini berguna untuk menjaga
objektivitas suatu perusahaan atau korporasi dalam menjalankan bisnis, yaitu dengan menyediakan
informasi terbuka, jelas, mudah diakses, dan bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi dengan kemajuan
teknologi, tidak ada lagi alasan bagi perusahaan untuk tidak mengambil inisiatif dalam
mengungkapkan berbagai informasi yang menyangkut proses pengambilan keputusan dan kebijakan
yang dianggap penting oleh stakeholders.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Konsep ini dibutuhkan untuk menganalisis sejauh mana kinerja yang telah dihasilkan oleh suatu
korporasi atau perusahaan. Perusahaan harus mempertanggungjawabkan dan memberi kejelasan
mengenai struktur, fungsi, sistem, dan elemen penting lainnya kepada stakeholders, dan juga
menjelaskan segala pertanyaan yang diajukan oleh stakeholders terhadap hasil pencapaian
perusahaan.
3. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Konsep ini menuntut perusahaan untuk patuh terhadap regulasi dan peraturan yang berlaku, seperti
masalah pajak, kesehatan dan keselamatan kerja, hubungan industrial, menjaga lingkungan agar tetap
kondusif, dan lainnya. Dengan kata lain, perusahaan tidak hanya dituntut untuk bertanggung jawab
terhadap stakeholders internal saja, tetapi juga bertanggung jawab kepada stakeholders eksternal.
4. Independency (Kemandirian)
Konsep ini mendorong perusahaan untuk profesional dalam mengelola bisnis sehingga tidak terjadi
konflik kepentingan, bisa menciptakan kemandirian, dan tidak bisa diintervensi oleh pihak mana pun.
Selain itu, perusahaan juga harus mampu menciptakan nilai-nilai (values) agar bisa menciptakan daya
saing.
Konsep ini menuntut hadirnya perlakuan yang adil dan bijaksana dalam rangka pemenuhan hak-hak
stakeholders yang sesuai dengan peraturan per UU yang berlaku. Prinsip kesetaraan ini diharapkan
bisa mendorong perusahaan untuk memberikan jaminan perlakukan adil terhadap pihak-pihak yang
terlibat atau para pemangku kepentingan.
2.2.3. Manfaat Penerapan Corporate Governance
Manfaat langsung yang dirasakan perusahaan dengan mewujudkan prinsip-prinsip good corporate
governance adalah meningkatnya produktivitas dan efisiensi usaha. Manfaat lain adalah
meningkatnya kemampuan operasional perusahaan dan pertanggungjawaban kepada publik. Selain
itu juga memperkecil praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta konflik kepentingan. Corporate
governance yang baik dapat mendorong pengelolaan organisasi yang lebih demokratis (partisipasi
banyak kepentingan), lebih accountable (adanya pertanggungjawaban dari setiap tindakan), dan lebih
transparan serta akan meningkatkan keyakinan bahwa perusahaan dapat memberikan manfaat jangka
panjang.
bersifat Ekuitas Di Bursa yaitu dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang
baik (good corporate governance), perusahaan wajib memiliki komisaris independen yang
jumlahnya proposional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang
saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari
Berkaitan dengan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), maka tugas
komisaris independen adalah:
Menurut Keputusan Direksi BEI (2000). Dalam Sam’ani (2008) komite audit adalah
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan tercatat yang anggotanya diangkat dan
dihentikan oleh dewan komisaris perusahaan tercatat untuk membantu melakukan pemeriksaan
yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan tercatat.
Salah satu unsur kelembagaan dalam kerangka GCG yang diharapkan mampu memberikan kontribusi
tinggi dalam level penerapannya adalah “Komite Audit”. Keberadaannya diharapkan mampu
meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme
checks and balances, yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang optimum
kepada para pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya.
Tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah membantu Dewan Komisaris dalam
melakukan fungsi pengawasan. Hal tersebut mencakup review terhadap sistem pengendalian internal
perusahaan, kualitas laporan keuangan, dan efektivitas fungsi audit internal. Tugas komite audit juga
erat kaitannya dengan penelaahan terhadap risiko yang dihadapi perusahaan, dan juga kepatuhan
terhadap regulasi.
Adapun selain tugas dari komite audit yang telah diuraikan diatas, komite audit juga
Manfaat komite audit yang dibentuk sebagai komite khusus diperusahaan untuk
dari dewan komisaris serta bermanfaat untuk memberdayakan fungsi komisaris dalam
melakukan pengawasan. ISICOM dalam Alijoyo dan Zaini (2004) mengatakan komite audit
yang efektif akan membantu terciptanya keterbukaan serta laporan keuangan yang
berkualitas, ketaatan pada peraturan-peraturan yang berlaku, dan pengawasan internal yang
memadai.
Menurut Shleifer dan Vishny (1986) kepemilikan saham yang besar dari segi nilai
ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen
rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku opurtunistik manajer akan
potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan
Meckling, 1976). Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang
manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.
Penelitian yang dilakukan oleh Warfield, Wild (1995) dalam Rosma (2007) menemukan
bukti bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif dengan earning management.
Hasil penelitian ini mendukung bukti bahwa kepemilikan manajerial mengurangi dorongan
meningkatkan kualitas laba serta konsekuensinya tentu terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial
pada perusahaan maka akan semakin mengurangi kecenderungan manajer melakukan earning
management.
2.6. Kepemilikan Institusional
insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intens.
discretionary dalam laporan keuangan sehingga memberikan kualitas laba yang dilaporkan
(Pratana dan Mahfoedz, 2003). Menurut Crutcley (1999) semakin tinggi kepemilikan
intitusional semakin kuat control eksternal terhadap perusahaan dan mengurangi agency cost,
sehingga perusahaan akan menggunakan deviden yang rendah. Dengan adanya control yang
ketat akan menyebabkan manajer menggunakan utang pada tingkat yang rendah untuk
Menurut Barlian (2003) Kinerja keuangan adalah prospek atau masa depan, pertumbuhan, dan
potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan. Kinerja keuangan diperlukan informasinya untuk
menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang dikendalikan untuk memprediksi kapasitas
produksi dari sumber daya yang tersedia.
Secara garis besar, Kinerja keuangan diartikan sebagai gambaran pencapaian perusahaan berupa hasil
yang telah dicapai melalui berbagai aktivitas untuk meninjau sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan standar akuntansi keuangan secara baik dan benar yang mencakup tujuan dan contoh
analisis laporan keuangan.
Kinerja perusahaan identik dengan laba perusahaan. Fokus utama pelaporan keuangan
adalah informasi mengenai kinerja perusahaan tersebut, yang merupakan pengukuran laba dan
laporan keuangan yang berupa perhitungan laba rugi. Elemen yang membentuk perhitungan laba
rugi adalah:
1. Pendapatan
Pendapatan adalah aliran penerimaan kas atau harta lain yang diterima dan konsumen
sebagai hasil penjualan barang atau pemberian jasa. Menurut Sugiri (1995), pendapatan
adalah tiap-tiap tambahan aktiva atau pengurangan kewajiban yang timbul karena usaha
2. Biaya
Biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang dikonsumsi untuk
governance dalam melindungi investor di Indonesia, antara lain: penelitian yang dilakukan oleh
Milton (2000) dalam Deny dan Rika (2004) menunjukkan bahwa variabel-variabel yang
berkaitan dengan corporate governance mempunyai dampak yang kuat terhadap kinerja
perusahaan selama periode krisis di Asia Timur (tahun 1997 sampai dengan tahun 1998).
Penelitian yang dilakukan oleh Damarwati, dkk (2004) dalam almilia dan sifa (2006) yang
mengaitkan hubungan corporate governance dan kinerja perusahaan. Hasil survey CBI Debitte
dan Taouce (1996), Kakabadse (2001), Young (2003) yang menganalisis beberapa penelitian
adanya hubungan antara keduanya. Di lain pihak hasil penelitian Bergle dan Ridder menyatakan
bahwa perusahaan yang mempunyai poor performance disebabkan oleh poor governance. Dalam
artian bahwa terdapat hubungan positif antara good corporate governance dengan kinerja
perusahaan.
. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Hal ini terbukti dalam
penelitian yang dilakukan oleh Dhaliwal et. al. (1982), Morck et.al. (!988), Warfield et.al.
(1995), Gabrielsen et. al. (2002), dan Pratana Puspa Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz (2006)
yang menyatakan kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan
pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang
mereka kelola. Semakin besar kepemilikan manajer pada perusahaan, maka semakin baik kinerja
perusahaan karena semakin rendah kecenderungan manajer melakukan aktivitas manajemen laba
Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan
yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan kinerja perusahaan kepada para
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor jasa untuk periode 2018-2020.
Perusahaan sektor perbankan dipilih oleh penulis karena industri jasa memiliki karakteristik
yang banyak berhubungan dengan dunia luar. Berbeda dengan industry dagang, dimana para
client hanya akan focus pada produk yang jual, perusahaan jasa memiliki nilai lebih dimana
Good Corporate Governance merupakan hal yang sangat penting karena semakin baik
pemimpin di perusahaan tersebut, akan semakin besar juga peluang mendapatkan client
sehingga suatu tata kelola yang baik dan kinerja pelaporan keuangan yang baik sangat
diperlukan agar dapat mempertahankan kepercayaan bagi pihak- pihak yang berkepentingan.
Metode pengambilan sampel dilakukan dalam penelitian ini adalah secara purposive
sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria
yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai
berikut:
periode 2018-2020 .
2. Data yang tersedia lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada publikasi laporan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah
diizinkan langsung untuk di gunakan terhadap penelitian dari sumber data (perusahaan)
Terdapat dua variabel untuk masing-masing model dalam penelitian ini, yaitu variabel
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik secara
positif maupun negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah mekanisme corporate
dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan
2. Komite Audit
Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit
eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat
pada audit eksternal. Komite audit diukur dengan jumlah anggota komite audit. dalam
Sam’ani (2008).
3. Kepemilikan Institusional
Persentase saham institusi ini diperoleh dari penjumlahan atas persentase saham
perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun di luar
4. Kepemilikan Manajerial
Persentase saham manajerial ini diperoleh dari penjumlahan atas kepemilikan saham
perusahaan yang dimiliki manajeme oleh manajemen perusahaan dengan jumlah total