94 314 1 PB
94 314 1 PB
1 April 2019
http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095
afif.rofii@unbari.ac.id
Rizkaranihasibuan17@yahoo.com
Abstract
This research is aimed at describing the types of Batak Mandailing language interference
towards Indonesian language in the event Parpunguan masyarakat Mandailing Kota
Jambi society. This research is qualitative descriptive. The data is taken from the
utterances of Indonesian language which comprises Batak Mandailing language
interference. The data is collected by using listening and tapping technique, observation,
and speaking. The result of data analysis shows that there are grammatical interferences
in the event parpunguan in Kota Jambi, namely; there are 8 utterances in the form of
morpheme, there 6 utterances in the form of words, there are 28 utterances in the form
phrase, there are 9 utterances in the form of clause, and there are 3 utterances in the form
of sentence from those 54 data. The result of this research is being recommended to the
expert of language, Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Provinsi Jambi, and
head of custom to increase a kind of socialization in using Indonesian language to society
correctly; Moreover, to the society who live in Kota Jambi especially Bataknese
Mandailing to pay more attention to the use of Indonesian language correctly.
1
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Batanghari, Jambi
2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Batanghari, Jambi
Interferensi Bahasa Batak Mandailing dalam Tuturan Berbahasa Indonesia pada Acara
Parpunguan Masyarakat Mandailing Kota Jambi
16
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3 No. 1 April 2019
http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095
Dapat disimpulkan bahwa setiap daerah seseorang dengan sama baiknya, yang
memiliki bahasa daerah masing-masing. secara teknis mengacu pada pengetahuan
Adapun kajian bahasa yang dua buah bahasa bagaimana pun
mempengaruhi bahasa dalam masyarakat tingkatnya”. Dapat disimpulkan bahwa
ialah sosiolinguistik. bilingualisme merupakan kemampuan
Menurut Kridalaksana (dalam menggunakan dua bahasa yang sama
Chaer dan Agustina 2010:3) baiknnya. Selain, penutur biligualisme
sosiolinguistik lazim didefenisiskan interferensi juga terjadi karena adanya
sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan penutur multilingualisme. Menurut Mc
pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di Kay (dalam Lapasau dan Arifin, 2016:87)
antara bahasawan dengan ciri fungsi ada banyak faktor yang menjadi penyebab
variasi bahasa itu dalam suatu masyarakat timbulnya masyarakat multibahasa yang
bahasa. Selanjutnya, Bram dan Dicky mendukung teori multi bahasa, tetapi yang
(dalam Rokhman, 2013:2) menyatakan paling berpengaruh adalah migrasi.
sosiolinguistik mengkhususkan kajiannya Beberapa penelitian terdahulu yang
pada bagaimana bahasa berfungsi di mengkaji tentang interferensi yaitu: 1)
tengah masyarakat. Adanya bahasa daerah penelitian yang dilakukan oleh Joko
setiap suku memungkinkan terjadinya Sukoyo (2011), Universitas Negeri
interferensi. Semarang berjudul Interferensi Bahasa
Menurut Alwasilah (dalam Aslinda Indonesia dalam Acara Berita Berbahasa
dan Syafyahya, 2007:66) “Interferensi Jawa “Kuthane Dhewe” di TV Borobudur
berarti adanya saling pengaruh antar Semarang; 2) penelitian yang dilakukan
bahasa”. Pengaruh itu dalam bentuk yang oleh Anni Rahimah, Agustina, Syahrul R
paling sederhana berupa pengambilan satu (2015), Universitas Negeri Padang
unsur dari satu bahasa dan digunakan berjudul Interferensi Bahasa Mandailing
dalam hubungannya dengan bahasa lain. Dalam Bahasa Indonesia Tulis Siswa
Rumusan yang hampir sama dinyatakan Kelas VIII MTS Baharuddin Kecamatan
oleh Lado dan Sunyono (dalam Aslinda Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan; 3)
dan Syafyahya, 2007: 66) pengaruh antar Sartini (2008), Universitas Batanghari
bahasa itu dapat juga berupa pengaruh dalam skripsinya yang berjudul
kebiasaan dari bahasa pertama (ibu) yang Interferensi Penggunaan Tanda Tanya
sudah dikuasai penutur ke dalam bahasa Bahasa Jawa terhadap Kalimat Tanya
kedua”. Dapat disimpulkan dari beberapa Bahasa Indonesia dalam Proses Belajar
pendapat ahli di atas interferensi terjadi Mengajar Siswa Kelas II Jurusan
karena adanya penutur bilingualisme dan Penjualan SMK Harapan Tahun
karena adanya penutur bilingualisme, dan Pelajaran 2007-2008; 4) Any Budiarti
multilingualisme yang memiliki kebiasaan (2013), Universitas Pasundan Bandung
menggunakan lebih dari satu bahasa saat dalam skirpsinya yang berjudul
berkomunikasi. Interferensi Bahasa Indonesia Ke kalam
Pada umumnya, masalah Bahasa Inggris Pada Abstrak Jurnal
kedwibahasaan (bilingualisme) timbul dari Ilmiah.
penutur yang menggunakan dua bahasa
yang bebeda. Rofii (2016) mengatakan METODE PENELITIAN
bahwa Bahasa pertama dapat
mempengaruhi penggunaan bahasa kedua. Jenis penelitian kualitatif
Menurut Robert Lado (dalam Chaer dan merupakan metode penelitian yang
Agustina 2010:86) “Bilingualisme adalah dilakukan secara alamiah. Menurut
kemampuan menggunakan bahasa oleh Muhammad (2010:23) “Salah satu
fenomena yang dapat menjadi objek
Interferensi Bahasa Batak Mandailing dalam Tuturan Berbahasa Indonesia pada Acara Parpunguan
Masyarakat Mandailing Kota Jambi
18
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3 No. 1 April 2019
http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095
Allah swt. berkat izinnya kita diberi per-kan. Kata pargunaon terdiri atas par-
kesempatan sehingga bisa berkumpul on+guna = pargunaon yang berarti
di rumah ketua ini. “pergunakan”, sedangkan dalam bahasa
Menurut Alwasilah (dalam Aslinda Indonesia pergunkana dibentuk oleh per-
dan Syafyahya, 2007:66) “Interferensi kan + guna= pergunakan.
berarti adanya saling pengaruh antar
bahasa”. Adapun menurut Djajasudarma 2. Interferensi Berupa Kata
(2010:35) “Mofem adalah unsur bahasa Interferensi gramatikal berupa kata
yang memiliki makna dan ikut mendukung berjumlah 6 tuturan, dari 54 tuturan
makna, yang melibatkan: unsur yang keseluruhan. Interferensi tersebut
memliki makna (morfem bebas) dan unsur diantaranya dijelaskan sebagai berikut.
yang ikut mendukung makna (morfem
terikat)”. Jelas terlihat pada kata a) Jadi informasi-informasi bisa ada
markumpul yang merupakan kosa kata parobahan”. Artinya: Jadi, informasi
bahasa Batak Mandailing yang bermakna yang didapat bisa terjadi perubahan.
“berkumpul” digunakan dalam konteks
tuturan bahasa Indonesia. Dalam hal ini Artinya: Jadi, informasi yang didapat
telah terjadi kekacauan pemakaian morfem bisa terjadi perubahan.
terikat mar- menjadi ber-. Pembentukan Pada tuturan tersebut, terdapat jenis
kata markumpul terdiri atas morfem terikat interferensi berupa kata. Alwasilah
mar- dan morfem bebas kumpul= (dalam Aslinda dan Syafyahya,
markumpul, yang dalam bahasa Indonesia 2007:66) menjelaskan bahwa
bermakna “berkumpul”, sedangkan dalam “Interferensi berarti adanya saling
bahasa Indonesia kata berkumpul terdiri pengaruh antar bahasa”. Selain itu,
atas: morfem terikat ber- dan morfem menurut Suhardi (2013:16) “Kata
bebas kumpul =berkumpul. sebagai unsur sintaksis di dalam
b) “Bahasa yang di pargunaon pertemuan kalimat dapat menduduki fungsi
keluarga ikanas orang kita Mandailing sebagai subjek, predikat, objek,
terpaksa bahasanya bercampur-campur”. pelengkap, maupun menduduki fungsi
sebagai keterangan”. Interferensi
Artinya: Bahasa yang di pergunakan di tersebut terjadi karena masuknya kata
dalam pertemuan ikanas orang kita dari bahasa Batak Mandailing
mandailing terpaksa bahasanya parobahan ke dalam tuturan berbahasa
bercampur-campur. Indonesia. Parobahan tersebut
bermakna “Perubahan”.
Menurut Alwasilah (dalam Aslinda
dan Syafyahya, 2007:66) “Interferensi b) Marsodakoh tidak harus hepeng
berarti adanya saling pengaruh antar apapun yang bermanfaat yang kita
bahasa”. Adapun menurut Djajasudarma berikan itu sudah menjadi ibadah
(2010:35) “Mofem adalah unsur bahasa sodakoh”.
yang memiliki makna dan ikut mendukung
makna, yang melibatkan: unsur yang Artinya: Bersedekah tidak harus uang
memiliki makna (morfem bebas) dan unsur apapun yang bermanfaat yang kita
yang ikut mendukung makna (morfem berikan itu sudah menjadi ibadah
terikat)”. Jelas terlihat pada kata bahasa sedekah.
Batak Mandailing pargunaon yang berarti
“pergunakan” telah terjadi kekacauan Pada tuturan tersebut, terdapat jenis
pengunaan morfem terikat par-on menjadi interferensi berupa kata. Alwasilah (dalam
Interferensi Bahasa Batak Mandailing dalam Tuturan Berbahasa Indonesia pada Acara Parpunguan
Masyarakat Mandailing Kota Jambi
20
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3 No. 1 April 2019
http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095
hari on di lehen tuhan tu hita dari bahasa balasannya di sisi Allah dan lebih baik
Batak Mandailing ke dalam tuturan menjadi harapan.
berbahasa Indonesia yang tidak sesuai
dengan kaidah dan aturan bahasa yang 5. Interferensi Berupa Kalimat
benar. Klausa potang di hari on di lehen Interferensi gramatikal berupa
tuhan tu hita tersebut dalam bahasa kalimat terdapat 3 tuturan dari 54 tuturan
Indonesia bermakna“Tuhan memberikan secara keseluruhan. Interferensi tersebut
kepada kita di sore hari ini ”. Agar tidak diantaranya dijelaskan sebagai berikut.
terjadi interferensi, tuturan tersebut dapat
a) “Nadong sms na, ih ma au pas
diperbaiki menggunakan bahasa Indonesia
mangajar da kan jadi pas au mulak tu
secara utuh menjadi ”Alhamdulillah Tuhan
bagas adong panggilan”.
memberikan kepada kita di sore hari ini
nikmat kesehatan, kesempatan dan
Artinya: Tidak ada sms, aku sedang
kemauan sehingga kita dapat berkumpul
mengajar ketika waktu pulang ke
sekaligus bersilaturahmi di dalam rangka
rumah ada panggilan.
acara keluarga Nasution di Kota Jambi”.
Pada tuturan tersebut, terdapat jenis
b) “Madung idokkon tuhan tai da
interferensi berupa kalimat. Menurut
inang“amalan yang kekal lagi solat itu
Kridalaksana (dalam Sudipa, dkk, 2011:1)
lebih baik balasannya di sisi Allah dan
“Interferensi adalah kesalahan bahasa
lebih baik menjadi harapan”.
berupa unsur bahasa sendiri yang dibawa
ke dalam dialek lain yang dipelajari”.
Artinya: Allah mengatakan kak:
Selanjutnya, menurut Arifin dan Tasai
amalan yang kekal lagi solat itu lebih
(2009:16) “Kalimat adalah satuan bahasa
baik balasannya di sisi Allah dan lebih
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
baik menjadi harapan. yang mengungkapkan pikiran yang utuh”.
Pada tuturan tersebut,terdapat jenis Interferensi tersebut terjadi karena
interferensi berupa klausa. Menurut masuknya kalimat Nadong sms na, ih ma
Alwasilah (dalam Aslinda dan Syafyahya, au pas mangajar da kan jadi pas au mulak
2007:66) “Interferensi berarti adanya tu bagas adong panggilan dari bahasa
saling pengaruh antar bahasa”. Adapun Batak Mandailing ke dalam tuturan
Menurut Rahardi (2009:71) “Klausa berbahasa Indonesia yang tidak sesuai
adalah satuan kebahasaan yang merupakan dengan kaidah dan aturan bahasa yang
gabungan kelompok kata yang setidaknya benar. Kalimat Nadong sms na, ih ma au
terdiri atas subjek dan predikat”. pas mangajar da kan jadi pas au mulak tu
Interferensi tersebut terjadi karena bagas adong panggilan dalam bahasa
masuknya klausa Madung idokkon tuhan Indonesia bermakna “Tidak ada sms nya,
tai da inang dari bahasa Batak Mandailing itulah aku waktu mengajarlah kan jadi
ke dalam tuturan berbahasa Indonesia yang waktu aku pulang ke rumah ada
tidak sesuai dengan kaidah dan aturan panggilan”. Untuk menghindari terjadinya
bahasa yang benar. Klausa Madung interferensi, penutur dari tuturan tersebut
idokkon tuhan tai da inang dalam bahasa dapat menggunakan bahasa Indonesia
Indonesia bermakna “Allah mengatakan secara utuh seperti: Tidak ada sms, aku
kak:”. Untuk menghindari terjadinya sedang mengajar ketika waktu pulang ke
interferensi, penutur dari tuturan tersebut rumah ada panggilan”. Hal ini terjadi
dapat menggunakan bahasa Indonesia akibat kemampuan penutur menggunakan
secara utuh seperti: Allah mengatakan kak: dua bahasa saat berkomunikasi.
amalan yang kekal lagi solat itu lebih baik
Interferensi Bahasa Batak Mandailing dalam Tuturan Berbahasa Indonesia pada Acara Parpunguan
Masyarakat Mandailing Kota Jambi
22
Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3 No. 1 April 2019
http://Aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara E-ISSN:2597-6095
2016.http://dikdaya.unbari.ac.id/inde
x.php/dikdaya/article/view/38
Rokhman, Fathur. (2013). Sosiolinguistik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sartini. (2008). .“Interferensi Penggunaan
Tanda Tanya Bahasa Jawa
terhadap Kalimat Tanya Bahasa
Indonesia dalam Proses Belajar
Mengajar Siswa Kelas II Jurusan
Penjualan SMK Harapan Tahun
Pelajaran 2007-2008”. Skripsi.
FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia.
Universitas Batanghari.
Siswantoro. (2010). Metode Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Suandi, Nengah. (2014). Sosiolinguistik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudipa, Nengah, dkk. (2011). Interferensi.
Bali: Udayana University Press.
Suhardi. (2013). Pengantar Linguistik
Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Sukoyo, Joko. (2011). Lingua Jurnal
Bahasa dan Sastra. Portal Garuda.
Vol. VII, 95-102.
(http://download.portalgaruda.org/j
ounal.php?jounal)
Interferensi Bahasa Batak Mandailing dalam Tuturan Berbahasa Indonesia pada Acara Parpunguan
Masyarakat Mandailing Kota Jambi
24