Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun dan dipresentasekan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akidah Akhlak
Semester I
Dosen pengampuh:
Disusun oleh:
ASMIAH (50800120092)
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “MENGENAL ALLAH”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengenal Allah itu hukumnya fardhu 'ain bagi tiap-tiap mukmin. Apabila
seseorang itu tidak mengenal Allah, segala amal baktinya tidak akan sampai kepada
Allah Swt. Mengenal Allah dapat kita lakukan dengan cara memahami sifat-sifat-Nya.
Kita tidak dapat mengenal Allah melalui zat-Nya, karena membayangkan zat Allah itu
adalah suatu perkara yang sudah di luar batas kesanggupan akal kita sebagai
makhluk Allah. Kita hanya dapat mengenal Allah melalui sifat-sifat-Nya. Tahukah
kamu tentang sifat-sifat Allah Swt.? Sifat-sifat Allah terdiri atas tiga sifat, yaitu sifat
wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz.1
Allah adalah tuhan yang wajib diimani oleh makhluk-nya.Untuk
menumbuhkan keimanan tentunya kita perlu mengenal Allah.Dalam ayat-ayat
Alqur’an, Allah tidak diperkenalkan sebagai sesuatu yang bersifat materi. Jika
dijelaskan dengan sifat materi berarti Ia berbentuk dan dibatasi oleh tempat.
Padahal, Allah adalah Tuhan yang tidak memerlukan sesuatu.Allah adalah Tuhan
yang memiliki keagungan tidak terbatas.
AL-Qur’an juga tidak memperkenalkan Allah sebagai zat nonmaterial yang
tidak dapat diberi sifat atau digambarkan dalam kenyataan sehingga sulit untuk
dijangkau oleh akal manusia. Jika Allah diperkenalkan dengan cara ini tentu hati
manusia tidak akan tenteram dan yakin karena akalnya tidak dapat memahami
hakikat-Nya.
Al-Qur’an ternyata menempuh cara pertengahan yaitu memperkenalkan
sifatsifat Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, Allah antara lain dikenal
dengan sifat dan asma Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Hidup, Maha
Berkehendak, Maha Menghidupkan, dan Mematikan, serta Yang bersemayam di atas
Arsy. Seluruh penjelasan tersebut akanmengantarkan kita pada pengenalan yang
dapat terjangkau oleh akal. Namun demikian AL-Qur’an juga tetap menyatakan
bahwa tidak ada yang serupa dengan Allah.2
B. Rumusan Masalah
1
file:///E:/Pendidikan-Agama-Kelas-4-Sepetember.pdf
2
http://dhikair.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sifat-wajib-Allah.html ( diakses tgl 13 okt 2020 )
1. Apa itu sifat – sifat Allah ?
2. Bagaimana sifat – sifat Allah yang mustahil ?
3. Apa urgensi mengenal Allah SWT ?
4. Bagaimana cara mengenal Allah SWT ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sifat-sifat Allah SWT.
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah.
Sifat-sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa
sifat kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga dipercayai
akan sifat Allah yang dua puluh dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil bagi
Allahsifat Allah terbagi 3 yaitu:3
1. Sifat wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada dzat Allah
sebagai kesempurnaan bagi-Nya. Allah adalah kholiq, dzat yang memiliki sifat
yang tidak mungkin sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh makhluk-Nya
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal ( wajib aqli) dan
berdasarkan dalil naqli ( Al Qur’an dan Hadits).
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-
sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat
kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah. Maka, wajib juga dipercayai akan sifat
Allah yang dua puluh dan perlu diketahui juga sifat yang mustahil bagi Allah. Sifat yang
mustahil bagi Allah merupakan lawan kepada sifat wajib.
3
Yunus,Muhammad.1997.Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Erlanga, hlm, 23
Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah. Sifat nafsiyah ini
hanya ada satu, yaitu Wujud (ada).
Salbiah
Sifat Salbiyah yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni sifat-sifat
yang tidak sesuai, tidak layak dengan kesempurnaan Dzat-Nya. Sifat salbiyah ini ada
lima, yaitu:
1. Qidam (dahulu)
2. Baqa’(kekal)
3. Mukhalafatul lil-hawadis (berbeda dengan yang baru)
4. Qiyamuhu bi nafsihi (berdiri sendiri)
5. Wahdaniyah (keesaan)
Ma’ani
Sifat Ma’ani yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat
ma’ani ada tujuh, yaitu:
1. Qudrah (berkuasa)
2. Iradat (berkehendak)
3. llmu (mengetahui)
4. Hayat (hidup)
5. Sama’ (mendengar)
6. Basar (melihat)
7. Kalam (berbicara)
Ma’nawiah
Sifat Ma’nawiyah adalah kelaziman dari sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak
dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat Ma’nawiyah.
Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu:
1. Qadiran ( Maha berkuasa)
2. Muridan (Maha berkehendak)
3. ‘Aliman (Maha mengetahui)
4. Hayyan (Maha hidup)
5. Sami’an (Maha mendengar)
6. Basiran (Maha melihat)
7. Mutakalliman (Maha berbicara)
C. Sifat-Sifat Wajib Allah
Sifat wajib Allah adalah sifat yang pasti ada pada Allah. Berikut dibawah ini adalah
sifat-sifat allah yang wajib :
Wujud (Ada)
Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan,
tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. Dalil Aqli sifat Wujud Adanya semesta
alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan adanya Allah, sebab tidak
masuk akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada yang membuatnya. Dalil
Naqli sifat Wujud “Allahlah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara
keduanya dalam (waktu) enam hari”. (QS. AS sajdah [32]:4)
Qidam (Terdahulu)
Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada
daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan. Dalil aqli sifat Qidam Seandainya
Allah tidak qodim, mesti Allah hadits, sebab tidak ada penengah antara qodim dan
hadits. Apabila Allah hadits maka mesti membutuhkan muhdits (yang membuat)
mislanya A, dan muhdits A mesti membutuhkan kepada Muhdits yang lain, misalnya
B. Kemudian muhdits B mesti membutuhkan muhdits yang lain juga, misalnya C.
Begitulah seterusnya. Apabila tiada ujungnya, maka dikatakan tasalsul (peristiwa
berantau), dan apabila yang ujung membutuhkan kepada Allah maka dikatan daur
(peristiwa berputar). Masing-masing dari tasalsul dan daur adalah mustahil menurut
akal. Maka setiap yang mengakibatkan tasalsul dan daur, yaitu hudutsnya Allah
adalah mustahil, maka Allah wajib bersifat Qidam. Dalil Naqli sifat Qidam “Dialah
yang awal dan yang akhir Yang zhohir dan yang bathin”. (QS. Al-Hadid [57]:3)
Baqa’(Kekal)
Allah Akan Kekal dan Abadi Selamanya, Kekalnya Allah SWT tidak
berkesudahan. Dalil Aqli sifat Baqa’ Seandainya Allah tidak wajib Baqo, yakni Wenang
Allah Tiada, maka tidak akan disifati Qidam. Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan
dari Allah berdasarkan dalil yang telah lewat dalam sifat Qidam. Dalil Naqli Sifat
Baqa’. “Tiap sesuatu akan binasa (lenyap) kecuali Dzat-nya”. (QS. Qoshos [28]:88)
Mukhalafatuhu Lilhawadith (berbeda dengan Ciptaannya/Makhluknya)
Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan- Nya.
Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama
dengan baju yang dibuat orang lain. Dalil Aqli sifat mukhalafah lil hawadits Apabila
diperkirakan Allah menyamai sekalian makhluknya, niscaya Allah dalah baru (Hadits),
sedangkan Allah baru adalah mustahil Dalil Naqli sifat mukhalafah lil hawadits “Tidak
ada sesuatu apapun yang serupa dengan dia, dan dia-lah yang maha mendengar lagi
maha melihat”. (QS. Asy-Syuro [42]:11)
Qiyamuhu Binafsihi (Allah Berdiri Sendiri)
Artinya Bahwa Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan
bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya
tidak ada yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya, Allah SWT menciptakan
alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun. Dalil
Aqli sifat Qiyamuhu Binafsihi Seadainya Allah membutuhkan dzat, niscaya Allah
adalah sifat, sebab hanya sifatlah yang selalu membutuhkan dzat, sedangkan dzat
selamanya tidak membutuhkan dzat lain untuk berdirinya. Dan apabila Allah “Sifat”
adalah mustahil, sebab apabila Allah “sifat”, maka Allah tidak akan disifati dengan
sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah, sedangkan sifat tersebut adalah termasuk sifat-sifat
yang wajib bagi Allah berdasarkan dalil-dalil tertentu. Berarti apabila Allah tidak
disifati dengan sifat Ma’ani dan Ma’nawiyah adalah salah (Bathil), dan batal pula
sesuatu yang mengakibatkannya, yaitu butuhnya Allah kepada dzat. Apabila batal
butuhnya Allah kepada dzat maka tetap Maha kaya (istighna)nya Allah dari dzat.
Seandainya Allah membutuhkan sang pncipta, niscaya Allah baru (Hadts), sebab yang
membutuhkan pencipta hanyalah yang baru sedangkan dzat qodim tidak
membutuhkannya. Dan mustahil Allah Hadits, karena segala sesuatu yang hadits
harus membutuhkan sang pencipta (mujid) yang kelanjutannya akan mengakibatkan
daur atau tasalul. Dalil Naqli Sifat Qiamuhu Binafsihi “Sesungguhnya Allah benar-
benar maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta”. (QS. Al Ankabut
[29]:6)
Wahdaniyyah (Tunggal/Esa)
Artinya adalah Bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, baik itu Esa
zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya. Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu
bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan
unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari
berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan
seterusnya.Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT
tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan
sombong.Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh
perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu.
Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan
melarang. Dalil Naqli “Seandainya di langit dan dibumi ada tuhan-tuhan selain Allah,
niscaya langit dan bumi akan rusak”. (QS. Al Anbiya [21]:22)
Qudrat (Berkuasa)
Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan
tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-
Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi.
Dalil Aqli sifat Qudrot. Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses penyusunan
dalilnya, jika Allah tidak berkemampuan niscaya Allah lemah(‘Ajzun), dan apabila
Allah lemah maka tidak akan mampu menciptakan makhluk barang sedikitpun. Dalil
Naqli sifat Qudrot “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-
Baqarah [2]:20)
Iradah (berkehendak)
Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa
ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun Apapun yang Allah
SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki
pasti tidak terjadi.Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit
manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila
manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu
tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan,
sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas. Dalil Aqli sifat Irodat.
Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seasndainya allah
tidak bersifat berkehendak niscaya bersifat terpaksa (karohah), dan allah bersifat
terpaksa adalah mustahil karena tidak akan disifati qudrot, akan tetapi tidak
disifatinya Allah dengan sifat qudrot adalah mustahil, sebab akanberakibat lemahnya
Alla, sedangkan lemahnya Allah adalah mustahi, karena tidak akan mampu membuat
makhluk barang sedikitpun. Dalil Naqli sifat Irodat. “Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki”. (QS. Hud[50]:107)
Ilmu (Mengetahui)
Artinya Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat
sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah
SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak
maupun yang gaib.Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun.
Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis
kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun
mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula.Kita sering kagum atas
kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub
akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah
kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT
kepada kita ?. Dalil Aqli sifat Ilmu Dalilnya adalah adanya alam semesta. Proses
penyusunan dalil, seandainya Allah tak berilmu niscaya tidak akan berkehendak,
sedangkan allah tidak berkehendak adalah mustahil, karena tidak akan disifati
qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan qudrot adalah mustahil, sebab akan
berakibat lemahnya Allah. Sedangkan lemahnya Allah adalah mustahil, karena tidak
akan mampu membuat barang makhluk sedikitpun. Dalil Naqli sifat Ilmu. “Dan dia
maha mengetahui segala sesuatu”. (QS.Al Hadid [57]:3 atau QS. Al Baqaroh [2]:29)
Hayat (Hidup)
Artinya Hidupnya Allah tidak ada yang menghidupkannya melainkan hidup
dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang
diciptakan-Nya. Contohnya : Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka
juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan
tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-
lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak. Dalil Aqli sifat
hayat Dalilnya adanya alam semesta. Proses penyusunan dalil, seandainya Allah tidak
hidup maka tidak akan disifati Qudrot, akan tetapi Allah tidak disifati dengan Qudrot
adalah mustahil, sebab akan berakibat lemahnya Allah, seangkan lemahnya Allah
adalah mustahil, karena tidak akan mampu membuat alam semesta. Dalil Naqli sifat
Hayat Firman Allah : “Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup yang tidak mati”.
(QS. Al- Furqon [25]:58)
Sama’ (Mendengar)
Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada
suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan
pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia.Pendengaran Allah SWT berbeda
dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh suatu apapun,
sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu. DALIL : ”Dan Allah-
lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” … (QS Al Maidah :76)
Basar ( Melihat )
Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan
Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak
dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat
oleh Allah SWT. DALIL:”Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” … (al-
Baqarah: 265). Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu
berhati- hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti
orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada
Allah SWT.
Kalam ( Berbicara / Berfirman )
Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak
sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra),
seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia.Allah SWT berbicara tanpa
menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat
sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan
kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. DALIL : ” Dan Allah berkata
kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas” (QS AnNisa’ :164). Oleh karena itu
kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-
kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah,
maka segeralah membaca istighfar.
Qadirun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan)
dalil:“Sesungguhnya Alllah berkuasa atas segala sesuatu“ (QS. Al Baqarah :20).
Muridun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap
sesuatu) Ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia. DALIL“Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Melaksanakan apa yang Dia kehendaki“ … (QS. Hud :107)
‘Alimun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu).
Mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, Allah pun
dapat mengetahui isi hati dan pikiran manusia. DALIL:“Dan Alllah Maha Mengetahui
sesuatu“ … (QS. An Nisa’ :176)
Hayyun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup).
Allah adalah Dzat Yang Hidup, Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur
ataupun lengah. DALIL:“Dan bertakwalah kepada Allah yang hidup kekal dan yang
tidak mati“ (QS. Al Furqon :58)
Sami’un Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar).
Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.
dalil:“Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui“ … (QS. Al Baqoroh :256).
Basirun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap- tiap yang Maujudat
( Benda yang ada ).
Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berbuat
baik. dalil: “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“ … (QS. Al Hujurat :18)
Kaunuhu Mutakallimun Yaitu (Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata, Allah tidak
bisu) Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al Quran. Bila Al Quran menjadi
pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah swt.
Huduts
Fana’
Mumathalatuh Lilhawadith
Qiyamuhu Bighairi
Artinya berdiri dengan yang lain dan membutuhkan pertolongan yang lain.
Ta’addud
Ajzun
Karahah
Artinya terpaksa dan tidak atas kehendak sendiri atau tidak berkemauan.
Jahlun
Maut
Artinya mati.
Shamamun
Ama
Bakamun
Kaunuhu ‘Ajizan
Kaunuhu Karihan
Kaunuhu Mayyitan
Kaunuhu Ashamma
Kaunuhu ‘Ama
Kaunuhu Abkama
4
https://medium.com/ ( diakses 7 november)
C. Urgensi mengenal Allah SW.
Allah sudah kita sebut berkali-kali dalam pembahasan tentang syahadatain. Bahkan
kata-kata ini sudah demikian akrab dengan telinga dan lidah kita. Akan tetapi pernahkah kita
mengukur sejauh mana pengenalan kita kepada-Nya? Cukupkah mengenalnya dengan
mengetahui dan menghafal nama-nama dan sifat-sifat-Nya di luar kepala? Mengetahui dan
menghafalnya merupakan sebagian dari pengenalan kita kepada Allah akan tetapi ada yang
lebih penting yaitu bagaimana sikap kita selanjutnya. Pengenalan yang sesungguhnya adalah
apabila pengetahuan kita tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah itu kemudian dibarengi
dengan pensikapan yang benar dan proposional. Ma’rifah yang benar sebagaimana
diungkapkan oleh Imam Ibnu Qoyyim ra. Dalam Al-Fawaid adalah pengenalan yang dapat
menimbulkan perasaan malu, kecintaan, keterikatan hati, kerinduan, taubat, kedekatan, dan
hanya berharap kepada-Nya. Ketika ada orang bergegas menyambut saat mendengar
panggilan-Nya, dapat dipastikan bahwa ia mengenal Allah dengan baik. Demikian itu karena
dengan menyambut panggilan-Nya ia dapat berdialog dengan-Nya, mengadukan persoalan-
persoalan yang dihadapi, lalu memohon pertolongan-Nya hingga setelah itu ia mendapatkan
pencerahan. Para salafus shalih dahulu selalu berupaya mengenal Allah secara lebih dalam
dan meningkatkan pengenalan mereka kepada-Nya dengan berbagai cara. Hal itu mereka
lakukan karena mereka merasa bahwa semakin dikaji dan dikenali, semakin banyak
keagungan Allah yang tersingkap, semakin besar cinta dirasakan, semakin besar harapan
kepada-Nya, semakin besar rasa takut kepada-Nya. Seseorang yang merasa cukup dengan
makrifah yang dicapainya maka sebatas itulah yang ia gapai, padahal problematika hidup
seringkali menurunkan makrifah tersebut.
Mengenal Allah menjadi sangat urgen bagi seorang hamba karena berbagai alasan:
1. Karena yang akan kita kenali adalah Pencipta semesta alam yang telah menguasai
manusia dan menyiapkan untuknya segala kebutuhan di langit dan di bumi;
menciptakan malaikat –di antaranya adalah malaikat penjaga yang selalu setia
menjalankan tugas melindungi manusia; menciptakan hewan, tumbuhan, dan makhluk-
makhluk lain yang kesemuanya ditundukkan untuk manusia; serta yang mendengar
pengaduan hamba-Nya saat ia menghadapi kesulitan lalu menyelesaikan persoalannya
dengan arif dan bijaksana. Dzat seperti itulah yang menjadi tema sentral dalam
pembahasan ini.
2. Berbagai dalil (baik dalil fitri, naqli, maupun aqli) telah membuktikan keberadaan, sifat-
sifat, dan nama-nama-Nya, secara jelas dan tak terbantahkan.
3. Manfaat dan pengaruhnya yang sangat besar yaitu meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan. Pengaruh ini akan terasakan dalam diri insan beriman di dunia:
a. Kemerdekaan yang sebenarnya. Jiwanya senantiasa hanya berharap dan takut kepada
Allah sehingga tidak ada yang dapat menguasainya.
b. Ketenteraman yang sejati. Seorang mukmin akan selalu yakin bahwa Allah telah
menjamin kehidupannya dan melindungi keselamatannya.
c. Keberkahan dari Allah. Setiap amalnya senantiasa diridhoi, didekatkan, dan dicintai Allah.
e. (Di akhirat) ia akan mendapatkan surga dan syafaat dan keridhaan Allah. 5
Mengenal Allah merupakan suatu keharusan bagi setiap orang yang beriman,karena
merupakan syariat dari kekuatan iman seseorang.Allah telah mengisyaratkan dan mengajak
hamba-Nya untuk mengeal diri-Nya sebagaimana firman-Nya yang menyebutkan:
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang memilliki akal”.(QS. Alli ‘imran:190). 6
Dalam mengenal Allah ada empat cara yaitu mengenal wujud Allah,
mengenal Rububiyah Allah, mengenal Uluhiyah Allah, serta mengenal Nama- nama
dan Sifat-sifat Allah. Keempat cara ini telah disebutkan Allah di dalam Al Qur’an dan
di dalam As Sunnah.7
Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa fitrah seseorang mengakui adanya
Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya.
Adapun bukti syari’at, kita menyakini bahwa syari’at Allah yang dibawa para Rasul yang
mengandung maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syari’at itu datang
dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana.
Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas
mengingatkan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan
sedikitpun kepada selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata.
KESIMPULAN
Sifat-sifat Allah adalah sifat sempurna yang yang tidak terhingga bagi Allah. Sifat-
sifat Allah wajib bagi setiap muslim mempercayai bahwa terdapat beberapa sifat
kesempurnaan yang tidak terhingga bagi Allah.
Dalam mengenal Allah ada empat cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal
Rububiyah Allah, mengenal Uluhiyah Allah, serta mengenal Nama- nama dan
Sifat-sifat Allah. Keempat cara ini telah disebutkan Allah di dalam Al Qur’an dan
di dalam As Sunnah.
Daftar pustaka
file:///E:/Pendidikan-Agama-Kelas-4-Sepetember.pdf
http://dhikair.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sifat-wajib-Allah.html ( diakses tgl 13 okt 2020 )
https://medium.com/ ( diakses 7 november)
https://rasmulbayantarbiyah.wordpress.com/ (diakses tgl 7 november )
https://www.google.com/amp/s/anggadarkprince.wordpress.com/makalah-cara-mengenal-Allah/amp/
diakses tgl 13 okt)
https://m.merddeka.com/jatim/4-cara-mengenal-Allah-sereta-dalilnya-kln.html (diakses tgl 13 okt)
Yunus,Muhammad.1997.Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Erlanga, hlm, 23