Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN SANKSI DENDA TERHADAP

KASUS PERSEKONGKOLAN TENDER JALAN NASIONAL


Kajian Putusan Nomor 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015

IMPOSING OF FINANCIAL PENALTIES AGAINST


THE CONSPIRATION CASE OF NATIONAL ROAD TENDER

An Analysis of Decision Number 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015

Asmah
Fakultas Hukum Universitas Sawerigading Makassar
Jl. Kandea 1 No. 27 Makassar 90156
Email: asmahunsa@yahoo.co.id

Naskah diterima: 21 Oktober 2017; revisi: 2 Mei 2019; disetujui 19 Agustus 2019

http://dx.doi.org/10.29123/jy.v12i2.280

ABSTRAK dan Putusan Nomor 09/KPPU-L/2013 yang menyatakan


bahwa terlapor telah terbukti memenuhi unsur-unsur
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam
Pasal 22 Undnag-Undang Nomor 5 Tahun 1999 terkait
Putusan Nomor 09/KPPU-L/2013 menyatakan bahwa
persekongkolan tender, sehingga merefleksikan nilai-
terlapor I, terlapor II, terlapor III, terlapor IV, terlapor
nilai dan norma-norma yang terkandung dalam proses
V, terlapor VI, terlapor VII, terlapor VIII, terlapor IX,
penegakan hukum di bidang persaingan usaha, dengan
dan terlapor X terbukti secara sah dan meyakinkan
memberikan jaminan kesempatan berusaha yang sama
melakukan persekongkolan tender. Pengadilan Negeri
bagi setiap pelaku usaha melalui pencegahan terjadinya
Makassar menjatuhkan Putusan Nomor 238/PDT.
praktik persekongkolan tender.
SUS-KPPU/2014/PN.MKS yang amarnya menolak
permohonan keberatan para pemohon. Pada tingkat Kata kunci: sanksi, persekongkolan, KPPU.
kasasi, Mahkamah Agung dalam Putusan Nomor 430
K/PDT.SUS-KPPU/2015 menguatkan Putusan Nomor
ABSTRACT
238/PDT.SUS-KPPU/2014/PN.MKS dan Putusan
Nomor 09/KPPU-L/2013. Rumusan masalah penelitian The Business Competition Supervisory Commission
ini adalah bagaimana analisis penerapan sanksi hukum (KPPU) in Decision Number 09/KPPU-L/2013 states
dalam kasus persekongkolan tender pada Putusan that reported party I up to reported party X were proven
Nomor 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015 tingkat kasasi legally and convincingly to conduct tender conspiracy.
di Mahkamah Agung. Metode yang digunakan adalah Makassar District Court imposed Decision Number
normatif empiris. Kesimpulan penelitian ini adalah 238/PDT.SUS-KPPU/2014/PN.MKS that refused the
pertimbangan hakim pada Putusan Nomor 430 K/PDT. petition of petitioners’ objections. At the cassation level,
SUS-KPPU/2015, yang pada dasarnya menguatkan the Supreme Court in Decision Number 430 K/PDT.
Putusan Nomor 238/PDT.SUS-KPPU/2014/PN.MKS SUS-KPPU/2015 reinforces Decision Number 238/

Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 197
PDT.SUS-KPPU/2014/PN.MKS and Decision Number KPPU/2014/PN.MKS and KPPU Decision Number
09/KPPU-L/2013. The formulation of this research 09/KPPU-L/2013, which states that the reported party
problem is how the analysis of the application of legal has been proven to fulfill the elements of Article 22
sanctions in the case of tender conspiracy in Decision of Law 5 of 1999 related to the tender conspiracy. So
Number 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015 cassation that it reflects, the values and norms that contained in
level in the Supreme Court. The method used in this the process of law enforcement in the field of business
analysis is normative. The conclusion of this research competition, by providing guarantees of equal business
is that consideration of the judge on the Decision of the opportunities for each business actor through the
Supreme Court Number 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015 prevention of the practice of tender conspiracy.
that reinforces Decision Number 238/PDT.SUS-
Keywords: sanctions, conspiracy, KPPU.

I. PENDAHULUAN Komisi Pengawas Persaingan Usaha


A. Latar Belakang (KPPU) sebagai lembaga yang berwenang
melakukan penanganan terhadap pelanggaran
Program pembangunan di bidang ekonomi
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999,
dan kesejahteraan masyarakat umum merupakan
telah menerima laporan dari masyarakat tentang
hal yang sedang giat dilakukan oleh pemerintah
adanya persekongkolan tender pada Satuan Kerja
saat ini. Penghidupan dan sarana utama masyarakat
Pelaksanaan Jalan Nasional Provinsi Sulawesi
dilakukan pembangunan infrastruktur, baik jalan
Barat Tahun Anggaran 2012.
utama maupun jalan penghubung untuk akses
masyarakat, sehingga pemerataan ekonomi Persekongkolan tender tersebut dilakukan
dapat terlaksana secara merata dan dampaknya oleh terlapor I (Pokja Pengadaan Wilayah I),
dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan. terlapor II (Pokja Pengadaan Wilayah II), terlapor
III (PT P), terlapor IV (PT AU), terlapor V (PT
Salah satu provinsi yang turut melakukan
USS), terlapor VI (PT SJP), terlapor VII (PT
pembangunan infrastruktur adalah Provinsi
BBI), terlapor VIII (PT PJ), terlapor IX (PT LGP),
Sulawesi Barat. Sebagai provinsi yang baru
dan terlapor X (PT DIPM) pada Tender Pekerjaan
dibentuk oleh pemerintah pusat, pengerjaan
Pelebaran Jalan pada Balai Besar Pelaksanaan
dan pengembangan jalan nasional merupakan
Jalan Nasional VI Makassar Direktorat Jenderal
hal yang harus dilakukan demi tercapainya
Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum
akses ekonomi bagi masyarakat. Hal baik yang
Tahun Anggaran 2012.
mestinya dilakukan menjadi tercederai dengan
adanya pelanggaran terhadap Undang-Undang Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Tahun 1999 berbunyi: “Pelaku usaha dilarang
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur
(Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999) pada dan atau menentukan pemenang tender sehingga
tender pekerjaan pelebaran jalan pada Balai dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI Makassar usaha tidak sehat.” Dalam perspektif KPPU,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian persekongkolan tender adalah bagian dari
Pekerjaan Umum Tahun Anggaran 2012. empat jenis praktik hardcore cartel, yaitu

198 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 197 - 214


persekongkolan tender, pembagian wilayah, diajukan oleh para pemohon kasasi (para terlapor
pengaturan suplai, serta pengaturan harga. Sejak dalam Putusan Nomor 09/KPPU-L/2013)
tahun 2000 sampai dengan 2015, telah ada 152 tersebut ditolak dengan Putusan Nomor 430 K/
kasus persekongkolan tender yang dilaporkan PDT.SUS-KPPU/2015.
dan diperiksa serta diputus oleh KPPU. Dari 152
Berdasarkan Putusan Nomor 430 K/PDT.
kasus tersebut, 126 di antaranya terdapat instansi
SUS-KPPU/2015 pada tingkat kasasi, telah
pemerintah sebagai pihak terlapor (KPPU, 2017:
menguatkan Putusan Nomor 09/KPPU-L/2013.
216).
Namun putusan tersebut tidak membuat para
Berdasarkan dugaan pelanggaran yang pelaku usaha yang dinyatakan telah bersalah
dilakukan para terlapor, KPPU menjatuhkan oleh KPPU menyerah. Para pelaku usaha
Putusan Nomor 09/KPPU-L/2013 yang tersebut kembali mengajukan upaya hukum
menyatakan bahwa para terlapor terbukti peninjauan kembali. Hasilnya, Mahkamah Agung
secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal menyatakan menolak permohonan pemeriksaan
22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, dan peninjauan kembali dari para pemohon yang
menghukum terlapor III membayar denda sebesar termuat dalam Putusan Nomor 117 PK/PDT.
Rp10.108.000.000,-; terlapor IV membayar denda SUS-KPPU/2016.
sebesar Rp4.234.575.000,-; terlapor V membayar
Mahkamah Agung pada pertimbangan
denda sebesar Rp3.680.300.000,-; terlapor VI
hukumnya menyatakan bahwa alasan-alasan
membayar denda sebesar Rp3.438.900.000,-
peninjauan kembali tidak dapat dibenarkan karena
terlapor VII membayar denda sebesar
tidak ditemukan adanya kekhilafan hakim dalam
Rp3.296.475.000,-; terlapor VIII membayar
putusan judex juris, dan bukti baru yang diajukan
denda sebesar Rp2.128.650.000,-; terlapor IX
tidak bersifat menentukan. Selain itu di antara
membayar denda sebesar Rp2.932.500.000,-
para peserta lelang/para pemohon peninjauan
dan terlapor X membayar denda sebesar
kembali terbukti adanya hubungan kekerabatan,
Rp1.000.000.000,-.
dan dokumen-dokumen mengandung kesamaan
Pihak pelaku usaha yang telah dinyatakan dan dipersiapkan oleh orang tidak sah, sehingga
secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal terbukti adanya persekongkolan.
22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Putusan ini semakin membuktikan
mengajukan banding ke Pengadilan Negeri
dan mempertegas komitmen KPPU dalam
Makassar. Terhadap keberatan tersebut,
menegakkan dan menjaga pelaksanaan hukum
Pengadilan Negeri Makassar menjatuhkan
persaingan usaha yang sehat. Putusan Nomor
Putusan Nomor 238/PDT.SUS-KPPU/2014/
09/KPPU-L/2013 telah dikuatkan mulai dari
PN.MKS yang amarnya menolak permohonan
tingkat banding, kasasi, dan peninjauan kembali.
keberatan para pemohon. Tidak sampai di situ,
Dalam tulisan ini peneliti akan berfokus pada
para pelaku usaha tersebut melanjutkan upaya
pertimbangan hakim yang menguatkan putusan
hukum kasasi, karena Putusan Pengadilan Negeri
banding dari pelaku usaha di pengadilan negeri
Makassar kurang cukup mempertimbangkan
dan putusan KPPU.
fakta dan alasan-alasan keberatan para pemohon.
Pada tingkat kasasi, permohonan kasasi yang

Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 199
B. Rumusan Masalah akhirnya didistribusikan kepada masyarakat.
Kekuasaan negara begitu kuat sehingga sangat
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rawan terhadap bentuk-bentuk penyelewengan
penulis merumuskan rumusan masalah yakni
kewenangan (abuse of power policy) (Suharsil &
apakah pertimbangan hakim dalam Putusan
Mohammad, 2010: 14).
Nomor 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015 sudah tepat
ditinjau dari perspektif persaingan usaha? Setiap pelanggaran atas hukum
persaingan dapat mengakibatkan hilangnya
C. Tujuan dan Kegunaan kesejahteraan dari sebagian konsumen dan atau
pelaku usaha. Persaingan usaha yang sehat
Tujuan penelitian untuk mengetahui sangat dibutuhkan, maka dibentuklah hukum
pertimbangan hakim dalam Putusan Nomor 430 yang mengatur persaingan usaha, yaitu
K/PDT.SUS-KPPU/2015 sudah tepat ditinjau seperangkat aturan hukum yang mengatur
dari perspektif persaingan usaha. Adapun mengenai segala aspek yang berkaitan dengan
kegunaan penelitian ini dapat menjadi bahan persaingan usaha, yang mencakup hal-
referensi bagi lembaga peradilan secara umum, hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang
dan KPPU secara khusus dalam pengenaan dilarang dilakukan oleh pelaku usaha (Prasetyo,
sanksi terhadap larangan persekongkolan tender Saptono & Tobing, 2016: 2).
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
1. Persekongkolan
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
a. Konsep Persekongkolan Tender

D. Tinjauan Pustaka Istilah persekongkolan di semua kegiatan


masyarakat hampir selalu berkonotasi negatif.
Kegiatan usaha yang terus-menerus Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diselenggarakan oleh masing-masing orang, persekongkolan berasal dari kata sekongkol,
mendorong dan melahirkan suatu persaingan artinya orang yang serta berkomplot melakukan
usaha antar pelaku usaha seyogianya terjadi kejahatan, kecurangan, dan sebagainya.
sebagai conditio sine qua non, atau persyaratan Persekongkolan yakni bersekutu, bersepakat
mutlak bagi terselenggaranya ekonomi pasar, melakukan kejahatan (Suharso & Ana, 2013:
dan dapat dimungkinkan terjadi persaingan tidak 467). Persekongkolan tender termasuk salah satu
sehat (Puspaningrum, 2013: 21). Permasalahan perbuatan yang dianggap merugikan negara,
persaingan usaha di Indonesia pada masa orde karena terdapat unsur manipulasi harga penawaran,
baru belum mendapat perhatian yang serius dari dan cenderung menguntungkan pihak yang terlibat
pemerintah dalam merumuskan kebijakan anti dalam persekongkolan (Asmah, 2017: 117).
monopoli. Fakta di masa lampau menunjukkan
bahwa rezim orde baru telah melakukan monopoli Persekongkolan tender (atau kolusi tender)
alokasi serta dis­­tribusi sumber daya ekonomi yang terjadi ketika pelaku usaha, yang seharusnya
dikuasainya. Melalui berbagai langkah kebijakan bersaing secara tertutup, bersekongkol untuk
yang dikeluarkannya, negara menentukan alokasi menaikkan harga atau menurunkan kualitas
modal, kredit, konsesi, serta lisensi yang pada barang atau jasa untuk para pembeli yang ingin

200 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 197 - 214


memperoleh produk atau jasa melalui suatu Pasal 23
proses pengadaan. Organisasi publik dan swasta Pelaku usaha dilarang bersekongkol
dengan pihak lain untuk mendapatkan
sering bergantung kepada suatu proses yang informasi kegiatan usaha pesaingnya yang
kompetitif untuk memperoleh hasil terbaik diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan
dengan dana yang tersedia. Harga rendah dan/ sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat.
atau produk yang lebih baik diinginkan karena
mereka menghasilkan sumber daya yang dihemat Pasal 24
Pelaku usaha dilarang bersekongkol
atau dikurangi untuk digunakan pada barang dan dengan pihak lain untuk menghambat
jasa lainnya. produksi dan atau pemasaran barang
dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya
Proses yang kompetitif dapat menghasilkan dengan maksud agar barang dan atau jasa
yang ditawarkan atau dipasok di pasar
harga yang lebih rendah atau kualitas dan inovasi bersangkutan menjadi berkurang baik dari
yang lebih baik, hanya ketika para perusahaan jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu
tersebut bersaing murni (sebagai contoh, yang dipersyaratkan.
menetapkan persyaratan dan kondisi secara jujur Adanya jaminan kepastian hukum
dan berdiri sendiri). Persekongkolan dalam tender
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
dapat menjadi merusak apabila ia memengaruhi 1999 diharapkan dapat mencegah praktik-praktik
pengadaan publik. Persekongkolan tersebut monopoli dan persaingan usaha tidak sehat,
mengambil sumber daya dari para pembeli dan sehingga tercipta efektivitas dan efisiensi dalam
pembayar pajak, mengurangi kepercayaan publik kegiatan usaha yang meningkatkan efisiensi
dalam proses yang kompetitif, dan mengurangi nasional sebagai salah satu upaya meningkatkan
manfaat suatu pasar yang kompetitif (Lubis et al.,
kesejahteraan rakyat. Dengan terciptanya
2009: 209). persaingan usaha yang sehat akan memberikan
daya tarik kepada para penanam modal baik
b. Pengaturan Persekongkolan Tender dalam negeri maupun asing untuk menanamkan
modalnya, dan dengan adanya penanaman modal
Pasal 1 huruf h Undang-Undang Nomor
yang masuk ke Indonesia tentu dapat membuka
5 Tahun 1999 menyatakan persekongkolan atau
peluang kerja baru dan berpotensi mengurangi
konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang
jumlah pengangguran yang pada kenyataannya
dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku
terus meningkat (Paendong, 2017: 52).
usaha lain dengan maksud untuk menguasai
pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku
usaha yang bersekongkol. Lebih lanjut Undang- c. Unsur-Unsur Persekongkolan Tender
Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengatur tentang Pemenuhan unsur Pasal 22 Undang-
persekongkolan pada pasal: Undang Nomor 5 Tahun 1999 terdiri dari:
Pasal 22
Pelaku usaha dilarang bersekongkol 1) Unsur Pelaku Usaha
dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga Pengertian pelaku usaha dalam Pasal
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 5
usaha tidak sehat.
Tahun 1999 adalah orang perorangan

Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 201
atau badan usaha, baik yang berbentuk bahwa tindakan tersebut dilakukan
badan hukum atau bukan badan hukum untuk mengatur dalam rangka
yang didirikan dan berkedudukan atau memenangkan peserta tender
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum tertentu.
negara Republik Indonesia, baik sendiri
g. Pemberian kesempatan eksklusif
maupun bersama-sama melalui perjanjian,
oleh penyelenggara tender atau pihak
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha
terkait secara langsung maupun
dalam bidang ekonomi.
tidak langsung kepada pelaku usaha
2) Unsur Bersekongkol yang mengikuti tender, dengan cara
melawan hukum.
Pengertian bersekongkol dalam Peraturan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha 3) Unsur Pihak Lain
Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pedoman
Menurut Pedoman Pasal 22, yang dimaksud
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
dengan unsur pihak lain adalah “para pihak
1999 tentang Larangan Persekongkolan
(vertikal dan horizontal) yang terlibat
dalam Tender (Pedoman Pasal 22) adalah
dalam proses tender yang melakukan
kerjasama yang dilakukan oleh pelaku
persekongkolan tender baik pelaku usaha
usaha dengan pihak lain atas inisiatif
sebagai peserta tender dan atau subjek
siapapun dan dengan cara apapun dalam
hukum lainnya yang terkait dengan tender
upaya memenangkan peserta tender
tersebut.” Adapun yang dimaksud dengan
tertentu; menurut Pedoman Pasal 22, unsur
pihak lain dalam perkara ini adalah para
bersekongkol tersebut dapat berupa:
pihak secara horizontal yang merupakan
a. Kerjasama antara dua pihak atau pelaku usaha sebagai peserta tender, maupun
lebih. pihak lain secara horizontal dan pihak lain
secara vertikal yaitu penyelenggara tender
b. Secara terang-terangan maupun
yang merupakan subjek hukum lainnya
diam-diam melakukan tindakan
yang terkait dengan tender.
penyesuaian dokumen dengan
peserta lainnya. 4) Unsur Mengatur dan atau Menentukan
Pemenang Tender
c. Membandingkan dokumen tender
sebelum penyerahan. Menurut Pedoman Pasal 22, mengatur dan
atau menentukan pemenang tender adalah
d. Menciptakan persaingan semu.
“suatu perbuatan para pihak yang terlibat
e. Menyetujui dan atau memfasilitasi dalam proses tender secara bersekongkol
terjadinya persekongkolan. yang bertujuan untuk menyingkirkan
pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan/
f. Tidak menolak melakukan suatu
atau untuk memenangkan peserta tender
tindakan meskipun mengetahui
tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan
atau sepatutnya mengetahui
dan atau penentuan pemenang tender

202 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 197 - 214


tersebut antara lain dilakukan dalam hal pemberi pekerjaan. Persekongkolan ini dapat
penetapan kriteria pemenang, persyarataan terjadi dalam bentuk panitia tender atau panitia
teknik, keuangan, spesifikasi, proses tender, lelang atau pengguna barang dan jasa atau
dan sebagainya.” pemilik atau pemberi pekerjaan bekerja sama
dengan salah satu atau beberapa peserta tender.
5) Unsur Dapat Mengakibatkan Terjadinya
Persaingan Usaha Tidak Sehat Gabungan persekongkolan horizontal
dan vertikal, merupakan persekongkolan antara
Menurut Pasal 1 angka 6 dan Pedoman
panitia tender atau panitia lelang atau pengguna
Pasal 22, persaingan usaha tidak sehat
barang dan jasa atau pemilik atau pemberi
adalah “persaingan antar pelaku usaha
pekerjaan dengan pelaku usaha atau penyedia
dalam menjalankan kegiatan produksi
barang dan jasa. Persekongkolan ini dapat
dan atau pemasaran barang dan atau jasa
melibatkan dua atau tiga pihak yang terkait dalam
yang dilakukan dengan cara tidak jujur
proses tender.
atau melawan hukum atau menghambat
persaingan usaha.”
e. Sanksi Kegiatan Persekongkolan Tender

d. Jenis Persekongkolan Tender Persekongkolan atau konspirasi usaha


adalah bentuk kerjasama yang dilakukan
Persekongkolan tender menurut Pedoman
oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha
Pasal 22 tentang Larangan Persekongkolan Tender
lain dengan maksud untuk menguasai pasar
(KPPU, 2017: 10-12), dapat dibedakan menjadi
bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha
tiga jenis, yaitu: persekongkolan horizontal,
yang bersekongkol (Pasal 1 huruf h Undang-
persekongkolan vertikal, dan gabungan antara
Undang Nomor 5 Tahun 1999). Pada pemberian
persekongkolan vertikal dan horizontal.
sanksi sebagaimana hakikatnya suatu aturan
Penjelasan mengenai jenis dari persekongkolan
yang hadir di tengah masyarakat diharapkan
tender tersebut yaitu:
lebih komprehensif, terutama berkaitan dengan
Persekongkolan horizontal, merupakan pengaturan persaingan usaha yang tertuang
persekongkolan yang terjadi antara pelaku dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999.
usaha atas penyedia barang dan jasa dengan Bukan berarti aturan-aturan terdahulu tidak baik,
sesama pelaku usaha atau penyedia barang namun secara pragmatis batasan-batasan yuridis
dan jasa pesaingnya. Persekongkolan ini dapat terhadap praktik bisnis yang tidak sehat sifatnya
dikategorikan sebagai persekongkolan dengan lebih sektoral sehingga konsep untuk memenuhi
menciptakan persaingan semu di antara peserta berbagai sasaran perlindungan hukum persaingan
tender. usaha (Meyliana, 2013: 35).

Persekongkolan vertikal, merupakan Sanksi yang diatur dalam Undang-


persekongkolan yang terjadi antara salah satu Undang Nomor 5 Tahun 1999 terdiri dari
atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang tindakan administratif, pidana pokok, dan pidana
dan jasa dengan panitia tender atau panitia lelang tambahan, yaitu:
atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau

Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 203
Tindakan Administratif serendah-rendahnya Rp5.000.000.000,-
Pasal 47 (lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi Rp25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar
berupa tindakan administratif terhadap rupiah), atau pidana kurungan pengganti
pelaku usaha yang melanggar ketentuan denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
undang-undang ini. (3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41
(2) Tindakan administratif sebagaimana undang-undang ini diancam pidana denda
dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,-
a. penetapan pembatalan perjanjian (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah),
4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, atau pidana kurungan pengganti denda
dan Pasal 16; dan atau selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
b. perintah kepada pelaku usaha untuk
menghentikan integrasi vertikal Pidana Tambahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 49
14; dan atau Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab
c. perintah kepada pelaku usaha untuk Undang-undang Hukum Pidana, terhadap
menghentikan kegiatan yang terbukti pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat
menimbulkan praktik monopoli dan dijatuhkan pidana tambahan berupa:
atau menyebabkan persaingan usaha a. pencabutan izin usaha; atau
tidak sehat dan atau merugikan b. larangan kepada pelaku usaha yang telah
masyarakat; dan atau terbukti melakukan pelanggaran terhadap
d. perintah kepada pelaku usaha untuk undang-undang ini untuk menduduki
menghentikan penyalahgunaan posisi jabatan direksi atau komisaris sekurang-
dominan; dan atau kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-
e. penetapan pembatalan lamanya 5 (lima) tahun; atau
atas penggabungan atau c. penghentian kegiatan atau tindakan tertentu
peleburan badan usaha dan yang menyebabkan timbulnya kerugian
pengambilalihan saham sebagaimana pada pihak lain.
dimaksud dalam Pasal 28; dan atau
f. penetapan pembayaran ganti rugi;
dan atau 2. Komisi Pengawas Persaingan Usaha
g. pengenaan denda serendah-
rendahnya Rp1.000.000.000,- (satu Komisi Pengawas Persaingan Usaha
miliar rupiah) dan setinggi-tingginya (KPPU) adalah lembaga yang tepat untuk
Rp25.000.000.000,- (dua puluh lima
miliar rupiah). menyelesaikan persoalan persaingan usaha yang
mempunyai peran multifunctional dan keahlian
Pidana Pokok
Pasal 48 sehingga dianggap mampu menyelesaikan dan
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, mempercepat proses penanganan perkara (Rokan,
Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16 2010: 264). KPPU sebagai lembaga penegak
sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal
27, dan Pasal 28 diancam pidana denda hukum persaingan, memiliki kewenangan untuk
serendah-rendahnya Rp25.000.000.000,- menjatuhkan sanksi tindakan administratif dalam
(dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi rangka mencegah dan/atau mengembalikan
tingginya Rp100.000.000.000,- (seratus
miliar rupiah), atau pidana kurungan kesejahteraan yang hilang tersebut (Usman, 2013:
pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) 208). KPPU memiliki beberapa kewenangan di
bulan.
antaranya yaitu:
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5
sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal a. Menerima laporan dari masyarakat
20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 dan atau dari pelaku usaha tentang
undang-undang ini diancam pidana denda dugaan terjadinya praktik monopoli

204 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 197 - 214


dan atau persaingan usaha tidak untuk mencari atau menemukan masalah isu
sehat. hukum dan permasalahan hukum yang ada. Hasil
b. Melakukan penelitian tentang dugaan dari penelitian ini adalah memberikan preskripsi
adanya kegiatan usaha dan atau mengenai isu hukum yang diajukan. Pendekatan
tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik yang digunakan dalam penelitian hukum
monopoli dan atau persaingan usaha ini adalah pendekatan perundang-undangan
tidak sehat. (statute approach), diperlukan guna mengkaji
c. Melakukan penyelidikan dan lebih lanjut mengenai landasan hukum dengan
atau pemeriksaan terhadap menelaah undang-undang dan regulasi yang
kasus dugaan praktik
monopoli dan atau persaingan usaha bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
tidak sehat yang dilaporkan oleh ditangani (Marzuki, 2014: 133), serta pendekatan
masyarakat atau oleh pelaku usaha atau
konseptual (conceptual approach) yaitu beranjak
menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin
sebagaimana dimaksud yang berkembang di dalam ilmu hukum. Peneliti
huruf e dan huruf f, yang
tidak bersedia memenuhi panggilan akan menemukan ide-ide yang melahirkan
Komisi. pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep
d. Meminta keterangan dari instansi hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan
pemerintah dalam kaitannya dengan isu yang dihadapi (Marzuki, 2014: 135).
penyelidikan dan atau pemeriksaan
terhadap pelaku usaha yang
melanggar ketentuan undang-undang III. HASIL DAN PEMBAHASAN
ini.
Penjelasan Pasal 22 Undang-Undang
e. Mendapatkan, meneliti,
dan atau menilai surat Nomor 5 Tahun 1999 menyebutkan bahwa
dokumen, atau alat bukti lain tender adalah tawaran mengajukan harga untuk
guna penyelidikan dan atau memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan
pemeriksaan.
barang-barang atau untuk menyediakan jasa.
f. Memutuskan dan menetapkan ada atau Dalam hal ini tidak disebut jumlah yang
tidak adanya kerugian di pihak pelaku
usaha lain atau masyarakat. mengajukan penawaran oleh beberapa atau oleh
pelaku usaha dalam hal penunjukan langsung.
g. Memberitahukan putusan Komisi
kepada pelaku usaha yang diduga Pengertian tender tersebut mencakup tawaran
melakukan praktik monopoli dan mengajukan harga untuk memborong atau
atau persaingan usaha tidak sehat. melaksanakan suatu pekerjaan, mengadakan
Menjatuhkan sanksi berupa tindakan
administratif kepada pelaku usaha barang dan jasa, membeli suatu barang dan atau
yang melanggar ketentuan Undang- jasa, menjual suatu barang dan atau jasa.
Undang Nomor 5 Tahun 1999
(Muhammad, 2016: 58). Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 disebutkan unsur persekongkolan tender
II. METODE meliputi pelaku usaha, persekongkolan, unsur
pihak lain, mengatur dan menentukan pemenang
Tipe penelitian yang penulis gunakan
tender, dan persaingan usaha tidak sehat. Praktik
adalah penelitian hukum normatif, yang dilakukan

Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 205
persekongkolan dalam tender merupakan hal tender tersebut. Dalam pemeriksaan perkara-
yang dilarang karena dapat menimbulkan perkara persekongkolan tender, KPPU harus
pesaingan tidak sehat dan bertentangan dengan membuktikan unsur-unsur yang terkandung
tujuan dilaksanakannya tender. Adapun tujuan dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
dilaksanakannya tender adalah untuk memberikan 1999.
kesempatan yang sama kepada pelaku usaha
Unsur tersebut meliputi pelaku usaha,
agar dapat ikut menawarkan harga dan kualitas
bersekongkol, pihak lain mengatur dan/atau
yang bersaing, sehingga pada akhirnya dalam
menentukan pemenang tender dan persaingan
pelaksanaan proses tender tersebut akan
usaha tidak sehat. Unsur ‘pihak lain’ dapat
didapatkan harga yang termurah dengan
meliputi panitia tender maupun pelaku usaha yang
kualitas terbaik (Cahyaningtyas, Sudarwanto &
tidak terlibat secara langsung dalam penawaran
Sulistiyono, 2018: 279).
tender. Unsur bersekongkol dalam Undang-
Pelanggaran terhadap Pasal 22 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengandung
Undang Nomor 5 Tahun 1999 terjadi karena pengertian yang luas. Pemenuhan Unsur Pasal
adanya laporan dari masyarakat. KPPU 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 pada
melakukan kewajiban dan tanggung jawab Putusan Nomor 09/KPPU-L/2013 terdiri dari:
sebagaimana amanat Pasal 35 Undang-Undang
1) Unsur Pelaku Usaha
Nomor 5 Tahun 1999, bahwa KPPU berhak
melakukan penilaian atas perjanjian atau Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 angka
kegiatan yang dilarang. KPPU melakukan 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah
penelitian, penyelidikan, menyimpulkan hasil orang perorangan atau badan usaha, baik yang
penyelidikan, kemudian melakukan pemanggilan berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum
dan menghadirkan saksi-saksi, yaitu saksi ahli yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
dan meminta keterangan dari instansi pemerintah kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
dalam kaitannya dengan penyelidikan dan Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
memeriksa dokumen, sehingga menghasilkan melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai
kesimpulan bahwa PT P bersama perusahaan lain kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. Pelaku
telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal 22 usaha dalam perkara ini adalah terlapor III,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. terlapor IV, terlapor V, terlapor VI, terlapor VII,
terlapor VIII, terlapor IX, dan terlapor X. Dengan
Pertimbangan hukum yang dimuat dalam
demikian unsur pelaku usaha terpenuhi.
Putusan Nomor 09/KPPU-L/2013 bahwa para
pemohon terlapor I sampai dengan X dalam 2) Unsur Bersekongkol
memenangkan tender proyek lelang pelebaran
Pengertian bersekongkol dalam Peraturan
jalan di Provinsi Sulawesi Barat telah melanggar
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tahun 2010 tentang Pedoman Pasal 22 Undang-
dengan melakukan bentuk persekongkolan
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
vertikal, dalam hal pihak termohon I dan pihak
Persekongkolan dalam Tender (Pedoman Pasal
termohon II memfasilitasi para termohon
22) adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku
III, IV, V, VI dalam memenangkan proses

206 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 197 - 214


usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan kepemilikan saham pada terlapor III, terlapor
dengan cara apapun dalam upaya memenangkan IV, terlapor V, dan terlapor VI dalam mengikuti
peserta tender tertentu; menurut Pedoman Pasal tender.
22, unsur bersekongkol tersebut dapat berupa:
Penyusunan dokumen penawaran para
a. Kerjasama antara dua pihak atau terlapor dilakukan oleh pihak yang sama yang
lebih. dibuktikan dengan adanya kesamaan format
metode pelaksanaan dan informasi softcopy
b. Secara terang-terangan maupun
dokumen penawaran. Pengaturan dan penentuan
diam-diam melakukan tindakan
pemenang tender yang dilakukan para terlapor
penyesuaian dokumen dengan
dengan cara menggunakan pihak lain sebagai
peserta lainnya.
perusahaan pendamping untuk memenangkan
c. Membandingkan dokumen tender perusahaan tertentu melalui aritmatika penawaran
sebelum penyerahan. dan penggunaan personil terlapor X.

d. Menciptakan persaingan semu. Tindakan terlapor I dan terlapor II yang


tidak transparan terkait jadwal pelaksanaan
e. Menyetujui dan atau memfasilitasi
tender yang tidak lengkap dimaksudkan untuk
terjadinya persekongkolan.
memfasilitasi terlapor III, terlapor IV, terlapor V,
f. Tidak menolak melakukan suatu dan terlapor VI sebagai pemenang pada tender.
tindakan meskipun mengetahui Tindakan terlapor I dan terlapor II dengan
atau sepatutnya mengetahui menggunakan metode koreksi aritmatika adalah
bahwa tindakan tersebut dilakukan merupakan bentuk memfasilitasi terlapor III,
untuk mengatur dalam rangka terlapor IV, terlapor V, dan terlapor VI sebagai
memenangkan peserta tender pemenang pada tender a quo. Tindakan terlapor
tertentu. II yang menginformasikan adanya surat dugaan
persekongkolan kepada terlapor III merupakan
g. Pemberian kesempatan eksklusif bentuk komunikasi dan kerjasama antara terlapor
oleh penyelenggara tender atau pihak II dan terlapor III untuk memenangkan terlapor
terkait secara langsung maupun III sebagai pemenang.
tidak langsung kepada pelaku usaha
yang mengikuti tender, dengan cara Persekongkolan yang dilakukan oleh para
melawan hukum. terlapor memenuhi unsur persekongkolan karena
terbukti terjadi unsur persekongkolan dengan
Adanya komunikasi dan kerjasama baik cara menciptakan persaingan semu di antara
secara terang-terangan maupun diam-diam yang peserta tender, melakukan tindakan sebagai
dilakukan terlapor III, terlapor IV, terlapor V, dan perusahaan pendamping, penyusunan dokumen
terlapor VI dibuktikan dengan adanya keterkaitan penawaran oleh pihak yang sama berupa adanya
hubungan keluarga dan hubungan kerja antara kesamaan format metode pelaksanaan, dan
pemegang saham dan komisaris, kesamaan adanya kesamaan informasi softcopy dokumen
pemegang saham antara perusahaan dan penawaran, adanya keterkaitan hubungan

Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 207
keluarga antara pemegang saham dan komisaris, dan di Paket Kalukku-Salubatu II, Paket Baras-
kesamaan pemegang saham antara perusahaan Karossa, Paket Kalukku-Salubatu I, dan Paket
dan kepemilikan saham pada perusahaan yang Topoyo- Barakang adalah terlapor II. Dengan
sama mempermudah koordinasi dan kerjasama demikian unsur pihak lain terpenuhi.
dalam menentukan pemenang tender. Serta
4) Unsur Mengatur dan atau Menentukan
dengan adanya tindakan memfasilitasi yang
Pemenang Tender
dilakukan oleh panitia dengan cara tidak adanya
transparansi terkait jadwal pelaksanaan tender, Menurut Pedoman Pasal 22, mengatur dan
melakukan komunikasi dengan peserta tender, atau menentukan pemenang tender adalah “suatu
dan menggunakan metode koreksi aritmatika perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses
untuk menentukan pemenang tender. Dengan tender secara bersekongkol yang bertujuan
demikian unsur bersekongkol terpenuhi. untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai
pesaingnya dan/atau untuk memenangkan peserta
3) Unsur Pihak Lain
tender tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan
Menurut Pedoman Pasal 22, yang dimaksud dan atau penentuan pemenang tender tersebut
dengan unsur pihak lain adalah “para pihak antara lain dilakukan dalam hal penetapan
(vertikal dan horizontal) yang terlibat dalam kriteria pemenang, persyaratan teknik, keuangan,
proses tender yang melakukan persekongkolan spesifikasi, proses tender, dan sebagainya.”
tender baik pelaku usaha sebagai peserta tender
Penentuan pemenang tender dilakukan
dan atau subjek hukum lainnya yang terkait
dengan cara terlapor I dan terlapor II
dengan tender tersebut.” Adapun yang dimaksud
memfasilitasi kerjasama antar perusahaan
dengan pihak lain dalam perkara ini adalah para
dalam mengikuti proses tender, tidak transparan
pihak secara horizontal yang merupakan pelaku
dalam melakukan proses tender, memfasilitasi
usaha sebagai peserta tender, maupun pihak lain
hasil koreksi aritmatika yang signifikan, dan
secara horizontal dan pihak lain secara vertikal
melakukan upaya pengaturan pemenang
yaitu penyelenggara tender yang merupakan
tender pada proses evaluasi. Serta terlapor III,
subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender.
terlapor IV, terlapor V, terlapor VI, terlapor VII,
Pihak lain secara horizontal adalah terlapor VIII, terlapor IX, dan terlapor X dalam
perusahaan yang mengikuti tender tetapi tidak menciptakan persaingan semu di antara peserta
memenangkan paket pekerjaan, dan perusahaan tender dengan cara melakukan tindakan sebagai
yang tidak mengikuti tender tetapi terlibat dalam perusahaan pendamping, penyusunan dokumen
kerjasama dalam mengatur pemenang pada Paket penawaran oleh pihak yang sama berupa adanya
Kalukku-Salubatu II, Paket Baras-Karossa, Paket kesamaan format metode pelaksanaan dan
Kalukku-Salubatu I, Paket Topoyo-Barakang, adanya kesamaan informasi softcopy dokumen
dan Paket Lingkar Bandara Tampa Padang, penawaran, adanya keterkaitan hubungan
yaitu terlapor VII, terlapor VIII, terlapor IX, keluarga antara pemegang saham dan komisaris.
dan terlapor X. Yang menjadi pihak lain secara Kesamaan pemegang saham antara perusahaan
vertikal di Paket Lingkar Bandara Tampa Padang dan kepemilikan saham pada perusahaan yang
adalah terlapor I (Pokja Pengadaan Wilayah I), sama mempermudah koordinasi dan kerjasama

208 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 197 - 214


dalam menentukan pemenang tender. Dengan Majelis Komisi merujuk pada Peraturan Komisi
demikian unsur mengatur dan atau menentukan Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2009
pemenang tender terpenuhi. tentang Pedoman Tindakan Administratif sesuai
Ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 5
5) Unsur Dapat Mengakibatkan Terjadinya
Tahun 1999 tentang Larangan Persekongkolan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
dalam Tender (Pedoman Pasal 47).
Menurut Pasal 1 angka 6 dan Pedoman
Sanksi denda bertujuan untuk mengambil
Pasal 22, persaingan usaha tidak sehat
keuntungan yang didapatkan oleh pelaku usaha
adalah “persaingan antar pelaku usaha dalam
yang dihasilkan dari tindakan anti persaingan.
menjalankan kegiatan produksi dan atau
Selain itu denda juga ditujukan untuk menjerakan
pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan
pelaku usaha agar tidak melakukan tindakan
dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
serupa atau ditiru oleh calon pelanggar lainnya.
menghambat persaingan usaha.”
Majelis Komisi menentukan besaran denda
Tindakan-tindakan terlapor III, terlapor IV, dengan menempuh dua langkah, yaitu: penentuan
terlapor V, terlapor VI, terlapor VII, terlapor VIII, besaran nilai dasar, dan penyesuaian besaran nilai
dan terlapor IX dalam menciptakan persaingan dasar dengan menambahkan dan/atau mengurangi
semu di antara peserta tender, melakukan tindakan besaran nilai dasar tersebut.
sebagai perusahaan pendamping, penyusunan
Berdasarkan Pedoman Pasal 47, proporsi
dokumen penawaran oleh pihak yang sama berupa
harga penawaran tender yang diperhitungkan
adanya kesamaan format metode pelaksanaan dan
menjadi besaran nilai dasar adalah sampai
adanya kesamaan informasi softcopy dokumen
dengan 10% (sepuluh persen) dari harga
penawaran, adanya keterkaitan hubungan
penawaran pemenang tender. Majelis Komisi
keluarga antara pemegang saham dan komisaris.
mempertimbangkan berbagai macam faktor,
Kesamaan pemegang saham antara perusahaan
yaitu: skala perusahaan, aset dan omset
dan kepemilikan saham pada perusahaan yang
perusahaan, jenis pelanggaran, cakupan wilayah
sama mempermudah koordinasi dan kerjasama
geografis pelanggaran, dan telah atau belum
dalam menentukan pemenang tender merupakan
dilaksanakannya pelanggaran tersebut, serta ROK
tindakan yang menghambat persaingan usaha.
(Risk, Overhead, dan Keuntungan) (disesuaikan)
Tindakan terlapor I dan terlapor II yang yang diperoleh pemenang tender yang menjadi
memfasilitasi terjadinya persekongkolan terlapor dalam perkara a quo.
horizontal oleh terlapor III, terlapor IV, terlapor
Jenis pelanggaran persekongkolan tender
V, terlapor VI, terlapor VII, terlapor VIII, dan
adalah pelanggaran yang paling berat dalam
terlapor X merupakan tindakan yang menghambat
perkara persaingan usaha, sehingga Majelis
persaingan usaha. Dengan demikian unsur dapat
Komisi menentukan nilai dasar denda sebesar
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak
10% (sepuluh persen) dari harga penawaran
sehat terpenuhi.
masing-masing pemenang tender dan dikalikan
Pengenaan sanksi denda bagi para terlapor 100% (seratus persen) bagi pemenang tender,
dalam kasus persekongkolan tender oleh 30% bagi perserta tender dalam perkara a quo.

Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 209
Adapun hal-hal yang memberatkan dengan membayar ke kas negara. Apabila dalam jangka
perhitungan nilai dasar akan ditambah sampai waktu 30 hari setelah putusan berkekuatan tetap,
dengan 100% (seratus persen). namun pelaku usaha tidak melaksanakannya,
maka KPPU melakukan permohonan penetapan
Terlapor III, terlapor IV, terlapor V,
eksekusi ke pengadilan negeri. Jika kemudian
dan terlapor VI yang merupakan penggagas
para pelaku usaha tidak melaksanakannya, maka
pelanggaran, Majelis Komisi mengenakan
KPPU akan menyerahkan putusan penetapan
tambahan denda masing-masing sebesar 100%
eksekusi tersebut kepada polri (penyidik) guna
(seratus persen). Terlapor VII, terlapor VIII,
melakukan penyidikan atas ketidakpatuhan para
dan terlapor IX yang merupakan perusahaan
pelaku usaha tersebut.
pendamping, Majelis Komisi mengenakan
tambahan denda masing-masing sebesar 10% Saat ini sanksi denda kerap menjadi
(sepuluh persen). Terlapor VI, terlapor VII, polemik di kalangan pelaku usaha yang diputus
terlapor VIII, terlapor IX, dan terlapor X yang bersalah oleh KPPU. Pelaku usaha kerap
tidak bersikap kooperatif, Majelis Komisi mengatakan bahwa pengenaan denda dinilai
menambahkan denda masing-masing sebesar 5% berpotensi mengganggu iklim usaha dan investasi,
(lima persen), dan mengurangi denda masing- sehingga berdampak kontraproduktif terhadap
masing sebesar 5% (lima persen) untuk terlapor perekonomian nasional. Undang-Undang Nomor
III, terlapor IV, dan terlapor V, karena bersikap 5 Tahun 1999 mengatur ketentuan denda pada
baik dan kooperatif selama proses pemeriksaan. Pasal 47 yang menyatakan: “tindakan administrasi
sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa:
KPPU hanya dapat menerapkan sanksi
(g) Pengenaan denda serendah-rendahnya
administratif terhadap pihak-pihak yang terkait
Rp1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan
dengan persekongkolan tender. Apabila ‘pihak
setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,- (dua
lain’ adalah panitia tender dari unsur pemerintah
puluh lima milyar rupiah).”
terbukti mendukung persekongkolan, KPPU
tidak dapat menjatuhkan sanksi administratif, Dalam laporan tahunan 2016, KPPU
melainkan hanya dapat memberikan rekomendasi menyebutkan bahwa denda sendiri merupakan
kepada atasan pejabat yang bersangkutan untuk salah satu bentuk usaha untuk mengambil
menjatuhkan sanksi administratif. keuntungan yang timbul akibat tindakan anti
persaingan usaha. Selain itu denda juga ditujukan
Putusan KPPU yang memberi sanksi
untuk memberikan efek jera kepada pelaku usaha
administratif disebut dengann condemnatoir atau
agar tidak melakukan kembali tindakan serupa
putusan yang bersifat menghukum. Sedangkan
atau ditiru oleh calon pelaku usaha lainnya. Maka
putusan yang isinya menyatakan bahwa pelaku
dari itu, agar efek jera tadi efektif, secara ekonomi
usaha tertentu secara sah dan meyakinkan
denda yang ditetapkan harus bisa menjadi sinyal
melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor
atau setidaknya dipersepsikan oleh pelanggar
5 Tahun 1999 disebut putusan declaratoir
sebagai biaya (expected cost) yang jauh lebih besar
atau bersifat menerangkan. Dalam hal putusan
dibandingkan dengan manfaat (expected benefit)
KPPU berupa denda dan atau ganti rugi, maka
yang didapat dari tindakannya melanggar Undang-
para pihak yang dijatuhi putusan tersebut wajib
Undang Persaingan (Hukum Online, 2017).

210 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 197 - 214


Jadi ketika KPPU memutuskan terlapor kewenangan yang melekat kepadanya, melalui
atau sekelompok terlapor untuk membayar denda, Pasal 34 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
maka KPPU telah melakukan penghitungan Sehingga putusan dari pengadilan negeri yang
secara cermat dengan memperhatikan berbagai menguatkan KPPU berdasarkan prinsip keadilan
aspek. Selama 2016, KPPU telah memutus dalam masyarakat terutama dalam berusaha,
22 dari 24 perkara yang sedang berjalan. sehingga tujuan dari Undang-Undang Nomor 5
Dari 22 perkara yang diputus tersebut, Tahun 1999 untuk kesejahteraan dapat tercapai.
KPPU berhasil mengenakan denda senilai
Pada tingkat kasasi, menurut pemohon dalam
Rp350.318.471.156,-. Sebagai contoh, dari tiga
Putusan Nomor 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015,
perkara yang ditangani KPPU, yakni Putusan
Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2013
Nomor 01/KPPU/KPPU-L/2016, Putusan
sangat merugikan para pemohon karena tanpa
Nomor 02/KPPU-L/2016, dan Putusan Nomor
didasarkan alasan hukum yang kuat, sebab pada
03/KPPU-L/2016, total denda yang dikenakan
dasarnya memang tidak pernah ada persaingan
kepada terlapor berjumlah Rp146.533.523.338,-.
usaha tidak sehat atau persekongkolan dalam
Tentu saja nilai denda yang akan masuk ke kas
seluruh proses tender lelang pada paket pekerjaan
negara juga akan bertambah (Hukum Online,
jalan pada Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan
2017).
Nasional Wilayah I Provinsi Sulawesi Barat
Tuntutan para pemohon dalam mengajukan Tahun Anggaran 2012. Lebih lanjut dikatakan
keberatan kepada Pengadilan Negeri Makassar bahwa terjadinya persekongkolan baik horizontal
agar memberikan putusan untuk menyatakan maupun vertikal hanya didasarkan atas asumsi
terlapor I dan terlapor II tidak melanggar dan pendapat subjektif majelis komisioner KPPU
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun yang memeriksa perkara a quo.
1999 dan menyatakan Putusan KPPU Nomor
Putusan tersebut tidak berdasarkan
09/KPPU-L/2013 telah cacat formal. Pengadilan
atas keyakinan yang timbul dari fakta-fakta
Negeri Makassar selaku peradilan tingkat
persidangan (beyond a reasonable doubt).
banding terhadap putusan KPPU, kurang cukup
Bahwa ternyata fakta-fakta yang terungkap
mempertimbangkan fakta dan alasan-alasan
selama persidangan sama sekali berbeda
keberatan para pemohon keberatan. Majelis
dengan apa yang terdapat dalam Putusan KPPU
hakim hanya menyandarkan pertimbangannya
Nomor 09/KPPU-L/2013, sehingga putusan
pada surat penjelasan KPPU tanggal 20 Juni 2014
tersebut tidak mempertimbangkan secara utuh
Nomor 09/KPPU-L/2013 yang diserahkan oleh
dan lengkap fakta-fakta persidangan, serta
kuasa hukum termohon kasasi, tanpa memeriksa,
tidak mempunyai alasan hukum yang cukup
meneliti, dan tanpa mempertimbangkan berkas
(onvoldoende gemotiveerd).
perkara lain.
Mahkamah Agung dalam pertimbangan
Pengadilan negeri dalam memutus
hukumnya pada Putusan Nomor 430 K/PDT.
menerapkan asas prinsip keadilan dalam
SUS-KPPU/2015 menyatakan bahwa Putusan
sebuah perkara yang datang kepadanya, dengan
Pengadilan Negeri Makassar telah tepat dan benar,
berdasarkan bahwa apa yang telah diputuskan oleh
serta tidak salah menerapkan hukum. Dengan
KPPU merupakan putusan yang tepat berdasarkan

Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 211
terbuktinya unsur Pasal 22 Undang-Undang yang bertujuan untuk menghilangkan persaingan.
Nomor 5 Tahun 1999, maka sangkaan atau laporan Tidakan lain yang dapat berakibat kepada
yang ditujukan kepada pemohon keberatan harus terjadinya persaingan usaha tidak sehat adalah
dinyatakan terbukti, sehingga putusan judex facti tindakan persekongkolan untuk mengatur dan
dalam hal ini Pengadilan Negeri Makassar telah atau menentukan pemenang tender sebagaimana
tepat dan benar. Selanjutnya Mahkamah Agung diatur oleh Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5
menyatakan bahwa telah benar adanya kesamaan Tahun 1999.
pemilik dan atau hubungan keluarga dalam
Pengaturan pemenang tender tersebut
kepengurusan antara satu peserta dengan peserta
banyak ditemukan pada pelaksanaan pengadaan
tender lainnya, dan adanya kesamaan dokumen
barang atau jasa yang dilaksanakan oleh
antara dokumen tender peserta yang satu dengan
pemerintah pusat atau pemerintah daerah,
dokumen tender peserta lainnya, serta adanya
BUMN, dan perusahaan swasta. Untuk itu Pasal
kesamaan pihak yang menyiapkan dokumen
22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tidak
tender tersebut telah cukup membuktikan adanya
hanya mencakup kegiatan pengadaan yang
persekongkolan tender.
dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga kegiatan
Selanjutnya Mahkamah Agung berpendapat pengadaan yang dilakukan oleh perusahaan
bahwa selain itu, keberatan-keberatan pemohon negara, BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta.
tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian
Putusan yang diberikan oleh hakim
yang bersifat penghargaan tentang suatu
mulai dari keberatan di Pengadilan Negeri
kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan
Makassar sampai kepada tingkat kasasi dan
dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi. Karena
peninjauan kembali di Mahkamah Agung
pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya
sudah sesuai dengan fakta hukum dan keadilan
berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan
dalam masyarakat yang menyetujui Putusan
hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku,
KPPU Nomor 09/KPPU-L/2013. Putusan
adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat
yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung sudah
yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
mewakili masyarakat, bahwa telah terbukti
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan
secara sah pelaku usaha sebagai peserta tender
batalnya putusan yang bersangkutan, atau bila
melakukan persekongkolan tender. Dengan
pengadilan tidak berwenang, atau melampaui
demikian dapat memberikan yurisprudensi bagi
batas wewenangnya, sebagaimana yang dimaksud
hakim yang akan datang ketika terjadi kasus
dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
persekongkolan tender berikutnya, mengingat
1985 jo. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
tender proyek hampir ada di setiap daerah di
dan perubahan kedua Undang-Undang Nomor 3
Indonesia. Hal ini dapat menjadi preseden baik
Tahun 2009.
bagi penegakan hukum persaingan usaha dan bisa
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi warning bagi pemerintah daerah, dalam
melarang perbuatan pelaku usaha yang bertujuan hal ini pemerintah provinsi dan kabupaten, dalam
menghambat atau bertentangan dengan prinsip membuat putusan dan pelelangan terhadap setiap
persaingan usaha yang sehat, antara lain seperti pembangunan proyek sehingga tidak terjadi
pembatasan akses pasar, kolusi, dan tindakan lain potensi kerugian negara.

212 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 197 - 214


IV. KESIMPULAN pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi
Sumatera Utara tahun anggaran 2013). Jurnal
Pertimbangan hakim pada Putusan Hukum dan Pembangunan Ekonomi, 6(1), 237-
Nomor 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015 yang pada 254.
dasarnya menguatkan Putusan Nomor 238/PDT.
SUS-KPPU/2014/PN.MKS dan Putusan KPPU Hukum Online. (2017, Agustus 11). Menakar besaran
denda yang efektif bagi pelaku anti persaingan
Nomor 09/KPPU-L/2013, yang menyatakan
usaha. Diakses dari https://www.hukumonline.
bahwa terlapor telah terbukti memenuhi unsur-
com/berita/baca/lt598d71938cd61/menakar
unsur Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
besaran-denda-yang-efektif-bagi-pelaku-anti-
1999 terkait persekongkolan tender, yaitu unsur
persaingan-usaha.
pelaku usaha, unsur bersekongkol, unsur pihak
lain, unsur mengatur dan/atau menentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha [KPPU]. (2017).
pemenang tender, dan unsur dapat mengakibatkan Hukum persaingan usaha. Jakarta: Komisi
terjadinya persaingan usaha tidak sehat yang Pengawas Persaingan Usaha.
dilakukan pada tender proyek pelebaran jalan
Lubis, A.F. et al. (2009). Hukum persaingan usaha
pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional antara teks & konteks. Jakarta: Komisi
VI Makassar Direktorat Jenderal Bina Marga, Pengawas Persaingan Usaha.
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun Anggaran
2012. Putusan tersebut telah merefleksikan nilai- Marzuki, P.M. (2014). Penelitian hukum. Edisi Revisi
Cetakan ke-9. Jakarta: Kencana Pranada Media
nilai dan norma-norma yang terkandung dalam
Group.
proses penegakan hukum di bidang persaingan
usaha dengan memberikan jaminan kesempatan Meyliana, D. (2013). Hukum persaingan usaha.
berusaha yang sama bagi setiap pelaku Malang: Setara Pers.
usaha melalui pencegahan terjadinya praktik
Muhammad, S.I. (2016). Hukum persaingan usaha di
persekongkolan tender.
Indonesia (Sebagai upaya penguatan lembaga
pengawas persaingan usaha KPPU). Malang:
Setara Pers.

DAFTAR ACUAN Paendong, J.E. (2017, Juni). Perlindungan hukum


bagi pelaku usaha kecil dalam persaingan
Asmah. (2017). Hukum persaingan usaha “hakikat usaha di Indonesia menurut Undang-Undang
fungsi KPPU.” Makassar: CV SIGn. Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Cahyaningtyas, K., Sudarwanto, A.S., &
Sehat. Jurnal Lex Privatum, 5(4), 52-58.
Sulistiyono, A. (2018, Januari). Kajian hukum
persekongkolan tender terhadap pengadaan Prasetyo, A.B., Saptono, H., & Tobing, N.J.R.
barang/jasa pemerintah secara elektronik (2016). Tinjauan yuridis terhadap pelaksanaan
(Studi Kasus Putusan Nomor 03/KPPU/L/2015 eksekusi atas putusan KPPU khususnya dalam
dalam tender pekerjaan pelebaran Jalan hal tender. Diponegoro Law Review, 5(2), 1-10.
Merek–Bts. Kab. Simalungun–Bts. Kab. Tanah
Karo–Seribu Dolok pada kelompok kerja Puspaningrum, G. (2013). Hukum persaingan usaha.
(Pokja) pengadaan barang/jasa satuan kerja Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 213
Rokan, M.K. (2010). Hukum persaingan usaha (Teori
& praktiknya di Indonesia). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Suharsil & Mohammad, T. (2010). Hukum larangan


praktik monopoli & persaingan usaha tidak
sehat di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suharso & Ana, R. (2013). Kamus Besar


Bahasa Indonesia. Edisi Lux, Cetakan
kesebelas. Semarang: Widya Karya.

Usman, R. (2013). Hukum persaingan usaha di


Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

214 | Jurnal Yudisial Vol. 12 No. 2 Agustus 2019: 197 - 214

Anda mungkin juga menyukai