Mencoba Aja
Mencoba Aja
Asmah
Fakultas Hukum Universitas Sawerigading Makassar
Jl. Kandea 1 No. 27 Makassar 90156
Email: asmahunsa@yahoo.co.id
Naskah diterima: 21 Oktober 2017; revisi: 2 Mei 2019; disetujui 19 Agustus 2019
http://dx.doi.org/10.29123/jy.v12i2.280
Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 197
PDT.SUS-KPPU/2014/PN.MKS and Decision Number KPPU/2014/PN.MKS and KPPU Decision Number
09/KPPU-L/2013. The formulation of this research 09/KPPU-L/2013, which states that the reported party
problem is how the analysis of the application of legal has been proven to fulfill the elements of Article 22
sanctions in the case of tender conspiracy in Decision of Law 5 of 1999 related to the tender conspiracy. So
Number 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015 cassation that it reflects, the values and norms that contained in
level in the Supreme Court. The method used in this the process of law enforcement in the field of business
analysis is normative. The conclusion of this research competition, by providing guarantees of equal business
is that consideration of the judge on the Decision of the opportunities for each business actor through the
Supreme Court Number 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015 prevention of the practice of tender conspiracy.
that reinforces Decision Number 238/PDT.SUS-
Keywords: sanctions, conspiracy, KPPU.
Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 199
B. Rumusan Masalah akhirnya didistribusikan kepada masyarakat.
Kekuasaan negara begitu kuat sehingga sangat
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rawan terhadap bentuk-bentuk penyelewengan
penulis merumuskan rumusan masalah yakni
kewenangan (abuse of power policy) (Suharsil &
apakah pertimbangan hakim dalam Putusan
Mohammad, 2010: 14).
Nomor 430 K/PDT.SUS-KPPU/2015 sudah tepat
ditinjau dari perspektif persaingan usaha? Setiap pelanggaran atas hukum
persaingan dapat mengakibatkan hilangnya
C. Tujuan dan Kegunaan kesejahteraan dari sebagian konsumen dan atau
pelaku usaha. Persaingan usaha yang sehat
Tujuan penelitian untuk mengetahui sangat dibutuhkan, maka dibentuklah hukum
pertimbangan hakim dalam Putusan Nomor 430 yang mengatur persaingan usaha, yaitu
K/PDT.SUS-KPPU/2015 sudah tepat ditinjau seperangkat aturan hukum yang mengatur
dari perspektif persaingan usaha. Adapun mengenai segala aspek yang berkaitan dengan
kegunaan penelitian ini dapat menjadi bahan persaingan usaha, yang mencakup hal-
referensi bagi lembaga peradilan secara umum, hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang
dan KPPU secara khusus dalam pengenaan dilarang dilakukan oleh pelaku usaha (Prasetyo,
sanksi terhadap larangan persekongkolan tender Saptono & Tobing, 2016: 2).
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
1. Persekongkolan
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
a. Konsep Persekongkolan Tender
Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 201
atau badan usaha, baik yang berbentuk bahwa tindakan tersebut dilakukan
badan hukum atau bukan badan hukum untuk mengatur dalam rangka
yang didirikan dan berkedudukan atau memenangkan peserta tender
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum tertentu.
negara Republik Indonesia, baik sendiri
g. Pemberian kesempatan eksklusif
maupun bersama-sama melalui perjanjian,
oleh penyelenggara tender atau pihak
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha
terkait secara langsung maupun
dalam bidang ekonomi.
tidak langsung kepada pelaku usaha
2) Unsur Bersekongkol yang mengikuti tender, dengan cara
melawan hukum.
Pengertian bersekongkol dalam Peraturan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha 3) Unsur Pihak Lain
Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pedoman
Menurut Pedoman Pasal 22, yang dimaksud
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
dengan unsur pihak lain adalah “para pihak
1999 tentang Larangan Persekongkolan
(vertikal dan horizontal) yang terlibat
dalam Tender (Pedoman Pasal 22) adalah
dalam proses tender yang melakukan
kerjasama yang dilakukan oleh pelaku
persekongkolan tender baik pelaku usaha
usaha dengan pihak lain atas inisiatif
sebagai peserta tender dan atau subjek
siapapun dan dengan cara apapun dalam
hukum lainnya yang terkait dengan tender
upaya memenangkan peserta tender
tersebut.” Adapun yang dimaksud dengan
tertentu; menurut Pedoman Pasal 22, unsur
pihak lain dalam perkara ini adalah para
bersekongkol tersebut dapat berupa:
pihak secara horizontal yang merupakan
a. Kerjasama antara dua pihak atau pelaku usaha sebagai peserta tender, maupun
lebih. pihak lain secara horizontal dan pihak lain
secara vertikal yaitu penyelenggara tender
b. Secara terang-terangan maupun
yang merupakan subjek hukum lainnya
diam-diam melakukan tindakan
yang terkait dengan tender.
penyesuaian dokumen dengan
peserta lainnya. 4) Unsur Mengatur dan atau Menentukan
Pemenang Tender
c. Membandingkan dokumen tender
sebelum penyerahan. Menurut Pedoman Pasal 22, mengatur dan
atau menentukan pemenang tender adalah
d. Menciptakan persaingan semu.
“suatu perbuatan para pihak yang terlibat
e. Menyetujui dan atau memfasilitasi dalam proses tender secara bersekongkol
terjadinya persekongkolan. yang bertujuan untuk menyingkirkan
pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan/
f. Tidak menolak melakukan suatu
atau untuk memenangkan peserta tender
tindakan meskipun mengetahui
tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan
atau sepatutnya mengetahui
dan atau penentuan pemenang tender
Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 203
Tindakan Administratif serendah-rendahnya Rp5.000.000.000,-
Pasal 47 (lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi Rp25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar
berupa tindakan administratif terhadap rupiah), atau pidana kurungan pengganti
pelaku usaha yang melanggar ketentuan denda selama-lamanya 5 (lima) bulan.
undang-undang ini. (3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41
(2) Tindakan administratif sebagaimana undang-undang ini diancam pidana denda
dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: serendah-rendahnya Rp1.000.000.000,-
a. penetapan pembatalan perjanjian (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Rp5.000.000.000,- (lima miliar rupiah),
4 sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, atau pidana kurungan pengganti denda
dan Pasal 16; dan atau selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
b. perintah kepada pelaku usaha untuk
menghentikan integrasi vertikal Pidana Tambahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 49
14; dan atau Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab
c. perintah kepada pelaku usaha untuk Undang-undang Hukum Pidana, terhadap
menghentikan kegiatan yang terbukti pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat
menimbulkan praktik monopoli dan dijatuhkan pidana tambahan berupa:
atau menyebabkan persaingan usaha a. pencabutan izin usaha; atau
tidak sehat dan atau merugikan b. larangan kepada pelaku usaha yang telah
masyarakat; dan atau terbukti melakukan pelanggaran terhadap
d. perintah kepada pelaku usaha untuk undang-undang ini untuk menduduki
menghentikan penyalahgunaan posisi jabatan direksi atau komisaris sekurang-
dominan; dan atau kurangnya 2 (dua) tahun dan selama-
e. penetapan pembatalan lamanya 5 (lima) tahun; atau
atas penggabungan atau c. penghentian kegiatan atau tindakan tertentu
peleburan badan usaha dan yang menyebabkan timbulnya kerugian
pengambilalihan saham sebagaimana pada pihak lain.
dimaksud dalam Pasal 28; dan atau
f. penetapan pembayaran ganti rugi;
dan atau 2. Komisi Pengawas Persaingan Usaha
g. pengenaan denda serendah-
rendahnya Rp1.000.000.000,- (satu Komisi Pengawas Persaingan Usaha
miliar rupiah) dan setinggi-tingginya (KPPU) adalah lembaga yang tepat untuk
Rp25.000.000.000,- (dua puluh lima
miliar rupiah). menyelesaikan persoalan persaingan usaha yang
mempunyai peran multifunctional dan keahlian
Pidana Pokok
Pasal 48 sehingga dianggap mampu menyelesaikan dan
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, mempercepat proses penanganan perkara (Rokan,
Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16 2010: 264). KPPU sebagai lembaga penegak
sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal
27, dan Pasal 28 diancam pidana denda hukum persaingan, memiliki kewenangan untuk
serendah-rendahnya Rp25.000.000.000,- menjatuhkan sanksi tindakan administratif dalam
(dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi rangka mencegah dan/atau mengembalikan
tingginya Rp100.000.000.000,- (seratus
miliar rupiah), atau pidana kurungan kesejahteraan yang hilang tersebut (Usman, 2013:
pengganti denda selama-lamanya 6 (enam) 208). KPPU memiliki beberapa kewenangan di
bulan.
antaranya yaitu:
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5
sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal a. Menerima laporan dari masyarakat
20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 dan atau dari pelaku usaha tentang
undang-undang ini diancam pidana denda dugaan terjadinya praktik monopoli
Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 205
persekongkolan dalam tender merupakan hal tender tersebut. Dalam pemeriksaan perkara-
yang dilarang karena dapat menimbulkan perkara persekongkolan tender, KPPU harus
pesaingan tidak sehat dan bertentangan dengan membuktikan unsur-unsur yang terkandung
tujuan dilaksanakannya tender. Adapun tujuan dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
dilaksanakannya tender adalah untuk memberikan 1999.
kesempatan yang sama kepada pelaku usaha
Unsur tersebut meliputi pelaku usaha,
agar dapat ikut menawarkan harga dan kualitas
bersekongkol, pihak lain mengatur dan/atau
yang bersaing, sehingga pada akhirnya dalam
menentukan pemenang tender dan persaingan
pelaksanaan proses tender tersebut akan
usaha tidak sehat. Unsur ‘pihak lain’ dapat
didapatkan harga yang termurah dengan
meliputi panitia tender maupun pelaku usaha yang
kualitas terbaik (Cahyaningtyas, Sudarwanto &
tidak terlibat secara langsung dalam penawaran
Sulistiyono, 2018: 279).
tender. Unsur bersekongkol dalam Undang-
Pelanggaran terhadap Pasal 22 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengandung
Undang Nomor 5 Tahun 1999 terjadi karena pengertian yang luas. Pemenuhan Unsur Pasal
adanya laporan dari masyarakat. KPPU 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 pada
melakukan kewajiban dan tanggung jawab Putusan Nomor 09/KPPU-L/2013 terdiri dari:
sebagaimana amanat Pasal 35 Undang-Undang
1) Unsur Pelaku Usaha
Nomor 5 Tahun 1999, bahwa KPPU berhak
melakukan penilaian atas perjanjian atau Pengertian pelaku usaha dalam Pasal 1 angka
kegiatan yang dilarang. KPPU melakukan 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah
penelitian, penyelidikan, menyimpulkan hasil orang perorangan atau badan usaha, baik yang
penyelidikan, kemudian melakukan pemanggilan berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum
dan menghadirkan saksi-saksi, yaitu saksi ahli yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
dan meminta keterangan dari instansi pemerintah kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
dalam kaitannya dengan penyelidikan dan Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
memeriksa dokumen, sehingga menghasilkan melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai
kesimpulan bahwa PT P bersama perusahaan lain kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. Pelaku
telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal 22 usaha dalam perkara ini adalah terlapor III,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. terlapor IV, terlapor V, terlapor VI, terlapor VII,
terlapor VIII, terlapor IX, dan terlapor X. Dengan
Pertimbangan hukum yang dimuat dalam
demikian unsur pelaku usaha terpenuhi.
Putusan Nomor 09/KPPU-L/2013 bahwa para
pemohon terlapor I sampai dengan X dalam 2) Unsur Bersekongkol
memenangkan tender proyek lelang pelebaran
Pengertian bersekongkol dalam Peraturan
jalan di Provinsi Sulawesi Barat telah melanggar
Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tahun 2010 tentang Pedoman Pasal 22 Undang-
dengan melakukan bentuk persekongkolan
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
vertikal, dalam hal pihak termohon I dan pihak
Persekongkolan dalam Tender (Pedoman Pasal
termohon II memfasilitasi para termohon
22) adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku
III, IV, V, VI dalam memenangkan proses
Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 207
keluarga antara pemegang saham dan komisaris, dan di Paket Kalukku-Salubatu II, Paket Baras-
kesamaan pemegang saham antara perusahaan Karossa, Paket Kalukku-Salubatu I, dan Paket
dan kepemilikan saham pada perusahaan yang Topoyo- Barakang adalah terlapor II. Dengan
sama mempermudah koordinasi dan kerjasama demikian unsur pihak lain terpenuhi.
dalam menentukan pemenang tender. Serta
4) Unsur Mengatur dan atau Menentukan
dengan adanya tindakan memfasilitasi yang
Pemenang Tender
dilakukan oleh panitia dengan cara tidak adanya
transparansi terkait jadwal pelaksanaan tender, Menurut Pedoman Pasal 22, mengatur dan
melakukan komunikasi dengan peserta tender, atau menentukan pemenang tender adalah “suatu
dan menggunakan metode koreksi aritmatika perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses
untuk menentukan pemenang tender. Dengan tender secara bersekongkol yang bertujuan
demikian unsur bersekongkol terpenuhi. untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai
pesaingnya dan/atau untuk memenangkan peserta
3) Unsur Pihak Lain
tender tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan
Menurut Pedoman Pasal 22, yang dimaksud dan atau penentuan pemenang tender tersebut
dengan unsur pihak lain adalah “para pihak antara lain dilakukan dalam hal penetapan
(vertikal dan horizontal) yang terlibat dalam kriteria pemenang, persyaratan teknik, keuangan,
proses tender yang melakukan persekongkolan spesifikasi, proses tender, dan sebagainya.”
tender baik pelaku usaha sebagai peserta tender
Penentuan pemenang tender dilakukan
dan atau subjek hukum lainnya yang terkait
dengan cara terlapor I dan terlapor II
dengan tender tersebut.” Adapun yang dimaksud
memfasilitasi kerjasama antar perusahaan
dengan pihak lain dalam perkara ini adalah para
dalam mengikuti proses tender, tidak transparan
pihak secara horizontal yang merupakan pelaku
dalam melakukan proses tender, memfasilitasi
usaha sebagai peserta tender, maupun pihak lain
hasil koreksi aritmatika yang signifikan, dan
secara horizontal dan pihak lain secara vertikal
melakukan upaya pengaturan pemenang
yaitu penyelenggara tender yang merupakan
tender pada proses evaluasi. Serta terlapor III,
subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender.
terlapor IV, terlapor V, terlapor VI, terlapor VII,
Pihak lain secara horizontal adalah terlapor VIII, terlapor IX, dan terlapor X dalam
perusahaan yang mengikuti tender tetapi tidak menciptakan persaingan semu di antara peserta
memenangkan paket pekerjaan, dan perusahaan tender dengan cara melakukan tindakan sebagai
yang tidak mengikuti tender tetapi terlibat dalam perusahaan pendamping, penyusunan dokumen
kerjasama dalam mengatur pemenang pada Paket penawaran oleh pihak yang sama berupa adanya
Kalukku-Salubatu II, Paket Baras-Karossa, Paket kesamaan format metode pelaksanaan dan
Kalukku-Salubatu I, Paket Topoyo-Barakang, adanya kesamaan informasi softcopy dokumen
dan Paket Lingkar Bandara Tampa Padang, penawaran, adanya keterkaitan hubungan
yaitu terlapor VII, terlapor VIII, terlapor IX, keluarga antara pemegang saham dan komisaris.
dan terlapor X. Yang menjadi pihak lain secara Kesamaan pemegang saham antara perusahaan
vertikal di Paket Lingkar Bandara Tampa Padang dan kepemilikan saham pada perusahaan yang
adalah terlapor I (Pokja Pengadaan Wilayah I), sama mempermudah koordinasi dan kerjasama
Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 209
Adapun hal-hal yang memberatkan dengan membayar ke kas negara. Apabila dalam jangka
perhitungan nilai dasar akan ditambah sampai waktu 30 hari setelah putusan berkekuatan tetap,
dengan 100% (seratus persen). namun pelaku usaha tidak melaksanakannya,
maka KPPU melakukan permohonan penetapan
Terlapor III, terlapor IV, terlapor V,
eksekusi ke pengadilan negeri. Jika kemudian
dan terlapor VI yang merupakan penggagas
para pelaku usaha tidak melaksanakannya, maka
pelanggaran, Majelis Komisi mengenakan
KPPU akan menyerahkan putusan penetapan
tambahan denda masing-masing sebesar 100%
eksekusi tersebut kepada polri (penyidik) guna
(seratus persen). Terlapor VII, terlapor VIII,
melakukan penyidikan atas ketidakpatuhan para
dan terlapor IX yang merupakan perusahaan
pelaku usaha tersebut.
pendamping, Majelis Komisi mengenakan
tambahan denda masing-masing sebesar 10% Saat ini sanksi denda kerap menjadi
(sepuluh persen). Terlapor VI, terlapor VII, polemik di kalangan pelaku usaha yang diputus
terlapor VIII, terlapor IX, dan terlapor X yang bersalah oleh KPPU. Pelaku usaha kerap
tidak bersikap kooperatif, Majelis Komisi mengatakan bahwa pengenaan denda dinilai
menambahkan denda masing-masing sebesar 5% berpotensi mengganggu iklim usaha dan investasi,
(lima persen), dan mengurangi denda masing- sehingga berdampak kontraproduktif terhadap
masing sebesar 5% (lima persen) untuk terlapor perekonomian nasional. Undang-Undang Nomor
III, terlapor IV, dan terlapor V, karena bersikap 5 Tahun 1999 mengatur ketentuan denda pada
baik dan kooperatif selama proses pemeriksaan. Pasal 47 yang menyatakan: “tindakan administrasi
sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa:
KPPU hanya dapat menerapkan sanksi
(g) Pengenaan denda serendah-rendahnya
administratif terhadap pihak-pihak yang terkait
Rp1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) dan
dengan persekongkolan tender. Apabila ‘pihak
setinggi-tingginya Rp25.000.000.000,- (dua
lain’ adalah panitia tender dari unsur pemerintah
puluh lima milyar rupiah).”
terbukti mendukung persekongkolan, KPPU
tidak dapat menjatuhkan sanksi administratif, Dalam laporan tahunan 2016, KPPU
melainkan hanya dapat memberikan rekomendasi menyebutkan bahwa denda sendiri merupakan
kepada atasan pejabat yang bersangkutan untuk salah satu bentuk usaha untuk mengambil
menjatuhkan sanksi administratif. keuntungan yang timbul akibat tindakan anti
persaingan usaha. Selain itu denda juga ditujukan
Putusan KPPU yang memberi sanksi
untuk memberikan efek jera kepada pelaku usaha
administratif disebut dengann condemnatoir atau
agar tidak melakukan kembali tindakan serupa
putusan yang bersifat menghukum. Sedangkan
atau ditiru oleh calon pelaku usaha lainnya. Maka
putusan yang isinya menyatakan bahwa pelaku
dari itu, agar efek jera tadi efektif, secara ekonomi
usaha tertentu secara sah dan meyakinkan
denda yang ditetapkan harus bisa menjadi sinyal
melanggar Pasal 22 Undang-Undang Nomor
atau setidaknya dipersepsikan oleh pelanggar
5 Tahun 1999 disebut putusan declaratoir
sebagai biaya (expected cost) yang jauh lebih besar
atau bersifat menerangkan. Dalam hal putusan
dibandingkan dengan manfaat (expected benefit)
KPPU berupa denda dan atau ganti rugi, maka
yang didapat dari tindakannya melanggar Undang-
para pihak yang dijatuhi putusan tersebut wajib
Undang Persaingan (Hukum Online, 2017).
Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 211
terbuktinya unsur Pasal 22 Undang-Undang yang bertujuan untuk menghilangkan persaingan.
Nomor 5 Tahun 1999, maka sangkaan atau laporan Tidakan lain yang dapat berakibat kepada
yang ditujukan kepada pemohon keberatan harus terjadinya persaingan usaha tidak sehat adalah
dinyatakan terbukti, sehingga putusan judex facti tindakan persekongkolan untuk mengatur dan
dalam hal ini Pengadilan Negeri Makassar telah atau menentukan pemenang tender sebagaimana
tepat dan benar. Selanjutnya Mahkamah Agung diatur oleh Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5
menyatakan bahwa telah benar adanya kesamaan Tahun 1999.
pemilik dan atau hubungan keluarga dalam
Pengaturan pemenang tender tersebut
kepengurusan antara satu peserta dengan peserta
banyak ditemukan pada pelaksanaan pengadaan
tender lainnya, dan adanya kesamaan dokumen
barang atau jasa yang dilaksanakan oleh
antara dokumen tender peserta yang satu dengan
pemerintah pusat atau pemerintah daerah,
dokumen tender peserta lainnya, serta adanya
BUMN, dan perusahaan swasta. Untuk itu Pasal
kesamaan pihak yang menyiapkan dokumen
22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tidak
tender tersebut telah cukup membuktikan adanya
hanya mencakup kegiatan pengadaan yang
persekongkolan tender.
dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga kegiatan
Selanjutnya Mahkamah Agung berpendapat pengadaan yang dilakukan oleh perusahaan
bahwa selain itu, keberatan-keberatan pemohon negara, BUMN, BUMD, dan perusahaan swasta.
tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian
Putusan yang diberikan oleh hakim
yang bersifat penghargaan tentang suatu
mulai dari keberatan di Pengadilan Negeri
kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan
Makassar sampai kepada tingkat kasasi dan
dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi. Karena
peninjauan kembali di Mahkamah Agung
pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya
sudah sesuai dengan fakta hukum dan keadilan
berkenaan dengan adanya kesalahan penerapan
dalam masyarakat yang menyetujui Putusan
hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku,
KPPU Nomor 09/KPPU-L/2013. Putusan
adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat
yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung sudah
yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
mewakili masyarakat, bahwa telah terbukti
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan
secara sah pelaku usaha sebagai peserta tender
batalnya putusan yang bersangkutan, atau bila
melakukan persekongkolan tender. Dengan
pengadilan tidak berwenang, atau melampaui
demikian dapat memberikan yurisprudensi bagi
batas wewenangnya, sebagaimana yang dimaksud
hakim yang akan datang ketika terjadi kasus
dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
persekongkolan tender berikutnya, mengingat
1985 jo. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
tender proyek hampir ada di setiap daerah di
dan perubahan kedua Undang-Undang Nomor 3
Indonesia. Hal ini dapat menjadi preseden baik
Tahun 2009.
bagi penegakan hukum persaingan usaha dan bisa
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi warning bagi pemerintah daerah, dalam
melarang perbuatan pelaku usaha yang bertujuan hal ini pemerintah provinsi dan kabupaten, dalam
menghambat atau bertentangan dengan prinsip membuat putusan dan pelelangan terhadap setiap
persaingan usaha yang sehat, antara lain seperti pembangunan proyek sehingga tidak terjadi
pembatasan akses pasar, kolusi, dan tindakan lain potensi kerugian negara.
Penerapan Sanksi Denda Terhadap Kasus Persekongkolan Tender Jalan Nasional (Asmah) | 213
Rokan, M.K. (2010). Hukum persaingan usaha (Teori
& praktiknya di Indonesia). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.