Anda di halaman 1dari 7

FOTO TERAPI

1. Penanganan Hiperbilirubinemia
Tujuan utama penanganan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir adalah
untuk mencegah hiperbilirubinemia menjadi berat dan mencegah terjadinya
kernikterus atau ensefalopati bilirubin (Hockenberry, 2009). Salah satu terapi
utama untuk pengobatan hiperbilirubinemia adalah fototerapi. Fototerapi
adalah salah satu metode yang bermanfaat untuk pengobatan
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir (Sarin, Dutta, & Narang, 2006).
Fototerapi intesif adalah fototerapi dengan menggunakan sinar blue-green
spectrum (panjang gelombang 430-490 nm) dengan kekuatan paling kurang
30 Uw/cm^2 (diperiksa dengan radiometer, atau diperkirakan dengan
menempatkan bayi langsung dibawah sumber dinar dan kulit bayi yang
terpejan lebih luas (Sukadi dalam Kosim dkk, 2008; Hockenberry, 2009).

2. Mekanisme Kerja
Cahaya membantu eksresi dengan cara fotoisomerisasi yang mengubah
struktur bilirubin menjadi bentuk larut (lumirubin) agar eksresinya mudah
(Surasmi, Handayani, & Kusuma, 2003, Hockenberry, 2009). Efek fototerapi
memungkinkan bilirubin didalam empedu meningkatkan pengeluaran cairan
empedu kedalam usus sehingga peristaltik usus meningkat. Senyawa
bilirubin yang berbentuk 4Z – 15 X akan diubah oleh energy sinar dari
fototerapi menjadi senyama bilirubin 4 Z – 15 E dengan bentuk isomer yang
mudah larut dalam air (Surasmi, Handayani, & Kusuma, 2003).

3. Indikasi Fototerapi
Fototerapi diberikan untuk tujuan menurunkan kadar bilirubin direk pada
bayi dengan hiperbilirubinemia (jaundice non fissioligis) (Irawan & Kosim
dalam Kosim, dkk 2008). Permulaan dan lamanya pemberian fototerapi
tergantung pada kadar bilirubin total serum berdasarkan usia postnatal bayi
dan adanya potensial resiko terjadinya neurotoksisitas (Bhutani & The
Comitte on Fetus and Newborn, 2011).
4. Paduan Fototerapi
Berikur ini adalah panduan penatalaksanaan bilirubin pada bayi
berdasarkan kadar bilirubin serum:
Usia Terapi Sinar Transfusi Ganti
Bayi cukup bulan Bayi kurang Bayi cukup bulan Bayi kurang
sehat bulan atau sehat bulan atau
terdapat factor terdapat factor
resiko* resiko
Mg/dL µ mol/L Mg/dL µ mol/L Mg/dL µ mol/L Mg/dL µ mol/L
Hari ke 1 Ikterus yang dapat dilihat* 15 260 13 220
Hari ke 2 15 260 13 220 25 425 15 260
Hari ke 3 18 310 16 270 30 510 20 240
Hari ke 4, 20 340 17 290 30 510 20 340
dst
Tabel 1. Pengobatan ikterus yang didasarkan pada kadar bilirubin serum
Ket
* : Faktor resiko mencakup bayi kecil,(< 2,5 kg pada saat lahir dan
dilahirkan sebelum 37 minggu kehamilan), hemolisis dan sepsi.
** : lkterus yang terlihat dibagian manapun dari tubuh pada hari
pertama.
5. Peralatan
a. Unit terapi sinar
b. Lampu dapat berupa:
 Tabung fluresens penghail sinar blue-green spectrum
(panjang gelombang 430 490 nm) dengan kekuatan 30
uW/cm'.
 Lampu halogen.
 Sistem fiberoptic.
 Lampu gallium nitrid.
c. Pelindung mata
d. Pelindung lampu
e. Kotak penghangat atau incubator
f. Kain atau tirai putih
g. Pengukur suhu tubuh dan ruangan
6. Prosedur .
a. Hangatkan ruangan sehingga suhu dibawah lampu 28°C - 30°C.
b. Nyalakan tombol alat dan periksa apakah seluruh lampu flouresens
menyala dengan baik.
c. Ganti lampu fluresens bila terbakar atau mulai berkedip-kedip.
 Catat tanggal lampu mulai dipasang dan hitung total durasi
penggunaan lampu.
 Ganti lampu setiap 2000 jam atau setelah penggunaan 3
bulan walaupun lampu masih menyala.
d. Bila berat badan bayl 2000 gram atau lebih, bayi diletakkan pada
box bayi dan apabila berat badan < 2000 gram bayi diletakkan
dalam inkubator.
e. Tutup mata bayi dengan penutup, pastikan penutup mata tidak
menutupi lubang hidung. Jangan gunakan plester untuk menfiksasi
penutup.
f. Letakkan bayi dibawah sinar lampu terapi sinar dengan jarak 45-50
cm atau letakkan bayi sedekat mungkin dedgan lampu sesuai
petunjuk atau manual pabrik pembuat alat.
g. Ubah posisi bayi tiap 3 jam.
h. Pastikan bayi terpenuhi kebutuhan cairannya.
i. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu udara setiap 3 jam.
j. Periksa kadar bilirubin serum tiap 6-12 jam pada bayi dengan
kadar bilirubin yang cepat meningkat, bayi kurang bulan atau bayi
sakit. Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang setelah 12-24 jam
terapi sinar dihentikan.
k. Hentikan terapi sinar bila kadar bilirubin turun dibawah batas
untuk dilakukan terapi sinar atau mendekati nilail untuk dilakukan
transfuse tukar.
7. Komplikasi
a. Kerusakan retina
b. Kelainan kuit: hiperpigmentasi, ruam, eritemna dan luka bakar.
c. Dehidrasi.
d. Diare.
e. Hipertermi.
f. Bronze body syndrome.

8. Hal yang harus diperhatikan


a. Hal yang perlu diperhatikan selama bayi mendapatkan fototerapi
adalah pastikan bayi mendapatkan hidrasi dan nutrisi yang adekuat
dan temperature terkontrol. Lakukan pemeriksaan terhadap adanya
kemungkinan ensefalopati bilirubin, kernikterus seperti perubahan
pola tidur, toleransi minum buruk, dan menangis lemah (Bhutani &
The Comitte on Fetus and Newborn, 2011).
b. Apabila kadar bilirubin tidak menurun atau cenderung naik pada
bayi yang mendapatkan fototerapi, kemungkinan terjadi hemolisis.
Bayi dengan fototerapi mempunyai membutuhkan cairan lebih
banyak dibandingkan dengan bayi normal lain yang tidak
mendapatkan fototerapi. Kebutuhancairan meningkat 10-20%
selama bayi mendapatkan fototerapi (irawan & Kosim dalam
Kosim, dkk 2008).
c. lbu dianjurkan untuk menyusui bayi setiap 3 jam, dengan
membuka penutup mata pada bayi untuk meningkatkan bonding
attachment. Bayi tidak perlu dipindahkan dari box dan terapi sinar,
jka bayi medapatkan terapi intravena dan pemberian minum secara
parenteral atau melalui slang lambung.
d. Jika bayi selama prosedur fototerapi mendapatkan terapi oksigen,
observasi pernafasan bayi setiap 3 jam dan untuk menilai sianosis
matikan lampu agar pengamatan dapat valid.
e. Penggunaan diapers (popok) sangat membantu selama prosedur
fototerapi untuk meningkatkan kenyamanan dan hygine bayi.
f. Fototerapi dikontraindikasikan pada bayi dalam pengobatan
photosensitizing.
PRODI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS PAHLAWAN
DAFTAR TILIK FOTOTERAPI

NAMA MAHASISWA :
NIM :
Tanggal Ujian :

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2 3
Prosedur tindakan
Persiapan
1. Salam terapeutik
2. Kaji order pemberian fototerapi
3. Ikuti prosedur keselamatan pasien
4. Jelaskan tentang prosedur dan tujuannya
Kerja atau Tindakan
5. Persiapan bahan/alat
6. Cuci tangan
7. Yakinkan bayi dalam kondisi stabil
8. Hangatkan ruangan sehingga suhu dibawah lampu 28°C - 30°C.
9. Nyalakan tombol alat dan periksa apakah seluruh lampu
flouresens menyala dengan baik
10. Ganti lampu floresens bila terbakar atau mulai berkedip-kedip,
 Catan tanggal dan lampu Mulai dipasasang dan hitung total
durasi penggunaan lamlu.
 Ganti lampu setiap 2000 jam atau setelah penggunaan 3
bulan walaupun lampu masih menyala.
11. Bila berat badan 2000 gram atau lebih, bayi diletakkan pada box
bayi dan apabila berat badan <2000 gram bayi diletakkan dalam
inkubator.
12. Tutup mata bayi dengan penutup, pastikan penutup mata tidak
menutupi lubang hidung. Jangan gunakan plester untuk
menfiksasi penutup.
13. Letakkan bayi dibawah sinar lampu terapi sinar dengan jarak 45-
50 cm atau letakkan bayi sedekat mungkin dengan lampu sesuai
petunjuk atau manual pabrik pembuatan alat.
14. Ubah posisi bayi tiap 3 jam
15. Pastikan bayi terpenuhi kebutuhan cairannya.
16. Pantau suhu tubuh bayi dan suhu udara setiap 3 jam.
17. Periksa kadar bilirubin serum tiap 6-12 jam lada bayi dengan
kadar bilirubin yang cepat meningkat, bayi kurang bulan atau
bayi sakit. Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang setelah 12-24
jam terapi sinar dihentikan.
18. Hentikan terapi sinar bila kadar bilirubin turun dibawah batas
untuk dilakukan sebagai terapi sinar atau mendekati nilai untuk
dilakukan transfuse tukar.
Dokumentasi
19.  Catat nama dan umur bayi, dan waktu fototerapi.
 Catat reaksi bayi selama prosedur.
 Nama dan paraf perawat.
NILAI
NILAI TOTAL

Anda mungkin juga menyukai