Dongeng Si Kabayan
Dongeng Si Kabayan
Pada suatu hari Si Kabayan disuruh mertuanya untuk mengambil siput-siput sawah. Si
Kabayan melakukannya dengan malas-malasan. Setibanya di sawah, ia tidak segera
mengambil siput-siput sawah yang banyak terdapat di sawah itu, melainkan hanya duduk-
duduk di pematang sawah.
“Abah-abah (Bapak), aku takut turun ke sawah karena sawah ini sangat dalam. Lihatlah, Bah,
begitu dalamnya sawah ini hingga langit pun terlihat di dalamnya,” jawab Si Kabayan.
Pada hari yang lain mertua Si Kabayan menyuruh Si Kabayan untuk memetik buah
nangka yang telah matang. Pohon nangka itu tumbuh di pinggir sungai dan batangnya
menjorok di atas sungai. Si Kabayan sesungguhnya malas untuk melakukannya. Hanya
setelah mertuanya terlihat marah, Si Kabayan akhirnya menurut. Ia memanjat batang pohon.
1
Dipetiknya satu buah nangka yang telah masak. Sayang, buah nangka itu terjatuh ke sungai.
Si Kabayan tidak buru-buru turun ke sungai untuk mengambil buah nangka yang terjatuh.
Dibiarkannya buah nangka itu hanyut.
Dengan wajah polos seolah tanpa berdosa, Si Kabayan menukas, “Lho? Bukankah
buah nangka itu tadi telah kuminta untuk berjalan duluan? Apakah buah nangka itu belum
juga tiba?”
“Waktu kupetik, buah nangka itu jatuh ke sungai. Rupanya ia ingin berjalan sendirian. Maka,
kubiarkan ia berjalan dan kusebutkan agar ia lekas pulang ke rumah. Kuperingatkan pula agar
ia segera membelok ke rumah ini. Dasar nangka tua tak tahu diri, tidak menuruti perintahku
pula!”
“Ah, itu hanya alasanmu yang mengada-ada saja, Kabayan!” mertua Si Kabayan bersungut-
sungut. “Bilang saja kalau kamu itu malas membawa nangka itu ke rumah!”
Pada waktu yang lain mertua Si Kabayan mengajak menantunya yang malas lagi
bodoh itu untuk memetik kacang koro di kebun. Mereka membawa karung untuk tempat
kacang koro yang mereka petik. Baru beberapa buah kacang koro yang dipetiknya, Si
Kabayan telah malas untuk melanjutkannya. Si Kabayan mengantuk. Ia pun lantas tidur di
dalam karung.
“Karung ini bukan untuk manusia tapi untuk kacang koro!” omel mertua Si Kabayan setelah
mengetahui Si Kabayan lah yang dipanggulnya hingga tiba di rumah.
2
melihat mertuanya itu tengah tertidur. Tanpa banyak bicara, Si Kabayan lantas mengikat
karung itu dan menyeretnya.
Namun, Si Kabayan tetap saja menyeret karung berisi mertuanya itu hingga tiba di
rumah. Katanya seraya menyeret, “Karung ini untuk tempat kacang koro, bukan untuk
manusia.”
“Mengetahui nama asli mertua itu pantangan, Akang!” kata Nyi Iteung memperingatkan.
“Bukankah Akang sudah tahu masalah ini?”
Nyi Iteung akhirnya bersedia memberitahu jika suaminya itu berjanji untuk tidak
menyebarkan rahasia itu. katanya, “Nama Abah yang asli itu Ki Nolednad. Ingat, jangan
sekali-kali engkau sebutkan nama Abah itu kepada siapa pun!”
Setelah mengetahui nama ash mertuanya, Si Kabayan lantas mencari air enau yang
masih mengental. Diambilnya pula kapuk dalam jumlah yang banyak. Si Kabayan menuju
lubuk, tempat mertuanya itu biasa mandi. Ia lantas membasahi seluruh tubuhnya dengan air
enau yang kental dan menempelkan kapuk di sekujur tubuhnya. Si Kabayan kemudian
memanjat pohon dan duduk di dahan pohon seraya menunggu kedatangan mertuanya yang
akan mandi.
Ketika mertuanya sedang asyik mandi, Si Kabayan lantas berseru dengan suara yang
dibuatnya terdengar lebih berat, “Nolednad! Nolednad!”
“Nolednad, aku ini Kakek penunggu lubuk ini.” kata Si Kabayan. “Aku peringatkan
kepadamu Nolednad, hendaklah engkau menyayangi Kabayan karena ia cucu kesayanganku.
3
Jangan berani-berani engkau menyia-nyiakannya. Urus dia baik-baik. Urus sandang dan
pangannya. Jika engkau tidak melakukan pesanku ini, niscaya engkau tidak akan selamat!”
Mertua Si Kabayan sangat takut mendengar ucapan ‘Kakek penunggu lubuk’ itu.Ia
pun berjanji untuk melaksanakan pesan ‘Kakek penunggu lubuk’ itu.
Sejak saat itu mertua Si Kabayan tidak lagi membenci Si Kabayan. Disayanginya
menantunya itu. Dicukupinya kebutuhan sandang dan pangan Si Kabayan. Bahkan,
dibuatkannya pula rumah, meski kecil, untuk tempat tinggal menantunya tersebut.
Setelah mendapatkan perlakuan yang sangat baik dari mertuanya, Si Kabayan juga
sadar akan sikap buruknya selama itu. Ia pun mengubah sikap dan perilakunya. Ia tidak lagi
malas-malasan untuk bekerja. Ia pun bekerja sebagai buruh. Kehidupannya bersama istrinya
membaik yang membuat istrinya itu bertambah sayang kepadanya. Si Kabayan juga
bertambah sayang kepada Nyi Iteung seperti sayangnya kepada mertuanya yang tetap baik
perlakuan terhadapnya. Mertuanya tetap menyangka Si Kabayan sebagai cucu ‘Kakek
penunggu lubuk’. Ki Nolednad sangat takut untuk memusuhi atau menyia-nyiakan Si
Kabayan karena takut tidak akan selamat dalam hidupnya seperti yang telah dipesankan
‘Kakek penunggu lubuk’!
“Pesan moral dari Kumpulan Dongeng Si Kabayan – Cerita Rakyat Sunda (Jawa Barat)
adalah kemalasan hanya akan merugikan diri sendiri. Oleh karena itu hendaklah kita
menghindari sikap bermalas-malasan karena hanya akan mendatangkan kerugian di
kemudian hari.”