Hesty Heryani *
e-mail: hheryani@ulm.ac.id
ABSTRAK
Bleaching Earth merupakan bahan yang digunakan di industri refinery untuk mengabsorbsi
berbagai pengotor yang terikat saat proses degumming. Fungsi lain dari Bleaching Earth digunakan
sebagai bahan pemucat warna CPO pada proses bleaching. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
efektifitas pemberian Bleaching Earth terhadap kualitas Degummed Bleached Palm Oil (DBPO) dan
Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) saat fraksinasi. Parameter mutu yang diamati adalah
asam lemak bebas (FFA), warna, cloud point dan angka iodin. Penggunaan rentang konsentrasi Bleaching
Earth ditetapkan dari 0,6% hingga 1,0%. Hasil yang diperoleh dengan memperhatikan output RBDPO
untuk kapasitas industri CPO 2.000 ton per hari menerapkan flow rate 41,6 ton per jam diperoleh data
rata-rata efisiensi bulanan sebesar 95,51%. Penambahan Bleaching Earth 0,8 % dan 0,9% memberikan
hasil signifikan terhadap mutu FFA dari RBDPO, warna, cloud point serta bilangan iod. Rekomendasi
yang dapat diberikan untuk efektifitas terbaik Bleaching Earth dilevel industri refinery terkait bilangan
iodin. Besarnya angka iodin berbanding lurus terhadap FFA dan warna, yang berarti juga berdampak
pada kualitas minyak hasil refinery secara keseluruhan. Untuk menjaga kualitas DBPO dan RBDPO
implementasi pada skala industri terbaik untuk pemberian Bleaching Earth pada level 0,8% hingga 0,9%.
Key words : flow rate, cloud point, bilangan iod, FFA, degumming.
ABSTRACT
Bleaching Earth is an ingredient which is used in the refinery industry to absorb various impounded
impurities during degumming process. Another function of Bleaching Earth is used as a color palatal
ingredient in the process of bleaching. This study was conducted to determine the effectiveness of
Bleaching Earth on the quality of Degummed Bleached Palm Oil (DBPO) and Refined Bleached
Deodorized Palm Oil (RBDPO) during fractionation. The observed quality parameters were free fatty
acid (FFA), color, cloud point and iodine number. The use of the Bleaching Earth concentration range
was set from 0.6% to 1.0%. The result obtained by considering the output of RBDPO for CPO industry
capacity of 2000 tons per day applying a flow rate of 41.6 tons per hour was an average monthly
efficiency data of 95.51%. The addition of Bleaching Earth 0.8% and 0.9% gave significant result to
FFA quality from RBDPO, color, cloud point and iodine value. The recommendations which could be
made for the best effectiveness of Bleaching Earth in the refinery industry level related to iodine number.
The amount of iodine count was directly proportional to FFA and color, meaning it also affected the
quality of refined oil as a whole. To maintain the quality of DBPO and RBDPO implemented on the best
industry scale is by providing Bleaching Earth at the level of 0.8% to 0.9%.
Key words : flow rate, cloud point, iodine number, FFA, degumming.
PENDAHULUAN
Pada proses pemurnian minyak sawit skala industri, biasanya proses degumming dan
bleaching dilakukan sekaligus untuk mengefisienkan proses produksi. Proses degumming
bertujuan untuk menghilangkan komponen fosfolipid yang terdiri dari phospatida, protein,
residu, karbohidrat, air serta resin yang menimbulkan warna gelap pada CPO tanpa mengurangi
jumlah asam lemak yang terkandung di dalamnya sedangkan bleaching diutamakan untuk
memperbaiki warna minyak sesuai standar mutu.
Warna merupakan parameter utama dalam penentuan kualitas minyak dan digunakan
sebagai dasar dalam penentuan apakah minyak tersebut diterima atau tidak dalam dunia
perdagangan. Warna CPO yang gelap menandakan kualitas minyak yang rendah, sehingga perlu
dilakukan pencegahan dengan menambahkan Bleachig Earth dalam proses Degumming dan
Bleaching (Kun - She Low, 1998).
Bleaching Earth merupakan bahan pemucat yang juga dapat berfungsi sebagai adsorben
untuk mendapatkan standar mutu warna bleaching palm oil (BPO) pada industri refinery berbasis
CPO. Untuk jenis bleaching earth yang sama diperlukan konsentrasi optimal untuk
mempertahankan kualitas degumming bleaching palm oil (DBPO) dan refined bleached
deodorize palm oil (RBDPO). Jenis bleachig earth yang digunakan adalah bentonit yang juga
berferan sebagai bleaching agent. Secara fisik bleachig earth yang digunakan mempunyai ciri
warna putih tulang dan berbentuk serbuk. Jenis ini digunakan dalam proses refinery sebagai
penyerap bahan pengotor yang terdapat pada Crude palm oil (CPO). Proses pemucatan minyak
sawit dengan menambahkan bleaching earth pada skala industri biasanya berlangsung selama 30
menit pada temperatur 100 - 1300C.
Untuk kuantitas adsorben yang digunakan umumnya beragam, ditentukan oleh keaktifan
dari bahan dan sifat ataupun pencirinya. Faktor yang juga menentukan adalah jenis minyak,
intensitas warna minyak dan warna yang diinginkan dari minyak hasil pemucatan. Parameter
proses pemucatan seperti suhu dan waktu kontak juga mempengaruhi jumlah adsorben yang
dibutuhkan. Dalam kajian ini kedua variabel tersebut bersifat tetap.
Tujuan penelitian mengacu pada lingkup kajian, khususnya bagaimana proses pemurnian
(degumming, bleaching, filtration dan deodorizing), dan proses praksinasi (crystallization and
filtration) minyak kelapa sawit sampai dengan menghasilkan fraksi cair dan fraksi padat,
sehingga peran bleachig earth optimal diperlukan untuk memperoleh kualitas DBPO dan
RBDPO yang terbaik pada skala industri.
Metodelogi
Metodelogi yang dikembangkan dibagi dalam 4 tahapan kerja, dimulai dari preparasi dan
standarisasi spek bahan utama (CPO), desain percobaan untuk penggunaan bleaching earth dan
teknik pengambilan sampel, menentukan spesifikasi variabel operasi lainnya, serta analisis
karakteristik produk DBPO dan RBDPO.
1. Preparasi dan standarisasi CPO sebagai bahan utama
Khusus untuk industri refinery umumnya menerapkan standarisasi khususnya untuk
bahan baku yang digunakan dalam proses lanjut. Spesifikasi dimaksud terkait dengan
kandungan asam palmitat, kadar air, angka iodin serta Deterioration of Bleachability Index
(DOBI). Pengukuran DOBI dilakukan dengan memperhatikan angka absorbansi pada 446 nm
yang dibagi dengan angka absorbansi yang terbaca pada panjang gelombang 268 nm.
2. Bleaching eksperimen
Bahan pemucat yang digunakan tidak bersifat renewable, merupakan sejenis tanah
lempung terdiri dari silikat, air terikat, serta ion kalsium, magnesium dan besi oksida.
Kemampuan sebagai pemucat karena adanya ion Al3+ pada permukaan partikel bleaching earth
yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna (pigmen). Kemampuan untuk memucatkan
tergantung pada perbandingan antara komponen SiO2 dan Al2O3 yang terdapat dalam Bleaching
Earth tersebut yang dapat menyerap pigmen pada minyak dengan baik (Tsai et al., 2012). Untuk
itu spesifikasi bleaching earth yang perlu diperhatikan terkait kadar air, pH pada konsentrasi
10%, kenampakan secara fisik, bulk density, bau dan kandungan SiO2 yang diharapkan
mencapai minimal 58%. Aktivasi bleachig earth biasanya dilakukan dengan pengasaman dan
pemanasan. Perbandingan antara komponen silica dengan aluminium sangat menentukan terkait
kemampuan sebagai bahan pemucat.
Penggunaan konsentrasi efektif bleaching earth pada konsentrasi 0,6% - 1,0% dengan
pemanasan serta laju alir yang sama pada tahap pengolahan minyak kelapa sawit menjadi
RBDPO. Dasar dari perlakuan mengacu pada Young (1987) untuk penggunaan bleaching earth
pada rentang 0,5% - 2,0%. Spesifikasi awal CPO yang digunakan merupakan point yang penting
dan mutlak pada setiap batch produksi.
3. Variabel Operasi yang berpengaruh pada kualitas RBDPO
Kondisi proses bleaching dengan penambahan bleaching earth di industri dilakukan pada
suhu 100 - 1300C selama 30 menit dengan flow rate rata - rata per jam nya adalah 41,6 ton per
jam. Data yang digunakan berasal dari 3 batch operasi dan diasumsikan sebagai ulangan pada
masing-masing parameter kualitas produk. Kondisi awal CPO sesuai SNI (01-3741-2002) untuk
standar kualitas CPO sebagaimana disajikan pada pada Tabel 1.
Pada skala industri perbedaan kadar air sebesar 0,05% masih pada batas yang ditoleransi.
Tabel 1. Kualitas CPO sesuai SNI (01-3741-2002) .
Standar
Analisa Satuan
SNI : 01-3741-2002
Iodin Value (mg 12/g) 50 min
Asam lemak bebas (FFA) % 5 max
Color - Kuning jingga sampai
kemerah-merahan
Moist % 0,45 max
Peroksida Value (me.q/Kg) 2 max
DOBI - 2,0 min
Kualitas CPO
Crude Palm Oil (CPO) merupakan bahan utama pada industri minyak goreng. Atas dasar
itu standarisasi kualitas CPO mutlak dilakukan oleh industri. Hasil observasi menunjukkan
bahwa spesifikasi CPO yang digunakan sebelum dilakukan proses lanjut disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi kualitas Crude Palm Oil (CPO) sebagai bahan utama
Standar Spesifikasi
FFA (%) 5,0 Max
Kadar Air (%) 0,5 Max
Angka Iodine 50 Min
DOBI 2,0 Min
Khusus untuk Deterioration of Bleachability Index (DOBI), juga merupakan indikator
baik tidaknya proses Bleaching. Rendahnya nilai DOBI disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya akibat dari persentase buah tidak matang terlalu tinggi, proses menunggu sebelum
diolah yang terlalu lama. Adanya peluang kontaminasi minyak CPO dengan kondensat dari
proses sterilisasi serta terkontaminan dengan sludge oil yang teroksidasi, juga dapat dijadikan
upaya kendali awal agar CPO masuk pada standar spesifikasi.
Proses filtrasi yang dilakukan pada saat proses degumming ditentukan oleh aktifitas
bleaching earth yang digunakan. Semakin tinggi aktifitas bleaching earth, maka semakin mudah
di filtrasi. Hasil lapangan diperoleh bahwa CPO berwarna jingga sampai kemerah - merahan,
setelah proses adsorbsi berwarna kuning jernih. Hal ini, disebabkan adanya proses adsorbsi yang
menyerap warna, asam lemak, dan pengotor lain dalam minyak yang dapat mempengaruhi
kualitas warna minyak yang dihasilkan (Simone et al., 2014).
Bahan Tambahan pada Proses Bleaching
Ada beberapa bahan tambahan yang digunakan selama proses produksi berlangsung.
Berikut adalah beberapa bahan tambahan yang digunakan pada industri.
a. Asam Phosphat
Bleaching Earth (tanah pemucat) adalah tanah lempung yang mengandung mineral
montmorillonit. Kandungan mineral jenis ini mencapai 85% di dalam bahan sementara sisanya
berupa mineral gipsum, kolinit, kuarsa dan lainnya (Supeno, 2008). Di industri Bleaching Earth
dikenal dengan bentonit. Montmorillonit dalam bentonit berwujud mineral liat yang dapat
mengembang dan mengerut yang tergolong ke dalam kelompok smektit serta mempunyai
komposisi kimia yang beragam. Kemampuan untuk mengembang-mengerut serta adanya
muatan negatif yang cukup besar memungkinkan bahan mineral tersebut dapat mengadsorb ion-
ion logam dan kation-kation organik (Tan, 1993).
Hasil observasi menunjukkan spesifikasi bleaching earth yang digunakan pada industri
minyak sawit memiliki kadar air maksimal 15%, pH pada kondisi suspensi 10% berkisar pada
6,5 - 8,5, bulk density 0,50 – 0,65 gram per liter serta harus memiliki kandungan SiO2 minimal
58%. Selain itu perbandingan antara komponen SiO2 dan Al2O3 yang terdapat dalam bleaching
earth sangat berperan dalam menghasilkan minyak yang lebih jernih (Tsai et al., 2012). Hasil
observasi menunjukkan perbandingan antara SiO2 dan Al2O3 untuk tanah pemucat yang berdaya
serap baik pada 5 - 6 : 1.
Pada Gambar 1 dijelaskan penggunaan bahan utama yaitu CPO dan bahan tambahan
lainnya. Pada proses degumming didalam dynamix mixer biasanya ditambahkan asam phospat
maupun asam sitrat. Selanjutnya diberikan penambahan bleaching earth. Setelah proses
degumming dan bleaching selesai fase berikutnya masuk ke tahapan proses penghilang odor
yang disebut dengan deodorizing section.
1 CPO
Storage Tank
Dryer
Degumming/ 4
Dynamix Mixer Phosporic Acid/Citric Acid
Vacuum
5
Retention Vessel Bleaching Earth
Sparging Steam
Vacuum
6
Bleacher
Sparging Steam
Vacuum
Buffer Vessel
Niagara Filter
7 8
(18 pcs)
7 7Spent Earth
Bag Filter
9
7
Deodorizing
Section
Proses Deodorizing
Proses deodorisasi merupakan proses penghilangan asam lemak bebas dan komponen
penyebab bau tidak sedap seperti peroksida, keton dan senyawa hasil oksidasi lemak lainnya
(Copeland dan Maurice, 2005). Hasil observasi menunjukkan proses berlangsung secara
kontinyu pada suhu 95-268oC. Proses deodorisasi di industri disajikan pada Gambar 2 . Proses
berlangsung di dalam Deodorizer dengan kondisi vacum max 6 mbar.
Produk RBDPO yang dihasilkan dari proses sebagaimana Gambar 2, mengalami proses
penyaringan/filtrasi terakhir di Bag Filter berukuran 10 micron dimana proses ini merupakan
CCP (Critical Control Point) sebelum RBDPO di transfer ke RBDPO Storage Tank.
Kenampakan fisik dari produk RBDPO disajikan pada Gambar 3.
Bleaching
Section
DBPO Receiver
Tank
F 203
Catridge Filter 1
(5µ)
9 8 RBDPO
Start Uo Heater /
Shut Down Cooler
Final Oil Heater 3
4
PFAD
High Pressure Boiler
Vacuum
7
Deodorizer 5
Plate Heat Exchanger PFAD Tank
Dalam industri target efisiensi merupakan sesuatu yang mutlak. Rasio antara ouput dan
input menjadi dasar evaluasi kondisi operasional proses yang di jalankan. Hasil analisis dari data
yang diambil pada skala industri kapasitas 2,000 ton per hari yang dalam proses degummning,
netralisasi dan bleaching yang dilanjutkan pada tahap filtrasi kemudian dilakukan proses
deodorisasi dengan perlakuan utama pada bahan tambahan bleaching earth yang berbeda,
sementara spesifikasi awal untuk CPO dan penggunaan aktivasi asam pada kondisi yang sama.
Dari hasil observasi di lapangan, proses bleaching dengan penambahan bleaching earth
di industri, optimal dilakukan pada suhu 100 - 1300C selama 30 menit dengan flow rate rata -
rata per jam nya adalah 41,6 ton per jam.
Perolehan data efisiensi dipantau dari penggunaan bleaching earth 0,6% - 1,0%. Hasil
rata-rata yang diperoleh pada tiga batch operasi, efisiensi produksi mencapai di atas 95% yaitu
95,51% (SD ±0,78). Hasil yang diperoleh sangat relevan jika dihubungkan dengan berbagai
parameter kualitas RBDPO lainnya yang diperoleh. Hal ini dikarenakan dari industri refinery
tersebut sudah memperhatikan dan menerapkan crititical control point (CCP) dan control point
(CP) pada setiap tahapan proses yang diberlakukan (Heryani dan Nugroho, 2017).
Menurut Ismail et al., (2016), FFA hasil degumming dan bleaching mungkin masih
mengalami peningkatan karena dipengaruhi oleh suhu proses pengolahan DBPO dan proses
oksidasi serta hidrolisa enzim, sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol, walaupun
enzim tersebut seperti lipase telah di inaktif sebelumnya lewat proses pemanasan.
Penggunaan standar Cloud Point pada bahan baku awal (CPO) tidak melebihi 20 ppm,
sementara untuk DBPO adalah maksimum 5 ppm dan untuk RBDPO juga maksimum 5 ppm.
Apabila melebihi standard yang telah di tetapkan perusahaan, berarti kualitas yang dihasilkan
akan mengalami penurunan (Anthony et al., 1988). Semakin tinggi Cloud Point maka semakin
tinggi ketidakjenuhan minyak, yang mengakibatkan mudahnya minyak teroksidasi pada saat
dilakukan proses produksi minyak.
d. Hubungan bilangan Iod terhadap FFA, warna dan cloud point dari produk RBDPO
Salah satu sifat terpenting dari asam lemak adalah tingkat kejenuhannya (degree of
saturation) yang dapat ditunjukkan oleh bilangan iod (iodine number). Minyak dengan bilangan
iod yang tinggi memiliki kandungan asam lemak bebas yang tinggi pula (Anthony et al., 1988).
Pada hasil produksi RBDPO, semakin tinggi angka Iodin Value (mg Iod/g) maka semakin tinggi
asam lemak bebas (FFA), warna menjadi lebih gelap karena teroksidasi dan berpengaruh
terhadap cloud point menjadi lebih tinggi (Naghshineh et al., 2010).
Hasil pengukuran bilangan Iod pengaruhnya terhadap FFA,warna dan cloud point untuk
produk RBDPO disajikan pada Gambar 7. Mangacu standar kualitas RBDPO pada industri
untuk bilangan Iod 50 – 55 mg Iod/g. Berdasarkan data rata-rata dari 3 batch produksi
menunjukkan nilai bilangan Iod berada pada 51,794 mg Iod/g hingga 52,775 mg Iod/g yang
berarti bahwa nilai tersebut masih berada pada standar kualitas yang direkomendasikan.
Gambar 7. Pengaruh bilangan Iod pada FFA,warna dan cloud point dari Produk RBDPO.
Kesimpulan
Untuk mengurangi beban lingkungan sangat baik jika bleaching earth yang digunakan
merupakan hasil formulasi dengan mencampurkan bleaching earth yang bersifat renewable dan
bersumber dari sumber daya alam lokal yang potensial.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony OO dan Ogugua CA. 1988. Laboratory Trials on Bleaching Palm Oil with Selected
Acid Activated Nigerian Clays. J. Food Chemistry 27: 311-317.
AOCS. 1998. Methods and recommended practices of the American Oil Chemists Society.
Champaign.
BSN. 1992. Syarat Mutu Minyak Goreng. (SNI 01–3741–2002). Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
Boki K, Kubo M, Wada T, Tamura T. 1992. Bleaching of alkali-refined vege-table-oils with
clay-minerals. Journal of the American Oil Chemists Society. 69 (3): e232-236.
doi10.1007.
Bonnie TYP dan Choo YM. 1999. Oxidation and thermal degradation of carotenoids. Journal of
Oil Palm Research. II (1): 62e78.
Copeland D dan Maurice BW. 2005. Vegetable Oil Refining, U.S. Patent No:6844458.
Fattah RA, Mostafa NA, Mohamed S, Mahmoud, Abdelmoez W. 2014. Recovery of Oil and
Free Fatty Acids from Spent Bleaching Earth Using Sub Critical Water Technology
Supported with Kinetic and Thermodynamic Study. Jurnal Advances in Bioscience and
Biotechnology. 5: 261-272.
Gunawan NS, Indraswati N, Yi-Hsu J , Soetaredjo FE, Ayucitra A, Ismadji S. 2010. Bentonites
Modified with Anionic and Cationic Surfactants for Bleaching of Crude Palm Oil. An
Internasional Journal on the Application and Technology of Clay and Clay Minerals. 47
(3-4): 462-464. ISSN: 0169-1317. Surabaya.
Haryono, Ali M, Wahyuni, 2012. Proses Pemucatan Minyak Sawit Mentah Dengan Arang Aktif.
Jurnal Ilmiah Teknik Kimia. Universitas Padjadjaran: Bandung. 1 (1).
Heryani, H dan Nugroho A. 2017. CCP dan CP pada Proses Pengolahan CPOdan CPKO.
Deepublish. Yogyakarta.
Ismail MI, Hamidon MH, Sofi MZM, Azmi NS. 2016. Renewable Bleaching Alternatives (RBA)
for Oil Refining from Waste Materials. Journal of Applied Environmental and Biological
Sciences. 6 (7S): 52-57. ISSN: 2090-4274. Malaysia.
Kun-She Low, Chnoong-Kheng Lee, Lee-Yong Kong. 1998. Decolorisation of CPO by Acid
Activated Spent Bleaching Earth. Journal of Chemical Technology and Biotechnology.
72: 67-73.
Majid RA, Mat CRC. 2017. Regenerated Spent Bleaching Earth For The Decolourisation and
Bod Reduction of Palm Oil Mill effluent. Journal of Oil Palm Research. 29 (4): 579-587.
doi.10.21894/jor.2017.0006.
Marchetti JM dan Errazu AF. 2008. Esterification of Free Fatty Acids Using Sulfuric Acid as
Catalyst in the Presence of Triglycerides. Biomass Bioenerg. 32: 892-895.
Naghshineh M, Ariffin AA, Ghazali HM, Mirhosseini H, Mohammad AS. 2010. Effect of
Saturated/Unsaturated Fatty Acid Ratio on Physicochemical Properties of Palm Olein–
Olive Oil Blend. J Am Oil Chem Soc. 87: 255-262.
Prokopov T dan Mechenov G. 2013. Utilization of Spent Bleaching Earth From Vegetable Oil
Processing. Ukrainian Food Journal. University of Food Technologies, Plovdiv, Bulgaria.
2 (4).
Ristianingsih Y, Sutijan, Budiman, A. 2011. Studi Kinetika Proses Kimia dan Fisika
Penghilangan Getah Crude Palm Oil Dengan Asam Fosfat. J. Reaktor. 13 (4): 242-247.
Silva SM, Sampaio KA, Ceriani R, Verh R, Stevens C, Greyt WDe, Meirelles AJA. 2014. Effect
of Type of Bleaching Earth on the Final Color of Refined Palm Oil. LWT-Food Science
and Technology. 59: 1258-1264. doi.10.1016/j.lwt.2014.05.028
Simone M, Silva, Klicia A, Sampaio, Roberta C, Roland V, Christian S, Wim DG, Antonio
JA, Meirelles. 2014. Effect of Type of Bleaching Earth on the Final Color of Refined Palm
Oil. An Internasional Journal of Food Science and Technology. 1258-1264. ISSN: 0623-
6438. Brazil.
Tan KH. 1993. Principles Soil Chemistry. 2nd edition. Marcel Dekker, Inc. New York.
Tsai WT, Chen HP, Hseih MF, Sun HF, Chien SF. 2002. Regeneration of Spent Bleaching Earth
by Pyrolysis in a Rotary Furnace. Journal of Analytical and Applied Pyrolisis. 63: 157-
170.
Usman MA, Ekwueme VI, Alaje TO, Mohammed AO. 2012. Characterization, Acid Activation,
and Bleaching Performance of Ibeshe Clay, Lagos, Nigeria. International Scholarly
Research Network ISRN Ceramics. doi.10.5402/2012/658508
Young FVK. 1987. Refining and Fractionation of Palm Oil. Di dalam F.D. Gunstone (ed.), Palm
Oil: Critical Reports on Applied Chemistry. John Wiley and Sons, New York. 15: 39-69.