Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SHERINA KOIRALA PUTRI

NIM: 12070126707
MANAJEMEN G

2. LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


MATERI POKOK
1. *Pengertian

Lembaga Keuangan Syari'ah adalah sebuah lembaga keuangan yang prinsip


operasinya berdasarkan pada prinsip-prinsip syari'ah Islamiah. Operasional lembaga
keuangan Islam harus menghindar dari riba, gharar dan maisir. Hal- hal terssebut
sangat diharamkan dan sudah diterangkan dalam AlQuran dan Al- Hadist.
Tujuan utama mendirikan lembaga keuangan Islam adalah untuk menunaikan perintah Allah
dalam bidang ekonomi dan muamalah serta membebaskan masyarakat Islam dari kegiatan-
kegiatan yang dilarang oleh agama Islam. Untuk melaksanakan tugas ini serta
menyelesaikan masalah yang memerangkap umat Islam hari ini, bukanlah hanya menjadi
tugas seseorang atau sebuah lembaga, tetapi merupakan tugas dan kewajiban setiap
muslim. Menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berekonomi dan bermasyarakat sangat
diperlukan untuk mengobati penyakit dalam dunia ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh
masyarakat. Lembaga Keuangan Syariah (LKS) menurut Dewan Syariah Nasional (DSN)
adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang mendapat
izin operasional sebagai Lembaga Keuangan Syariah. Definisi ini menegaskan bahwa sesuatu
LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian dengan syariah islam dan unsur
legalitas operasi sebagai lembaga keuangan. Unsur kesesuaian suatu LKS dengan syariah
islam secara 11 tersentralisasi diatur oleh DSN, yang diwujudkan dalam berbagai fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga tersebut. Unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan
diatur oleh berbagai instansi yang memiliki kewenangan mengeluarkan izin operasi.
Beberapa institusi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Bank Indonesia sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat.
b. Departemen Keuangan sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi
koperasi.
c. Kantor Menteri Koperasi sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi
koperasi.
Beberapa prinsip operasional dalam LKS adalah :
a. Keadilan, yaitu prinsip berbagi keuntungan atas dasar penjualan yang sebenarnya
berdasarkan konstribusi dan resiko masing-masing pihak.
b. Kemitraan, yaitu prinsip kesetaraan diantara para pihak yang terlibat dalam kerjasama.
Posisi nasabah investor (penyimpanan dana), dan penggunaan dana, serta lembaga
keuangan itu sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh
keuntungan.
c. Transparansi, dalam hal ini sebuah LKS diharuskan memberikan laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan kepada nasabah investor atau pihak-pihak yang terlibat
agar dapat mengetahui kondisi dana yang sebenarnya.12
d. Universal, yaitu prinsip di mana LKS diharuskan memberikan suku, agama, ras, dan
golongan dalam masyarakat dalam memberikan layanannya sesuai dengan prinsip islam
sebagai rahmatan lil alamin.
Dalam operasionalnya LKS juga harus memperhatikan kepada hal-hal berikut:
a. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan
nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
b. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjam dana.
c. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya merupakan
media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.
d. Unsur gharar (ketidakpastian,spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus
mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
e. Investasi hanya boleh diberikan kepada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam Islam
sehingga usaha minuman keras, misalnya, tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

*PERKEMBANGAN
Lembaga Keuangan Syari'ah adalah sebuah lembaga keuangan yang prinsip operasinya berdasarkan
pada prinsip-prinsip syari'ah Islamiah. Operasional lembaga keuangan Islam harus menghindar dari
riba, gharar dan maisir. Hal- hal terssebut sangat diharamkan dan sudah diterangkan dalam AlQuran
dan Al- Hadist. Tujuan utama mendirikan lembaga keuangan Islam adalah untuk menunaikan
perintah Allah dalam bidang ekonomi dan muamalah serta membebaskan masyarakat Islam dari
kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh agama Islam. Untuk melaksanakan tugas ini serta
menyelesaikan masalah yang memerangkap umat Islam hari ini, bukanlah hanya menjadi tugas
seseorang atau sebuah lembaga, tetapi merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim. Menerapkan
prinsip-prinsip Islam dalam berekonomi dan bermasyarakat sangat diperlukan untuk mengobati
penyakit dalam dunia ekonomi dan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan
produk keuangan syariah dan yang mendapat izin operasional sebagai Lembaga Keuangan Syariah.
Definisi ini menegaskan bahwa sesuatu LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur kesesuaian
dengan syariah islam dan unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan. Unsur kesesuaian suatu
LKS dengan syariah islam secara 11 tersentralisasi diatur oleh DSN, yang diwujudkan dalam berbagai
fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut. Unsur legalitas operasi sebagai lembaga keuangan
diatur oleh berbagai instansi yang memiliki kewenangan mengeluarkan izin operasi. Beberapa
institusi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Bank Indonesia sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat
b. . b. Departemen Keuangan sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi
koperasi.
c. c. Kantor Menteri Koperasi sebagai institusi yang berwenang mengatur dan mengawasi
koperasi. Beberapa prinsip operasional dalam LKS adalah :
a. Keadilan, yaitu prinsip berbagi keuntungan atas dasar penjualan yang sebenarnya
berdasarkan konstribusi dan resiko masing-masing pihak.
b. Kemitraan, yaitu prinsip kesetaraan diantara para pihak yang terlibat dalam kerjasama. Posisi
nasabah investor (penyimpanan dana), dan penggunaan dana, serta lembaga keuangan itu
sendiri, sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan.
c. Transparansi, dalam hal ini sebuah LKS diharuskan memberikan laporan keuangan secara
terbuka dan berkesinambungan kepada nasabah investor atau pihak-pihak yang terlibat agar
dapat mengetahui kondisi dana yang sebenarnya.12
d. Universal, yaitu prinsip di mana LKS diharuskan memberikan suku, agama, ras, dan golongan
dalam masyarakat dalam memberikan layanannya sesuai dengan prinsip islam sebagai
rahmatan lil alamin. Dalam operasionalnya LKS juga harus memperhatikan kepada hal-hal
berikut:
a. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai
ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
b. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha
institusi yang meminjam dana.
c. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya merupakan media
pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.
d. Unsur gharar (ketidakpastian,spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus
mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
e. Investasi hanya boleh diberikan kepada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam Islam
sehingga usaha minuman keras, misalnya, tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

*KELEMBAGAAN BANK SYARIAH

Berdasarkan UU Perbankan Syariah tersebut, kelembagaan industri perbankan


syariah dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Bank Umum Syariah, Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah dan Unit Usaha Syariah

2. KEGIATAN USAHA BANK SYARIAH


Kegiatan usaha Bank Syariah meliputi menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa
Giro, Tabungan, Deposito atau bentuk lainnya, menyalurkan Pembiayaan, serta jasa lainnya
berdasarkan Akad Syariah.

Hubungan Bank dan Nasabah dalam perbankan Syariah bukan dalam bentuk pinjam-
meminjam tetapi dalam bentuk penyediaan dana (Pembiayaan) untuk transaksi riil yang
dilakukan dalam bentuk jual-beli (Murabahah, Istisna, Salam), investasi
(Musyarakah/Mudharabah/MMq), sewa-menyewa (Ijarah/IMBT) dan penyediaan jasa
lainnya seperti (perwakilan (Wakalah bil Ujrah, penjaminan (Kafalah bil Ujrah), dsb.).
Pemenuhan Prinsip Syariah dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan hukum Islam antara
lain prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan
universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, dzalim, riswah, dan
objek haram.

3. Pasar uang antar bank syariah (PUAS)

Pasar uang antarbank atau sering juga disebut interbank call money
market merupakan salah satu sarana penting untuk mendorong
pengembangan pasar uang. Pasar uang antar bank pada dasarnya adalah
kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bank dengan bank lainnya
untuk jangka waktu pendek. Dana di pasar uang ini disebut call money
karena transkasinya biasanya di lakukan melalui telphon atau alat
komunikasi elektronila lain.

* Pasar Uang Antar bank Melalui Perhitungan Kliring Terbagi atas:

1. Transaksi melalui kliring penyerahan Transaksi dalam pasar uang


melalui kliring dilakukan dengan mekanisme berikut:

a) Bank yang meminjamkan berkewajiban untuk: - menyerahkan nota


kredit untuk peserta yang menerima pinjaman, sejumlah transaksi yang
disetujui oleh pihak yang bersangkutan. - memperhitungkan nota kredit
tersebut sebagai bagian dari nota kredit yang diserahkan dalam kliring
penyerahan.

b) Bank yang menerima pinjaman berkewajiban untuk:

- menerbitkan surat sanggup (aksep/promes) yang ditujukan kepada


bank pemberi pinjaman sesuai dengan transaksi yang disepakati.

- memperhitungkan nota kredit yang diterimanya sebagai bagian dari


nota kredit yang diterima dalam kliring penyerahan.

- menyerahkan tembusan atau fotokopi surat sanggup (aksep/promes)


yang bersangkutan kepada penyelenggara kliring.

c) Pencairan kembali surat sanggup (aksep/promes) dilakukan dengan


cara penerbitan nota debit (N/B) oleh peserta yang memberikan
pinjaman sebagai warkat kliring, sedangkan surat sanggup
(aksep/promes) yang bersangkutan dijadikan lampiran dan dimasukkan
dalam sampul tertutup. 3 Bank Indonesia

Transaksi yang diselenggarakan pada jadwal yang disediakan khusus untuk


pasar uang antar bank.

a) Bank yang meminjamkan berkewajiban untuk:

 menyerahkan nota kredit untuk peserta yang menerima pinjaman sejumlah


transaksi yang disetujui oleh pihak yang bersangkutan.

 mencantumkan jumlah transaksi tersebut pada bilyet saldo kliring sebagai


komponen dana pasar uang yang diserahkan.

b) Bank yang menerima pinjaman berkewajiban untuk:

 menerbitkan surat sanggup (aksep/promes) yang ditujukan kepada bank


pemberi pinjaman sesuai dengan transaksi yang disepakati.

 mencantumkan jumlah transaksi tersebut pada bilyet saldo Miring sebagai


komponen dana pasar uang yang diterima.

 menyampaikan tembusan atau fotokopi surat sanggup (aksep/promes) yang


bersangkutan kepada penyelenggara kliring.

c) Pencairan kembali surat sanggup (aksep/promes) dilakukan dengan cara


seperti tersebut diatas.

4. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Kebijakan pengembangan perbankan syariah diatas, terdapat 4 (empat)


paradigma kebijakan dalam perbankan yang perlu menjadi perhatian, yaitu :

1. Market driven, dimana Bank Indonesia bersama dengan stakeholder yang lain
melakukan public education kepada masyarakat untuk mendukung proses
positioning. Hal ini terjadi karena industri perbankan syariah tumbuh sebagai
realisasi dari kebutuhan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan keuangan
dan perbankan yang sesuai prinsip syariah
2. Fair treatmend, yang artinya pengembangan kerangka ketentuan maupun upaya
bagi penyempurnaan infrastruktur industri dilakukan berdasarkan konsep perlakuan
yang sama, yang mengakomodasi ciri-ciri operasional khusus perbankan syariah,
serta menyusun program pengembangan yang disesuaikan dengan tahapan
pertumbuhan industri.
3. Gradual and sutainnable approach, yaitu program pengembangan perbankan dapat
dipandang sebagai suatu upaya transformasi suatu industri yang dilakukan menurut
fokus dam prioritas dalam suatu tahapan yang terstruktur dan berkesinambungan.
4. Comply to syariah principle, yang artinya kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah
yang merupakan suatu argumen utama keberadaan industri perbankan syariah.
adapun implementasi kepatuhan terhdapa prinsip syariah merupakan upaya untuk
menginkorporasi nilai-nilai syariah, bai dalam skema transaksi keuangan sampai
pada implementasinya dalam mengelolausha yang tercermin dalam corporate
govermance industri perbankan syariah yang baik.

Adapun sasaran strategis dalam kebijakan perkembangan perbankan


syariah diterapkan dengan berpedoman pada strategi pengebangan
perbankan syariah, adalah untuk pencapaian sebagai berikut :

1. Kepatuhan pada prinsip-prinsip syariah. hal ini dilakukan dengan menerbitkan


peraturan yang bertujuan untuk memberikan panduan dalam penerapan akad
keuangan syariah secara baik, yanti dengan dikeluarkannya peraturan tentang Akad
Penghimpunan dan Penyaluran Dana bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
2. Implementasi aturan prudential. Bank indonesia berkomitmen terhadap
pengembangan good corporate govermance (GCG) dan pemutakhiran sistem
pengawasan dan pemeriksaan Bank Syariah.
3. Efisiensi operasional dan daya saing. Dalam hal ini Bank Syariah telah mengeluarkan
ketentuan mengenai perubahan kegiatan usaha Bank Umum Konvensional menjadi
Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan
pembukaan kantor bank yang melaksakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah oleh bank konvensional.
4. Stabilitas sistemik dan terciptanya maslahat perekonomian untuk meningkatkan
kontribusi industri perbankan syariah, Bank Indonesia telah menyelesaikan kajian
lebijakan entry dan exit pada industri perbankan syariah. melalui kebijakan yang
direkomendasikan diharapkan industri perbankan syariah akan didukung oleh pelaku
yang memiliki keahlian dan dedikasi yang tinggi dalam mengembangkan industri
perbankan.
5. Pengembangan SDI (Sumber Daya Insani). Pengambangan SDI di bidang perbankan
syariah terus dilakukan, baik disisi pengelola bank syariah maupun pengawas bank
syariah, maupun masyarakat, yaitu melalui program edukasi yang sistemik, terfokus,
dan berkesinambungan.
6. Inisiatif strategis untuk mengoptimalisasi fungsi sosial bank syariah. Hal ini dilakukan
melalui peran perbankan syariah dalam memfasilitasi hubungan valuntary sector
(dana sosila) dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Terkait dengan inisiatif ini,
Bank Indonesia telah membentuk kerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dan seluruh perbankan syariah dalam mengembangkan program
Perbankan Syariah Peduli Umat (PSPU). Adapun PSPU tersebut merupakan kegiatan
pengelolaan zakat, infaq, sedekah dan wkaf yang merupakan kerja sama antara
perbankan sayriah (Bank Umum Syariah dan BPRS), Bank Indonesia dan Badan Amil
Zakat. Tujuannya adalah dalam rangka membuat program pendayagunaan ZIS (Zakat
Infaq dan Sedekah) yang efektif, mensosialisasikannya, dan menggalang dana
tersebut dari masyarkat serta menumbuhkan citra positif dalam masyarakat
mengenai perbankan syariah sebagai lembaga yang peduli terhadap program
kemiskinan dan permasalahan du’afa.

Anda mungkin juga menyukai