Anda di halaman 1dari 7

RESUME SHARING VIA WHATSAPP (SWAP)

“Apa itu PPN Produk Digital Luar Negeri”

SWAP atau Sharing via WhatsApp adalah cara alternatif untuk berbagi pengetahuan secara online
menggunakan media grup WhatsApp tematik. SWAP akan menghadirkan narasumber dan moderator
sebagai pemandu jalannya diskusi sesuai tema yang akan dibahas.

Hari, Tanggal : Rabu, 1 Juli 2020


Tempat : WhatsApp Grup
Tema : Apa itu PPN Produk Digital Luar Negeri
Moderator : Retyan Laksita Mutiary – Subbagian Komunikasi Publik, TIK BPPK
Narasumber : Ani Natalia, Kasubdit Hubungan Masyarakat Perpajakan DJP
Peserta Sharing : Umum
Jumlah Peserta : 255

1. Diskusi dipimpin dan dibuka oleh moderator, Retyan Laksita Mutiary


2. Moderator menyampaikan agenda kegiatan SWAP sebagai berikut:
a. Selasa 30 Juni 2020
12.00 WIB - Moderator akan membagikan materi dari Narasumber, Ani Natalia melalui PDF
19.00 WIB - Batas waktu pengumpulan pertanyaan dan vote pertanyaan
b. Rabu, 1 Juli 2020
14.30 WIB - Opening oleh moderator
15.00-17.00 WIB Sesi diskusi dengan Narasumber
3. Moderator menjelaskan tata tertib diskusi dengan uraian sebagai berikut:
1. Sampai dengan sesi diskusi, kami harapkan grup dalam kondisi tenang untuk kenyamanan
sesama anggota grup.
2. Narasumber akan menyampaikan materi sesuai dengan topik.
3. Pertanyaan dapat diajukan melalui sli.do.
4. Peserta diskusi dapat menanggapi materi/jawaban dari narasumber setelah dipersilakan oleh
moderator.
5. Kode dalam diskusi:
Kode menanggapi atau bertanya
Sudah selesai/cukup
6. Jika ada pertanyaan tambahan, akan kami pertimbangkan sesuai waktu yang tersisa

Sobat SWAP yang mempunyai pertanyaan mengenai topik terkait bisa diajukan melalui sli.do.
Caranya:
1. Buka browser
2. Masuk ke sli.do
3. Ketikkan kode #SWAP14

1
4. Silakan ajukan pertanyaan, jika ada pertanyaan yang sama dengan Sobat SWAP lain cukup
divote pada di pertanyaan tersebut
5. Harap mencantumkan Nama dan Instansi dan nomor pendaftaran SWAP. Contoh: Edmin, BPPK,
14. Jika tidak, maka pertanyaan tidak akan dipilih. Nomor peserta didapat di baris akhir chat
japri terakhir Edmin.
10 pertanyaan yang memiliki vote terbanyak akan diajukan pada sesi materi. Untuk Sobat SWAP
yang pertanyaannya belum terpilih pertanyaannya dapat diajukan kembali saat sesi tanya jawab
langsung setelah materi ya! Edmin akan merekap pertanyaan sampai dengan pukul 19.00
WIB.
4. Alur SWAP ini adalah moderator akan menyampaikan setiap pertanyaan yang masuk kemudian
Narasumber akan memberikan tanggapan, dan penanya/Sobat SWAP akan diberikan kesempatan
untuk memberikan tanggapan kembali dan diharapkan tidak memberikan pertanyaan baru di luar.
Materi SWAP kali ini disampaikan melalui file presentasi dari narasumber dalam bentuk PDF.

5. Pembahasan 1 Ryan Dhiya, PKN STAN, 40


Pertanyaan:
Apakah ada konsekuensi apabila tidak memungut dan tidak menyetor PPN ini? Bagaimana
pemerintah dapat mengawasi terkait produk BKP yang tidak berwujud tersebut?
Jawaban:
Konsekuensi... Apabila PMSE itu tidak melakukan kewajibannya maka selain sanksi administrasi
berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan terdapat sanksi berupa
pemutusan akses oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
komunikasi dan informatika. Pemutusan akses itu berdasarkan permintaan Menteri Keuangan. Ini pun
jika para pelaku usaha digital luar negeri sebelumnya tidak mengindahkan teguran Menteri Keuangan
sampai batas waktu yang ditentukan. Jadi persuasif terlebih dahulu. Ini berdasarkan UU Nomor 2
Tahun 2020.

Sistem perpajakan kita adalah self assessment system. Kita memberikan kepercayaan kepada wajib
pajak untuk memungut, menyetor, dan melaporkan perpajakannya. Pemerintah memiliki sistem
pengawasannya berdasarkan UU Perpajakan yang ada yaitu antara lain melalui pemeriksaan. Itu yang
akan kita lakukan. sekarang ini kita menginginkan adanya kerjasama dan dukungan dari para pelaku
PMSE ini. Sekarang ini sepertinya segala sesuatu sudah sangat transparan ya. Jujur saja, pemerintah
menginginkan aturan ini dapat berjalan dulu. Karena ini adalah hal baru. Kita belum terlalu fokus
untuk pengawasan yang excessive.

6. Pembahasan 2 dari I Kadek Apdila Wirawan, Pengadilan Negeri Bajawa, 137


Pertanyaan:
Apakah penyedia jasa dan pemakai jasa (user) produk digital luar negeri seperti spotify, youtube,
netflix, iflix, viu dll dikenakan PPN? Apa konsekuensi yuridisnya?

2
Jawaban:
Hallo Kadek, Ya jadi kita mengenakan PPN atas produk digital yang dijual oleh pedagang atau penyedia
jasa itu yang dikonsumi oleh konsumen Indonesia. Yang memungut itu siapa? Para pedagang barang
atau penyedia jasa itu dari luar negeri yang kita sebut sebagai sebagai Pemungut PPN PMSE. Mereka
kita minta memungut PPN atas konsumsi barang atau jasa digital itu. Jadi bukan kita memajaki mereka
(netflik, youtube itu). Konsekuensinya adalah seperti yang diuraikan di atas.
Sedangkan kalau Iflix itu kan produksi dalam negeri dan selama ini atas konsumsi Iflix konsumen sudah
membayar PPN.

Tanggapan:
Apakah pengenaan PPN tsb akan/sedang/sudah dilakukan oleh Pemerintah?
Jawaban:
Berdasarkan PMK No 48 Tahun 2020, ketentuan ini berlaku mulai 1 Juli 2020. Namun, PMSE mulai
memungut PPN setelah mendapat surat penunukan sebagai VAT Collector dari Dirjen Pajak.
Tanggapan:
Lantas bagaimana kedudukan produk digital seperti netflix jika sudah dikenakan PPN, apa segera legal
di Indonesia? Kabarnya segera bisa diakses via Telkom.
Berarti apa bisa disimpulkan Netflix bisa segera dinikmati oleh masyarakat Indonesia (termasuk via
telkom)?
Jawaban:
Jadi misalnya, Netflix ditunjuk oleh Dirjen Pajak sebagai VAT Collector pada tanggal 2 Juli 2020. Kapan
Netflix mulai mengenakan PPN kepada pelanggannya? Mulai pada 1 Agustus 2020. Begitu caranya.
Jadi pelaku PMSE harus mendapatkan penunjukan dulu baru boleh memungut. Begitu ya Kadek. Jadi
para pelaku PMSE Luar Negeri yang melakukan transaksi penjualan produk digital kepada konsumen
di Indonesia, harus ada penunjukan dulu dari Dirjen Pajak, baru kemudian mereka boleh memungut
PPN pada bulan berikutnya setelah penunjukan.

Kalau telkom punya Iflix, untuk pelanggan Iflix sudah dipungut PPN. Ini pelaku DN. inilah mengapa kita
mengenakan PPN atas produk digital dari LN, supaya ada kesamaan dengan pelaku DN. Jadi ada
kesamaan perlakuan. (level playing field)

7. Pembahasan 3 dari Yudhi Dharma Nauly, Bea Cukai Kuala Tanjung, 97


Pertanyaan:
Mengapa ada kebijakan kriteria tertentu untuk nilai transaksi/jumlah traffic? Apa ada pertimbangan
teknis pemungutan atau kebijakan perlindungan PPMSE tertentu?
Jawaban:
Hi Yudhi, mengapa ada kriteria? Setelah kita benchmarking dgn negara lain, ternyata memang ada
threshold tsb seperti nilai transaksi atau jumlah traffic. Yang di Indonesia, nilai transaksinya adalah
600 juta setahun atau 50 juta sebulan, atau yang trafiicnya 12000 kali dalam setahun atau 1000 dalam
sebulan. Kenapa ada treshold? karena sebenarnya kita juga ingin melindungi para pelaku yang mula
mula (startups) supaya mereka bisa besar dulu sebelum dipajaki.

3
Disamping itu, tentu kita menunjuk subjek yg potensi setoran ke kas negara lebih besar dr cost of
compliance nya. Begitu ya Yudhi. Terima kasih pertanyaannya.
Tanggapan:
Seperti di beberapa industri, ketentuan traffic ini bisa menjadi celah untuk tax avoidance dengan cars
memecah unit bisnisnya.
Jawaban:
Bagus Yudhi, benar sekali, namun rasanya treshold kita sudah sesuai international best practice.
Negara tetangga, seperti Australia, tresholdnya 75000 AUSD, kurang lebih sama dengan kita. Kalau
yang emang niat untuk "avoid" pasti akan cari cara. Dengan transparansi yang semakin canggih
pastinya nanti ketahuan juga.

8. Pembahasan 4 dari Yosia Kristiawan Rahadi, DJBC, 81


Pertanyaan:
Bagaimana strategi pemerintah terhadap negara lain yang cenderung kontra akan aturan PPN PMSE
agar tidak memberikan tarif pembalasan atas produk ekspor Indonesia?
Jawaban:
Thanks Yosia. Jadi PPN PMSE ini adalah pajak yang dikenakan kepada konsumen Indonesia
bukan kepada pemungut PPN itu. jadi bukan Google, Facebook, Netflix dll yg membayar PPN ini,
tetapi konsumennya, mereka hanya membantu memungutkan saja. Pengenaan PPN atas produk
digital itu sudah best practice di puluhan negara. Sejak tahun 2011 Norwegia sudah menerapkannya.
Uganda bahkan di tahun 2018. Kita malah belakangan. Kalau kita belanja ebook di Amazon, ada
laman khusus yang memberitahukan bahwa pembelian produk ini akan dikenakan PPN sesuai tarif
negaranya masing-masing sambil merinci negara-negara mana saja yang sudah menginformasikan
dan telah meminta amazon untuk memungut PPN. Australia juga sudah, Singapore dan Malaysia
juga sudah menerapkan PPN atas produk digital. Begitu dek. Kita malah belakangan dibanding
negara lain. Padahal kan pelaku di DN, sudah mungut PPN. Masak yang dari LN malah tidak pungut
PPN padahal produknya sama sama digital.
Tanggapan:
Siap. Terima kasih Kak Ani penjelasannya. Sangat setuju sebenarnya dengan digital tax, hanya
terkadang tensi perang dagang membuat sedikit khawatir.
Jawaban:
Betul sekali Yosia. Tapi again, kita bukan yang pertama menerapkan ini. Sejauh ini tidak ada
keberatan dari para pelaku PMSE. Kalau masalah PPh, ini yang masih menunggu kesepakatan
negara2 di dunia bagaimana mengenakan Pajak Penghasilan atas transaksi digital ini. Makanya
Indonesia belum mengeluarkan aturan terkait PPh pajak digital ini.
Tanggapan:
Saya melihat kalau kita agak kurang konsisten. Kalau pajak ini menjadi beban konsumen bukannya
Penyelenggara, aturan mengenai traffic jadi tidak relevan.
Jawaban:
hi Yudhi, bisa dibilang begitu. Namun, kalau kita tanpa treshold, sepertinya tidak memberikan
kesempatan bagi yang pemula atau bisnis kecil untuk berkembang dulu sebelum direpotkan dengan

4
pemungutan PPN. Lagipula, juga untuk alasan kemudahan. Biar yang kita kenakan yang besar dulu,
jadi pajaknya lumayan besar. Segmentasi prioritas, sambil jalan mengenakan ke semua pelaku PMSE
di atas treshold. PPN memang pajak atas konsumsi.

9. Pembahasan 5 dari Zulkarnaen Hannan, Pemerhati Pajak, Makassar, 165


Pertanyaan:
Yakin ini menumbuhkan investasi dalam negeri? dan sejauh mana aturan PMSE ini menggairahkan
usaha dalam negeri?
Jawaban:
Wah mantap sekali ini Pak Zul. Pemerhati Pajak. Ya, salah satu latar belakang dari pengenaan PPN
PMSE itu adalah terciptanya level playing field. Produk digital yang dijual di dalam negeri oleh
Pengusaha Kena Pajak sudah kena PPN, sedangkan produk oleh penjual luar negeri malah tidak kena
PPN sehingga ini menciptakan siparitas harga antara produk dalam dan luar negeri. Maka kita
berharap dengan terciptanya kesamaan playing field itu bisa membuat harga produk digital dalam
negeri bersaing dan pada akhirnya menggairahkan usaha dalam negeri. Sebagai info, pengusaha DN
banyak yang protes kalau kita tidak mengenakan PPN atas produk LN pak. Makanya mereka senang
sekali setelah aturan ini keluar.
Tanggapan:
OK, sangat tercerahkan penjelasan dari Kak Ani Natalia, satu lagi dikit aja, sebagaiman aturan pajak
lain, selalu ada sela untuk menghindar, sy pernah ada baca, misal, pembeli dalam negeri melakukan
transaksi seoalh di lakukan di luar negeri, jadi pakai alamt dan transaksi bank luar, gimana tuh Bu,
kesiapan Pemerintah, DJP khususnya mengantisipasi hal tsb ,sekian terima kasih
Jawaban:
Terima kasih Pak Zul. Praktek2 penghindaran pajak memang ada di mana mana pak, tidak hanya di
Indonesia tetapi di negara2 lain juga ada. Biasanya praktek ini untuk menghindari pembayaran pajak
yang lebih tinggi. Oleh karena itu, semua negara2 di dunia sepakat untuk mengantisipasi hal ini.
Makanya semua negara saling membuat persetujuan untuk melakukan Automatic Exchange of
Information. Biar pertukaran data antar negara ini bisa mengikis praktek2 curang dari oknum
pengusaha ini.

10. Pembahasan 6 dari Made Bambang, DJP, 190


Pertanyaan:
Bagaimana perlakuan PPN terhadap konten-konten yang memberikan free trial, di mana hal ini
banyak terjadi dan banyak dimanfaatkan oleh orang-orang di Indonesia saat ini?
Jawaban:
Ok, Tarif PPN PMSE adalah 10% x DPP.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yaitu nilai berupa uang yang dibayar oleh Pembeli Barang dan/atau
Penerima Jasa, tidak termasuk PPN yang dipungut. Pokoknya kita melihat pada jumlah yang
dibayarkan. Tidak melihat yang lainnya. Jadi kalau ada diskon, maka harga setelah diskon itu dan yang
dibayarkan oleh pembeli yang kita kenakan PPN 10%. Jadi terhadap produk trial, selama itu tidak ada
uang yang dibayarkan oleh pembeli maka tidak ada PPN yang dipungut. Jadi kalau yang free trial,
karena tidak ada harga yang dibayar, DPP sama dengan 0 ya. Jadi tidak ada PPN. Begitu Bli Made.

5
Tanggapan:
Wahhh...berarti ada potensi loss ya Kak Ani? Secara orang Indonesia pintar-pintar loh... apalagi
banyak tuh aplikasi2 yg modifikasi dan crack
Jawaban:
Hahaha, aturannya demikian Pak. Biasanya pemberian free trial adalah untuk memperkenalkan
produk dan iklan, dan membuat agar pembeli atau pengguna menjadi familiar dengan produk mereka.
Hahah kalau soal orang yang suka crack, umm itu mah tabiat ya.

11. Pembahasan 7 dari Dendi Puji, PKN STAN, 49


Pertanyaan:
1. Layanan streaming Netflix dapat diklasifikasikan sebagai apa ya? Jasa digital? BKPTB? atau BKP?
2. Apa alasan khusus mengapa jangka waktu untuk pelaporan PPN yang dipungut adalah 1 triwulan?
kenapa dibedakan dengan jangka waktu penyetoran PPN?
3. Apakah kedudukan Pemungut PPN PMSE dan Pemungut PPN berkode faktur 02 & 03 Sama?
mengingat dalam Perppu No.1 Tahun 2020, Pemungutan PPN PMSE mengikuti UU PPN.
Jawaban:
Terima kasih Dendi pertanyaannya. Wah kamu teknis sekali ya pertanyaanya. Mantap.
7.1. Sesuai dengan PMK-48 & PER-12, bentuk objeknya adalah BKPTB (termasuk barang digital) dan
JKP (termasuk jasa digital). Dari sisi definisinya, keduanya bentuk objek tersebut dapat dibedakan
sebagai berikut: barang digital merupakan barang yang secara originalnya berbentuk elektronik,
sedangkan jasa digital merupakan jasa yang dikirim melalui internet/jaringan elektronik. Dalam
prakteknya, perbedaan kedua bentuk objek tersebut bisa jadi sedikit atau bahkan mungkin sulit untuk
memisahkannya.
Terkait layanan streaming film oleh Netflix, maka berdasarkan definisi tersebut, lebih tepat kalau
dikelompokkan sebagai jasa digital. Bedakan dengan kita beli paket film dengan cara men-download
file filmnya, maka bentuk objeknya dikelompokkan sebagai barang digital.

7.2. Prinsip yang kita adopsi dalam implementasi PMK-48 adalah kemudahan dengan memperhatikan
best practice di beberapa negara. Di samping itu, perlu diketahui bahwa mekanisme pemungutan
berdasarkan PMK-48 merupakan hal baru yang melibatkan pelaku usaha luar negeri. Oleh karena itu,
untuk mengurangi beban administrasi Pemungut PPN maka diatur bahwa pelaporan cukup dilakukan
secara triwulanan, meskipun penyetoran PPN-nya tetap dilakukan secara bulanan. (biar uangnya
cepat masuk kas negara ya)
Berdasarkan prinsip memberikan kemudahan bagi pelaku usaha luar negeri tersebut maka tentunya
tata cara pelaporannya tidak harus disamakan dengan kewajiban Pengusaha Kena Pajak dalam negeri,
mengingat tempat tinggal/kedudukan Pemungut PPN adalah di luar negeri.

7.3. Jika dikaitkan dengan kewajiban untuk memungutnya, maka pada dasarnya kedudukannya sama.
Namun, yang membedakan keduanya adalah dasar hukum penunjukannya dan perannya dalam
bertransaksi. Dasar hukum penunjukan Pemungut PPN untuk Faktur Pajak dengan kode transaksi 02

6
dan 03 adalah Pasal 16 UU PPN, perannya dalam bertransaksi adalah sebagai pembeli. Sedangkan
dasar hukum penunjukan Pemungut PPN PMSE adalah Pasal 6 Perppu-1/2020 (UU-2/2020).
Yang mengikuti UU PPN bukan “cara pemungutan PPN PMSE-nya,” tetapi pengenaan PPN-nya.
Artinya, terkait dengan jenis objek BKPTB/JKP dan tarifnya mengikuti UU PPN, tetapi cara
pemungutannya mengikuti Perppu-1/2020 (UU-2/2020). Demikian Dendi.

12. Pembahasan 8 dari Putriana K., UKDW, 30


Pertanyaan:
PMK ini berarti tidak berlaku bagi BKP berwujud, walaupun perdagangannya melalui system
elektronik? Misal perdagangan melalui marketplace.
Jawaban:
hi Putriana. Terima kasih pertanyaanya. Banyak nih yang nanya ini, ada yang malah pikir mulai hari ini
belanja fashion online kena PPN. Padahal kan PPN dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak. Yang boleh
menerbitkan Faktur Pajak hanya Pengusaha Kena Pajak. Nah, jadi untuk BKP berwujud kita
mengembalikannya sesuai dengan sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia, bahwa setiap penjual
BKP harus menjadi Pengusaha Kena Pajak dan memungut PPN jika omzetnya dalam setahun lebih dari
Rp4,8 miliar. Kita kembalikan ke situ. Selama omzetnya di bawah itu maka penjual di marketplace
tidak memungut PPN. Kalau diatas itu, ia wajib jadi PKP dan memungut PPN.

13. Pembahasan Tambahan dari Made Bambang Rijanto, DJP, 190


Pertanyaan:
Apakah payment gateway dan penyedia jasa kartu kredit akan ditetapkan sebagai Pemungut PPN di
Indonesia dan apakah ke depannya akan ada Digital Tax di luar PPN?
Jawaban:
jadi mengenai payment gateaway itu adalah sarana pembayaran, meskipun sudah ada diskusi antara
BI dan Kemenkeu terkait metode pembayaran transaksi e-commerce DN, namun sepertinya belum
diputuskan. Kita tunggu saja ya pak.. Sedangkan apakah nanti ada pajak lain terkait digital tax, seperti
yang tadi dibahas akan ada pengaturan tentang Pajak Penghasilan (Pajak Transaksi Elektronik) yang
katanya akan dirampungkan akhir tahun ini. Kita tunggu saja ya pak

Notulis,
Thalia Maudina

Anda mungkin juga menyukai