Rheumatoid - Arthritis Kol 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 33

ARTRITIS REUMATOID

Di Susun Oleh

1. Alifia Nur Hidayah - 1876610006


2. Ana Izzatul Laili hasanah - 1876610007
3. Ana Septi Eka Putri - 1876610008

STIKES BHAKTI AL QODIRI JEMBER

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Rheumatoid Arthritis” ini dengan sebaik baiknya.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KMB III.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Jember, 25 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3. Tujuan Umum & Khusu....................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4
2.1. Definisi ................................................................................. 4
2.2. Klasifikasi ............................................................................ 6
2.3. Etiologi. ................................................................................ 7
3.4. Patofisiologi Dan Pathway ................................................... 8
2.5. Maninifestasi Klinis ............................................................. 10
2.6. Komplikasi. .......................................................................... 10
2.7. Pemeriksaan Diagnostik & Penunjang. ................................ 12
2.8. Preventif Dan Kuratif .......................................................... 13
2.9. Penatalaksanaan Medis ........................................................ 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .................................................... 16
BAB IV PENUTUP.................................................................................... 29
4.1. Kesimpulan .......................................................................... 29
4.2. Saran .................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis yang menyebabkan nyeri,
kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari banyak
sendi. Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi sendi apapun, sendi-sendi
kecil di tangan dan kaki cenderung paling sering terlibat. Pada rheumatoid
arthritis kekakuan terburuk paling sering di pagi hari. Hal ini dapat
berlangsung satu sampai dua jam atau bahkan sepanjang hari. Kekakuan untuk
waktu yang lama di pagi hari tersebut merupakan petunjuk bahwa seseorang
mungkin memiliki rheumatoid arthritis, karena sedikit penyakit arthritis
lainnya berperilaku seperti ini. Misalnya, osteoarthritis paling sering tidak
menyebabkan kekakuan pagi yang berkepanjangan (American College of
Rheumatology, 2012).
Penyakit arthritis bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti
penyakit hipertensi, diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah
kesehatan yang cukup mengganggu dan terjadi dimana-mana. Rheumatoid
arthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis autoimun, yang
mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang Amerika. Dari jumlah tersebut, sekitar
75% adalah perempuan. Bahkan, 1-3% wanita mungkin mengalami
rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai antara
dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, rheumatoid arthritis
dapat mulai pada usia berapa pun (American College of Rheumatology,
2012).
Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan
pasien. Kebanyakan penyakit rheumatoid arthritis berlangsung kronis yaitu
sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga menyebabkan
kerusakan sendi secara menetap. Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa

1
pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Masalah yang
disebabkan oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan
yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga
efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan kegagalan organ.
Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan
mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Dengan demikian hal
yang paling buruk pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh
negatifnya terhadap kualitas hidup. Bahkan kasus rheumatoid arthritis yang
tidak begitu parah pun dapat mengurangi bahkan menghilangkan kemampuan
seseorang untuk produktif dan melakukan kegiatan fungsional sepenuhnya.
Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan aktivitas
sehari-hari seutuhnya (Gordon et al., 2002).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud denganrheumatoid arthritis?


2. Bagaimanakah konsep teori rheumatoid arthritis?
3. Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada rheumatoid arthritis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada rheumatoid arthritis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami apa itu rheumatoid arthritis
b. Mahasiswa mengetahui penyebab rheumatoid arthritis
c. Mahasiswa mengetahui patofisiologi rheumatoid arthritis
d. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala rheumatoid arthritis
e. Mahasiswa mengetahui komplikasi rheumatoid arthritis
f. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan dan penatalaksanaan rheumatoid
arthritis

2
g. Mahasiswa mampu memahami proses keperawatan pada rheumatoid
arthritis

1.4 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan


penyakit rheumatoid arthritis sehingga menunjang pembelajaran mata
kuliah Sistem Muskuloskeletal.
2. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktek di rumah sakit.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Rheumatoid Arthritis

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik


dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang
sendi, ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah
Orthopedi, hal. 165)
Rheumatoid arthritis (RA) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan
keletihan. (Diane C. Baughman, 2000)
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001)
Rheumatoid arthritis adalah penyalit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarakteristikkan dengan reaksi inflamasi dalam
membrane synovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut (Susan Martin, 2003)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
(Arif Mansjour. 2005 )

4
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan
tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri
dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia,
2011)

5
2.2 Klasifikasi

Klasifikasi Berdasarkan Gejalanya :


1. Kelas I : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas
olahraga.

6
2. Kelas II : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari tapi mulai terbatas
dan kesulitan melakukan olahraga.
3. Kelas III : Aktivitas sehari-hari sudah mulai terganggu.
4. Kelas IV : Aktivitas sehari-hari sudah sangat terbatas, apalagi aktivitas
fisik lainnya.

Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :


1. Reumatoid Arthritis Klasik
Pada tipe ini terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid Arthritis Defisit
Pada tipe ini terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

2.3 Etiologi

Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi


beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Mekanisme imun ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IG g dan
faktor Rematoid (RF)
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain, seperti pekerjaan

7
2.4 Patofisiologi Dan Pathway

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial seperti edema,


kongesti vascular, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan menyebabkan synovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi. Pada pesendian ini granulasi membentuk pannus
atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria,
jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikular, kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luasmaka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi
dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat.
Secara singkat dapat dikatakan reaksi autoimun dalam jaringan
sinovial yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim-enzim
dalam sendi untuk memcah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi
membran synovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan
berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat
maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan.
b. Stadium Destruksi

8
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
PATHWAY

Reaksi faktor rheumatoid (RF) dg antibodi, faktor metabolic, genetik, pekerjaan

Nyeri Reaksi peradangan

Synovial menebal

Pannus Nodul Deformitas sendi Gangguan citra


tubuh

Infiltrasi ke dalam os. Subcondria

Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis

Kerusakan kartilago & tulang Kartilago nekrosis

Tendon & ligamen melemah Erosi kartilago

Mudah luksasi & subluksasi Adhesi pada permukaan sendi

Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa Ankilosis tulang

Resiko cedera Kekakuan sendi Terbatasnya gerakan sendi

Gangguan mobilitas fisik Defisit


perawatan diri

2.5 Manifestasi Klinis

Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :

9
1. Nyeri persendian
2. Bengkak
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Deformitas sendi
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1. Gerakan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi

2.6 Komplikasi

1. Osteoporosis
Pada penyakit RA menyebabkan erosi atau pengikisan kartilago
sehingga dapat menyebabkan osteoporosis.
2. Osteoarthritis
Akibat gangguan autoimun dimana imun tubuh menyerang sel-sel
yang sehat menyebabkan peradangan serta kerusakan tendon dan tulang
yang mengakibatkan terjadinya osteoarthritis.
3. Serangan jantung
Akibat peradangan tubuh menimbulkan adanya tumpukan cairan
di sekitar jantung (pericardia effusion), hal ini dapat merusak otot

10
jantung, katup jantung, dan pembuluh-pembuluh darah di jantung yang
akhirnya menyebabkan serangan jantung.
4. Fibrosis paru
Fibrosis paru adalah munculnya jaringan parut pada paru-paru
yang menyebabkan kerusakan dan terganggunya fungsi paru-paru.
Karena RA adalah inflamasi kronis maka dapat mempengaruhi seluruh
tubuh termasuk paru-paru. Peradangan yang terjadi menimbulkan jaringan
parut atau bekas luka, maka terjadi fibrosis paru.
5. Anemia
Respon autoimun menyebabkan peradangan pada sendi dan
jaringan lain. Peradangan menyebabkan pelepasan protein (IL-6)
berlebihan akibatnya menghalangi pelepasan zat besi. Peradangan juga
mempengaruhi produksi erythropoietin, hormon yang mengontrol
produksi sel darah merah.
Obat Non-Steroid seperti acetaminophen, naproxen, dan ibuprofen
yang dikonsumsi penderita RA juga dapat menyebabkan perdarahan ulkus
di perut atau slauran pencernaan, akibatnya akan terjadi kehilangan darah
yang menyebabkan anemia.
6. Ginjal & saluran pencernaan juga dapat menjadi korban akibat obat-
obatan anti inflamasi yang dikonsumsi penderita.
7. Rheumatoid nodule
Terbentuk nodul-nodul kecil di bawah kulit pada sekitar sendi,
warnanya gelap yang terbentuk akibat perdarahan di bawah kulit yang
pembuluh darahnya rusak akibat RA.
8. Syndrome felty (Radang limpa)
Radang limpa dapat menyebabkan penurunan sel darah putih
sehingga meningkatkan resiko terkena infeksi.
9. Sindrom sjogren
Sindrom ini merupakan kelainan autoimun dimana sel imun akan
menyerang dan menghancurkan kelenjar eksokrin yang bertugas untuk

11
memproduksi air mata dan air liur, akibatnya mata dan mulut menjadi
kering. Gejala tersebut bisa menimbulkan penyakit mata skleritis.
10. Nekrosis
Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis) dapat membatasi
suplai darah ke jaringan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan kematian
jaringan yang disebut nekrosis.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Dan Pemeriksaan Penunjang

1. Pencitraan
a. Rontgen dengan sinar X→Membantu sebagai tes awal dan berguna
dalam tahap selanjutnya untuk memantau bagaimana penyakit
berkembang.
b. USG (Ultrasonography)
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
2. Pemeriksaan Imunologi
Tes ini memeriksa antibodi tertentu termasuk Anti-Cyclic
Antibody Citrullinated Peptida (ACPA), faktor rheumatoid (RF), dan
Antibody Antinuclear (ANA) yang ada pada sebagian besar penderita RA.
RF yang tinggi dapat menunjukkan bentuk yang lebih agresif dari
penyakit.
3. Pemeriksaan Darah Kecepatan Sedimentasi
a. ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate)→Tingkat sedimentasi eritrosit
mengukur seberapa cepat sel-sel darah merah jatuh ke dasar tabung
reaksi. Biasanya semakin tinggi sedimentasi, semakin banyak
peradangan yang terjadi di dalam tubuh.
b. CRP (C-Reaktif Protein)→CRP adalah suatu protein yang dihasilkan
oleh hati terutama saat terjadi infeksi atau inflamasi di dalam tubuh.
Jika CRP tinggi, menunjukkan tingkat peradangan tinggi juga.
4. Arthrocentesis (Aspirasi Cairan Sinovial)

12
Sebuah prosedur aspirasi sendi yang dilakukan untuk
mendapatkan cairan sendi untuk diuji di laboratorium yang kemudian
dianalisis untuk mendeteksi penyebab pembengkakan sendi. Mengambil
cairan sendi juga dapat membantu meringankan sendi.
5. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
meningkat

b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif tidak
menyingkirkan diagnosis

c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam diagnosis
dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun
hubungan antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten

2. Radiologis

Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang


sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi
sendi.

2.8 Preventif Dan Kuratif

Beberapa upaya pencegahan atau preventive yang dapat dilakukan, antara


lain:

• Olahraga teratur dan ringan untuk menjaga fleksibilitas sendi. Pilihan


olahraga yang baik untuk pengidap arthritis adalah berenang karena tidak
memberikan tekanan pada sendi.

• Hindari melakukan aktivitas berlebihan dan terus-menerus, yang melibatkan


persendian.

13
• Makan makanan yang kaya antioksidan untuh mencegah dan mengurangi
peradangan sendi.

• Pertahankan diet yang sehat dan jaga berat badan ideal untuk mengurangi
risiko timbulnya arthritis dan mengurangi gejala pada pengidapnya.

Beberapa metode pengobatan yang akan dilakukan dokter untuk menangani arthritis,
antara lain:

1) Pemberian obat-obatan. Pada osteoarthritis, obat yang sering diberikan, antara


lain obat penghilang rasa nyeri, obat non-steroid antiinflamasi seperti
ibuprofen, serta obat kortikosteroid.
2) Tindakan operasi. Pada arthritis yang parah, dokter dapat menganjurkan
operasi, seperti:
• Arthroplasti (pergantian sendi), untuk menggantikan sendi yang rusak
dengan sendi buatan.
• Arthodesis (penggabungan sendi), yaitu ujung tulang digabungkan
bersama hingga sembuh dan menjadi satu.
• Osteotom, yaitu kondisi tulang dipotong dan kembali diselaraskan.

2.9 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :


1. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
2. Latihan fisik : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi
berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.
Seperti berjalan, senam, berenang, bersepeda, dilakukan 3-4 kali
seminggu, lamanya 20-40 menit, disesuaikan dengan kemampuan fisik
dan keadaan penyakitnya.
3. Olahraga : Yoga, pilates, aerobic, tai chi.
4. Termoterapi

14
Termoterapi adalah penggunaan panas untuk meringankan
penyakit, yang mencakup pemanasan dengan cahaya (sinar inframerah)
atau alat pemanas konduktif seperti : bantalan pemanas, botol air panas,
krim atau lotion pemanas, terapi mandi, mandi parafin, dan sauna.
5. Pemberian Obat-obatan :
a. Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh : aspirin yang diberikan
pada dosis yang telah ditentukan.
b. Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
‐ Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik,
Anty Inflamatory)
‐ Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti Inflamatori)
‐ Ibufropen/motrin (Analgetik, Anti Inflamatori)
‐ Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti Inflamatori)
‐ Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti Inflamatori)
‐ Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti Inflamatori)
‐ Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti Inflamatori)
6. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil
mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat
mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang
dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN

Nama Pasien : Ny. AM


Ruang/Kamar : Puskesmas Alak
Diagnosa Medis : Rheumatoid Artritis
No. Medical Record : -
Tanggal Pengkajian : 16 Juli 2020
Tanggal Kunjungan : 16 Juli 2020

IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. AM
Umur : 66 Tahun
Tanggal Lahir : 17 Agustus 1953
Agama : Protestan
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Nunhila
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Suku Bangsa : Sabu
Pekerjaan : IRT

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. Petrus Mone
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Nunhila
Pekerjaan : Honor kantor Camat
Hubungan dengan Klien : Anak Kandung

16
1. Keluhan Utama : Nyeri

• Kapan : 2 minggu yang lalu


• Lokasi : Lutut bagian kanan

2. Riwayat Keluhan Utama

• Mulai timbulnya keluhan : 2 mimggu yang lalu


• Sifat keluhan : Kadang datang kadang tidak
• Lokasi : Lutut bagian kanan
• Keluhan lain yang menyertai : Klien mengatakan sakit kepala.
• Faktor pencetus yang menimbulkan serangan : Pada saat mau beraktifitas
• Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana)
: Berkurang pada saat sudah beraktifitas
• Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan : Klien
mengatakan di urut urut atau di pijat pijat

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

• Riwayat penyakit yang pernah diderita


- Tidak
• Riwayat Alergi
- Tidak
• Riwayat Operasi
- Tidak
4. Kebiasaan

• Merokok

17
- Tidak

• Minum alcohol
- Tidak
• Minum kopi :
- Ya , Jumlah: 1 x, waktu : Pagi hari
• Minum obat-obatan
- Ya , Jenis,: Tdk tahu, Jumlah: 10, waktu : Pagi, Siang dan Malam

18
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda – Tanda Vital
- Tekanan darah : 140/90 - Nadi : 80 x/m
- Pernapasan : 18 x/m - Suhu badan : 36,2 C
2. Sistem Musculoskeletal
a. Keluhan : Nyeri pada lutut kanan
b. Kelainan Ekstremitas : tidak ada
c. Nyeri otot : ada
d. Nyeri Sendi : ada
e. Refleksi sendi : abnormal, Jelaskan ; Bengkak pada
lulut dan kemerahan
f. kekuatan otot : 4 ( Pasien merasa nyeri saat bergerak )
g. - Atropi - hiperthropi - normal
5 5

5 4

DATA LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan Darah
1. Jenis Pemeriksaan : Asan urat
Nilai Normal : P : 2,4-6,5 mg/dl
: L : 2,4-7,5 mg/dl
Hasil Pemeriksaan

Tanggal : 16 Juli 2020

6,7 mg/dl (Keterangan : Asam Urat Meningkat)

19
Riwayat Pengetahuan

1.Tingkat pengetahuan terhadap penyakit :

Pasien mengatakan tidak tau tentang penyakit yang di deritanya

20
ANALISA DATA
Nama : Ny. A.M
Umur : 66 Thn
Diagnosa : Rheumatoid Artritis
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 Ds : Nyeri Inflamasi
-Pasien mengatakan nyeri pada lutut Peradangan
kanan

-Pasien mengatakan nyeri seperti


tertusuk

-Pasien mengatakan nyeri timbul


saat melakukan aktivitas

Do :

-Pasien tampak meringis dan


memegang lututnya

-Lutut kanan tampak bengkak

-Adanya nyeri tekan

-Tampak kemerahan pada lutut


kanan

-Pemeriksaan TTV

TD : 140/90 mmhg

N : 80 x /m

RR : 18 x /m

21
S : 36,2 0 c

-Pemerilksaan penunjang
laboratorium 6,7 mm/dL

2 Ds : Hambatan Nyeri pada


Pasien mengatakan lututnya merasa Mobilitas Ekstremitas Bawah
sakit pada saat melakukan aktivitas
Do :
-Pasein tampak mengurut kakinya
-Lutut kanan tampak bengkak
-Tampak kemerahan pada lutut
kanan
-Pada saat berjalan , kaki sebelah
kanan agak sedikit terangkat

3 Do : Defisit Kurang
Pasien mengatakan tidak pengetahuan terpaparnya
mengetahui tentang sakit tentang proses informasi
yang di deritanya penyakit RA
Ds :
-Pasien tampak bingung
-Pasien bertanya kepada tenaga
kesehatan apa yang sebenarnya yang
sedang dia derita
-Pasein datang kepuskesmas untuk
Berobat

22
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
1 Nyeri berhubungan dengan inflamasi peradangan ditandai
dengan :
DS :
Pasien mengatakan nyeri pada lutut kanan, Pasien
mengatakan nyeri seperti tertusuk, Pasien mengatakan nyeri
timbul saat melakukan aktivitas
DO :
Pasien tampak meringis dan memegang lututnya, Lutut
kanan tampak bengkak, Adanya nyeri tekan, Tampak
kemerahan pada lutut kanan,
Pemeriksaan TTV TD : 140/90 mmhg, N : 80 x/m,
RR : 18 x/m, S : 36,2 0 c,
Pemerilksaan
penunjang laboratorium : Asam urat 6,7 mm/Dl
2 Hambatan mobilitas berhubungan dengan nyeri pada
ekstremitas bawah ditandai dengan :
DS :
Pasien mengatakan lututnya merasa sakit pada saat
melakukan aktivitas
DO :
Pasein tampak mengurut kakinya, Lutut kanan tampak
bengkak, Tampak kemerahan pada lutut kanan, Pada saat
berjalan kaki sebelah kanan agak sedikit terangkat
3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi ditandai dengan :

23
DS :
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang sakit yang di
deritanya
DO :
Pasien tampak bingung, Pasien bertanya kepada tenaga
kesehatan apa yang sebenarnya yang sedang dia derita,
Pasein datang kepuskesmas untuk berobat

24
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX TUJUAN/KH INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Nyeri Tujuan : 1. Kaji nyeri, catat lokasi,
berhubungan Pasien akan bebas dari nyeri karakteristik
dengan inflamasi selama perawatan 2. Anjurkan pasien untuk
peradangan KH : kompres air dingin
Nyeri terkontrol, Pasien 3. Ajarkan posisi yang
tampak rileks, Tanda – nyaman pada waktu
tanda vitaldalam batas duduk / tidur
normal 4. Anjurkan pasien
120/80 mmhg menghindari gerakan
yang menyentak
5. Ajarkan massage yang
lembut
6. Ajarkan teknik relaksasi
mengurangi nyeri : napas
dalam, distraksi
7. Beri obat sesuai sesuai
indikasi
2 Hambatan Tujuan : 1. Anjurkan pasien untuk
mobilitas Pasien dapat beraktifitas pertahankan istirahat tirah
berhubungan tanpa adanya gangguan baring atau duduk jika di
dengan nyeri pada nyeri selama perawatan perlukan
ekstremitas bawah KH : 2. Anjurkan pasien

25
Pasien mampu bergerak
beradaptasi pada / beraktivitas dengan
aktivitas yang bantuan seminimal
diinginkan tanpa nyeri mungkin
3. Ajurkan pasien
mempertahankan postur
tegak , duduk tinggi dan
berjalan
3 Defisit Tujuan : 1. Tinjau pengetahuan
pengetahuan Pasien dapat memahami pasien tentang proses
berhubungan tentang penyakit yang penyakit, prognosis dan
dengan kurang di deritanya harapan masa depan
terpaparnya KH : 2. Beri pendidikan
informasi Pasien dapat kesehatan terkait
menjelaskan tentang penyakit, tanda dan
penyakit yang di gejala,pengobatan dan
deritanya, Pasien dapat diet
mengetahui tentang 3. Bantu dalam
penyebab dan gejala merencanakan jadwal
serta pencegahan aktivitas terintegrasi yang
realistis
4. Berikan informasi
mengenai alat bantu
5. Berikan pendidikan
kesehatan sesuai
kebutuhan

26
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
1 Nyeri 1. Memberikan salam S : pasien mengatakan
berhubungan terapeutik bahwa lututnya kanannya
dengan dan memperkenalkan diri masih terasa sakit
inflamasi 2. Melakukan hubungan saling O : pasien memijat-mijat
peradangan percaya antara pasien dan lutut kanannya
perawat A : masalah tidak teratasi
3. menganjurkan pasien untuk P : intervensi di lanjutkan
kompres dingin untuk ( no 3-7 )
mengurangi nyeri
4. menganjurkan posisi yang
nyaman pada waktu duduk
5. menganjurkan pasien
menghindari gerakan yang
menyentak
6. menganjurkan massage
yang lembut pada lutut
7. menjelaskan penggunaan
obat anti inflamasi (piroxicam
2x1 )

2 Hambatan 1. menganjurkan pasien S : pasien mengatakan


mobilitas untuk pertahankan istirahat masih tidak sanggup

27
berhubungan tirah baring atau duduk berjalan lama
dengan nyeri jika di perlukan O :klien lebih banyak
pada 2. menganjurkan pasien Duduk, pasien berjalan lambat,
ekstremitas bergerak / beraktivitas pasien menggunakan pegangan
bawah dengan bantuan seminimal di sekitar
mungkin untuk berjalan
3. menganjurkan pasien A : masalah tidak teratasi
mempertahankan postur P : intervensi di lanjutkan
tegak , duduk tinggi dan ( no 2 dan 3 )
berjalan
3 Defisit 1. mengakaji pengetahuan S : pasien mengatakan
pengetahuan tentang proses penyakit, sudah mengerti dan
berhubungan prognosis dan harapan memahami tentang
dengan masa depan penyakit yang di deritanya
kurang 2. memberikan penjelasan O : pasien dapat
terpaparnya tentang penyakit , menjelaskan kembali
informasi pengobatan dan diet tentang proses penyakit,
tanda dan gejala,
pencegahan, diet
seimbang, alat bantu yang
digunakan, serta aktivitas
pada penyakit reumatoid
artritis
A : masalah kurang
pengetahuan teratasi
P : intervensi di hentikan

28
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Rheumatoid arthritis (RA) adalah gangguan autoimun kronik yang


menyebabkan proses inflamasi pada sendi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan
keletihan.
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan
faktor rematoid, gangguan Metabolisme, genetik, faktor lain : nutrisi dan
faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

4.2 Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis juga membuka
kesempatan bagi kritik dan saran yang membangun dan mengembangkan
makalah ini. Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus
menerus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.

29
DAFTAR PUSTAKA

NANDA NIC-NOC. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.


Yogyakarta:MediAction
Manik Masyeni, Ketut Ayu. 2018. Rheumatoid Arthritis.
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/20541/1/7ecfc9533b3d0c63e52385ece000
81a8.pdf. Di akses pada tanggal 23 November 2020 pada pukul 14:20
WIB.
Sihombing, Hasudungan (2019) Asuhan keperawatan pada Ny. A.M dengan
Rheumatoid Artritis Puskesmas Alak kupang. Diploma thesis, Poltekkes
Kemenkes Kupang. Dari http://repository.poltekeskupang.ac.id/1579/
Diakses pada tanggal 23 novembe 2020 pada pukul 20:00 WIB.

30

Anda mungkin juga menyukai