Anda di halaman 1dari 8

Keperluan Hukum Kesehatan

By; H. Maswan Daulay, S.Kep, Ns, M.Kes

Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan dalam
mengatur pergaulan hidup bermasyarakat. Pergaulan hidup atau hidup di masyarakat yang sudah
maju seperti sekarang ini tidak cukup hanya dengan adat kebiasaan yang turun-temurun seperti
sebelum lahirnya peradaban yang modern. Untuk itu, maka oleh kelompok masyarakat yang
hidup dalam suatu masyarakat atau negara diperlukan aturan-aturan yang secara tertulis, yang
disebut hukum. Meskipun demikian, tidak semua perilaku masyarakat atau hubungan antara satu
dengan yang lainnya juga masih perlu diatur oleh hukum ynag tidak tertulis yang disebut : etika,
adat-istiadat, tradisi, kepercayaan dan sebagainya.

Pengertian Hukum Kesehatan


Hukum kesehatan merupakan suatu spesialisasi dari ilmu hukum yang ruang lingkupnya
meliputi segala peraturan perundang-undangan di sektor pemeliharaan kesehatan.banyak istilah
yang digunakan oleh para pakar, ada yang menyebutkan hukum kedokteran dan hukum medik
sebagai terjemahan dari medical law dan droit medical. Para ahli hukum dan dokter yang berasal
dari Inggris, Amerika, dan Australia menggunakan istilah droit medical. Dengan demikian health
law diterjemahkan sebagai hukum kesehatan, sedangkan istilah hukum kedokteran tetap
digunakan sebagai bagian dari hukum kesehatan yang semula disebut hukum medik

Menurut kansil (1989), hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan perundang-


undangan dalam bidang kesehatan yang mengatur pelayanan medik dan sarana medik.
Sedangkan leenen (dalam Amri Amir, 1999) mengemukakan bahwa hukum kesehatan meliputi
semua ketentuan umum yang langsung berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan dan
penerapan dari hukum perdata, hukum pidana, dan hukum administrasi dalam hubungan tersebut
serta pedoman internasional, hukum kebiasaan dan jurisprudensi yang berkaitan dengan
pemeliharaan kesehatan, hukum otonom, ilmu, dan literatur, menjadi sumber hukum kesehatan.

1
Menurut pasal 1 Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum KesehatanIndonesia (Perhuki),
hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik dari
perorangan dan segenap lapisan masyarakat maupun dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman-pedoman medis
nasional/internasional, hukum di bidang kesehatan, jurisprudensi serta ilmu pengetahuan di
bidang kedokteran /kesehatan. Sedangkan menurut rumusan Tim Rumusan Hukum Kedokteran
Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), hukum kesehatan adalah ketentuan hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya
kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam
segala aspeknya, yaitu aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif selain aspek organisasi dan
sarana yang harus diperhatikan: pedoman medis, internasional, hukum kebiasaan, dan hukum
otonom di bidang kesehatan, ilmu pengetahuan dan literatur medis juga merupakan sumber
hukum kesehatan.

Sebagai bahan perbandingan, dapat dikemukakan pula rumusan dari van der mijn
(Veronica K, 1991) yang menyatakan bahwa hukum kesehatan adalah lembaga peraturan yang
langsung berhubungan dengan perawatan kesehatan, sekaligus juga dengan penerapan hukum
sipil umum, pidana, dan administrasi. Dengan demikian, hukum kesehatan meliputi seluruh
aturan hukum yang berhubungan langsung dengan bidang pemeliharaan kesehatan yakni
meliputi hukum medis/kedokteran, hukum keperawatan, hukum farmasi, hukum rumah sakit,
hukum kesehatan lingkungan, hukum kesehatan masyarakat, dan hukum lainnya di sektor
kesehatan. Hukum kesehatan mengandung makna pengertian lebih luas, sedangkan hukum
kedokteran mengandung makna yang lebih sempit, yakni hanya meliputi aturan-aturan hukum
yang berkaitan kegiatan pelayanan medik, yaitu hubungan hukun antara dokter dan pasien, antara
dokter dan rumah sakit, serta antara rumah sakit dan pasien.

Sumber Hukum Kesehatan

Dari berbagai definisi hukum kesehatan sebagaimana yang dikemukakan di atas, sumber
hukum keshatan adalah:

2
a. Pedoman internasional

Konferensi helsinki (1964) merupakan kesepakatan para dokter sedunia mengenai penelitian
kedokteran, khususnya eksperimen pada manusia, yakni ditekankan pentingnya persetujuan
tindakan medik.

b. Hukum kebiasaan

Biasanya tidak tertulis dan tidak dijumpai pada peraturan perundang-undangan. Kebiasaan
tertentu telah dilakukan dan pada setiap operasi yang akan dilakukan di rumah sakit harus
mendatangani izin operasi, kebiasaan ini kemudian di tuangkan kedalam peraturtan tertulis
dalam bentuk informed consent.

c. Jurisprudensi

Keputusan hakim yang di ikuti oleh para hakim dalam menanggapi kasus yang sama.

d. Hukum otonom

Suatu ketentuan yang berlaku untuk suatu daerah tertentu. Ketentuan yang dimaksud hanya
berlaku bagi anggota profesi kesehatan, misalnya kode etik kedokteran, kode etik keperawatan
kode etik bidan, dan kode etik fisioterapi.

e. Ilmu

Substansi ilmu pengetahuan dari masing-masing disiplin ilmu. Misalnya pemakaian sarung
tangan bagi dokter dalam menangani pasien, dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit
dari pasien ke[ada dokter tersebut.

3
f.Literatur

Pendapat ahli hukum yang berwibawa menjadi sumber hukum kesehatan. Misalnya mengenai
penanggung jawaban hukum, perawat tidak boleh melakukan melakukan tindakan medis kecuali
atas tanggung jawab dokter.

Latar Belakang Perlunya Hukum Kesehatan


Kesehatan adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan
bangsa dan mmpunyai peranan penting dalam pembentukan masyarakat adil, makmur, dan
sejahtera. Bahkan kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus di wujudkan
sesui dengan cita-cita bangsa indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan undang
undang dasar 1945.

Derajat kesehatan sangat berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya
manusia serta sebagai salah satu modal bagi pelaksanaan pengembangan nasional yang pada
hakikatnya adalah pembangunan manusia sutuhnya. Dengan memperhatikan peranan kesehatan,
diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan
penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.

Oleh sebab itu, upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau oleh masyarakat dengan mempergunakan
jasa tenaga. Kewenangan untuk melaksanakan upaya kesehatan itulah yang memerlukan
peraturan hukum sebagai dasar pembenarah hukum wewenang kesehatan tersebut. Peraturan
hukum tentang upaya kesehatan saja belum cukup karena upaya kesehatan penyelenggaraannya
disertai pendukung berupa sumber daya kesehatan baik yang berupa perangkat keras maupun
perangkat lunak. Bidang sumber daya kesehatan inilah yang dapat memasuki kegiatan pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat
indonesia yang jumlah penduduknya amat besar bukanpekerjaan mudah, oleh sebab itu
diperlukan juga peraturan perlindungan hukum untuk melindungi pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan. Perlindungan hukum tersebut diperlukan perangkat hukum kesehatan yang

4
berpandangan maju untuk menjangkau perkembangan kesehatan yang semakin kompleks,
sehingga pelaksanaan “hukum kesehatan” diberlakukan secara proporsional dan bertahap sebagai
bidang hukum khusus.

Fungsi Dan Tujuan Hukum Kesehatan


Dalam suatu negara yang berlandaskan hukum, maka sesuai dengan sifat dan hakikatnya,
hukum berperan besar dalam mengatur setiap hubungan hukum yang timbul, baik antara individu
dan individu maupun antara individu dan masyarakat di dalam berbagai bidang kehidupan,
termasuk kesehatan.akan tetapi berlakunya hukum berdasarkan sifat dan hakikatnya itu tidak
terlpas dari sistem hukum yang dianut dan nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Radbruch
(Veronica K, 1999) membedakan keharusan alamiah dan keharusan susilawi, yang selanjutnya di
sebut norma alam dan norma susila. Antara kedua norma itu terdapat perbedaan yang mendasar.

Norma adalah sarana yang dipakai oleh masyarakat untuk menertibkan, menuntun, dan
mengarahkan tingkah laku anggotanya dalam hubungannya satu sama lain. Oleh sebab itu jika
suatu peraturan dikeluarkan oleh pemerintah yang sah menurut perundang-undangan yang
berlaku, maka peraturan tersebut di tanggapi sebagai norma yang berlaku sebagai yuridis. Hal ini
menunjukkan bahwa hukum bersifat normatif dan sifat normatif dari hukum ini tampak dalam
rumusan berbagai norma atau kaidah hukum. Hukum tidak hanya bermaksud untuk menetapkan
sikap individu, tetapi juga membawaindividu agar bersifat sesuai dengan yang seharusnya dan
tidak bertentangan dengan hukum. Dengan demikian dapat ditunjukan bahwa norma hukum itu
bukan hanya merupakan perintah, melainkan juga mengandung nalar tertentu. Nalar itu terletak
pada penilaian yang ditentukan oleh masyarakat terhadap tingkah laku dan perbuatan individu
dalam masyarakat.

5
Menurut zevenbergen (Veronica K, 1999), nahwa norma hukum dalam diri individu
mengandung dua hal yaitu patokam penilaian dan patokan tingkah laku. Ada 3 teori
pendukungnya yaitu :

Teori etis : tujuan hukum itu semata-mata untuk keadilan

Teori utilitas : tujuan hukum semata-mata mewujudkan hal yang bermanfaat

Teori campuran : isi hukum harus di tentukan oleh keadilan dan kemanfaatan

Dalam pelayanan kesehatan ada 2 kelompok yang perlu dibedakan yaitu

a. Penerima layanan kesehatan

Misalnya pasien, orang yang memelihara/meningkatkan kesehatannya

b. Pemberi pelayanan kesehatan

Misalnya dokter, perawat, bidan dan fisioterapi

Kedua kelompok tersebut menginginkan adanya kepastian dan perlindungan hukum, sebagai
contoh :

Kepastian hukum untuk health receiver

Perlindungan hukum untuk health receiver

Bagi health provider

Selanjutnya hukum pidana mempunyai dua segi perlindungan yaitu pada segi pertama untuk
melindungi masyarakat atau individu dari gangguan kejahatan dan segi ke dua untuk melindungi
masyarakat atau individu dari perlakuan yang tidak wajar/tidak benar dari petugas kesehatan.

Dengan demikian fungsi hukum adalah memberikan perlindungan kepada pemberi dan penerima
jasa kesehatan. Fungsi hukum adalah menjaga hak-hak manusia. Hukum harus melindungi hak-
hak pribadi manusia. Jadi menurut tanggapan umum, perasaan hukum adalah menciptakan suatu
aturan masyarakat yang baik sehingga hak manusia terjamin. Pada hakikatnya, hukum
menghendaki adanya penataan hubungan antar manusia, termasuk juga hubungan antar manusia,

6
termasuk juga hubungan antara tenaga kesehatandan pasin, sehingga kepentingan masing-masing
dapat terjamin dan tidak ada yang melanggarkepentingan pihak lain.

HUKUM DALAM PELAYANAN KESEHATAN


Etika profesi ( Kode Etik ) sebagai kaidah moral tidak mampu lagi menjamin hubungan
yang sifatnya kepercayaan antara pasien dan penyedia layanan kesehatan ( Pendekatan
Paternalistik ke Phatnership atau Kesetaraan ).

Akibat diaturnya suatu peristiwa oleh Kaidah Hukum Kepatuhan terhadap aturan-aturan
dalam pelayanan kesehatan tidak lagi tergantung pada kesadaran dan kemauan bebas dari kedua
belah pihak Melahirkan apa yang kita sebut “LEGAL CLAIM” dan bukan semata-mata
“MORAL CLAIM/ETHICAL CLAIM” Terutama untuk melindungi kepentingan-kepentingan
yang bisa saling berbenturan antara pasien, masyarakat, pemerintah dan penyedia layanan
kesehatan.

Perawat merupakan aspek penting dalam pembangunan kesehatan Perawat merupakan


salah satu tenaga kesehatan yang diatur dalam PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Bahkan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, tenaga perawat merupakan jenis tenaga
kesehatan terbesar yang dalam kesehariannya selalu berhubungan langsung dengan pasien dan
tenaga kesehatan lainnya. Namun di dalam menjalankan tugasnya tak jarang perawat
bersinggungan dengan masalah hukum.

Kaidah Hukum Melengkapi Etika Kesehatan Yang Ada

a. Adanya kebutuhan pada keahlian keilmuan medis


b. Kualitas pelayanan kesehatan yang baik
c. .Hasil guna/tepat guna
d. Pengendalian biaya
e. Ketertiban masyarakat

7
f. Perlindungan hukum terhadap pasien
g. Perlindungan hukum pengemban profesi kesehatan
h. Perlindungan hukum pihak ketiga
i. Perlindungan hukum kepentingan umum

Kesimpulan
Secara umum kita telah mengetahui bahwa peranan pelayanan kesehatan yaitu
sebagaiorganisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta
aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan
tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan. Tetapi dinamika yang terjadi saat ini yaitu begitu banyak penyalahgunaan pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh para tim medis maupun oknum-oknum tertentu yang mana hal
tersebut didasari oleh lemahnya moralitas sehingga merugikan masyarakat terutama masyarakat
yang berada dibawah garis kemiskinan.

Daftar Pustaka
- Bertens, K. 2000. Etika. Seri Filsafat Atma Jaya: 15. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
- Denhardt, Kathryn G. 1988. The ethics of Public Service. Westport, Connecticut:
Greenwood Press.
- Henry, Nicholas. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition.
Englewood Cliffs, N. J: Prentice-Hall International, Inc.
- Perry, James L. 1989. Handbook of Public Administration. San Fransisca, CA: Jossey-
Bass Limited.
- Shafritz, Jay.M. dan E.W.Russell. 1997. Introducing Public Administration. New York,
N.Y.:Longman.http://budiutomo79.blogspot.com/2007/11/etika-dalam-pelayanan-
publik.html.
- Dewi, A.Indriyanti, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Publik.
- Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
- Hendrik , SH, Mkes . Etika Dan Hukum Kesehatan
- Ismani , Nila HJ . 2001 , Etika Keperawatan. Jakarta : Wjdya medika.

Anda mungkin juga menyukai