Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan dalam
mengatur pergaulan hidup bermasyarakat. Pergaulan hidup atau hidup di masyarakat yang sudah
maju seperti sekarang ini tidak cukup hanya dengan adat kebiasaan yang turun-temurun seperti
sebelum lahirnya peradaban yang modern. Untuk itu, maka oleh kelompok masyarakat yang
hidup dalam suatu masyarakat atau negara diperlukan aturan-aturan yang secara tertulis, yang
disebut hukum. Meskipun demikian, tidak semua perilaku masyarakat atau hubungan antara satu
dengan yang lainnya juga masih perlu diatur oleh hukum ynag tidak tertulis yang disebut : etika,
adat-istiadat, tradisi, kepercayaan dan sebagainya.
1
Menurut pasal 1 Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum KesehatanIndonesia (Perhuki),
hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik dari
perorangan dan segenap lapisan masyarakat maupun dari pihak penyelenggara pelayanan
kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman-pedoman medis
nasional/internasional, hukum di bidang kesehatan, jurisprudensi serta ilmu pengetahuan di
bidang kedokteran /kesehatan. Sedangkan menurut rumusan Tim Rumusan Hukum Kedokteran
Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), hukum kesehatan adalah ketentuan hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya
kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam
segala aspeknya, yaitu aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif selain aspek organisasi dan
sarana yang harus diperhatikan: pedoman medis, internasional, hukum kebiasaan, dan hukum
otonom di bidang kesehatan, ilmu pengetahuan dan literatur medis juga merupakan sumber
hukum kesehatan.
Sebagai bahan perbandingan, dapat dikemukakan pula rumusan dari van der mijn
(Veronica K, 1991) yang menyatakan bahwa hukum kesehatan adalah lembaga peraturan yang
langsung berhubungan dengan perawatan kesehatan, sekaligus juga dengan penerapan hukum
sipil umum, pidana, dan administrasi. Dengan demikian, hukum kesehatan meliputi seluruh
aturan hukum yang berhubungan langsung dengan bidang pemeliharaan kesehatan yakni
meliputi hukum medis/kedokteran, hukum keperawatan, hukum farmasi, hukum rumah sakit,
hukum kesehatan lingkungan, hukum kesehatan masyarakat, dan hukum lainnya di sektor
kesehatan. Hukum kesehatan mengandung makna pengertian lebih luas, sedangkan hukum
kedokteran mengandung makna yang lebih sempit, yakni hanya meliputi aturan-aturan hukum
yang berkaitan kegiatan pelayanan medik, yaitu hubungan hukun antara dokter dan pasien, antara
dokter dan rumah sakit, serta antara rumah sakit dan pasien.
Dari berbagai definisi hukum kesehatan sebagaimana yang dikemukakan di atas, sumber
hukum keshatan adalah:
2
a. Pedoman internasional
Konferensi helsinki (1964) merupakan kesepakatan para dokter sedunia mengenai penelitian
kedokteran, khususnya eksperimen pada manusia, yakni ditekankan pentingnya persetujuan
tindakan medik.
b. Hukum kebiasaan
Biasanya tidak tertulis dan tidak dijumpai pada peraturan perundang-undangan. Kebiasaan
tertentu telah dilakukan dan pada setiap operasi yang akan dilakukan di rumah sakit harus
mendatangani izin operasi, kebiasaan ini kemudian di tuangkan kedalam peraturtan tertulis
dalam bentuk informed consent.
c. Jurisprudensi
Keputusan hakim yang di ikuti oleh para hakim dalam menanggapi kasus yang sama.
d. Hukum otonom
Suatu ketentuan yang berlaku untuk suatu daerah tertentu. Ketentuan yang dimaksud hanya
berlaku bagi anggota profesi kesehatan, misalnya kode etik kedokteran, kode etik keperawatan
kode etik bidan, dan kode etik fisioterapi.
e. Ilmu
Substansi ilmu pengetahuan dari masing-masing disiplin ilmu. Misalnya pemakaian sarung
tangan bagi dokter dalam menangani pasien, dimaksudkan untuk mencegah penularan penyakit
dari pasien ke[ada dokter tersebut.
3
f.Literatur
Pendapat ahli hukum yang berwibawa menjadi sumber hukum kesehatan. Misalnya mengenai
penanggung jawaban hukum, perawat tidak boleh melakukan melakukan tindakan medis kecuali
atas tanggung jawab dokter.
Derajat kesehatan sangat berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya
manusia serta sebagai salah satu modal bagi pelaksanaan pengembangan nasional yang pada
hakikatnya adalah pembangunan manusia sutuhnya. Dengan memperhatikan peranan kesehatan,
diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan
penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.
Oleh sebab itu, upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau oleh masyarakat dengan mempergunakan
jasa tenaga. Kewenangan untuk melaksanakan upaya kesehatan itulah yang memerlukan
peraturan hukum sebagai dasar pembenarah hukum wewenang kesehatan tersebut. Peraturan
hukum tentang upaya kesehatan saja belum cukup karena upaya kesehatan penyelenggaraannya
disertai pendukung berupa sumber daya kesehatan baik yang berupa perangkat keras maupun
perangkat lunak. Bidang sumber daya kesehatan inilah yang dapat memasuki kegiatan pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat
indonesia yang jumlah penduduknya amat besar bukanpekerjaan mudah, oleh sebab itu
diperlukan juga peraturan perlindungan hukum untuk melindungi pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan. Perlindungan hukum tersebut diperlukan perangkat hukum kesehatan yang
4
berpandangan maju untuk menjangkau perkembangan kesehatan yang semakin kompleks,
sehingga pelaksanaan “hukum kesehatan” diberlakukan secara proporsional dan bertahap sebagai
bidang hukum khusus.
Norma adalah sarana yang dipakai oleh masyarakat untuk menertibkan, menuntun, dan
mengarahkan tingkah laku anggotanya dalam hubungannya satu sama lain. Oleh sebab itu jika
suatu peraturan dikeluarkan oleh pemerintah yang sah menurut perundang-undangan yang
berlaku, maka peraturan tersebut di tanggapi sebagai norma yang berlaku sebagai yuridis. Hal ini
menunjukkan bahwa hukum bersifat normatif dan sifat normatif dari hukum ini tampak dalam
rumusan berbagai norma atau kaidah hukum. Hukum tidak hanya bermaksud untuk menetapkan
sikap individu, tetapi juga membawaindividu agar bersifat sesuai dengan yang seharusnya dan
tidak bertentangan dengan hukum. Dengan demikian dapat ditunjukan bahwa norma hukum itu
bukan hanya merupakan perintah, melainkan juga mengandung nalar tertentu. Nalar itu terletak
pada penilaian yang ditentukan oleh masyarakat terhadap tingkah laku dan perbuatan individu
dalam masyarakat.
5
Menurut zevenbergen (Veronica K, 1999), nahwa norma hukum dalam diri individu
mengandung dua hal yaitu patokam penilaian dan patokan tingkah laku. Ada 3 teori
pendukungnya yaitu :
Teori campuran : isi hukum harus di tentukan oleh keadilan dan kemanfaatan
Kedua kelompok tersebut menginginkan adanya kepastian dan perlindungan hukum, sebagai
contoh :
Selanjutnya hukum pidana mempunyai dua segi perlindungan yaitu pada segi pertama untuk
melindungi masyarakat atau individu dari gangguan kejahatan dan segi ke dua untuk melindungi
masyarakat atau individu dari perlakuan yang tidak wajar/tidak benar dari petugas kesehatan.
Dengan demikian fungsi hukum adalah memberikan perlindungan kepada pemberi dan penerima
jasa kesehatan. Fungsi hukum adalah menjaga hak-hak manusia. Hukum harus melindungi hak-
hak pribadi manusia. Jadi menurut tanggapan umum, perasaan hukum adalah menciptakan suatu
aturan masyarakat yang baik sehingga hak manusia terjamin. Pada hakikatnya, hukum
menghendaki adanya penataan hubungan antar manusia, termasuk juga hubungan antar manusia,
6
termasuk juga hubungan antara tenaga kesehatandan pasin, sehingga kepentingan masing-masing
dapat terjamin dan tidak ada yang melanggarkepentingan pihak lain.
Akibat diaturnya suatu peristiwa oleh Kaidah Hukum Kepatuhan terhadap aturan-aturan
dalam pelayanan kesehatan tidak lagi tergantung pada kesadaran dan kemauan bebas dari kedua
belah pihak Melahirkan apa yang kita sebut “LEGAL CLAIM” dan bukan semata-mata
“MORAL CLAIM/ETHICAL CLAIM” Terutama untuk melindungi kepentingan-kepentingan
yang bisa saling berbenturan antara pasien, masyarakat, pemerintah dan penyedia layanan
kesehatan.
7
f. Perlindungan hukum terhadap pasien
g. Perlindungan hukum pengemban profesi kesehatan
h. Perlindungan hukum pihak ketiga
i. Perlindungan hukum kepentingan umum
Kesimpulan
Secara umum kita telah mengetahui bahwa peranan pelayanan kesehatan yaitu
sebagaiorganisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta
aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat
guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan
tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan. Tetapi dinamika yang terjadi saat ini yaitu begitu banyak penyalahgunaan pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh para tim medis maupun oknum-oknum tertentu yang mana hal
tersebut didasari oleh lemahnya moralitas sehingga merugikan masyarakat terutama masyarakat
yang berada dibawah garis kemiskinan.
Daftar Pustaka
- Bertens, K. 2000. Etika. Seri Filsafat Atma Jaya: 15. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
- Denhardt, Kathryn G. 1988. The ethics of Public Service. Westport, Connecticut:
Greenwood Press.
- Henry, Nicholas. 1995. Public Administration and Public Affairs. Sixth Edition.
Englewood Cliffs, N. J: Prentice-Hall International, Inc.
- Perry, James L. 1989. Handbook of Public Administration. San Fransisca, CA: Jossey-
Bass Limited.
- Shafritz, Jay.M. dan E.W.Russell. 1997. Introducing Public Administration. New York,
N.Y.:Longman.http://budiutomo79.blogspot.com/2007/11/etika-dalam-pelayanan-
publik.html.
- Dewi, A.Indriyanti, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Publik.
- Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
- Hendrik , SH, Mkes . Etika Dan Hukum Kesehatan
- Ismani , Nila HJ . 2001 , Etika Keperawatan. Jakarta : Wjdya medika.