Anda di halaman 1dari 29

BAB II

PENGUKURAN DASAR

2.1 Tujuan
1. Mempelajari pengukuran dengan menggunakan alat ukur dasar,
2. Menuliskan bilangan – bilangan berarti dari hasil pengukuran atau
perhitungan,
3. Menghitung besaran lain berdasarkan besaran yang terukur langsung.
2.2 Teori Dasar
Setiap pengukuran fisis terdapat batas ketelitian dan kesalahan penggunaan.
Karena keterbatasan pembuatan alat maupun kemampuan membaca serta
pembedaan cara membacanya. Oleh karena itu, setiap hasil pengukuran harus
dilaporkan secara benar yang memperlihatkan ketelitian pengukuran tersebut.
Maka dari itu, hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran menggunakan
alat ukur dintaranya :
a) Titik nol alat.
b) Nilai skala terkecil alat.
c) Batas ukur alat.
d) Cara pemakaian alat.

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat di ukur, besaran berdasarkan


satuannya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Besaran Pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan. Terdapat 7
besaran pokok diantaranya yaitu

Tabel 2.1 Besaran Pokok

Besaran Satuan Lambang

Panjang Meter M

Massa Kilogram Kg

Waktu Sekon S

Suhu Kelvin K

Kuat arus Ampere A

Intensitas cahaya Kandela Cd

Jumlah zat Mol 6 Mol


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

2. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari satuan
besaran pokok. Contohnya :
Tabel 2.2 Besaran Turunan

Besaran Satuan Lambang

Luas m² A

Kecepatan ms-¹ V

Gaya Kg ms-² F

Tekanan Kg m-¹ s´² P

Usaha Kg m² s-² W

Kita mengukur setiap besaran fisik dalam satuannya masing – masing,


menggunakan perbandingan terhadap suatu standar. Setelah menetapkan suatu
standar, misalnya untuk panjang kita harus menyusun prosedur dimana setiap
besaran panjang apapun dapat dinyatakan dalam suatu standar. Benda – benda
yang termasuk dalam prosedur untuk mengukur, misalnya seperti penggaris,
jangka sorong, mikrometer teknis dan neraca teknis. Benda – benda tersebut
memliliki perbedaan dalam fungsinya, ketelitiannya dan cara penggunaannya.
1. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai
seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian
bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian
dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah
dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat
ketelitian adalah 0.05 mm untuk jangka sorong di bawah 30 cm dan 0.01
untuk yang di atas 30 cm.
Kegunaan jangka sorong adalah:
1. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
2. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang
(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 7


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

3. Untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan


cara "menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur
tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.

Gambar 2.1 Jangka Sorong


Sumber : https://www.diedit.com/cara-membaca-jangka-sorong/

2. Mikrometer Teknis
Mikrometer adalah sebuah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur
benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm.
Satu mikrometer adalah secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin
electro untuk mengukur ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan
garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot. Mikrometer memiliki
3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi berikut :

1. Mikrometer Luar
Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat,
lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang.
2. Mikrometer dalam
Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur garis tengah
dari lubang suatu benda
3. Mikrometer kedalaman
Mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur
kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 8


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

Gambar 2.2 Mikrometer Teknis


Sumber: http://fisikawanhijau.blogspot.com/2015/04/cara-menggunakan-alat-ukur-
mikrometer.html

Satu mikrometer ditetapkan dengan menggunakan satu mekanisme sekrup titik


nada. Satu fitur yang menarik tambahan dari mikrometer-mikrometer adalah
pemasukan satu tangkai menjadi bengkok yang terisi. Secara normal, orang bisa
menggunakan keuntungan mekanis sekrup untuk menekan material, memberi satu
pengukuran yang tidak akurat. Dengan cara memasang satu tangkai yang roda
bergigi searah keinginan pada satu tenaga putaran tertentu.

3. Neraca Teknis
Neraca Teknis adalah neraca yang memiliki tingkat ketelitian yang
rendah karena hanya sampai 2 desimal di belakang koma.Neraca ini
biasanya dipakai untuk menimbang zat - zat atau benda yang tidak
membutuhkan ketelitian yang tinggi , misalnya menimbang bahan sebagai
larutan pereaksi . Neraca teknis dibagi menjadi 2 yaitu Neraca Analog dan
neraca digital. Neraca analog adalah neraca yang biasanya masih
tradisional misalnya neraca Ohhaus(diambil dari nama penemunya),
sedangkan neraca digital adalah neraca teknis yang sudah modern , yang
sekarang sering dipakai di lab. untuk menimbang dan tidak diperlukan hal
rumit, tinggal menaruh benda atau zat di piring neraca.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 9


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

Gambar 2.3 Neraca Teknis


Sumber : www.scales-r-us
Pengukuran dalam fisika didasarkan pada pengukuran besaran fisika. Besaran
fisika merupakan besaran yang diperoleh dari pengukuran, dikarenakan diperoleh
dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya untuk digunakan. Sebagai contoh
yaitu massa, massa merupakan besaran fisika, karena massa dapat diukur dengan
menggunakan neraca teknis.
Besaran fisika sendiri dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Besaran Pokok
Besaran pokok merupakan besaran yang ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan para ahli fisika.

Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam, yaitu :


1. Panjang dengan satuan m,
2. Massa dengan satuan kg,
3. Waktu dengan satuan s,
4. Suhu dengan satuan K,
5. Kuat arus listrik dengan satuan A,
6. Intensitas cahaya dengan satuan cd,
7. Jumlah zat dengan satuan mol.

Besaran pokok mempunyai ciri khusus, seperti :


1. Diperoleh dari pengukuran dasar,
2. Mempunyai satu satuan,

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 10


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

3. Ditetapkan terlebih dahulu.

2. Besaran Turunan
Besaran turunan merupakan besaran yang diturunkan dari besaran
pokok. Besaran ini memiliki beberapa macam contoh, misalnya :
1. Gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa, panjang, dan
waktu
2. Volume (m3) diturunkan dari besaran pokok panjang dan lain –
lain.
Besaran turunan memiliki khas, antara lain :
1. Diperoleh dari pengukuran langsung dan tidak langsung,
2. Mempunyai satuan lebih dari satu,
3. Diturunkan dari besaran pokok.
Saat membahas besaran dan satuan maka tidak akan terlepas dari
pengukuran. Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran
dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Satuan didefinisikan
sebagai pembanding dalam suatu pengukuran besaran. Setiap besaran mempunyai
satuan masing – masing.
Jadi, pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang belum
diketahui dengan besaran acuan atau besaran standar baik local, standar nasional
maupun standar internasional dengan menggunakan alat ukur. Besaran standar ini
biasanya terdapat arau terpasang dalam alat ukur, dan alat ukur ini harus
dikalibrasikan agar dapat mengukur dengan baik dan tepat. Besaran merupakan
sesuatu yang mempunyai nilai dan satuan, sedangkan satuan merupakan sesuatu
yang mendefinisikan besaran

Syarat –syarat besaran adalah :


1. Dapat didefinisikan secara fisik,
2. Jelas dan tidak berubah terhadap waktu,
3. Dapat digunakan dimana saja.
Pengukuran dapat ditinjau dari 3 aspek, yaitu :

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 11


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

1. Aspek Fisik
Pengukuran aspek fisik dipelajari dalam pengukuran teknik.
Contohnya : berat, massa, temperature, tekanan, dll.
2. Aspek Mekanik
Pengukuran aspek mekanik dipelajari dalam material teknik.
Contohnya : kekuatan, keuletan, kekerasan, ketangguhan, dll.
3. Aspek Geometrik
Pengukuran aspek geometrik dipelajari dalam metrologi indstri.
Aspek geometrik terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Dimensi
Contohnya : diameter, panjang, lebar, dll.
2. Bentuk
Contohnya : kesejajaran, kelurusan, kedataran, kemiringan atau
sudut , dll.
Metrologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tentang cara – cara
pengukuran besaran teknik, sedangkan metrologi industri adalah ilmu dan
teknlologi yang mempelajari pengukuran karakteristik geometri suatu produk
hasil produksi dengan menggunakan alat ukur tertentu dan cara pengukuran
tertentu untuk mendapatkan hasil pengukuran yang mendekati nilai sebenarnya.
Beberapa jenis pengukuran dalam metrologi :
1. Pengukuran Linear
Pengukuran linear merupakan suatu pengukuran besaran panjang
yang menggunakan alat ukur langsung yang telah terkalibrasi dan hasil
pengukuran dapat diperloeh secara langsung.
Contoh : menggunakan mikrometer teknis.
2. Pengukuran Sudut
Pengukuran sudut merupakan suatu pengukuran sudut yang
menggunakan alat ukur sudut yang telah terkalibrasi dan hasil pengukuran
dapat diperoleh secara langsung.
Contoh : menggunakan busur bilah.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 12


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

3. Pengukuran Profil
Pengukuran profil merupakan suatu pengukuran yang
membandingkan bentuk suatu produk dengan bentuk acuan (standar) pada
layar dari alat ukur proyeksi.
Contoh : menggunakan profile proyector.
4. Pengukuran Ulir
Pengukuran ulir merupakan pengukuran yang mengukur jarak
antara ulur pada suatu produk.
Contohnya : menggunakan mikromter ulir
5. Pengukuran Roda Gigi
Pengukuran roda gigi merupakan suatu pengukuran yang mengukur
jarak antara pitch pada roda gigi
Contohnya : menggunakan mikrometer roda gigi.
6. Pengukuran Posisi
Pengukuran posisi merupakan suatu pengukuran yang menggunakan
sensor yang dapat digerakkan dalam ruang yang digunakan untuk
menentukan posisi.
Contoh : menggunakan Coordiante Measuring Machine.
7. Pengukuran Kerataan dan Kedataran
Pengukuran ini merupakan suatu pengukuran yang mnegukur kerataan
dan kedatran pemula suatu produk.
Contoh : menggunakan squared level.
8. Pengukuran Kekasaran Permuankan
Pengukuran ini merupakan suatu pengukuran yang mengukur
kekasarn suatu permukaan suatu produk.
Contoh : menggunakan Surface Rogugh Tester.
Cara – cara pengukuran dalam metrologi :
1. Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung merupakan suatu pengukuran yang dilakukan
dengan menggunakan alat ukur langsung, dimana hasil pengukuran dapat
langsung diperoleh.
Contoh : Jangka sorong.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 13


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

2. Pengukuran tak Langsung


Pengukuran tak langsung merupakan suatu pemgukuran yang dilakukan
dengan menggunakanalat ukur pembanding, alat ukur standard dan alat
ukur bantu.
Contoh : dial indicator.
3. Pemeriksaan Kaliber Batas
Pengukuran ini merupakan suatu pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur kaliber batas , dimana tidak mengukur dimensi
suatu produk tetapi untuk memeriksa apakah suatu produk berada di dalam
atau di luar daerah toleransinya.
Contoh : kaliber batas.
4. Membandingkan dengan Bentuk Standar / Acuan
Pengukuran ini merupakan suatu pengukuran yang dilakukan dengan
membandingkan bentuk produk yang dihasilkan dengan bentuk standarnya
/ acuannya.
Contoh : profile proyector.
5. Pengukuran Geometri Khusus
Pengukuran ini merupakan pengukuran yang mempunyai metoda dan
alat ukur khusus.
Contoh : Surface Roughness Tester.
Jenis – jenis alat ukur :
1. Berdasarkan Sifat
Jenis alat ukur berdasarkan sifat terbagi menjadi beberapa macam,
salah satunya berdasarkan sifat aslinya yang contoh alat ukurnya yaitu
jangka sorong.
2. Berdasarkan Prinsip Kerjanya
Jenis alat ukur berdasarkan prinsip kerjanya terbagi menjadi beberapa
macam, salah satunya yaitu alat ukur mekanik. Alat ukur mekanik
merupakan suatu alat ukur yang menggunakan prinsip mekanik.
Contoh : neraca teknis.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 14


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

Pengukuran dan Ketidakpastian


Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika. Tetapi
tidak ada pengukuran yang benar – benar tepat. Ada ketidakpastian yang
berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari
sumber yang berbeda. Diantara yang paling penting, selain kesalahan
adalah keterbatasan ketepatan setiap alat pengukur dan ketidakmampuan
membaca sebuah instrument di luar batas bagian terkecil yang
ditunjukkan.
Ketika menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan
ketepatan, atau perkiraan ketidakpastian pada pengukuran tersebut.
Seringkali, ketidakpastian pada suatu nilai terukur tidak dinyatakan secara
eksplisi.

2.3 Metodologi Praktikum


2.3.1 Skema Proses
Jangka Sorong

Siapkan Bahan Material

Ukur Dimensi Benda Kerja

Kunci Jangka Sorong

Baca Skala Utama Dan Noniusnya

Hitung Dan Catat Pada Lembar Kerja

Lakukan Pengukuran Sebanyak 5 Kali

Gambar 2.4 Skema Proses Jangka Sorong

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 15


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

Mikrometer Teknis

Putar Roda Bagian Pemutar Kasar

Masukan Benda Kerja Ke Rahang Ukur

Putar Roda Kasar Hingga Benda Terjepit

Putar Roda Pemutar Halus

Hitung Dan Catat Hasil Pengukuran

Lakukan Pengukuran Sebanyak 5 Kali

Gambar 2.5 Skema Proses Mikrometer Teknis

Neraca Teknis

Kalibrasi Neraca Teknis

Letakan Benda Pada Lengan Neraca

Setimbangkan Neraca Teknis

Catat Hasil Penimbangan

Gambar 2.6 Skema Proses Neraca Teknis

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 16


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

2.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Jangka Sorong
1) Alat dan bahan disiapkan.
2) Dimensi benda kerja diukur dengan dijepit menggunakan rahang
jangka sorong untuk mengukur panjang, lebar, tebal, dan diameter
benda.
3) Dikunci dengan lingkaran yang ada pada jangka sorong.
4) Skala utama dan nonius dilihat dan dibaca.
5) Hasil pengukuran dihitung dan dicatat.
6) Pengujian sebanyak lima kali dilakukan pada setiap benda kerja.
2. Mikrometer Teknis
1) Roda bagian pemutar kasar diputarkan untuk diperpanjang.
2) Benda dimasukkan ke antara rahang putar.Roda pemutar kasar
diputarkan sampai benda terjepit.
3) Roda pemutar halus diputarkan tiga kali (3 kali bunyi klik).
4) Penguat dikunci jika sudah pas.
5) Hasil pengukuran dihitung dan dicatat.Pengujian dilakukan
sebanyak lima kali.
3. Neraca Teknis
1) Neraca yang akan di pakai diseimbangkan dengan digetarkan
puntir sehingga jarum petunjuk seimbang.
2) Benda kerja diletakkan pada lengan neraca.
3) Massa benda dihitung dengan ditambahkan beban yang bernilai
mulai dari yang terbesar sehingga jarum sejajar dengan garis atau
pergerakan jarum seimbang antara naik atau turun.
4) Hasil penimbangan dicatat.
5) Pengukuran dilakukan pada setiap benda kerja.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 17


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

2.4 Alat dan Bahan


2.4.1 Alat
1) Jangka sorong (1 Buah)
2) Mikrometer teknis (1 Buah)
3) Neraca teknis (1 Buah)
2.4.2 Bahan
1) Balok baja (1 Buah)
2) Balok tembaga (1 Buah)
3) Balok kuningan (1 Buah)

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
Benda Kerja : Tembaga
Tabel 2.3 Mengukur Tembaga dengan Jangka Sorong
Bagian Panjang (P) Lebar (L) Tebal (T)
1 25,30 mm 17,70 mm 7,90 mm
2 25,25 mm 17,65 mm 7,90 mm
3 25,25 mm 17,65 mm 7,20 mm
4 25,30 mm 17,70 mm 7,10 mm
5 25,25 mm 17,70 mm 7,10 mm

Tabel 2.4 Mengukur Tembaga dengan Mikrometer

Bagian Tebal (T)


1 9,5
2 9,2
3 9,2
4 9,49
5 9,49

Mengukur dengan Neraca Teknis


Massa tembaga = 26,4 gram

Benda Kerja : Baja


Tabel 2.5 Mengukur Baja dengan Jangka Sorong

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 18


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

Bagian Panjang Lebar Tebal


1 35,40 mm 18,90 mm 9,00 mm
2 35,40 mm 18,90 mm 9,00 mm
3 35,40 mm 18,90 mm 9,00 mm
4 35,40 mm 18,90 mm 9,00 mm
5 35,40 mm 18,90 mm 9,00 mm

Tabel 2.6 Mengukur Baja dengan Mikrometer


Bagian Tebal (T)
1 9,41 mm
2 9,41 mm
3 9,41 mm
4 9,41 mm
5 9,41 mm

Mengukur dengan Neraca Teknis


Massa Baja = 43.35 gram

Benda Kerja : Kuningan


Tabel 2.7 Mengukur Kuningan dengan Jangka Sorong
Bagian Panjang Lebar Tebal
1 35,50 mm 18,5 mm 9,15 mm
2 35,40 mm 18,00 mm 9,15 mm
3 35,40 mm 18,5 mm 9,15 mm
4 35,40 mm 18,00 mm 9,15 mm
5 35,40 mm 18,5 mm 9,15 mm

Tabel 2.8 Mengukur Kuningan dengan Mikrometer


Bagian Tebal
1 7,10 mm
2 7,49 mm
3 7,6 mm
4 7,38 mm
5 7,9 mm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 19


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

Mengukur dengan Neraca Teknis


Massa Kuningan = 47,5 gram

2.5.2 Pengolahan Data


BK-1 (Baja)
P: ∑ ¿ p1 + p2 + p3 + p4 + p5
¿ 35,40+35,40+35,40+35,40+35,40
¿ 177mm
p1 + p2 + p 3+ p 4 + p5
P=
5

177 mm
¿
5
¿ 35,4 mm

∑ P ₁2= p21 + p 22+ p 23+ p 24 + p25


¿ 35,402 +35,402 +35,402 +35,402 +35,402
¿ 6.265,8 mm2
∑( P ₁)2=¿
¿¿
¿ 31,329 mm2

2 2
1 n ∑ P −∑(P)
∆ P=
n √ n−1
1 √ 5 x 6.265,8−31,329
¿
5 5−1
1 √ 31297,671
¿ =17,69 mm
5 4

Nilai Interval
P1 ¿ P+∆ P
¿ 35,4+17,69

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 20


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

¿ 53,09mm →Nilai maks


P2 ¿ P−∆ P
¿ 35,4−17,69
¿ 17,71mm →Nilai min

L: ∑ ¿ L1 + L 2 + L 3 + L 4 + L5
¿ 18,90+18,90+18,90+18,90+18,90
¿ 94,5mm

L 1 + L 2 + L3 + L 4 + L 5
L=
5

18,90+ 18,90+18,90+18,90+18,90
¿
5
¿ 18,9 mm
∑ L2=L21 + L22 + L23+ L24 + L25
¿ 18,902 +18,902 +18,902 +18,902+ 18,902
¿ 1.786,05 mm2

∑( L)2=¿
¿¿
¿ 8.930,25 mm2
2 2
1 n ∑ L −∑( L)
∆ L=
n √ n−1
1 √ 5 x 1.786,05−8.930,25
¿
5 5−1
1 √0
¿ =0 mm
5 4

Nilai Interval

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 21


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

L1 ¿ L+∆ L
¿ 18,90+0
¿ 18,90mm →Nilai maks
L2 ¿ L−∆ L
¿ 18,90−0
¿ 18,90mm →Nilai min

T: ∑ ¿T 1 +T 2 +T 3+ T 4 + T 5
¿ 9+ 9+9+9+ 9
¿ 45mm
T 1 +T 2+T 3 +T 4 +T 5
T=
5

9+9+ 9+9+9
¿
5
¿ 9 mm
∑ T 2=T 12+T 22 +T 23 +T 24 +T 25
¿ 92 +9 2+ 92+ 92 +92
¿ 405 mm2

∑( T )2=¿
¿¿
¿ 2.025 mm2
2 2
1 n ∑ T −∑(T )
∆T=
n √ n−1
1 √ 5 x 405−2.025
¿
5 5−1
1 √0
¿ =0 mm
5 4

Nilai Interval

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 22


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

T1 ¿T+∆T
¿ 9+0
¿ 9mm →Nilai maks
T 2 ¿ T −∆ T
¿ 9−0
¿ 9mm →Nilai min

∆V ∆ P ∆ L ∆T
= + +
V P L T

∆V = ( ∆PP + ∆LL + ∆TT ) x V


17,69 0 0
¿( + + ) x 6.021,54
35,4 18,9 9
¿ 3.004,74 mm ³

Nilai Interval
V 1 ¿ V +∆ V
¿ 6.021,54+3.004,74
¿ 9.026,28 mm3 →Nilai maks

V 2=V −∆ V
¿ 6.026,54−3.004,74
¿ 3.016,8 mm3 →Nilai min
m
ρ 1=
V1
43,35
¿
9.026,28
¿ 0,0048
m
ρ 2=
V2
43,35
¿
3016,8
¿ 0,0143

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 23


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

Nilai Intervalnya 0,0048

BK-2 (Kuningan)
P: ∑ ¿ p1 + p2 + p3 + p4 + p5
¿ 35,40+35,40+35,40+35,40+35,40
¿ 177mm
p1 + p2 + p 3+ p 4 + p5
P=
5

177 ,1 mm
¿
5
¿ 35,42 mm

∑ P ₁2= p21 + p 22+ p 23+ p 24 + p25


¿ 35,502 +35,402 +35,402 +35,402 +35,402
¿ 6.272,89 mm2
∑( P ₁)2=¿
¿¿
¿ 31.364,41 mm2
2 2
1 n ∑ P −∑(P)
∆ P=
n √ n−1
1 √ 5 x 6.272,89−31.364,41
¿
5 5−1
1 √ 0,04
¿ =0,02 mm
5 4

Nilai Interval
P1 ¿ P+∆ P
¿ 35,42+0,02
¿ 35,44mm →Nilai maks
P2 ¿ P−∆ P
¿ 35,42−0,02

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 24


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

¿ 35,4mm →Nilai min

L: ∑ ¿ L1 + L 2 + L 3 + L 4 + L5
¿ 18,5+18+18,5+18+18,5
¿ 91,5mm
L 1 + L 2 + L3 + L 4 + L 5
L=
5

18,5+ 18+18,5+18+185
¿
5
¿ 18,3 mm
∑ L2=L21 + L22 + L23+ L24 + L25
¿ 18,52 +182 +18,52 +182 +18,52
¿ 1.674,75 mm2
∑( L)2=¿
¿¿
¿ 8.372,25 mm2

2 2
1 n ∑ L −∑( L)
∆ L=
n √ n−1
1 √ 5 x 1.674,75−8.372,25
¿
5 5−1
1 √ 1,5
¿ =0,122mm
5 4

Nilai Interval
L1 ¿ L+∆ L
¿ 18,3+0,122
¿ 18,422mm →Nilai maks
L2 ¿ L−∆ L
¿ 18,3−0,122
¿ 18,178mm →Nilai min

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 25


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

T: ∑ ¿T 1 +T 2 +T 3+ T 4 + T 5
¿ 9,15+ 9,15+ 9,15+9,15+ 9,15
¿ 45 , 75mm
T 1 +T 2+T 3 +T 4 +T 5
T=
5

9 ,15+ 9,15+9,15+9,15+ 9,15


¿
5
¿ 9 , 15 mm

∑ T 2=T 12+T 22 +T 23 +T 24 +T 25
¿ 9,152 +9,15 2+ 9,152+ 9,152+ 9,152
¿ 8 37725 mm2
∑( T )2=¿
¿¿
¿ 2.093,06 mm2

2 2
1 n ∑ T −∑(T )
∆T=
n √ n−1
1 √ 5 x 837725−2.093,06
¿
5 5−1
1 √ 4,186
¿ =0,204 mm
5 4

Nilai Interval
T1 ¿T+∆T
¿ 45,75+ 0,204
¿ 45,954mm →Nilai maks
T 2 ¿ T −∆ T
¿ 45,75−0,204
¿ 45,546mm →Nilai min

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 26


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

∆V ∆ P ∆ L ∆T
= + +
V P L T

∆V = ( ∆PP + ∆LL + ∆TT ) x V


0,02 0,122 0,204
¿(
35,42 18,9 45,75 )
+ + x 2689,9719

¿ 30,934 mm ³

Nilai Interval
V 1 ¿ V +∆ V
¿ 2689,9719+30,934
3
¿ 2720,90 mm →Nilai maks
V 2=V −∆ V
¿ 2689,9719−30,934
¿ 2659,03 mm3 →Nilai min

m
ρ 1=
V1
47,5
¿
2720,90
¿ 0,014
m
ρ 2=
V2
47,5
¿
2659,03
¿ 0,0178
Nilai Intervalnya 0,0174

BK-3 (Tembaga)
P: ∑ ¿ p1 + p2 + p3 + p4 + p5
¿ 25,30+25,25+25,25+25,30+ 25,25
¿ 126,35mm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 27


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

p1 + p2 + p 3+ p 4 + p5
P=
5

126,35mm
¿
5
¿ 25,27 mm

∑ P ₁2= p21 + p 22+ p 23+ p 24 + p25


¿ 25,30+25,252 +25,252 +25,302 +25,252
¿ 3.195,295 mm2
∑( P ₁)2=¿
¿ ¿)2
¿ 15.954,69 mm2

2 2
1 n ∑ P −∑(P)
∆ P=
n √ n−1
1 √ 5 x 3195,295−15954,69
¿
5 5−1
1 √ 24,785
¿ =0,497 mm
5 4

Nilai Interval
P1 ¿ P+∆ P
¿ 25,27+0,497
¿ 25,767mm →Nilai maks
P2 ¿ P−∆ P
¿ 25,27−0,497
¿ 24,773mm →Nilai min

L: ∑ ¿ L1 + L 2 + L 3 + L 4 + L5
¿ 17,70+17,65+17,65+17,70+17,70
¿ 88,4mm

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 28


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

L 1 + L 2 + L3 + L 4 + L 5
L=
5

17,70+ 17,65+ 17,65+17,70+17,70


¿
5
¿ 17,68 mm
∑ L2=L21 + L22 + L23+ L24 + L25
¿ 17,702 +17,652 +17,652+ 17,702+ 17,702
¿ 1.562,915 mm2
∑( L)2=¿
¿¿
¿ 7.814,56 mm2
2 2
1 n ∑ L −∑( L)
∆ L=
n √ n−1
1 √ 5 x 1.562,915−7.814,56
¿
5 5−1
1 √ 0,015
¿ =0,012mm
5 4

Nilai Interval
L1 ¿ L+∆ L
¿ 17,68+0,012
¿ 17,692mm →Nilai maks
L2 ¿ L−∆ L
¿ 17,68−0,012
¿ 17,668mm →Nilai m

T: ∑ ¿T 1 +T 2 +T 3+ T 4 + T 5
¿ 7,90+7,90+7,20+7,10+7,10
¿ 37,2mm
T 1 +T 2+T 3 +T 4 +T 5
T=
5

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 29


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

7,90+ 7,90+7,20+7,10+7,10
¿
5
¿ 7,44 mm
∑ T 2=T 12+T 22 +T 23 +T 24 +T 25
¿ 7,902 +7 , 902 +7 , 202 +7,102 +7,102
¿ 277,48 mm2
∑( T )2=¿
¿¿
¿ 1.383,84 mm2

2 2
1 n ∑ T −∑(T )
∆T=
n √n−1
1 √ 5 x 277,48−1.383,84
¿
5 5−1
1 √ 3,56
¿ =0,188 mm
5 4

Nilai Interval
T1 ¿T+∆T
¿ 7,44+ 0,188
¿ 7,628mm →Nilai maks
T 2 ¿ T −∆ T
¿ 7,44−0,188
¿ 7,252mm →Nilai min

∆V ∆ P ∆ L ∆T
= + +
V P L T

∆V = ( ∆PP + ∆LL + ∆TT ) x V


0,497 0,012 0,188
¿(
25,27 17,68 7,44 )
+ + x 13.736,313

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 30


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

¿ 612,639 mm ³

Nilai Interval
V 1 ¿ V +∆ V
¿ 13.736,313+612,639
¿ 14.348,952 mm3 →Nilai maks
V 2=V −∆ V
¿ 13.736,313−612,639
¿ 13.123,674 →Nilai min

m
ρ 1=
V1
26,4
¿
14.348,952
¿ 0,0018
m
ρ 2=
V2
26,4
¿
13.123,674
¿ 0,0020
Nilai Intervalnya 0,0018< ρ< 0,0020

Grafik Benda Kerja 1 (Baja)

Gambar 2.7 Grafik P


Grafik
50
45.05
45 45.05 45.05 45.05 45.05
40
35
30
25
20
15
10
5
0
45.05 45.05 45.05 45.05 45.05
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 31
BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

Grafik Grafik
30 20
18
17.6 17.6 17.6 17.6 17.6
25.05
25 25.05 25.05 25.05 25.05
16
14
20
12
15 10
8
10
6
4
5
2
0 0
25.05 25.05 17.6 25.05 17.6 25.05 17.6 25.05 17.6 17.6

Gambar 2.8 Grafik L

Gambar 2.9 Grafik T

2.6 Analisa dan Pembahasan


Pada percobaan pengukuran ini, menggunakan alat – alat seperti jangka
sorong untuk mengukur panjang dan lebar benda, mikrometer teknis untuk
mengukur ketebalan dan neraca teknis untuk menimbang massa benda yang akan
di uji. Sebelum massa benda diukur alat yang akan digunakan dikalibrasi terlebih
dahulu, kalibrasi ditujukan sebagai proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari
alat.
Parameter alat ukur diantaranya Akurasi yaitu kedekatan alat ukur
membaca pada nilai yang sebenarnya pada variabel yang diukur, presisi yaitu
hasil pengukuran dari proses pengukuran, kepekaan yaitu tanggapan alat ukur
perubahan variabel yang diukur, resolusi yaitu perubahan terkecil dari nilai
pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat ukur, kesalahan yaitu angka
penyimpanan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur. Dari ketidak tetapan
parameter pengukuran tentu saja akan mempengaruhi hasil pengukuran karena
pengukuran mengalami gangguan, maka dari itu sulit untuk mendapatkan nilai
sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran dan setiap pengukuran harus
dilaporkan dengan ketidakpastiannya.
Dari semua alat pengukuran, pengukuran di lakukan sebanyak lima kali,
karena agar hasil yang diperoleh lebih pasti, dan lebih teliti. Kecuali neraca teknis

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 32


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

hanya dilakukan satu kali percobaan saja. Data hasil pengukuran yang di dapat
berbeda-beda karena saat melakukan pengukuran sebanyak lima kali, posisi
mengukur berbeda-beda, dari hal ini bisa karena bendanya yang tidak simetris
atau praktikan kurang teliti pada saat membaca alat ukur, bisa juga karena
praktikan kurang terampil menggunakan alat. Tetapi pada saat mengukur
memakai jangka sorong hampir dari lima kali percobaan memperoleh nilai yang
sama.
Pada pengukuran menggunakan jangka sorong praktikan dapat mengetahui
panjang, lebar, tebal serta kedalaman benda kerja yang diukur. Untuk pengukuran
menggunakan mikrometer teknis praktikan dapat mengetahui diameter atau
ketebalan bagian luar benda kerja. Dan untuk penimbangan menggunakan neraca
teknis praktikan dapat mengetahui nilai massa suatu benda kerja.
Dari percobaan ini praktikan dapat mengetahui perbedaan dari kecermatan
dan ketelitian. Kecermatan itu yang dimiliki oleh suatu benda dan pada percobaan
ini yaitu alat ukur yang memiliki nilai kecermatan, sedangkan ketelitian itu yang
dimiliki oleh manusia dan untuk percobaan ini yaitu praktikan yang memiliki nilai
ketelitian.
Dari massa jenis yang kita dapatkan dari ketiga jenis benda tersebut
memiliki nilai massa jenis yang berbeda, contohnya pada baja dari hasil hitungan
massa jenis baja adalah 0,0048 gr/mm3 dan 0,0143 gr/mm3. Untuk massa jenis
kuningan adalah 0,0174 gr/mm3 dan 0,0178 gr/mm3. Dan untuk massa jenis
tembaga adalah 0,0018 gr/mm3 dan 0,0020 gr/mm3. Perbedaan dari pebandingan
massa jenis ini kemungkinan dikarenakan praktikan kurang teliti pada
pengukuran.

2.7 Kesimpulan
1. Dapat mengetahui fungsi kalibrasi alat ukur yaitu untuk mengakuratkan
alat sebelum digunakan.
2. Dapat menggunakan alat ukur untuk mengukur suatu benda kerja.
3. Dapat menentukan panjang, diameter dan ketebalan benda kerja. Jangka
sorong untuk mengukur panjang, lebar, tebal, serta kedalaman.
Mikrometer teknis untuk mengukur bagian luar saja. Dan neraca teknis

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 33


BAB 2 PENGUKURAN DASAR KELOMPOK 7

utuk mengukur massa suatu benda dengan menggunakan prinsip


keseimbangan.
4. Dapat menemukan nilai dari hasil pengukuran benda dan penimbangan
benda.
5. Pengukuran setiap benda harus dilakukan dengan alat yang sesuai agar
hasil pengukuran meminimalisirkan kesalahan.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR TA 2019/2020 34

Anda mungkin juga menyukai