Anda di halaman 1dari 10

H.

1-9

DASAR KOMUNIKASI

PROSPEK TUMBUHAN KEMUNING

Disusun Oleh :

Christian Nicolas Pratama

205040100111161

Agribisnis H

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

BAB I TUMBUHAN OBAT............................................................................................1

1.1 Pengertian.......................................................................................................1

BAB 2 KEMUNING.........................................................................................................3

2.1 Pengertian.......................................................................................................3

2.2 Morfologi.........................................................................................................4

2.3 Khasiat Herbal Kemuning...........................................................................4

2.4 Pemasaran Dengan Teori Komunikasi Spiral of Silence.....................6

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................7

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Dasar
Komunikasi selaku guru pembimbing dalam tugas ini karena telah
membantu kelancaran dalam pembuatan karya tulis ini. Kepada orang tua
yang telah membantu dan bemberi pengertian dalam melaksanakan tugas
ini dan kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
semangat.

Dalam rangka memenuhi Tugas Dasar Komunikasi maka karya


tulis ini dibuat dengan judul “ PROSPEK TUMBUHAN KEMUNING”.
Penulis mengaharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis
ini. Selain itu, penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan tercapainya tujuan dari penulisan karya tulis ini.

ii
BAB I TUMBUHAN OBAT
1.1 Pengertian
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang telah diidentifikasi dan
diketahui berdasarkan pengamatan manusia memiliki senyawa yang
bermanfaat untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit, melakukan
fungsi biologis tertentu, hingga mencegah serangan serangga dan jamur.
Setidaknya 12 ribu senyawa telah diisolasi dari berbagai tumbuhan obat di
dunia, tetapi jumlah ini hanya sepuluh persen dari jumlah total senyawa
yang dapat diekstraksi dari seluruh tumbuhan obat.

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat telah ada sejak zaman


prasejarah manusia. Pada tahun 2001, para peneliti telah mengidentifikasi
bahwa 122 senyawa yang digunakan di dunia kedokteran modern
merupakan turunan dari senyawa tumbuhan yang sudah digunakan sejak
zaman prasejarah. Begitu banyak obat-obatan yang tersedia saat ini
merupakan turunan dari pengobatan herbal, seperti aspirin yang terbuat
dari kayu pohon dedalu, juga digitalis, quinine, dan opium.

WHO memperkirakan bahwa 80 persen warga di benua Asia dan


Afrika memanfaatkan pengobatan herbal untuk beberapa aspek
perawatan kesehatan. Amerika Serikat dan Eropa memiliki
ketergantungan yang lebih sedikit, tetapi memperlihatkan kecenderungan
meningkat sejak efektivitas beberapa tumbuhan obat telah teruji secara
ilmiah dan terpublikasikan. Pada tahun 2011, total tumbuhan obat yang
diperdagangkan di seluruh dunia mencapai nilai lebih 2.2 miliar USD.

Dengan sumber yang berasal dari tumbuhan, maka kekayaan hayati


suatu negara seperti hutan menjadi penting, dan kerusakan hutan
mengancam keberadan tumbuhan obat yang pernah dan saat ini
dimanfaatkan oleh masyarakat adat penghuni kawasan hutan dan
sekitarnya. Keanekaragaman hayati di dalam hutan penting selain sebagai
sarana melestarikan spesies tumbuhan obat untuk manusia, juga dapat
menjadi sumber obat-obatan darurat bagi hewan langka yang ada di cagar
alam. Tumbuhan yang bermanfaat tersebut perlu diidentifikasi dan diteliti

1
lebih lanjut, dan pakar konservasi atau jagawana perlu dilatih untuk
menggunakan tumbuhan obat tersebut. Pengetahuan mengenai
pemanfaatan tanaman obat di dalam hutan dapat digali dari masyarakat
setempat berdasarkan pengalaman mereka yang diturunkan dari generasi
ke generasi. Masyarakat Suku Tugutil di Taman Nasional Aketajawe
Lolobata, Halmahera, memiliki pengetahuan terhadap setidaknya 116
spesies tumbuhan lokal, dengan 71 spesies dimanfaatkan sebagai
tanaman pangan dan 45 spesies dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat.

2
BAB 2 KEMUNING
2.1 Pengertian
Indonesia memiliki banyak sekali keanekaragaman flora. Flora-flora
ini sering dimanfaatkan sebagai tanaman obat atau herbal. Sayangnya,
tanaman herbal Indonesia beberapa ada yang dikategorikan langka.
Dalam tulisan Rifai (1994), A Discourse in Biodiversity Utilization in
Indonesia, menjabarkan bahwa terdapat tigapuluh tumbuhan obat langka,
salah satunya adalah Murraya paniculata atau dikenal dengan nama
Kemuning. Secara geografis, tumbuhan kemuning berasal dari daratan
India, Asia Selatan (Iskandar, 2005). Bunga kemuning adalah tanaman
hias yang menghasilkan wangi yang tajam terutama pada malam hari.
Bunganya yang harum berwarna putih itu mempunyai rasa pedas, pahit,
dan hangat. Buahnya akan berwarna oranye sampai merah jika sudah
matang. Kemuning sering digunakan dalam dekorasi untuk acara
perkawinan. Bunga ini cukup dikenal di Indonesia, bahkan ada beberapa
legenda atau dongeng rakyat dari beberapa daerah mengisahkan bunga
kemuning, antara lain legenda rakyat Riau, Asal Usul Bunga Kemuning.
Kemuning juga menjadi salah satu tumbuhan yang ditanam di halaman
Rumah Gadang di Minangkabau. Kemuning merupakan tumbuhan tropis
yang dapat mencapai tinggi 7 meter dan berbunga sepanjang tahun.
Selain itu kemuning juga memiliki khasiat herbal, yang di dalamnya
terkandung senyawa kimia antara lain kumarin, alkaloid skopolamin,
heptametoksi flavonoid. Kemuning memiliki banyak penamaan daerah,
seperti kamuning (Sunda), kamoneng (Madura), kemunieng
(Minangkabau), kemuni (Bima), kamuning (Menado, Makasar), kamoni
(Bare), eschi (Wetar), fanasa (Aru), kamoni (Ambon, Ulias), kamone
(Buru). Ada pula penamaan dalam bahasa asing dari berbagai negara
seperti Jiu Li Xiang, Orange Jasmine, May-Kay, Honey Bush, Cosmetic
Box.

3
2.2 Morfologi
Kemuning, biasa tumbuh liar di semak belukar di tepi hutan atau ditanam
orang sebagai tanaman hias. Tanaman ini hidup pada ketinggian 0-400
meter di atas permukaan laut. Variasi morfologi kemuning sangat banyak.
Ada yang digunakan untuk pagar pekarangan yaitu kemuning yang
berdaun kecil dan lebat. Kemuning termasuk suku jeruk-jerukan,
merupakan tanaman perdu, yaitu pohon kecil yang bercabang banyak
dengan tinggi 3-8 meter. Batangnya berkayu cukup keras, berwarna
kekuning-kuningan, beralur, tidak berduri. Kulit batang juga berwana
kekuning-kuningan, keras, beralur dan tidak berduri. Daun, termasuk daun
majemuk menyirip ganjil, dengan anak daun 3-9 yang tumbuh berseling.
Bentuk daun jorong atau bundar telur, dengan ujung dan pangkal daun
meruncing, tepi daun rata atau agak beringgit, dengan permukaan licin
dan mengkilat. Bunga, majemuk sebanyak 1-8, warna putih, berbau
wangi, keluar dari ujung batang atau ketiak daun. Buah, kemuning
berdaging, berbentuk bulat telur atau bulat memanjang, warna hijau kalau
masak warna merah mengkilat. Biji, kemuning termasuk tanaman berbiji
dua. Kemuning termasuk famili Rutaceae, dengan nama ilmiah Murraya
paniculata. Kemuning juga dikenal dengan berbagai nama daerah, antara
lain jenar, kamuning (Sunda), kemuning, kumuning  (Jawa), kajeni,
kemoneng, kuning (Bali), kamuning (Menado, Makasar), palopo (Bugis),
kamuni, kemuni (Bima), kemiuning (Sumba), eseki, tanasa, kamone,
kamoni (Maluku), tajuman (Nusa Tenggara), kamuniang (Minangkabau).
Di daerah penyebarannya, kemuning dikenal dengan nama jiu li xiang,
yueh chu (Tiongkok), orange jessamine (Inggris).

2.3 Khasiat Herbal Kemuning


Kemuning berkhasiat sebagai penurun kolesterol, juga  sebagai pemati
rasa (anastesia), penenang (sedatif), antiradang, antirematik, antitiroid,
penghilang bengkak, pelangsing tubuh, pelancar peredaran darah, dan
penghalus kulit.  Secara tradisional masyarakat Filipina dan Indonesia
menggunakan daun kemuning untuk obat diare dan disentri. 

4
Tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha, Bandung,
meneliti untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun
kemuning (EEDK) terhadap pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro.
Hasil penelitian menyimpulkan  EEDK mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap Escherichia coli secara in vitro.

Rini Nurhayati dari Sekolah Tinggi Farmasi Bandung meneliti untuk


mengetahui aktivitas ekstrak daun kemuning dalam bentuk sediaan gel
yang dapat memberikan efek antiinflamasi. Hasil pengujian aktivitas
antiinflamasi menunjukkan gel ekstrak etanol daun kemuning dapat
menurunkan inflamasi pada kaki tikus sebesar 61,53 persen dan 61,29
persen.   

Marina Panenim dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara,


menguji efek ekstrak daun kemuning sebagai penurun kolesterol dalam
darah marmot jantan. Dari hasil pengujian statistik, diperoleh hasil pada
pemberian ekstrak daun kemuning dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB
dan 400 mg/kg BB, memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak
berbeda secara nyata dengan pemberian suspensi simvastatin (obat
penurun kolesterol) 0,80 mg/kg BB. Kesimpulannya ekstrak daun
kemuning dapat menurunkan kadar kolesterol.

Demikian pula penelitian yang dilakukan Yuli Sukmawati dari


Fakultas Farmasi Universitas Hamka Jakarta, yang melihat aktivitas
ekstrak etanol daun kemuning terhadap penurunan kolesterol darah  pada
tikus putih jantan yang telah diinduksi makanan tinggi kolesterol. Hasil
penelitian menunjukkan pemberian ekstrak etanol 70 persen daun
kemuning dosis 32 mg/200 g BB dan 64 mg/200 g BB dapat menurunkan
kadar kolesterol total serum darah tikus putih jantan galur wistar
sebanding dengan kolestiramin dosis 216 mg/200 g BB.

Penelitian yang dilakukan tim peneliti Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Mahidol Bangkok, Thailand, meneliti aktivitas antibakteri dan
antiinflamasi dari kandungan kimia kumarin dan flavonoid ekstrak daun
kemuning yang mampu menghambat bakteri periodontopathic. Semua

5
senyawa dalam ekstrak daun terisolasi menunjukkan aktivitas antibakteri
terhadap periodontopathic gingivalis, sangat ampuh antiinflamasi.
Konstituen kumarin dari daun kemuning  potensial untuk pengembangan
obat antimikroba untuk mengobati penyakit periodontal.

Demikian pula penelitian yang dilakukan tim Departemen


Farmakologi IBSS College of Pharmacy Malkapur  India, yang
mengevaluasi aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol daun kemuning pada
tikus. Terbukti ekstrak etanol daun kemuning , setelah diuji pada kaki tikus
yang sudah diinduksi histamin, serotonin, dekstran, dapat berpotensi
antiinflamasi secara signifikan.

2.4 Pemasaran Dengan Teori Komunikasi Spiral of Silence


Spiral of Silence atau Spiral keheningan adalah sebuah teori media
yang lebih memberikan perhatian pada pandangan mayoritas dan
menekan pandangan minoritas. Mereka yang berada di pihak minoritas
cenderung kurang tegas dalam mengemukakan pandangannya. Karena
seseorang yang berada pada posisi minoritas sering merasa perlu
menyembunyikan “sesuatu”-nya / pendapatnya ketika berada dalam
kelompok mayoritas. Sebaliknya, mereka yang berada di pihak mayoritas
akan merasa percaya diri dengan pengaruh dari pandangan mereka dan
terdorong untuk menyampaikannya kepada orang lain.

Kembali ke topik pembahasan utama kita, yaitu kemuning.


Kemuning kerap dipromosikan sebagai makanan untuk para pelaku diet
masa kini. Selain itu kinoa juga dibranding dengan makanan sehat untuk
penderita diabetes dan berbagai macam penyakit lainnya. Branding inilah
yang menjadi nilai jual utama kinoa dalam menembus pasar lokal bahkan
internasional. Padahal masih banyak tanaman pangan pengganti nasi
yang tinggi protein lainnya, seperti beras merah, kacang merah, dll.
Peranan media massa seperti berita maupun media sosial seperti
instagram atau youtube juga membantu pemasaran tanaman kemuning
ini. Media berfungsi menyebarluaskan opini publik yang menghasilkan

6
pendapat atau pandangan yang dominan. Sementara individu dalam hal
menyampaikan pandangannya akan bergantung pada pandangan yang
dominan, sedangkan media pada gilirannya cenderung memberitakan
pandangan yang terungkap dan karenanya spiral keheningan berlanjut.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.satuharapan.com/read-detail/read/kemuning-bunga-hias-
berpotensi-antibakteri

https://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_obat

https://id.wikipedia.org/wiki/Kemuning

https://www.greeners.co/flora-fauna/kemuning-tidak-sekadar-harum/

https://bobo.grid.id/read/081834148/kemuning-tanaman-berkhasiat-yang-
semakin-langka-pernah-lihat?page=all

Anda mungkin juga menyukai