Anda di halaman 1dari 5

Perjalananan penyakit malaria

1. Tahap Pre-patogenesa
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium Sp ditularkan oleh nyamuk
Anopheles. Penyakit ini masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia karena menyebabkan
kesakitan dan kematian. Malaria merupakan salah satu penyakit yang tak pernah hilang serta
menunjukkan peningkatan kasus di beberapa negara. Siklus hidup semua spesies parasit malaria pada
manusia adalah sama yaitu mengalami stadium-stadium yang berpindah dari vektor nyamuk ke
manusia dan kembali ke nyamuk. Terdiri dari siklus seksual yang berlangsung pada nyamuk
anopheles, dan siklus seksual yang berlangsung pada manusia yang terdiri dari fase eritrosit dan fase
yang berlangsung di dalam parenkim sel hepar.

2. Tahap Pre-Simptomatik/ pre patogenesa


Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa: kelesuan, malaise, sakit kepala,
sakit belakang, nyeri pada tulang/ otot, anoreksia, perut tak enak, diare ringan, dan kadang-kadang
merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering terjadi pada P.Vivax, dan ovale. Sedangkan
pada P.Falciparum dan malariae keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
3. Tahap inkubasi
masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Pada P. vivax sub spesies P. Vivax
multinucleatum sering dijumpai di Cina tengah memiliki masa inkubasi yang lebih panjang 312-323
hari dan sering relsps setelah infeksi primer. Masa inkubasi pada pada inokulasi darah lebih pendek
dari infeksi sporozoit. Penularan melalui suntikan sub-kutan memberikan masa inkubasi lebih
panjang dibandingkan intra-muskuler; dan suntikan intra-vena masa inkubasi paling pendek. Pada
strain di daerah dingin inkubasi lebih panjang. Masa inkubasi terpendek yaitu di afrika, yaitu tiga
hari.
4. Tahap penyakit dini
gejala malaria yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan:
1. Stadium frigoris (mengigil)
Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung, dan saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai
seperti orang kedinginan.
2. Stadium akme (puncak demam)
Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas badan tetap tinggi mencapai 400C
atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah
menurun), pada anak-anak terjadi kejang. Periode ini lebih lama daripada fase dingin, dapat sampai
dua jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3. Stadium sudoris (berkeringat banyak, suhu turun)
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti oleh seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun,
penderita merasa lelah dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.

Trias malaria ini secara keseluruhan dapat berlangsung 6-10 jam, lebih sering terjadi infeksi pada
P.Vivax, pada P.Falciparum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada

5. Tahap penyakit lanjut


Dikenal beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria yaitu:
1) Serangan primer
Yaitu mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari dingin/
menggigil; panas dan berkeringat. Serangan paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari
perbanyakan parasit dan keadaan imunitas penderita.
2) Periode laten
Yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitema selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi
diantara dua keadaan paroksimal. Periode laatent dapat terjadi sebelum serangan primer maupun
sesudah serangan primer dimana parasit sudah tidak ada di peredaran darah, tapi infeksi masih
berlangsung.
3) Recrudescence
Berulangnya gejala klinik dan parasitema dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan
primer. Recrudescecne dapat terjadi sesudah periode latent dari serangan primer.
4) Recurrence
Yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitema setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer.
Keadaan ini juga menerangkan apakah gejala gejala klinik disebabkan oleh kehidupan parasit berasal
dari bentuk diluar eritrosit (hipnozoit) atau parasit dari bentuk eritrositik.
5) Relapse/ “rechute”
Ialah berulangnya gejala klinik atau parasitema yang lebih lama dari waktu diantara serangan
periodik dari nfeksi primer. Istilah relapse dipakai untuk menyatakan berulangnya gejala klinik
setelah periode yang lama dari masa latent, sampai 5 tahun, biasanya terjadi karena infeksi tidak
sembuh oleh bentuk diluar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan. Patogenesis
lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi
intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anmia.
Beratnya anemia tidak sebanding dengan parasitema menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain
yang mengandung parasit.
Hal ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebgaian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar.
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin kerena terbentuknya antibodi
terhadap eitrosit. Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan srta pigmentasi sehingga mudah
pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fsgositosis dari
eritrosit yang terinfeksi msupun ysng tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia disertai
peningkatan makrofag. Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi
merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami
perubahan struktur dan biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.
6. Tahap akhir penyakit

Pada tahap akhir malaria dapat sembuh sempurna, sembuh karier atau pembawa, dan ada juga
yang meninggal dunia dikarenakan plasmodium yang menyerang yaitu plasmodium falciparum. Jenis
plasmodium ini bisa menimbulkan kematian dan merupakan penyebab infeksi terbanyak, pada
P.Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan menimbulkan kerusakan seperti pada otak, ginjal,
paru, hati dan jantung.

Penularan penyakit malaria dapat terjadi melalui:


a. Penularan secara alamiah (natural infection)
penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles. Bila nyamuk anopheles mengigit orng yang
sakit malaria, maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit
tersebut berkembang biak. Sesudah 7-14 hari apabila nyamuk tersebut mengigit orang sehat, maka
parasit tersebut akan di tularkan ke orang tersebut. Di dalam tubuh manusia parasit akan berkembang
biak, menyerang sel-sel darah merah. Dalam wktu kurang lebih 12 hari, orang tersebut akan sakit
malaria
b. Penularan yang tidak alamiah.
1) Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui
tali pusat atau placenta.
2) Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik
yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di
Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan
menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu
seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
3) Secara oral (Melalui Mulut).
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection)
dan monyet (P.Knowlesi).

Malaria termasuk kedalam pola penyebaran dan penularan melalui kurva epidemiologi propagated.
Dimana pengertian dari propagated yaitu Bentuk epidemic ini terjadi karena adanya penularan
dari orang keorang baik secara langsung maupun tidak langsung melalui udara,
makananmaupun vektor. Pada malaria penularan melalui gigitan nyamuk anopheles.
Sumber : https://www.coursehero.com/u/file/41663620/Pbl-Skenario-2-blok-Kedokteran-komunitas-
Universitas-Yarsidocx/?justUnlocked=1#doc/qa

Dafatar Pustaka

Darmawan, armadi .2016 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR. JMJ,
Volume 4, Nomor 2, November 2016, Hal: 195 – 202.
https://media.neliti.com/media/publications/70642-ID-none.pdf
sutarto , cania,eka.2017 . Faktor Lingkungan, Perilaku dan Penyakit Malaria. Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung. J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1

http://repository.lppm.unila.ac.id/5713/3/artikel%20agro.pdf

Anda mungkin juga menyukai