Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DENGAN

PERILAKU LANSIA MENGONTROL KESEHATANNYA DI RUMAH

Reni Zulfitri

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan perilaku lansia
mengontrol kesehatannya di rumah di wilayah kerja Puskesmas Melur Pekanbaru. Desain yang digunakan deskriptif
korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 78 responden dengan menggunakan metode random
sampling dengan teknik multistage cluster sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square. Hasil penelitian
didapatkan p value = 1,000 (p value > 0,05), artinya tidak terdapat hubungan antara pengetahuan lansia tentang hipertensi
dengan perilaku lansia dalam mengontrol kesehatannya di rumah. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor
pengetahuan tidak menjadi faktor yang berhubungan dengan perilaku sehat lansia. Oleh karena itu, perlu meneliti faktor
lain yang dapat mempengaruhi perilaku sehat lansia dengan penyakit kronis, seperti: dukungan sosial, pengalaman hidup,
pola koping, serta peran petugas kesehatan.

Kata Kunci : Hipertensi, Pengetahuan, Perilaku, Lansia

Abstract

The objective of this research is to identify the relationship between older adults knowledge about hypertension and their
behavior in controlling health at home at the area of Melur Community Health Care Centre in Pekanbaru. This research,
researchers use descriptive correlative design with cross sectional approach and use random sampling method with
multistage cluster sampling technique. The number of participant in this research is 78. Researchers used chi square
statistic method. The result indicate that there is no relation between older adults knowledge about hypertension and their
behavior in controlling their health at home, with p value = 1,000 (p value > 0,05). Based on this result, researchers draw
a conclusion that there is a lot of factors which can affect older adults behavior in order to stay healthy. So, very important
to research about other factors which can affect the older adults healthy behavior, example: life experiences, time and level
of anticipatory, social sources, coping pattern and the role of health care providers.

Keyword : hypertension, knowledge, behavior, older adults

PENDAHULUAN juga di negara-negara maju lainnya di seluruh


Kemajuan ilmu pengetahuan dan dunia, seperti: Italia, Swedia, Norwegia,
teknologi terutama bidang kesehatan di Belgia, Spanyol, Bulgaria, Jepang, Jerman,
beberapa negara termasuk Indonesia, sangat Inggris, serta Prancis, juga mempunyai angka
mempengaruhi kualitas kesehatan penduduk penduduk lansia yang cukup tinggi, yaitu
serta meningkatkan umur harapan hidup mencapai 16% (Allender & Spradley, 2005).
manusia. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut Pertumbuhan penduduk lansia di negara-
usia (lansia) menjadi meningkat dan cenderung negara maju, juga diikuti oleh negara sedang
bertambah lebih cepat. berkembang, di antaranya adalah Indonesia. Di
Jumlah penduduk lansia mengalami Indonesia, jumlah penduduk lansia mengalami
peningkatan di seluruh dunia, baik di negara peningkatan secara cepat setiap tahun (Milhan,
maju maupun di negara yang sedang 2005). Para ahli memproyeksikan pada tahun
berkembang (Eliopoulos, 2005). Berdasarkan 2020 mendatang usia harapan hidup lansia di
data dari National Centre of Health Statistics Indonesia menjadi 71,7 tahun dengan perkiraan
(NCHS) (2002), angka penduduk lansia di jumlah lansia menjadi 28,8 juta jiwa atau
Amerika Serikat mencapai lebih dari 35 juta 11,34% (Utomo, 2004).
jiwa atau sebesar 12%, dan diperkirakan pada
tahun 2050, meningkat menjadi 20%. Begitu

1
Reni Zulfitri, Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Hipertensi dengan
Perilaku Lansia Mengontrol Kesehatannya di Rumah

Peningkatan jumlah lansia tersebut, menghindari stress emosional, dan kontrol


mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah tekanan darah secara rutin (Siburian, 2004).
lansia yang mempunyai berbagai masalah Menurut Sunarya (2000), hampir 70%
kesehatan, baik masalah fisik, biologi, maupun penderita (lansia) dengan hipertensi belum bisa
psikososial (Watson, 2003; Hutapea, 2005). terkontrol dengan baik. Hal ini disebabkan
Salah satu masalah kesehatan yang cenderung ketidakpedulian lansia terhadap penyakit
terjadi pada lansia adalah masalah pada sistem hipertensi yang dideritanya (Siburian, 2004).
kardiovaskuler, diantaranya yaitu penyakit Perilaku lansia yang tidak peduli diantaranya
hipertensi. adalah akibat dari kurangnya pengetahuan
Penyakit hipertensi merupakan suatu lansia dan ketidakmampuan lansia hipertensi
penyakit yang bersifat kronik dengan angka dalam beradaptasi terhadap perubahan
prevalensi yang cukup tinggi pada lansia. Dari kesehatan atau penyakit yang dialaminya
laporan studi penyakit jantung Framingham, (Tyson, 1999; Green, 1980 dalam
menunjukkan bahwa setelah usia pertengahan Notoatmodjo, 2007).
dan lanjut usia sebanyak 90% akan mengalami Miller (2004), mengatakan bahwa
hipertensi di dalam sisa hidupnya (Siburian, respons lansia terhadap perubahan atau
2004). Menurut Soeleiman (2003), lebih dari penurunan kondisi yang terjadi sangat
2/3 orang yang berusia di atas 65 tahun dipengaruhi oleh bagaimana lansia memberi
mengalami hipertensi. Apabila tidak terkontrol arti terhadap perubahan, waktu dan tingkat
dengan baik, penyakit ini dapat menimbulkan antisipasi terhadap perubahan, sumber sosial,
berbagai komplikasi, diantaranya: penyakit dan pola koping yang digunakan lansia. Selain
stroke (36%), dan penyakit jantung koroner itu, sikap lansia tentu berbeda dan sering
(42,9%) (WHO, 2001; Misbach, 2005). bertentangan dengan sikap generasi yang lebih
Tingginya angka komplikasi pada muda, sehingga semua kelompok lansia sering
hipertensi akibat dari penanganan yang tidak kali mempertahankan sikap yang kuat yang
efektif atau tidak terkontrol, yang terkait erat mengakibatkan sikapnya lebih stabil dan
dengan perilaku lansia dalam penanganannya sedikit sulit untuk berubah.
(Siburian, 2004). Perilaku sehat lansia Satu hal lagi, pada lansia yang diketahui
hipertensi dalam mengontrol kesehatannya di berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap
rumah sangat penting. Hal ini disebabkan mereka terhadap kematian. Pada lansia sering
karena pengobatan atau penanganan hipertensi menunjukkan sikap yang tidak terlalu takut
pada lansia yang paling aman dan efektif terhadap konsep dan realitas kematian (Watson,
adalah pengobatan yang bersifat 2003). Hal ini mengakibatkan munculnya sikap
nonfarmakologis. Pengobatan nonfarmakologis acuh, pasrah, dan putus asa pada lansia
berhubungan dengan pembentukan perilaku terutama bagi lansia yang mengalami penyakit
atau gaya hidup sehat (Mukhtar, dkk, 1996; yang bersifat kronik, yang mana menurut Erik
Siburian, 2004). Erikson dikenal dengan istilah “Despair” atau
Menurut Soeleiman (2003), pengobatan putus asa (Daengsari, 2003).
nonfarmakologis pada lansia hipertensi, setara Nugroho (2000), mengatakan bahwa pada
dengan monoterapi (satu jenis obat) anti lansia terjadi peningkatan sensitivitas
hipertensi. Pengobatan yang bersifat emosional yang dapat menjadi sumber banyak
nonfarmakologis adalah suatu pengobatan masalah pada masa lansia. Sebagai contoh,
dengan memperbaiki pola atau gaya hidup yang dengan semakin sensitifnya orang yang
tidak sehat, seperti: melakukan beberapa memasuki lansia, sehingga kemunduran-
program latihan atau olah raga, diet yang sehat kemunduran fisik yang dialaminya akan
untuk menurunkan berat badan bagi berpengaruh terhadap penampilan atau perilaku
lansia yang obesitas, retriksi asupan garam, lansia tersebut, seperti: cenderung menyendiri,
lemak ataupun kolesterol, menghentikan harga diri rendah, merasa tidak berarti, cemas
kebiasaan merokok, menghindari minuman dan bahkan putus asa.
beralkohol, meningkatkan suplemen kalsium, Perilaku putus asa pada lansia dengan
penyakit kronis dapat mengakibatkan

2
Jurnal Ners Indonesia, Vol.1, No.1, September 2010

ketidakpatuhan lansia dalam upaya menjaga dibedakan dengan anggota keluarga yang lain
dan mengontrol kesehatannya. Terdapat (tetap saja mengkonsumsi garam, lemak atau
beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan kolesterol), minum kopi, bahkan ada yang
maupun ketidakpatuhan lansia dalam menjaga masih mengkonsumsi minuman yang
dan mematuhi segala yang dianjurkan oleh mengandung soda (Fanta, Sprite, Coca cola,
tenaga kesehatan profesional, diantaranya dan sebagainya).
adalah: interaksi nilai dan pengalaman hidup Berdasarkan uraian dan fenomena di atas,
lansia, dukungan keluarga, kemampuan tenaga peneliti merasa tertarik untuk meneliti secara
profesional dalam mengajarkan dan jelas dan nyata tentang hubungan pengetahuan
menganjurkan sesuatu, serta kompleksitas cara lansia tentang hipertensi dengan perilaku lansia
dan aturan hidup yang diterapkan oleh lansia dalam mengontrol kesehatannya di rumah di
(Stanley, Blair, Beare, 2005). Dari uraian wilayah kerja Puskesmas Melur Pekanbaru.
tersebut dapat diketahui banyak faktor yang Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mempengaruhi pembentukan perilaku pada mengetahui hubungan pengetahuan lansia
lansia yang harus dipahami oleh caregiver tentang hipertensi dengan perilaku lansia dalam
(pemberi pelayanan) baik oleh tenaga mengontrol kesehatannya di rumah di wilayah
kesehatan maupun anggota keluarga yang kerja Puskesmas Melur Pekanbaru.
menjaga dan merawatnya.
Berdasarkan data sekunder dari METODE
Puskesmas Melur Pekanbaru pada tahun 2007, Desain yang digunakan dalam penelitian
didapatkan data bahwa jumlah lansia di ini adalah deskriptif korelasi dengan
wilayah kerja Puskesmas Melur adalah cukup pendekatan cross sectional. Populasi dalam
tinggi (sebanyak 2215 orang), dimana 16% dari penelitian ini adalah seluruh lansia hipertensi
jumlah lansia tersebut mengalami penyakit yang tinggal bersama keluarga dan bertempat
hipertensi. Penyakit hipertensi ini termasuk tinggal di wilayah kerja Puskesmas Melur
dalam lima (5) kelompok besar jenis penyakit Pekanbaru. Jumlah sampel sebanyak 78 orang
pada lansia yang berkunjung ke Puskesmas dengan kriteria inklusi yaitu : Lansia yang
Melur. Dari hasil survey dan wawancara mempunyai TD > 140/90 mmHg, pernah
dengan seorang petugas kesehatan yang terdiagnosa penyakit hipertensi, berusia 55
mengelola program pembinaan kesehatan (lima puluh lima) tahun ke atas, tidak
lansia di Puskesmas Melur, diketahui bahwa di mengalami gangguan jiwa, tidak pikun, tinggal
wilayah kerja Puskesmas Melur kegiatan bersama keluarga, bersedia menjadi responden,
Posyandu lansia aktif dilaksanakan setiap dan bertempat tinggal di wilayah kerja
bulan, salah satu kegiatannya adalah Puskesmas Melur Pekanbaru.
memberikan penyuluhan kesehatan. Teknik atau cara pengambilan sampel
Hasil survey diketahui pula bahwa menggunakan metode random sampling
sebagian besar lansia hipertensi tinggal dengan teknik multistage cluster sampling
bersama keluarganya yang mempunyai tingkat (gugus bertahap). Jumlah kelurahan yang
pendidikan cukup tinggi (SMU sampai dengan dijadikan sampel adalah 1 kelurahan yang
Sarjana kesehatan dan non kesehatan). Dengan diambil secara acak (minimal 20% dari 4
demikian, diharapkan pengetahuan lansia kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Melur
tentang berbagai penyakit cukup baik. Hal ini Pekanbaru), yaitu kelurahan Harjosari.
terbukti pada saat dilakukannya wawancara Kelurahan Harjosari terdiri dari 4 RW,
dengan beberapa lansia, dimana pengetahuan sehingga masing-masing RW diambil sampel
mereka tentang hipertensi cukup baik. Namun secara proporsional. Jumlah sampel di RW 01
demikian, masih ditemukan kurangnya adalah 20 orang, RW 02 adalah 22 orang, RW
motivasi mereka dalam menjaga serta 03 adalah 24 orang, dan RW 04 adalah 20
mengontrol kesehatannya sehari-hari di rumah. orang.
Terlihat dari perilaku mereka yang tidak sehat, Alat pengumpul data yang digunakan
seperti: merokok, tidak pernah berolah raga, dalam penelitian ini adalah kuesioner dan
makanan atau menu yang disajikan tidak ingin lembar observasi yang dikembangkan oleh

3
Reni Zulfitri, Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Hipertensi dengan
Perilaku Lansia Mengontrol Kesehatannya di Rumah

peneliti melalui studi literatur. Kuesioner yang kadang-kadang, dan tidak pernah). Untuk
digunakan telah valid dan reliable melalui uji pernyataan positif, jawaban selalu diberi nilai
korelasi dengan metode Pearson Product 4; sering diberi nilai 3; kadang-kadang diberi
Moment (r). Kuesioner pertama tentang: nilai 2; dan tidak pernah diberi nilai 1,
karakteristik lansia, yang terdiri dari: jenis sedangkan untuk pernyataan negatif, jawaban
kelamin, Status perkawinan, tingkat selalu diberi nilai 1; sering diberi nilai 2;
pendidikan, dan pekerjaan. Kuesioner kedua kadang-kadang diberi nilai 3; dan tidak pernah
tentang: pengetahuan lansia hipertensi tentang diberi nilai 4.
penyakit hipertensi (sebanyak 20 Pertanyaan, Terakhir adalah lembar observasi tentang
dengan menggunakan pilihan jawaban “Benar” perilaku lansia hipertensi dalam mengontrol
atau “Salah”). kesehatannya sehari-hari di rumah, yang dapat
Pada kuesioner ketiga tentang perilaku diamati langsung pada saat pengumpulan data
lansia hipertensi dalam mengontrol dilakukan (sebanyak 4 data yang diobservasi)
kesehatannya (sebanyak 23 pertanyaan), yang dengan menggunakan skala likert (sangat baik,
terdiri dari: domain pengetahuan cara baik, cukup, kurang). Untuk hasil observasi
mengontrol penyakit hipertensi di rumah sangat baik diberi nilai 4; baik diberi nilai 3;
(sebanyak 12 pertanyaan), menggunakan cukup diberi nilai 2; dan kurang diberi nilai 1.
pilihan jawaban “Benar” atau “ salah”. Untuk Data observasi ini sebagai penguat dari hasil
pernyataan yang positif, jawaban benar diberi jawaban pada kuesioner yang diisi oleh lansia
nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, atau keluarga.
sedangkan untuk pernyataan yang negatif, Analisa data yang digunakan adalah
jawaban benar diberi nilai 0 dan jawaban salah analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat
diberi nilai 1. bertujuan untuk mengetahui besarnya proporsi
Domain sikap (sebanyak 14 pertanyaan), masing-masing variabel dalam bentuk
menggunakan skala likert (sangat setuju, distribusi frekuensi (df) dan persentase (%),
setuju, kurang setuju, dan tidak setuju). Untuk yaitu: gambaran pengetahuan lansia tentang
penyakit hipertensi dan gambaran perilaku
pernyataan positif, jawaban sangat setuju diberi
lansia hipertensi dalam mengontrol
nilai 4; setuju diberi nilai 3; kurang setuju kesehatannya di rumah. Analisa bivariat
diberi nilai 2; dan tidak setuju diberi nilai 1, bertujuan untuk melihat hubungan antara
sedangkan untuk pernyataan yang negatif, pengetahuan lansia hipertensi dengan perilaku
jawaban sangat setuju diberi nilai 1; setuju lansia mengontrol kesehatannya di rumah. Uji
diberi nilai 2; kurang setuju diberi nilai 3; dan statistik yang digunakan yaitu uji Chi Square
tidak setuju diberi nilai 4. (Kai kuadrat), dengan nilai alpha sebesar 0,05
(CI 95%).
Domain praktek (sebanyak 9 pertanyaan),
menggunakan skala likert (selalu, sering,

4
Jurnal Ners Indonesia, Vol.1, No.1, September 2010

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Karakteristik Lansia Hipertensi

Gambaran karakteristik lansia hipertensi yang diteliti terdiri dari:


jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

Tabel 1.
Distribusi karakteristik lansia di wilayah kerja Puskesmas Melur Pekanbaru, Maret 2009

Karakteristik Lansia Hipertensi Jumlah Persentase (%)


Jenis Kelamin:
1. Perempuan 47 60,3
2. Laki-laki 31 39,7
78 100
Status Perkawinan
1. Janda/Duda 40 51,3
2. Menikah 38 48,7
78 100
Tingkat Pendidikan
1. Tidak sekolah 16 20,5
2. SD 46 59
3. SMP 14 17,9
4. SMA 2 2,6
78 100
Pekerjaan
1. Pensiun 10 12,8
2. Swasta 1 1,3
3. Wiraswasta 8 10,3
4. Tidak Bekerja 59 75,6
78 100

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui Tabel 2.


bahwa mayoritas lansia berjenis kelamin Distribusi pengetahuan lansia tentang
perempuan, yaitu sebesar 60,3%, dengan penyakit hipertensi di wilayah Kerja
status perkawinan sedikit lebih banyak Puskesmas Melur Pekanbaru, Maret
adalah janda/duda, yaitu sebesar 51,3%. 2009
Dilihat dari tingkat pendidikan,
didapatkan bahwa mayoritas tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase
pendidikan lansia adalah SD, yaitu sebesar Baik 20 25,6
Kurang 58 74,4
59%, dengan jenis pekerjaan adalah
Total 78 100
mayoritas tidak bekerja, yaitu sebesar
75,6%.
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa
mayoritas pengetahuan lansia tentang
B. Pengetahuan Lansia tentang penyakit
penyakit Hipertensi adalah kurang, yaitu
hipertensi
74,4%.
Hasil penelitian tentang gambaran
pengetahuan lansia tentang penyakit
hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:

5
Reni Zulfitri, Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Hipertensi dengan
Perilaku Lansia Mengontrol Kesehatannya di Rumah

C. Perilaku Lansia Hipertensi Dalam Mengontrol Kesehatannya


Hasil penelitian tentang distribusi perilaku lansia hipertensi dalam mengontrol
kesehatannya sehari-hari di rumah dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3.
Distribusi perilaku lansia dalam mengontrol kesehatannya di rumah
di wilayah kerja Puskesmas Melur Pekanbaru, Maret 2009
Perilaku Jumlah Persentase
Sehat 17 21,8
Tidak sehat 61 78,2
Total 78 100
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3, didapatkan bahwa mayoritas perilaku lansia hipertensi
adalah berperilaku tidak sehat, yaitu 78,2%.

D. Hubungan pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan perilaku lansia mengontrol


kesehatannya di rumah.

Tabel 4.
Hubungan pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan perilaku lansia mengontrol
kesehatannya di rumah di wilayah kerja Puskesmas Melur Pekanbaru, Maret 2009

Pengetahuan Lansia Perilaku Lansia Hipertensi Total p value

Sehat Tidak Sehat

Baik 4 (20%) 16 (80%) 20 1,000

Kurang 13 (22,4%) 45 (77,6%) 58

Total 17 61 78 (100%)

Berdasarkan hasil analisis didapatkan hipertensi diketahui bahwa sebagian besar


bahwa lansia yang mempunyai pengetahuan lansia mempunyai pengetahuan yang
baik tentang hipertensi, menunjukkan kurang tentang penyakit hipertensi, yaitu
perilaku yang sehat sebesar 20%, sebesar 74,4%. Hal ini disebabkan karena
sedangkan lansia yang mempunyai yang diteliti mayoritas berpendidikan
pengetahuan kurang tentang hipertensi, rendah (SD) yaitu sebesar 59%. Diketahui
menunjukkan perilaku yang sehat sebesar juga responden berasal dari luar daerah
22,4%. Hasil uji statistik didapatkan p value (kampung), dimana pendidikan tidaklah
= 1,000. Dengan demikian, dapat menjadi hal yang paling prioritas.
disimpulkan bahwa tidak terdapat Selain itu, responden berada pada
hubungan yang bermakna antara lingkungan keluarga yang sibuk bekerja,
pengetahuan lansia tentang penyakit tidak mempunyai waktu untuk
hipertensi dengan perilaku lansia dalam memberikan informasi tentang kesehatan
mengontrol kesehatannya sehari-hari di pada lansia. Responden juga jarang bahkan
rumah. tidak pernah mengunjungi pelayanan
kesehatan atau puskesmas untuk
PEMBAHASAN mengontrol kesehatannya dan
A. Pengetahuan lansia tentang penyakit mendapatkan informasi kesehatan.
hipertensi Menurut Tyson (1999); Green (1980 dalam
Berdasarkan hasil penelitian tentang Notoatmodjo, 2007), pengetahuan
pengetahuan lansia tentang penyakit merupakan salah satu faktor yang

6
Jurnal Ners Indonesia, Vol.1, No.1, September 2010

mempengaruhi pembentukan perilaku itu ditentukan oleh banyak faktor, yaitu:


lansia, selain faktor penerimaaan lansia kemampuan, kebutuhan, pengharapan dan
terhadap kondisi kesehatannya. lingkungan.
Selain itu, Stanley, Blair, Beare
B. Perilaku lansia hipertensi dalam (2005) menyatakan bahwa kesehatan
mengontrol kesehatannya mental pada lansia sangat mempengaruhi
Dari hasil penelitian, didapatkan pembentukan perilaku sehat pada lansia.
bahwa mayoritas perilaku lansia hipertensi Beberapa faktor penting yang
adalah berperilaku tidak sehat, yaitu sebesar mempengaruhi kesehatan mental pada
78,2%. Hal ini disebabkan karena lansia, diantaranya adalah: kondisi
mayoritas berpendidikan rendah (SD) yaitu kesehatan fisik, kemampuan aktifitas fisik,
sebesar 59%. dan mayoritas responden kemampuan aktifitas mental, kemampuan
berasal dari berbagai suku bangsa dengan aktifitas sosial, dan kekuatan dukungan
berbagai kebiasaan, diantaranya adalah social (Tyson, 1999). Hasil penelitian
suku Minang, Batak, Melayu, Cina, dan Saadah (2003), menyatakan bahwa terdapat
Jawa. Diketahui bahwa pada suku Minang, 3 faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
Batak, Melayu atau berasal dari Sumatera, psikologi lansia, yaitu: faktor demografi
cenderung mempunyai kebiasaan makan (jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
makanan yang berlemak atau bersantan, status perkawinan, agama/spiritual), faktor
dan bergaram. Kebiasaan inilah yang sulit kepribadian, dan faktor dukungan sosial
sekali untuk diubah. Selain itu, mayoritas dari keluarga.
reaponden berada pada lingkungan keluarga
yang sibuk bekerja, sehingga kurang C. Hubungan pengetahuan lansia tentang
memberikan perhatian dan membantu penyakit hipertensi dengan perilaku
mengontrol perilaku lansia. lansia mengontrol kesehatannya di
Selain kondisi tersebut, Nugroho rumah
(2000), mengatakan bahwa pada lanjut usia Berdasarkan hasil uji statistik tentang
terjadi peningkatan sensitivitas emosional hubungan pengetahuan lansia hipertensi
yang dapat menjadi sumber banyak tentang penyakit hipertensi dengan
masalah pada masa lanjut usia. Sebagai perilaku lansia dalam mengontrol
contoh, dengan semakin sensitifnya orang kesehatannya sehari-hari di rumah,
yang memasuki lanjut usia, sehingga didapatkan nilai p value = 1,000. Dengan
kemunduran-kemunduran fisik yang demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak
dialaminya akan berpengaruh terhadap terdapat hubungan yang bermakna antara
penampilan atau perilaku lanjut usia pengetahuan lansia tentang penyakit
tersebut, seperti: cenderung menyendiri, hipertensi dengan perilaku lansia dalam
harga diri rendah, merasa tidak berarti, mengontrol kesehatannya sehari-hari di
cemas dan bahkan putus asa. rumah. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Menurut Notoatmodjo (2003), hasil penelitian Munandar (2003) yang
didalam proses pembentukan perilaku menyatakan bahwa tingkat pendidikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang pada lansia tidak berhubungan atau tidak
berasal dari dalam diri individu itu sendiri, mempengaruhi tingkat kenyamanan dan
seperti: faktor susunan saraf pusat, persepsi, kepuasan hidup lansia yang ditunjukkan
motivasi, emosi, dan belajar, serta faktor melalui sikap dan perilaku lansia sehari-
yang berasal dari luar diri seseorang hari.
(eksternal), seperti: objek (masalah Terbentuknya perilaku sehat lansia
kesehatan), orang, kelompok, dan hasil- dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya
hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dipengaruhi oleh faktor pengetahuan.
dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Miller (2004), mengatakan bahwa banyak
Pendapat ini didukung oleh Thoha (2005), faktor yang mempengaruhi respons lansia
yang menyatakan bahwa perilaku seseorang terhadap perubahan atau penurunan

7
Reni Zulfitri, Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Hipertensi dengan
Perilaku Lansia Mengontrol Kesehatannya di Rumah

kondisi, diantaranya: pengetahuan, faktor sebanyak 58 orang (74,4%). Hasil penelitian


pengalaman hidup, bagaimana lansia tentang perilaku lansia hipertensi dalam
memberi arti terhadap perubahan, waktu mengontrol kesehatannya sehari-hari di rumah
dan tingkat antisipasi terhadap perubahan, dapat diketahui bahwa mayoritas berperilaku
sumber sosial, dan pola koping yang tidak sehat, yaitu sebanyak 61 responden
digunakan lansia. Pernyataan ini sesuai (78,2%).
dengan Stanley, Blair & Beare (2005) yang Berdasarkan hasil uji statistik tentang
menyatakan bahwa beberapa faktor yang hubungan pengetahuan lansia hipertensi
mempengaruhi kepatuhan maupun tentang penyakit hipertensi dengan perilaku
ketidakpatuhan lansia dalam menjaga dan lansia dalam mengontrol kesehatannya sehari-
mematuhi segala yang dianjurkan oleh hari di rumah, didapatkan nilai p value = 1,000.
tenaga kesehatan profesional, diantaranya Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
adalah: interaksi nilai, pengetahuan, dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pengalaman hidup lansia, dukungan pengetahuan lansia hipertensi tentang penyakit
keluarga, kemampuan tenaga profesional hipertensi dengan perilaku lansia dalam
dalam mengajarkan dan menganjurkan mengontrol kesehatannya sehari-hari di rumah.
sesuatu, serta kompleksitas cara dan aturan Terbentuknya perilaku sehat lansia
hidup yang diterapkan oleh lansia. dipengaruhi oleh banyak faktor, tidak hanya
Dengan demikian, dapat diketahui dipengaruhi oleh faktor pengetahuan. Faktor
banyak faktor yang mempengaruhi lain yang mempengaruhi pembentukan perilaku
pembentukan perilaku pada lansia, yang sehat lansia adalah: faktor pengalaman hidup,
harus dipahami oleh caregiver (pemberi bagaimana lansia memberi arti terhadap
pelayanan) baik oleh tenaga kesehatan perubahan, waktu dan tingkat antisipasi
maupun anggota keluarga yang menjaga terhadap perubahan, sumber sosial, dan pola
dan merawatnya. Oleh karena itu, agar koping yang digunakan lansia, interaksi nilai,
lansia tetap sehat, sejahtera, bermanfaat, pengalaman hidup lansia, dukungan keluarga,
dan berperilaku positif, perlu didukung oleh kemampuan tenaga profesional dalam
lingkungan yang kondusif, baik pada mengajarkan dan menganjurkan sesuatu, serta
tingkat keluarga maupun lingkungan kompleksitas cara dan aturan hidup yang
masyarakat, serta pelayanan kesehatan. diterapkan oleh lansia (Miller, 2004; Stanley,
Blair & Beare, 2005).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
distribusi karakteristik lansia hipertensi di Reni Zulfitri, M.Kep, Sp.Kom: Dosen
wilayah kerja Puskesmas Melur Pekanbaru, Keperawatan Komunitas, Program Studi Ilmu
dapat diketahui bahwa mayoritas lansia Keperawatan Universitas Riau
hipertensi berjenis kelamin perempuan, yaitu
sebanyak 47 responden (60,3%), dengan status
perkawinan hampir seimbang antara status
janda/duda dan status menikah, yaitu masing-
masing sebanyak 40 responden (51,3%) dan 38
responden (48,7%). Dilihat dari tingkat
pendidikan, mayoritas berpendidikan rendah
(SD), yaitu sebanyak 46 responden (59%).
Mengenai status pekerjaan lansia hipertensi,
didapatkan data bahwa mayoritas tidak bekerja,
yaitu sebanyak 59 responden (75,6%).
Berdasarkan hasil penelitian
pengetahuan lansia tentang penyakit hipertensi
diketahui bahwa sebagian besar lansia
mempunyai pengetahuan yang kurang, yaitu

8
Jurnal Ners Indonesia, Vol.1, No.1, September 2010

DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan


Allender, J.A., & Spradley, B.W. (2005). perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Community health nursing: Promoting and Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan
protecting the public’s health. Lippincott. dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka cipta:
Williams & Wilkins Siburian. (2004). Perlu perhatian khusus bagi
Eliopoulos, C. (2005). Gerontological nursing. lansia penderita hipertensi.
Philadelphia: Lippincott. Williams & http://www.waspada.co.id. Diperoleh
Wilkins tanggal 30 November 2009
Hutapea, R. (2005). Sehat dan ceria diusia Soeleiman, B.H. (2003). Pengobatan hipertensi
senja. Jakarta: Rineke cipta pada lansia dengan diabetes. Paradoxical
Munandar, A.S. (2003). Menuju kehidupan paradigm towards active ageing
lansia sejahtera, masalah yang dihadapi (Kumpulan abstrak/makalah kongres
dan perlu diatasi. Paradoxical paradigm nasional gerontologi). Jakarta
towards active ageing (Kumpulan Stanley, M., Blair, K.A. & Beare, P.G. (2005).
abstrak/makalah kongres nasional Gerontological nursing: Promoting
gerontologi). Jakarta successful aging with older adults.
Milhan. (2005). Refleksi hari lansia sedunia. Philadelphia.
http://www.indomedia.com/htm. Diperoleh Tyson, S.R. (1999). Gerontologi nursing care.
tanggal 6 Oktober 2009 Philadelphia: WB. Saunders company
Miller. C.A. (2004). Nursing for wellness in Thoha, M. (2005). Perilaku organisasi: Konsep
older adults. Four edition. Philadelphia: dasar dan aplikasinya. Jakarta: Raja
Lippincott. Williams & Wilkins grafindo persada
Misbach. (2005). Stroke, risiko utama WHO. (2001). Pengendalian hipertensi.
hipertensi. http://www.indomedia.com. Bandung: ITB
Diperoleh tanggal 6 Oktober 2009 Watson, R. (2003). Perawatan pada lansia.
Nugroho, W. (2000). Keperawatan gerontik. Jakarta: EGC
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai