Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga Negara adalah lembaga pemerintahan atau “Civilizated Organization” di mana


lembaga tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan untuk negara dimana bertujuan untuk
membangun negara itu sendiri. Negara Republik Indonesia pun memiliki lembaga negara
yang disebut lembaga negara Indonesia. Lembaga Negara Indonesia adalah lembaga-lembaga
negara yang di bentuk berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, atau oleh
Peraturan yang lebih rendah. Lembaga Negara ditingkat pusat dapat dibedakan dalam empat
tingkatan kelembagaan yakni :

1. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Dasar :


- Presiden
- Wakil Presiden
- Majelis Permusyawaran Rakyat
- Dewan Perwakilan Rakyat
- Dewan Perwakilan Daerah
- Badan Pemeriksa Keuangan
- Mahkamah Agung
- Mahkamah Konstitusi
- Komisi Yudisial
2. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang :
- Kejaksaan Agung
- Bank Indonesia
- KPU
- KPK
- KPI
- PPATK
- Dan sebagainya
3. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden
4. Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri.

1
Dari segi hierarki, lembaga negara Indonesia dapat dibedakan ke dalam tiga lapis yakni
lapis pertama dapat disebut Lembaga Tinggi Negara seperti Presiden dan Wakil Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Majelis
Permusyawaran Rakyat (MPR), Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA),
Komisi Yudisial (KY), dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Lapis kedua dapat disebut Lembaga Negara saja dan yang termasuk dalam lapis kedua
yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 : Duta dan Konsul (Pasal 13 ayat (2)),
Menteri Negara (Pasal 17), Komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri (Pasal 22E ayat (5) diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Komisi Pemilihan
Umum), Komisi Yudisial, Bank Sentral (Pasal 23D), Tentara Nasional Indonesia (Pasal 30
ayat (3)), dan Kepolisian Negara (Pasal 30 ayat (4)). Selain yang disebutkan dallam Undang-
Undang Dasar 1945, terdapat juga lembaga lain yang disejajarkan dengan organisasi lapis ke
dua yakni lembaaga negara yang dibentuk dengan Undang-Undang, yang disusun antara
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden. Lembaga ini dapat dibubarkan apabila
Undang-Undang atau pasal yang mengatur lembaga tersebut di batalkan melalui Judical
Review di Mahkamah Konstitusi. Contoh lembaga tersebut adalah : Kejaksaan Agung
(Undang-Undang No.16 tahun 2004), Otoritas Jasa Keuangan (Undang-Undang No.21 tahun
2011), Lembaga Penjamin Simpanan ( Undang-Undang No.24 tahun 2004), Komisi Nasinal
Hak Asasi Manusia (Undang-undang No.39 tahun 1999), Komisi Pemberantas Korupsi
(Undang-Undang No.20 tahun 2002), Komisi Penyiaran Indonesia (Undang-Undang No.39
tahun 2002), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (Undang-Undang No.23 tahun 2002), dan
sebagainya.

Dan Lapis Ketiga merupakan lembaga negara yang sumber kewenagannya berasal dari
regulator atau pembentuk peraturan dibawah Undang-Undang.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah Lembaga tertinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama
dengan Mahkamah Agung. Mahkamah Konstitusi terdapat di empat puluh lima negara,
terutama pada negara-negara yang mengalami perubahan rezim atau penguasa.

Menurut Jimly Asshiddiqie Mahkamah Konstitusi di banyak negara ditempatkan sebagai


elemen penting dalam sistem negara konstitusional modern. Keberadaan Mahkamah
Konstitusi untuk menyelesaikan konflik antar lembaga negara. Gagasan pembentuk

2
Mahkamah Konstitusi tidak lain merupakan dorongan dalam penyelenggaraan kekuasaan dan
ketatanegaraan yang lebih baik bagi negara.

Ada empat hal yang melatarbelakangi dan menjadi pijakan dalam pembentukan
Mahkamah Konstitusi, yang pertama sebagai implikasi dari paham konstitualisme, yang
kedua sebagai mekanisme Check and Balances, yang ketiga sebagai penyelenggaraan negara
yang bersih, dan yang keempat sebagai prinsip demokrasi dan perlindungan terhadap Hak
Asasi Manusia.

Secara teoritis, keberadaan Mahkamah Konstitusi baru di introdusir pertama kali pada
tahun 1919 oleh pakar hukum asal Austria, Hans Kelsen. Hans Kelsen menyatakan bahwa
pelaksanaan konstitusional tentang legilasi dapat secara efektif dijamin hanya jika suatu
organ selain badan legislatif diberikan tugas untuk menguji apakah suatu produk hukum itu
konstitusional atau tidak, dan tidak memberlakukannya jika menurut organ ini tidak
konstitusional. Untuk itu perlu diadakan organ khusus yang disebut Mahkamah Konstitusi
(constitutional court).

Ide Hans Kelsen mengenai pengujian Undang-undang juga sebangun dengan usulan
yang pernah diungkapkan oleh Muhammad Yamin dalam sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Yamin mengusulkan bahwa seharusnya
Mahkamah Agung diberi wewenang untuk "membanding Undang-undang" yang maksudnya
tidak lain adalah kewenangan judicial review. Seiring dengan momentum perubahan Undang-
Undang Dasar 1945 pada masa reformasi, ide pembentukan Mahkamah Konstitusi (MK) di
Indonesia makin menguat. dalam amandemen konstitusi yang dilakukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001 sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan
Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B Undang-Undang Dasar 1945 hasil Perubahan
Ketiga yang disahkan pada 9 Nopember 2001. Ide pembentukan MK merupakan salah satu
perkembangan pemikiran hukum dan kenegaraan modern yang muncul di abad ke-20.

Setelah disahkannya Perubahan Ketiga UUD 1945 maka dalam rangka menunggu
pembentukan MK, MPR menetapkan Mahkamah Agung (MA) menjalankan fungsi MK
untuk sementara sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan Peralihan UUD 1945 hasil
Perubahan Keempat.DPR dan Pemerintah kemudian membuat Rancangan Undang-Undang
mengenai Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui pembahasan mendalam, DPR dan
Pemerintah menyetujui secara bersama UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi pada 13 Agustus 2003 dan disahkan oleh Presiden pada hari itu (Lembaran Negara

3
Nomor 98 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4316). Dua hari kemudian, pada tanggal
15 Agustus 2003, Presiden melalui Keputusan Presiden Nomor 147/M Tahun 2003 hakim
konstitusi untuk pertama kalinya yang dilanjutkan dengan pengucapan sumpah jabatan para
hakim konstitusi di Istana Negara pada tanggal 16 Agustus 2003.Lembaran perjalanan MK
selanjutnya adalah pelimpahan perkara dari MA ke MK, pada tanggal 15 Oktober 2003 yang
menandai mulai beroperasinya kegiatan MK sebagai salah satu cabang kekuasaan kehakiman
menurut ketentuan UUD 1945.

Puncaknya terjadi pada tahun 2001 ketika ide pembentukan MK diadopsi dalam
perubahan Undang-Undang Dasar 1945 yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat. Selanjutnya Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas Rancangan
Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi. Setelah dilakukan pembahasan beberapa
waktu lamanya, akhirnya Rancangan Undang Undang tersebut disepakati bersama oleh
pemerintah bersama DPR dan disahkan dalam Sidang Paripurna DPR pada 13 Agustus 2003.
Pada hari itu juga, UU tentang MK ini ditandatangani oleh Presiden Megawati Soekarnoputri
dan dimuat dalam Lembaran Negara pada hari yang sama, kemudian diberi nomor Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Ditilik dari aspek waktu,
Indonesia merupakan negara ke-78 yang membentuk Mahkamah Konstitusi dan sekaligus
sebagai negara pertama di dunia yang membentuk lembaga ini pada abad ke-21. Tanggal 13
Agustus 2003 inilah yang kemudian disepakati para hakim konstitusi menjadi hari lahir
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Mahkamah Konstitusi?
2. Apa saja tugas, kewenangan, kedudukan, kewajiban dan fungsi mahkamah
konstitusi?

4
BAB 2

PEMBAHASAN

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah Lembaga tertinggi negara dalam


sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-
sama dengan Mahkamah Agung. Peran Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu pelaku
kekuasaan kehakiman dapat berperan mendorong Check and Balances, untuk menjaga
konstitusionalitas kekuasaan negara dan berperan dalam menwujudkan negara kesejahteraan
(welfare state).

Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan


kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Pengisian Hakim Konstitusi itu diisi oleh tiga orang dari Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), tiga orang dari kepresidenan, dan tiga orang dari Mahkamah
Agung. Semua pengisi hakim Konstitusi diangkat oleh presiden.

Mahkamah Konstitusi memiliki kewajiban. Mahkamah Konstitusi wajib memnerikan


putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden di
duga :

1. Telah melakukan pelanggaran hukum berupa


a) Pengkhianatan
b) Korupsi
c) Penyuapan
d) Dan Tindak Pidana lainnya
2. Perbuatan tercela
3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Mahkakmah Konstitusi memiliki Visi dan Misi. Visi Mahkamah Konstitusi adalah
tegaknya konstitusi dalam rangka menwujudkan cita negara hukum dan demokrasi demi
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat. Sedangkan Misi dari Mahkamah
Konstitusi adalah :

5
1. Menwujudkan Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu kekuasaan kehakiman
yang terpercaya.
2. Membangun Konstitusionalitas Indonesia dan budaya sadar berkonstitusi.

Masa Jabatan Mahkamah Konstitusi adalah lima tahun dan dapat di pilih kembali hanya
untuk satu kali masa jabatan. Sedangkan Ketua dan Wakil Ketua di pilih dari dan oleh hakim
konstitusi untuk masa jabatan tiga tahun. Yang menjabat sebagai Hakim konstitusi adalah
pejabat negara. Terdapat Larangan Rangkap jabatan dalam mahkamah Konstitusi, yaitu
larangan rangkap jabatan sebagai

1. Pejabat Negara lainnya


2. Anggota Partai politik
3. Pengusaha
4. Advokat
5. Pegawai Negeri

Hakim Konstitusi dapat diberhentikan (Pemberhentian dengan hormat) apabila :

1. Meninggal dunia
2. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri yang di ajukan kepada Ketua Mahkamah
Konsitusi.
3. Telah berusia enam puluh tujuh (67) tahun.
4. Telah berakhir masa jabatannya
5. Sakit jasmani atau rohani secara terus menerus yang di buktikan dengan surat
keterangan sakit dari dokter.

Kewenangan dari Mahkamah Konstitusi

1. Menguji Undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945.


2. Memutus sengketa kewnangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar 1945.
3. Memutus pembubaran Partai Politk.
4. Memutus Perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Tugas pokok dan fungsi Mahkamah Konstitusi :

1.   Panitera

6
Panitera merupakan jabatan fungsional yang menjalankan tugas teknis administratif
peradilan Mahkamah Konstitusi, fungsi Panitera menyelenggarakan tugas teknis administratif
peradilan sebagaimana berikut:
a) koordinasi pelaksanaan teknis peradilan di Mahkamah Konstitusi;
b)    pembinaan dan pelaksanaan administrasi perkara;
c)    pembinaan pelayanan teknis kegiatan peradilan di Mahkamah Konstitusi
- pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
- sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar
- Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
- pembubaran partai politik;
- persilihan tentang hasil pemilihan umum; dan
- pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga telah
melakukan pelanggaran hukum berupa Pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden;
d)    pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi sesuai dengan
bidang tugasnya.
2. Sekretaris Jenderal
Sekretariat Jenderal menjalankan tugas teknis administratif Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia dengan fungsi:
a)    perencanaan, analisis dan evaluasi, pengawasan administrasi umum dan administrasi
peradilan, serta penataan organisasi dan tata laksana;
b)    pengelolaan keuangan dan pengembangan sumber daya manusia;
c)    pengelolaan kerumahtanggaan, kearsipan dan ekspedisi, serta barang milik negara;
d)    pelaksanaan hubungan masyarakat dan kerja sama, tata usaha pimpinan dan protokol,
serta kesekretariatan kepaniteraan;
e)    penelitian dan pengkajian perkara, pengelolaan perpustakaan, serta pengelolaan teknologi
informasi dan komunikasi; dan
f)     pendidikan Pancasila dan Konstitusi.
3. Biro Perencanaan dan Pengawasan
Biro Perencanaan dan Pengawasan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan,
penyusunan rencana strategis, program kerja dan anggaran, analisis dan evaluasi, pengawasan

7
administrasi umum dan administrasi peradilan, serta penataan organisasi dan tata laksana.
Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Biro Perencanaan
dan Pengawasan mempunyai fungsi:
a)    penyusunan rencana, rencana strategis, program kerja dan anggaran, serta analisis dan
evaluasi kinerja;
b)    pelaksanaan pengawasan administrasi umum dan administrasi peradilan; dan
c)    pelaksanaan penataan organisasi dan tata laksana, serta reformasi birokrasi.
Mahkamah Konstitusi memutus perkara berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
sesuai dengan alat bukti dan keyakinan hakim. Putusan Mahkamah Konstitusi yang
mengabulkan permohonan didasarkan pada sekurang-kurangnya 2 alat bukti. Putusan
Mahkamah Konstitusi wajib memuat fakta yang terungkap dalam persidangan dan
pertimbangan hukkum yang menjadi dasar putusan. Putusan diambil secara musyawarah
untuk mufakat dalam sidang pleno. Putusan Mahkamah Konstitusi ditandatangani oeh hakim
yang memeriksa, mengadili, dan memutus panitera. Putusan Mahkamah Konstitusi
memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk
umum. Mahkamah Konstitusi wajib mengirimkan salinan puusan kepada para pihak dalam
jan gkan waktu paling lambat 7 hari kerja sejak puttusan diucapkan.

8
BAB 3
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Mahkamah konstitusi di bentuk untuk menjamin agar konstitusi sebagai hukum tertinggi
dapat ditegakkan sebagaimana mestinya. Karena itu Mahkamah konstitusi biasa disebut
sebagai the guardian of the constitution seperti sebutan yang biasa dinisbatkan kepada
Mahkamah Agung di Amerika Serikat.
2.    Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengawal konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia dilengkapi dengan lima kewenangan atau sering disebut empat kewenangan
ditambah satu kewajiban,yaitu:
a)  Menguji undang-undang terhadap UUD;
b)  Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar;
c)  Memutus pembubaran partai politik;
d)  Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;
e)  Memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wapres telah melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden;

9
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie Jimly. 2008. Menegakkan Tiang Konstitusi. Jakarta. Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.
Harman, Benny K. 2013. Mempertimbangkan Mahkamah Konstitusi : Sejarah Pemikiran
Pengujian UU terhadap UUD. Jakarta. Gramedia.
Kusnardi, Moh. Dan Harmally Ibrahim. 1976. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia.
Jakarta. Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas HukumUniversitas Indonesia.
Nasution, Kaka Alva. 2014. Buku Lengkap Lembaga-Lembaga Negara. Jakarta. Saufa.

10

Anda mungkin juga menyukai