GBS Kel 5
GBS Kel 5
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Guillain Barre syndrome (GBS) adalah penyakit neurologi yang sangat
jarang,kejadiannya bervariasi antara 0.6 sampai 1.9 kasus per 100.000 orang
pertahun. Selamaperiode 42 tahun Central Medical Mayo Clinic melakukan
penelitian mendapatkan ratarata insidensi 1.7 per 100.000 orang. Terjadi puncak
insidensi antara usia 15-35 tahundan antara 50-74 tahun. Jarang mengenai usia
dibawah 2 tahun.
Beberapa nama disebut oleh beberapa ahli untuk penyakit ini, yaitu
Idiopathicpolyneuritis, Acute Febrile Polyneuritis, Infective Polyneuritis, Post
InfectiousPolyneuritis, Acute Inflammatory Demyelinating
Polyradiculoneuropathy, Guillain BarreStrohl Syndrome, Landry Ascending
paralysis, dan Landry Guillain Barre Syndrome.
1.2 TUJUAN
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Guillan Bare Syndrome adalah suatu polineuropati yang bersifat ascending dan
akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut. Menurut
Bosch, GBS merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis
flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana
targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis.
2.2 ANATOMI
2.3 PATOFISIOLOGI
2.4 FARMAKOLOGI
1. Kortikosteroid
2. Plasmaparesis
3. Imunoglobulin Intravena
Nutrisi yang diberikan pada pasien GBS harus seimbang, memiliki cukup
makronutrien (karbohidrat, lemak, dan protein) sebagai sumber energi dan juga
cukup mikronutrien terutama vitamin B12, zat besi, kalsium, dan kalium. Tipe
diet DASH atau diet Mediterranean juga dapat diterapkan untuk pasien GBS.
Bubuk bekatul dan tepung mata beras mengandung serat yang tinggi dan juga
beberapa vitamin dan mineral. Dapat diberikan sebagai tambahan nutrisi untuk
pasien, namun pastikan pasien tidak alergi terhadap bahan-bahan yang Anda
berikan tersebut, karena nanti malah akan menyebabkan diare atau reaksi imunitas
berlebih sehingga menambah masalah baru untuk pasien.
2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1 Pemeriksaan laboratorium
Umumnya didapati pola dan bentuk yang relatif konsisten; yakni adanya
infiltratlimfositik mononuklear perivaskuler serta demielinasi multifokal. Pada
faselanjut, infiltrasi sel-sel radang dan demielinasi ini akan muncul bersama
dengandemielinasi segmental dan degenerasi wallerian dalam berbagai derajat.
Sarafperifer dapat terkena pada semua tingkat, mulai dari akar hingga ujung
sarafmotorik intramuskuler, meskipun lesi yang terberat bila terjadi pada ventral
root,saraf spinal proksimal, dan saraf kranial.Infiltrat sel-sel limfosit dan
selmononuklear lain juga didapati pada pembuluh limfe, hati, limpa, jantung,
danorgan lainnya.
Pemeriksaan MRI akan memberikan hasil yang bermakna jika dilakukan pada
harike 13 setelah timbulnya gejala. MRI lumbosacral akan memperlihatkan
penebalanpada radiks kauda equina dengan peningkatan pada gadolinium.
Adanyapenebalan radiks kauda equina mengindikasikan kerusakan pada barier
darahsaraf. Hal ini dapat terlihat pada 95% kasus GBS dan hasil sensitif sampai
83%untuk GBS akut. Akan tetapi, pasien dengan tanda dan gejala yang
sangatsugestif mengarah ke GBS sebenarnya tidak perlu pemeriksaan MRI
lumbosakral.MRI lumbosakral dapat digunakan sebagai modalitas diagnostic
tambahan,terutama bila temuan klinis dan elektrodiagnostik memberikan hasil
yang samar.
A. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
1. Identitas klien, antara lain: nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan,
agama, pendidikan, dsb.
3. Riwayat Penyakit, meliputi:
Keluhan yang paling sering ditemukan pada klien GBS dan merupakan
komplikasi yang paling berat dari GBS adalah gagal napas. Melemahnya otot
pernapasan membuat klien dengan gangguan ini berisiko lebih tinggi terhadap
hipoventilasi dan infeksi pernapasan berulang. Disfagia juga dapat timbul,
mengarah pada aspirasi. Keluhan kelemahan ekstremitas atas dan bawah hampir
sama seperti keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan lainnya
adalah kelainan dari fungsi kardiovaskular, yang mungkin menyebabkan
gangguan sistem saraf otonom pada klien GBS yang dapat mengakibatkan
disritmia jantung atau perubahan drastis yang mengancam kehidupan dalam
tanda-tanda vital.
4. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
b. Pemeriksaan Fisik
Pada klien GBS biasanya didapatkan suhu tubuh normal. Penurunan denyut nadi
terjadi berhubungan dengan tanda-tanda penurunan curah jantung. Peningkatan
frekuensi pernapasan berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum
dan adanya infeksi pada sistem pernapasan dan adanya akumulasi sekret akibat
insufisiensi pernapasan. TD didapatkan ortostatik hipotensi atau TD meningkat
(hipertensi transien) berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan
parasimpatis.
- B1 (Breathing)
- B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler pada klien GBS didapatkan bradikardi
yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer.Tekanan darah didapatkan
ortostatik Hipotensi atau TD meningkat ( hipertensi transien ) berhubungan
dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis.
- B3 (Brain)
a. Tingkat kesadaran
b. Fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara
klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik yang pada klien GBS
tahap lanjut disertai penurunan tingkat kesadaran biasanya status mental klien
mengalam perubahan.
1. Saraf I. Biasanya pada klien GBS tidak ada kelainan dan fungsi penciuman
3. Saraf III, IV, dan VI. Penurunan kemampuan membuka dan menutup
kelopak mata, paralis ocular.
4. Saraf V. Pada klien GBS didapatkan paralis pada otot wajah sehingga
mengganggu proses mengunyah.
6. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7. Saraf IX dan X. paralisi otot orofaring, kesukaran berbicara, mengunyah,
dan menelan. Kamampuan menelan kurang baik sehngga mengganggu
pemenuhan nutrisi via oral.
9. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
d. System motorik
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada klien GBS
tahap lanjut mengalami perubahan. Klien mengalami kelemahan motorik secara
umum sehingga menggaganggu moblitas fisik .
e. Pemeriksaan reflexs
f. Gerakan involunter
g. System sensorik
Parestesia ( kesemutan kebas ) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang
ke ekstrimtas atas, batang tubuh, dan otot wajah. Klien mengalami penurunan
kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri, dan suhu.
- B5 (Bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung.
Pemenuhan nutris pada klien GBS menurun karena anoreksia dan kelemahan otot-
otot pengunyah serta gangguan proses menelan menyebabkan pemenuhan via oral
kurang terpenuhi.
- B6 (Bone)
c. Pemeriksaan Diagnostik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan progresif cepat
otot-otot pernapasan dan ancaman gagal pernapasan
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan pola napas kembali
efektif.
Intervensi Rasional
Evaluasi keluhan sesak napas bak Tanda dan gejala meliputi adanya
secara verbal maupun nonverbal kesukaran bernapas saat bicara,
pernapasan dangkal dan
ireguler,takikardia dan perubahan pola
napas.
Criteria hasil : setelah dirawat tiga hari klien tidak terjadi komplikasi akibat
penurunan asupan nutrisi
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan klien dalam Perhatian yang diberikan untuk nutrisi
pemenuhan nutrisi klien oral yang adekuat dan pencegahan
kelemahan otot karena kurang
makanan.
Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit dan prognosis penyakit yang
buruk
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam setelah diberikan intervensi kecemasan hilang
atau berkurang
Kaji tanda verbal dan non verbal Reaksi verbal atau nonverbal dapat
kecemasan, dampingi klien, dan menunjukkan rasa agitasi, marah dan
lakukan tundakan bila menunjukkan gelisah
perilaku merusak
Hindari konfrantasi Konfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperlambat
penyembuhan
Mulai melakukan tindakkan untuk Mengurangi rangsangan eksternal
mengurangi kecemasan. Beri yang tidak perlu
lingkungan yang tenang dan suasana
penuh istirahat
Orientasikan klien terhadap prosedur Orientasi dapat menurunkan
rutin dan aktivitas yang diharapkan kecemasan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
GBS merupakan penyakit serius dengan angka kesakitan dan kematian yang
cukup tinggi. Walaupun tersedia adanya ICU, ventilator, dan terapi
imunomodulator spesifik, sekitar 5 % dari pasien GBS dapat mengalami kematian
dan 12% tidak dapat berjalan tanpa bantuan selama 48 minggu setelah gejala
pertama muncul 20 % pasien akan tetap hidup dengan memiliki gejala sisa.
Selama ini para peneliti tetap mencari alternatif yang paling baik dan paling
efektif dari PE dan IVIg, dan para dokter harus dapat mengenali gejala GBS
sehingga dapat menegakkan diagnosis sedini mungkin. Penegakan diagnosis lebih
dini akan memberikan prognosis yang lebih baik.