Anda di halaman 1dari 3

PT SELALANG PRIMA INTERNASIONAL

Profil Singkat
PT Selalang Prima Internasional (PT SPI) merupakan perusahaan nasional yang
berkedudukan di Jakarta dan telah berdiri sebagai badan hukum pada tahun 1999. Perusahaan
ini bergerak dalam bidang ekspor bijih plastik PT SPI mengalami beberapa kali pergantian
pemegang saham dan manjemen, terakhir pada bulan Agustus 2007 Muhammad Misbakhun
menjadi pemegang 99 persen saham dan sekaligus menjadi komisaris satu-satunya di
perusahaan tersebut.
Satu persen lagi saham sisanya dimiliki Direktur PT SPI, Franky Ongko Wardoyo.
Sebagai pemegang saham dan komisaris PT SPI, Misbakhun telah menjalankan hak dan
kewajibannya sebagai pemegang saham dan komisaris sesuai dengan syarat-syarat minimum
yang ditetapkan di dalam anggaran dasar PT SPI. Oprasional dan manajemennya dijalankan
Frangky Ongko sebagai satu-satunya direktur dibantu karyawan dan konsultan perusahaan
tersebut.
Kronologis Kasus
 22 November 2007 Pengajuan L/C dilakukan untuk pembelian bahan kimia condensat
dari luar negeri. Untuk proses pembayaran transaksi itu, diperlukan jaminan dari
bank, sehingga terbit L/C untuk mekanisme pembayaran.
 Untuk memenuhi penerbitan L/C, PT SPI memberikan akte perjanjian dengan Bank
Century. Dalam perjanjian, Bank Century meminta jaminan sebesar 20 persen dari
total L/C yang diterbitkan. Sehingga, jika PT Selalang memperoleh L/C sebesar US
22,5 juta dolar, maka US 4,5 juta dolar menjadi jaminannya.
 Dalam proses ini Misbakhun diduga melakukan pidana. Karena Misbakhun yang
berposisi sebagai Komisaris PT Selalang bersama dengan Direktur Utama, Franky
Ongkowidjojo telah menandatangani surat jaminan deposito. Belakangan diketahui
bahwa jaminan itu belum ada. Deposito untuk jaminan itu dikeluarkan setelah surat
jaminan disampaikan kepada pihak bank.
 27 November 2007 L/C itu dikeluarkan oleh Bank Century. Tetapi L/C itu dicairkan
pada tanggal 27 November 2007 itu juga. L/C dicairkan untuk transaksi impor
condensat.
 Hasil penyidikan yang diperoleh penyidik, perdagangan itu tidak pernah terjadi.
Yang terjadi itu semacam papper trade. Tapi dana sudah dicairkan untuk memperoleh
jaminan pencairan data atau keterangan yang dipalsukan
Penyebab Terjadinya Skandal PT Selalang Prima Internasional
Kasus L/C Selalang PT Prima International (SPI) milik Misbakhun: Kejanggalan L/C
sangat banyak ditemukan, seperti deposit importir, dari nilai transaksi US $ 22.5 juta; deposit
yang menjadi jaminan di bank Century hanya US $ 4,5 juta. (dan nama pemilik di deposit di
PT CSA dan PT SPI adalah orang yang sama). Seharusnya langkah-langkah pengamanan
dilakukan dalam hubungannya dengan persetujuan penarikan L/C. PT SPI mengimpor
Bintulu Kondensat dari Grain and Industrial Products Trading, Singapura. Pengajuan L/C
Misbakhun disetujui oleh manajemen Bank Century L/C namun, pencairan L/C penuh
penyimpangan. Syarat L/C yang diajukan SPI tidak umum dan sangat beresiko. Sumber AFP
menjelaskan bahwa tidak ada dokumen asli yang diarsipkan PT SPI & CSA, barang dikirim
pun tidak sesuai dengan permintaan, pelabuhan tujuan tidak disebutkan pada dokumen (hanya
disebutkan pelabuhan di negara Indonesia), Keanehan lain adalah bentuk fasilitas L/C PT SPI
telah dicairkan sebelum analisis yang dilakukan Fasilitas dilaporkan L/C telah dicairkan
tanpa didahului oleh analisis dan tanpa setiap survei. Bahkan menurut informasi justru
menyebutkan bahwa barang berupa kondensat diragukan keberadaannya.
Dalam kasus ini, disinyalir L/C tersebut adalah fiktif dengan
tujuan pencucian uang (money loundry) oleh pemiliknya Robert Tantular. Bank Century
yang bertindak sebagai Issuing Bank dalam hal ini memberikan fasilitas L/C salah
satunya kepada PT Selalang Prima Indonesia (SPI) dengan jumlah sebesar 20% dari
plafond L/C. Pemberian fasilitas L/C ini pula tidak didukung oleh analisa dan prosedur
yang komperhensif, khususnya kemampuan/kondisi keuangan perusahaan. Namun L/C
tersebut telah mendapat persetujuan dari Komite Kredit, baik ditingkat cabang, wilayah,
pusat, serta komisaris. Kondisi tersebut tentunya tidak sesuai dengan prinsip kehatihatian
dalam kebijakan perkreditan perbankan dan pedoman pelaksana kredit di Bank
Century sendiri.
Dalam pencairan L/C ini pun penuh penyimpangan. Syarat L/C yang diajukan
SPI tidak umum dan sangat beresiko yang mengakibatkan terjadinya dugaan pemalsuan
dokumen dengan tidak ditemukannya dokumen yang berbentuk asli (dokumen-dokumen
hanya fotokopian saja), barang yang dikirim tidak sesuai dengan permintaan, pelabuhan
tujuan tidak disebutkan dalam dokumen (hanya disebutkan pelabuhan di negara
Indonesia).
Analisis dan Tanggapan Kasus
Pada kasus PT Selalang Prima Internasional diatas terlihat jelas bahwa hampir semua
proses L/C dilakukan menyimpang dari semua aturan yang berlaku. Jadi seharusnya untuk
kasus ini deteksi dini sudah dapat dilakukan, karena semua proses pendokumentasian dan
transaksi tidak sesuai dengan peraturan yang ada namun karena kurangnya Internal Control
sehingga penyimpangan didalam perusahaan tidak dapat terdeteksi dini terutama di pihak
bank penjamin. Selain itu kasus ini terjadi umumnya karena kelalaian pihak-pihak terkait
dalam menganalisis dan mengevaluasi baik resiko, dokumen maupun pengiriman barang
yang berdasarkan hukum yang berlaku.
Sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan pasal 29 UU Perbankan, Bank Indonesia
diberi wewenang dan kewajiban untuk membina serta melakukan pengawasan terhadap bank
dengan menempuh upaya-upaya baik yang bersifat preventif maupun dalam bentuk
ketentuan-ketentuan, petunjuk, nasehat, bimbingan dan pengarahan maupun secara represif
dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan Bank Indonesia.
Fungsi tersebut harus dijalankan dengan baik, terutama pada bank yang telah menerima
suntikan dana

Saran
Dalam kasus ini Bank Indonesia yang seharusnya menjalankan tugas prudent
banking principle-nya sesuai dengan perintah UU Perbankan yang disebutkan di atas.
Pengawasan yang dilakukan terhadap transaksi-transaksi mencurigakan diteruskan
dengan tindakan langsung berupa teguran ataupun sanksi keras berupa pencabutan
wewenang yang dimiliki bank yang mempunyai iktikad buruk dalam melaksanakan
kegiatan usahanya seharusnya dapat mencegah terjadinya peristiwa ini.
Selain itu diperlukan internal control yang baik sehingga penyimpangan di dalam
perusahaan dapat dengan cepat terdeteksi terutama dipihak bank penjamin.

Anda mungkin juga menyukai