Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah

meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di

Indonesia sudah cukup berhasil, karena umur harapan hidup (UHH) bangsa

Indonesia telah meningkat (Notoatmodjo, 2007). Hasil sensus penduduk tahun

2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta

jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yaitu sebanyak 14,44 juta jiwa.

Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar

450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk

lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2012). Begitu

pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada

tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun, angka ini meningkat menjadi

69,43 tahun pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun

(Kemenkes RI, 2013).

Word Health Organization (WHO) telah memperhitungkan bahwa di tahun

2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesar

41,4% yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia. Bahkan

Perserikatan Bangsa Bangsa memperkirakan bahwa di tahun 2050 jumlah warga

lansia di Indonesia sebanyak 60 juta jiwa. Hal ini menyebabkan Indonesia berada

pada peringkat ke-4 untuk jumlah penduduk lansia terbanyak setelah China, India

dan Amerika Serikat

Meningkatnya umur harapan hidup, disisi lain juga membawa beban bagi

masyarakat karena bertambahnya populasi penduduk lansia. Hal ini berarti

1
kelompok risiko tinggi dalam masyarakat kita menjadi lebih tinggi lagi.

Peningkatan jumlahlansia dapat berdampak pada timbulnya berbagai masalah

jika tidak ditangani dengan segera. Secara biologis, penduduk lansia adalah

penduduk yang telah mengalami proses penuaan dan menurunnya daya tahan

fisik sehingga rentan terhadap penyakit. Berbagai pihak menyadari bahwa dengan

bertambahnya jumlah lansia di Indonesia akan membawa pengaruh besar dalam

pengelolaan kesehatannya. Saat ini angka kesakitan akibat penyakit degeneratif

meningkat jumlahnya disamping masih adanya kasus penyakit infeksi dan

kekurangan gizi.

Dalam keluarga, ibu hamil, anak sejak dalam kandungan hingga dewasa

serta anggota keluarga berusia lanjut, merupakan kelompok rawan yang

dipandang dari segi kesehatan karena kepekaan dan kerentanannya yang tinggi

terhadap gangguan kesehatan dan ancaman kematian. Dengan demikian, ibu

anak dan lanjut usia menjadi komponen dan sasaran perhatian dalam upaya

pembinaan kesehatan keluarga. Dalam kehidupan keluarga, lanjut usia

merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa,

sedang dalam kehidupan nasional, lanjut usia merupakan sumber daya yang

bernilai sesuai dengan pengetahuan, pengalaman hidup dan kearifan yang dimiliki

yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat.

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lanjut usia pemerintah

telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang

ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk

mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan

masyarakat sesuai dengan keberadaanya (Depkes RI, 2005). Oleh karena itu

Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan suatu program

2
pembinaan kesehatan lanjut usia dengan strategi pendekatan edukatif melalui

institusi pelayanan kesehatan terutama puskesmas dan posyandu lanjut usia.

Dengan adanya program ini diharapkan terbentuk suatu masyarakat lanjut usia

yang berdaya guna, mandiri dan aktif dalam menjalankan fungsi kehidupannya

secara optimal.

Data WHO menunjukkan sampai tanggal 25 Mei 2020 terdapat 5.411.498

kasus COVID-19 di dunia yang menyebar di 216 negara, sedangkan di Indonesia

jumlah kasus mencapai 22.750 orang dengan tingkat kematian 6,02%. Gejala

yang ditimbulkan oleh COVID-19 ini sangat beragam, mulai dengan gejala ringan

sampai berat yang berujung kepada kematian. COVID-19 bisa menginfeksi siapa

saja tetapi fatality ratenya meningkat pada kelompok usia lanjut dan kelompok

yang memiliki komorbid, salah satunya penyakit tidak menular (PTM) dan faktor

risikonya seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit kardiovaskuler, penyakit

paru kronis, penyakit kanker dan konsumsi rokok. Berdasarkan data sementara

yang diperoleh dari 3 negara yaitu Wuhan, AS dan Indonesa menunjukkan

bahwa pasien Covid-19 yang meninggal memiliki karakteristik usia lanjut dan

dengan penyakit penyerta Hipertensi, DM, penyakit Jantung, Asma, penyakit

Ginjal Kronik dan Keganasan.

Untuk melaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian PTM, setiap

daerah perlu mempersiapkan wilayah masing-masing seperti memperhatikan

data epidemiologi, tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan, kesiapan

organisasi dan manajemen di daerah, serta memastikan kesiapan fasilitas

pelayanan kesehatan sehingga proses adaptasi ini dapat berjalan dengan baik.

Pembinaan dan pendampingan secara terencana, terpadu, berkala dan

berkesinambungan akan sangat membantu terlaksananya adaptasi kebiasaan

3
baru sehingga masyarakat tetap merasa aman untuk pemulihan aktivitas

kesehariannya.

Penelitian retrospektif (Xun Li dkk, 2020), terhadap 25 pasien di Wuhan-

China didapatkan hasil bahwa seluruh pasien meninggal karena gagal napas

dengan penyakit penyerta Hipertensi, Diabetes, penyakit Jantung, ginjal, paru

kronik dan keganasan. Meskipun data-data yang diperoleh masih belum dapat

menggambarkan kuantitatif secara komprehensif, namun data dari ke tiga negara

ini dapat disimpulkan sementara, bahwa PTM akan memperburuk kondisi orang

yang terinfeksi COVID-19.

Dari data-data tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa orang

dengan faktor risiko sangat rentan terinfeksi COVID-19. Sesuai dengan arahan

Presiden Joko Widodo terkait adaptasi kebiasaan baru, terutama pada penerapan

protokol kesehatan yaitu: disiplin memakai masker, jaga jarak aman, sering cuci

tangan, hindari kerumunan dan tingkatkan imunitas masyarakat, merupakan

kebiasaan baru yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam seluruh

kegiatannya sehari-hari.

Pos pelayanan kesehatan terpadu (posyandu) lansia adalah suatu bentuk

keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap lansia di tingkat desa/kelurahan

dalam wilayah kerja masing- masing puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu

lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatar belakangi oleh kriteria

lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu

adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia. Posyandu

lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum lansia yang dilakukan dari, oleh,

dan untuk lansia yang menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif, tanpa

mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

4
Posyandu lanjut usia merupakan keterpaduan pelayanan yang dibentuk

atas dasar peningkatan populasi lansia, mahalnya biaya pengobatan, rendahnya

jangkauan pelayanan kesehatan, tingginya angka kesakitan dan lain-lain.

Posyandu lansia direncanakan dan dikembangkan oleh masyarakat bersama

Lurah, kepala lingkungan, petugas kesehatan dan PKK. Penyelenggaraan

dilakukan oleh kader yang terlatih.Kader dapat berasal dari anggota PKK, tokoh

masyarakat, dan anggota masyarakat lainnya.

Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan

kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu

Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau

ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. KMS lansia adalah sebuah kartu

catatan tentang perkembangan status kesehatan yang dipantau setiap kunjungan

ke posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu

lansia antara lain pemeriksaan 4 status gizi, pengukuran tekanan darah,

pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan

ke Puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan

sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makan Tambahan

(PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olah raga

seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, upaya pembangunan kesehatan

lebih difokuskan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan kesehatan

seperti disparitas status kesehatan yang masih rendah, banyaknya komplikasi

penyakit, kinerja pelayanan kesehatan yang masih rendah, perilaku yang tidak

mendukung pola hidup bersih dan sehat, rendahnya kondisi lingkungan,

rendahnya kualitas pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan,

5
terbatasnya tenaga kesehatan dengan distribusi yang tidak merata, rendahnya

status kesehatan penduduk miskin.

Pembangunan kesehatan dalam wilayah kerja Pukesmas Sidamulya

mengacu kepada upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.

Salah satu dampak pembangunan kesehatan adalah meningkatnya umur harapan

hidup waktu lahir yang berakibat meningkatnya jumlah lanjut usia dengan

berbagai masalah dan kebutuhan bagi lanjut usia dibidang kesehatan.

B. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

2. Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah

Otonom

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/MENKES/SK/XI/2001 tentang

Sistem Kesehatan Nasional;

6. Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/X/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar

Puskesmas

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020

Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka

Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020

Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan

Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

6
9.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi

masyarakat Di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan

Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid 19)

C. TUJUAN

1. TUJUAN UMUM

Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia untuk

mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan

keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.

2. TUJUAN KHUSUS

1) Meningkatnya kesadaran para lanjut usia untuk membina sendiri

kesehatannya.

2) Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarkat

dalam menghayati dan mengatasi kesehatan lanjut usia .

3) Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan lanjut usia

4) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia.

5) Konsep Adaptasi Kebiasaan Baru Lansia dengan COVID-19

D. SISTEMATIKA PENULISAN

1. Bab 1 pendahuluan : bab ini berisi tentang maksud dan tujuan laporan

tahunan

2. Bab 2 analisis situasi : bab ini berisi atau menyajikan tentang gambaran

umum puskesmas letak geografis, administrative serta informasi umum

lainnya. Berisi upaya kesehatah wajib dan pengembangan

7
3. Bab 3 analisis data : bab ini berisi tentang data-data programer terkait

4. Bab 4 penilaian kinerja

5. Bab 5 kesimpulan dan saran

Anda mungkin juga menyukai