Anda di halaman 1dari 49

ATLAS HISTOLOGI

BERBASIS JARINGAN DASAR

Oleh:
Anik Rahmawati

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
2021
Dosen Pembimbing:
Dr. Lisdiana, M.Si
ATLAS HISTOLOGI
BERBASIS JARINGAN DASAR

ANIK RAHMAWATI

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
2021
ATLAS HISTOLOGI BERBASIS JARINGAN DASAR

Penulis : Anik Rahmawati


Desain dan tata letak : Anik Rahmawati

Copyright © 2021

Hak cipta dilindungi undang-undang, dilarang memperbanyak atau


memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun,
baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi,
merekam, atau dengan sistem penyimpanan lainnya tanpa izin tertulis
dari penulis.
Kata Pengantar

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan produk atlas histologi ini dengan tepat waktu. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan nikmat sehat-
Nya, sehingga penyusunan “Atlas Histologi Berbasis Jaringan Dasar” dapat
diselesaikan dengan baik. Atlas ini memuat gambar-gambar struktur histologis pada
berbagai jaringan dasar yang meliputi jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan
jaringan syaraf.
Atlas ini merupakan produk luaran yang disusun guna menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengembangan Atlas Histologi Berbasis Jaringan Dasar untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Materi Struktur Jaringan Hewan di
SMA”. Produk atlas ini diharapkan kedepannya dapat berguna bagi siswa SMA
khususnya kelas XI dan guru pengampu mata pelajaran Biologi dalam mempelajari
materi struktur jaringan hewan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Lisdiana,
M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya dalam penyusunan Atlas Histologi Berbasis Jaringan Dasar. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Sriyadi, S.Pd selaku Teknisi
Laboratorium Multimedia UNNES yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan pengamatan dan pengambilan gambar-gambar histologi
dalam atlas ini.
Penulis menyadari Atlas Histologi Berbasis Jaringan Dasar ini masih ada
kekurangan baik dari segi tata letak, ukuran, warna, bahasa, dan segi lainnya. Besar
harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan atlas ini.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semarang, Januari 2021

Penulis

iI
Da ar Isi

Kata Pengantar................................. i

Da ar Isi........................................... ii

Bab 1 Jaringan Epitel......................... 1

Bab 2 Kelenjar................................... 13

Bab 3 Jaringan Ikat............................ 17

3.1 Jaringan Ikat Seja ...................... 18

3.2 Jaringan Ikat Penyokong............. 22

3.3 Jaringan Ikat Penghubung........... 28

3.4 Jaringan Ikat Penyimpan Nutrisi.. 31

Bab 4 Jaringan Otot.......................... 33

Bab 5 Jaringan Syaraf........................ 39

Da ar Pustaka.................................. 42

Indeks............................................... 43

ii
Bab 1 Jaringan Epitel

Epitel Selapis Pipih (Ephitelium Simplex Squamosum)

5 3
4

Gambar 1.1 Preparat Mammal Kidney (Glomerulus). Perbesaran 40x10


(Sumber: Rahmawati, 2021)
(1) Epitel selapis pipih, (2) Tubulus ginjal, (3) Glomerulus, (4) Endothelium,
(5) Tubulus kontortus, (6) Kapsula Bowman

Deskripsi
Dalam rongga peritoneium, epitel selapis pipih berfungsi mengurangi
gesekan diantara organ-organ viseralis dengan menghasilkan cairan
pelumas dan transport cairan. Pada sistem kardiovaskuler, epitel atau
endotel memungkinkan transport cairan, nutrient, dan metabolit secara
pasif melewati dinding kapiler yang tipis. Di paru-paru, epitel selapis
pipih memungkinkan pertukaran atau transport gas yang efisien melalui
kapiler berdinding tipis dan alveoli. Endotel atau endothelium adalah
epitel selapis pipih yang menyusun dinding kapiler (Lisdiana, 2018).

1
Bab 1 Jaringan Epitel

Epitel Selapis Kubus (Ephitelium Simplex Kuboideum)

3
4

Gambar 1.2 Preparat Mammal Kidney (Tubulus Ginjal). Perbesaran 40x10


(Sumber: Rahmawati, 2021)
(1) Tubulus ginjal, (2) Epitel selapis kubus, (3) Membrana basalis, (4) Nukleus

Deskripsi
Epitel selapis kubus terdiri dari satu lapisan sel bulat atau kubus yang
melapisi lumen tubulus kontortus pada ginjal. Epitel selapis kubus
melapisi berbagai duktus di kelenjar dan organ, tempat lapisan ini
menutupi permukaan yang berfungsi memberi perlindungan dan
kekuatan. Pada ginjal, epitel ini berfungsi dalam transport dan
absorpsi bahan-bahan yang terfiltrasi (Lisdiana, 2018).

2
Bab 1 Jaringan Epitel

Epitel Selapis Silindris (Ephitelium Simplex Columnar)

4
1

5
6

Gambar 1.3 Preparat Duodenum. Perbesaran 40x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)


(1) Epitel selapis silindris, (2) Sel Goblet, (3) Jaringan ikat, (4) Vili, (5) Membrana
basalis, (6) Nukleus

Deskripsi
Epitel selapis silindris melapisi permukaan lambung. Sel-sel ini bersifat
sekretorik dan menghasilkan mucus. Mucus akan melindungi permukaan
lambung dan melindungi lapisannya dari sekresi lambung korosif yang
biasanya terdapat di lambung saat pengolahan dan pencernaan makanan.
Bentuk sel pada epitel selapis silindris adalah memanjang dan tersusun
atas selapis sel dengan inti berbentuk oval. Mucus pada lambung dan usus
dihasilkan oleh sel Goblet (Lisdiana, 2018).

3
Bab 1 Jaringan Epitel

Epitel Berlapis Pipih (Ephitelium Complex Squamosum)

A. Epitel berlapis pipih berkera n

3
1

6
2

Gambar 1.5 Preparat Kulit. Perbesaran 40x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)


(1) Epitel berlapis pipih berkeratin, (2) Jaringan ikat, (3) Stratum granulosum,
(4) Stratum spinosum, (5) Stratum basal, (6) Membrana basalis,

Deskripsi
Epitel berlapis pipih berkeratin terdapat pada telapak
tangan/kaki atau epidermis kulit. Lapisan terluar kulit terdiri
atas sel-sel mati yang disebut stratum korneum. Hal ini yang
menyebabkan telapak tangan/kaki tebal dan dibagian tubuh
lainnya lebih tipis (Lisdiana, 2018).

4
Bab 1 Jaringan Epitel

Epitel Berlapis Pipih (Ephitelium Complex Squamosum)


B. Epitel berlapis pipih tanpa kera n

1
3
4
5
7 6

Gambar 1.4 Preparat Esofagus. Perbesaran 40x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)


(1) Epitel berlapis pipih tanpa keratin, (2) Jaringan ikat, (3) Sel skuamosa, (4) Sel
polyhedral, (5) Sel basal, (6) Membrana basalis, (7) Papilla

Deskripsi
Pada epitel berlapis pipih, sel yang berbentuk pipih hanya sel-sel yang
terletak pada permukaan yang mengandung nukleus hidup, sedangkan sel-
sel yang dibawahnya bentuk selnya berubah. Epitel berlapis pipih tanpa
keratin/lapisan tanduk terdapat pada permukaan yang basah seperti
esofagus, vagina, dan cavum oris. Susunan selnya meliputi, sel basal yang
berbentuk kuboid atau silindris pendek terletak di bawah dekat membaran
basalis. Diatas sel basal teradapat sel polyhedral dengan inti bulat atau
lonjong. Lapisan sel di permukaan berupa sel skuamosa atau pipih. Adanya
papilla menyebabkan permukaan bawah epitel melekuk, sehingga
menimbulkan gambaran gelombang yang khas (Lisdiana, 2018).

5
Bab 1 Jaringan Epitel

Epitel Berlapis Kubus (Ephitelium Complex Cuboideum)

2
4
3
5

Gambar 1.6 Preparat Ovarium. Perbesaran 40x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)


(1) Epitel berlapis kubus, (2) Jaringan ikat, (3) Membrana basalis, (4) Zona
pellucida, (5) Oocyte, (6) Anthrum

Deskripsi
Epitel berlapis kubus memiliki distribusi yang terbatas dan hanya
terdapat pada organ tertentu. Permukaan sel berbentuk kubus, inti
terletak di tengah berbentuk ovoid/bulat. Sel kubus berlapis salah
satunya berada di dinding anthrum foliculi ovarii dan duktus
ekskretorius kelenjar liur. Epitel ini berperan dalam proses sekresi,
pelindung dari gesekan, dan penghasil mucus (Lisdiana, 2018).

6
Bab 1 Jaringan Epitel

Epitel Berlapis Silindris (Ephitelium Complex Columnar)

3
2

5
4

7
Bab 1 Jaringan Epitel

Gambar 1.7 Preparat Urethra. Perbesaran 40x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)


(1) Epitel berlapis silindris, (2) Jaringan ikat, (3) Membrana basalis, (4)
Nukleus, (5) Lumen

Deskripsi
Epitel berlapis silindris berfungsi untuk melindungi jaringan dan sel di
bawahnya serta melancarkan proses sekresi pada tubuh. Jaringan ini
hanya terdapat pada bagian urethra dan saluran kelenjar tertentu.
Terdapat lumen yang tetap tertutup, kecuali pada saat urin keluar. Pada
urethra yang dilapisi epitel berlapis silindris dengan beberapa kelenjar
mukosa kecil yang mengeluarkan lendir dan diikat ke dinding anterior
vagina oleh lapisan luar berupa jaringan ikat fibrosa (Lisdiana, 2018).

8
Bab 1 Jaringan Epitel

Epitel Berlapis Semu Silindris Bersilia


(Ephitelium Pseudocomplex)

Gambar 1.8 Preparat Trachea. Perbesaran 40x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)


(1) Epitel berlapis semu silindris bersilia (2) Nukleus,

Gambar 1.9 Preparat Epitel Berlapis Semu Silindris Bersilia. (Sumber: Mescher, 2010)
(link: http://blogkputih.blogspot.com/2012/02/histologijaringan-epitel.html)

9
Bab 1 Jaringan Epitel

Deskripsi
Epitel berlapis semu silindris bersilia memiliki inti yang lebih
dalam berasal dari sel basal yang pendek. Epitel ini melapisi saluran
pernafasan atas, misalnya pada trakea dan bronki. Pada jenis epitel ini
sel-selnya membentuk beberapa lapisan, karena sel-sel epitelnya
mempunyai bentuk dan ketinggian berbeda dan tidak semua selnya
mencapai permukaan. Oleh karena itu, epitel ini kelihatannya berlapis
sehingga disebut epitel berlapis semu.
Pada bagian yang lebih dalam dari jaringan ikat, terdapat kelenjar
asinus mukosa dan asinus serosa. Kelenjar-kelenjar tersebut
menghasilkan sekret yang membasahi saluran pernafasan. Epitel ini juga
mengandung sel Goblet dan sel bersilia. Sel bersilia membantu
membersihkan udara yang masuk dan mengalirkan mucus yang
dihasilkan sel Goblet dan partikel halus melalui permukaan sel ke rongga
mulut untuk dikeluarkan (Lisdiana, 2018).

10
Bab 1 Jaringan Epitel

Epitel Transisional (Ephitelium Transisionale)

2
3

Gambar 1.10 Preparat Vesica Urinaria. Perbesaran 40x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)
(1) Epitel transisional, (2) Membrana basalis, (3) Jaringan ikat

Gambar 1.11 Preparat Epitel Transisional. (Sumber:Mescher, 2010)


(link: http://blogkputih.blogspot.com/2012/02/histologijaringan-epitel.html)

11
Bab 1 Jaringan Epitel

Deskripsi
Epitel transisional adalah epitel peralihan yang berubah bentuknya,
tergantung dari keadaan ruangan organ yang dibatasi. Epitel berubah
bentuknya sebagai respon terhadap peregangan, akibat akumulasi
cairan atau mengkerut saat mengeluarkan urin. Epitel ini terdapat pada
saluran kemih yaitu dari calycs renalis sampai urethra dan vesica
urinaria. Susunan sel pada epitel ini dibagi menjadi sel paling basal
(bawah) berbentuk kuboid/silindris, lapisan sel diatasnya berbentuk
polyhedral, dan di atasnya lagi berbentuk labu atau seperti bola lampu
dengan bagian bulat menuju ke arah permukaan. Lapisan teratas
berbentuk cembung dan berukuran besar mirip payung tanpa tangkai
(Lisdiana, 2018).

12
Bab 2 Kelenjar

Kelenjar Uniseluler (Glandula Exocrine Unicellularis)

Gambar 2.1 Preparat Duodenum. Perbesaran 40x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)


(1) Sel Goblet (sebagai kelenjar uniseluler)

Deskripsi
Kelenjar uniseluler terdiri atas satu sel sekretoris. Contohnya adalah
sel Goblet. Sel Goblet menghasilkan musin (lendir) berupa
glikoprotein, jika airnya diambil musin akan berubah menjadi
mucus. Sel Goblet ditemukan di epitel usus halus, usus besar, dan
saluran pernafasan. Kelenjar uniseluler termasuk kelenjar eksokrin,
dimana kelenjar ini melepaskan hasil sekretnya melalui suatu saluran
atau ductus (Lisdiana, 2018).

13
Bab 2 Kelenjar

Kelenjar Sudorifera dan Sebacea

Gambar 2.2 Preparat Kulit. Perbesaran 100x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)


(1) Folikel rambut, (2) Kelenjar sebacea/minyak, (3) Kelenjar sudorifera
(keringat)

Deskripsi
Kelenjar sudorifera/keringat dan kelenjar sebacea/minyak
termasuk kelenjar multiseluler. Kelenjar multiseluler ditandai
dengan adanya bagian sekretorik, yaitu bagian yang menyekresi
suatu produk. Kelenjar sudorifera termasuk dalam kelenjar
tubulosa bergelung, yaitu memiliki duktus yang panjang dan tidak
bercabang dan bagian sekretorius bergelung serta termasuk dalam
kelenjar apokrin, yaitu sebagian dari sel sekretorik merupakan
produk sekretori. Kelenjar sebacea/minyak termasuk dalam
kelenjar tubulosa bercabang dan kelenjar holokrin. Kelenjar
holokrin adalah kelenjar yang sel-selnya sendiri menjadi produk
sekretorik (Lisdiana, 2018).

14
Bab 2 Kelenjar

Kelenjar Tubular Simplek Bercabang

Gambar 2.3 Preparat Phylorus Ventriculus. Perbesaran 100x10


(Sumber: Rahmawati, 2021)
(1) Epitel permukaan (epitel selapis silindris), (2) Pars sekretorius

Deskripsi
Kelenjar eksokrin tubular simplek bercabang terdapat di lambung.
Dinamakan kelenjar tubular karena bagian ujiang sekretorik
berbentuk tubular atau tabung. Pada bagian fundus dan korpus
lambung, kelenjar ini dilapisi oleh sel-sel kolumnar/silindris yang
dimodifikasi khusus untuk menyekresi HCl dan precursor enzim
proteolitik pepsin (Lisdiana, 2018).

15
Bab 2 Kelenjar

Kelenjar Campuran (Eksokrin dan Endokrin)

1
3

Gambar 2.4 Preparat Pankreas. Perbesaran 40x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)


(1) Kelenjar eksokrin (2) Kelenjar endokrin, (3) Ductus ekskretorius

Deskripsi
Pankreas memperlihatkan suatu kelenjar campuran dengan bagian
eksokrin dan endokrin. Dinamakan kelenjar campuran karena
kelenjar eksokrin dan endokrin berada dalam organ (kelenjar) yang
sama. Pankreas eksokrin terdiri dari banyak asinus sekretorik yang
menyalurkan sekretnya ke dalam ductus ekskretorius yang dilapisi
oleh epitel selapis kuboid dan dikelilingi oleh satu lapisan jaringan
ikat. Sedangkan pankreas endokrin yaitu insula pancreatica (Insula
Langerhans) menyalurkan sekretnya tidak melalui ductus
melainkan melalui banyak pembuluh darah (Lisdiana, 2018).

16
Bab 3 Jaringan Ikat

Pengelompokan Jaringan Ikat

Jaringan Ikat Jaringan Ikat


Jaringan Ikat Jaringan Ikat Jaringan Ikat
Seja enyokong
PPenyokong Penghubung Penyimpan Nutrisi

Jaringan Tulang
Rawan Jaringan Darah Jaringan Lemak
Jaringan Ikat Jaringan Ikat
Longgar Padat
Jaringan Tulang
Keras

Jaringan Ikat Padat dak Teratur

Jaringan Ikat Padat Teratur

Jaringan Ikat Padat Teratur

17
3.1 Jaringan Ikat Seja

Jaringan Ikat Longgar

Gambar 3.1 Preparat Jaringan Ikat Longgar (Sumber: Eroschenko, 2008)


(link: https://www.easynotecards.com/notecard_set/89047)

Gambar 3.2 Preparat Jaringan Ikat Longgar dengan Pembuluh Darah


dan Sel Adipose (Sumber: Eroschenko, 2008)
(link: https://www.easynotecards.com/notecard_set/89047)

18
3.1 Jaringan Ikat Seja

Deskripsi
Jaringan ikat longgar berkembang dari mesenkim pada janin.
Jaringan ikat longgar relatif mempunyai banyak sel, lunak, dan
dapat berubah. Serabut-serabut tersusun agak longgar dan saling
membentuk anyaman dan berjalan ke segala arah dengan banyak
subtantia dasar. Jaringan ikat longgar terdapat banyak, terutama
dalam bentuk lapisan bawah kulit dan lamina propia pada
sejumlah organ berongga. Jaringan ikat longgar juga banyak
ditemukan di lapisan papila dermis, di dalam lapisan serosa
cavum peritoneum dan pleura, serta di dalam kelenjar dan
membran mukosa. Jaringan ini mempunyai konsistensi lunak,
fleksibel, dan kurang tahan terhadap tekanan. Pada jaringan ikat
longgar, banyak ditemukan serabut kolagen, fibroblast, sel
adipose, sel mast, dan makrofag. Komponen sel yang paling
banyak adalah sel fibroblast dan makrofag (Lisdiana, 2018).

19
3.1 Jaringan Ikat Seja

Jaringan Ikat Padat dak Teratur

Gambar 3.3 Preparat Jaringan Ikat Padat tidak Teratur. Pewarnaan HE


(Sumber: Eroschenko, 2008)
(link: https://www.gurupendidikan.co.id/wp-content/uploads/2018/08/Jaringan-Ikat-Padat-Tidak-Teratur.jpg)

Deskripsi
Jaringan ikat padat tidak teratur menampakkan orientasi yang acak
dan tidak teratur. Serabut kolagen tersusun dalam berkas tanpa
arah. Serabut kolagen membentuk seperti jala tiga dimensi di
dalam jaringan dan memberikan resistensi yang memadai terhadap
stress dari semua arah. Jaringan ikat padat tidak teratur dijumpai
pada dermis kulit (Lisdiana, 2018).

20
3.1 Jaringan Ikat Seja

Jaringan Ikat Padat Teratur

Gambar 3.4 Preparat Jaringan Ikat Padat Teratur. Pewarnaan HE


(Sumber: Eroschenko, 2008)
(link: https://www.easynotecards.com/notecard_set/89047)

Deskripsi
Jaringan ikat padat teratur terdapat di ligamentum dan tendon. Pada
tendon, sebagian serabut kolagennya teregang dan sebagian
mengendur. Serabut kolagen tersusun dalam berkas padat dan sejajar.
di antara fasciculus collageni terdapat sekat tipis jaringan ikat longgar
yang mengandung fibroblast dalam deretan parallel. Fibroblas
memiliki cabang pendek dan lonjong. Jika tendon teregang, fasciculus
collagen akan terlihat berombak. Jaringan ikat padat tidak teratur
dengan susunan serabut yang kurang teratur daripada tendon yang
mengelilingi dan memisahkan fasciculus collagen disebut juga
jaringan ikat interfasikularis (Lisdiana, 2018)

21
3.2 Jaringan Ikat Penyokong

Tulang Rawan Hialin (Hyaline Car lage)

3
1

2 4

Gambar 3.5 Preparat Tulang Rawan Hialin. Perbesaran 40x10 (Sumber: Rahmawati, 2021)
(1) Perikondrium, (2) Lapisan kondrogenik, (3) Lacuna, (4) Kondrosit, (5) Matriks,
(6) Grup Isogen

Gambar 3.6 Preparat Tulang Rawan Hialin dan Struktur Sekitar : di Trakea.
Pewarnaan HE (Sumber: Eroschenko, 2008)
(link:http://blogkputih.blogspot.com/2012/02/histologijaringan-tulang-dan-kartilago.html)

22
3.2 Jaringan Ikat Penyokong

Deskripsi
Jaringan tulang rawan dikategorikan sebagai jaringan
pengikat penyokong. Pada permukaan jaringan tulang rawan
terdapat jaringan ikat fibrosa yang dinamakan perikondrium,
kecuali pada permukaan sendi. Sel pada jaringan tulang rawan
dinamakan kondrosit yang terdapat dalam ruangan kecil dan
dibatasi matriks yang dinamakan lacuna. Tulang rawan hialin
adalah jenis tulang rawan yang paling banyak ditemukan. Terdapat
lapisan kondrogenik di sebelah dalam yang menghasilkan
kondroblas yang kemudian berdiferensiasi menjadi kondrosit.
Kondrosit tersebar pada matriks, ada pula kondrosit yang
bergerombol dalam satu lacuna yang disebut grup Isogen (Lisdiana,
2018)
Tulang rawan hialin adalah tulang rawan yang mengandung
kondroblas dan kolagen. Warnanya putih kebiruan dan transparan.
Tulang rawan hialin merupakan bagian terbesar dari kerangka
embrio dan terdapat di laring, trakea, dan tulang dada. Fungsinya
adalah untuk memberi kekuatan, menyokong rangka embrionik,
dan membantu pergerakan. Tulang rawan hialin merupakan tulang
rawan yang paling banyak terdapat di dalam tubuh (Pratiwi, 2007).

23
3.2 Jaringan Ikat Penyokong

Tulang Rawan Elas k (Car lago Elas c)

Gambar 3.7 Preparat Tulang Rawan Elastik : di Epiglotis. Pewarnaan perak


(Sumber: Eroschenko, 2008)
(link: http://blogkputih.blogspot.com/2012/02/histologijaringan-tulang-dan-kartilago.html)

Deskripsi
Tulang rawan elastik adalah tulang rawan yang strukturnya
lebih lentur. Terdapat serat elastin berwarna kuning dan
perikondrium. Fungsi utama tulang rawan elastik adalah
sebagai pemberi fleksibilitas dan penyokong. Tulang ini
terdapat pada embrio, laring, daun telinga, epiglotis, dan bagian
luar telinga (Pratiwi, 2007).

24
3.2 Jaringan Ikat Penyokong

Tulang Rawan Fibrosa (Fibrocar lage)

Gambar 3.8 Preparat Tulang Rawan Fibrosa: pada Diskus Intervertebralis.


Pewarnaan HE (Sumber: Eroschenko, 2008)
(link: http://blogkputih.blogspot.com/2012/02/histologijaringan-tulang-dan-kartilago.html)

Deskripsi
Tulang rawan fibrosa adalah tulang rawan yang lebih kokoh dan
fleksibel. Jaringan ini berfungsi untuk memberikan proteksi dan
penyokong. Warnanya gelap dan keruh. Tulang rawan fibrosa
merupakan tulang rawan yang paling kuat. Tulang rawan fibrosa
terdapat pada tulang belakang dan tendon (Pratiwi, 2007).

25
3.2 Jaringan Ikat Penyokong

Tulang Keras non-Dekalsifikasi


(Human Bone Undecalsified)

1
3
2

5
6

Gambar 3.9 Preparat Tulang Keras Undecalsified. Perbesaran 40x10.


(Sumber: Rahmawati, 2021)
(1) Sistem Havers/Osteon, (2) Kanalikuli, (3) Lacuna (berisi osteosit),
(4) Kanal/Saluran Havers, (5) Lamella konsentris, (6) Lamella interstisial

Deskripsi
Bone Undecalsified adalah jaringan tulang keras yang tidak
mengalami dekalsifikasi, sehingga di dalam lacuna berisi
osteosit/sel-sel tulang yang mengandung kalsium. Setiap satuan sel
osteosit akan mengelilingi suatu sistem syaraf dan pembuluh darah
sehingga membentuk Sistem Havers. Kanalis sentralis (Havers)
dikelilingi oleh lamella konsentris dengan lacuna dan kanalikuli
yang mengarah keluar. Kanalis sentralis (Havers) mengandung
jaringan ikat retikular, pembuluh darah dan syaraf. Diantara osteon
terdapat lamella interstisial (Lisdiana, 2018).

26
3.2 Jaringan Ikat Penyokong

Tulang Keras Dekalsifikasi


(Human Bone Decalsified)

1
3

2
6

Gambar 3.10 Preparat Tulang Keras Decalsified. Perbesaran 40x10


(Sumber: Rahmawati, 2021)
(1) Lacuna, (2) Kanalikuli, (3) Kanal/Saluran Havers (4) Lamella
konsentris, (5) Lamella interstisial, (6) Sistem Havers/Osteon

Deskripsi
Bone Decalsified adalah jaringan tulang keras yang mengalami
dekalsifikasi sehingga lakunanya kosong karena osteositnya hilang.
Dekalsifikasi adalah proses penghilangan ion kalsium dalam
jaringan tulang dengan bahan kimia sehingga tulang menjadi lunak,
dan dapat dilakukan pembuatan preparat histologi untuk
pengamatan mikroskopis tulang (Sangeetha, 2013).

27
3.3 Jaringan Ikat Penghubung

Jaringan Darah
(Sel Darah Merah/Eritrosit)

4
2

Gambar 3.11 Preparat Apus Darah Manusia. Perbesaran 100x10


(Sumber: Rahmawati, 2021)
(1) Eritrosit, (2) Neutrofil, (3) Eosinofil, (4) Limfosit

Deskripsi
Jaringan darah merupakan jaringan ikat penghubung karena
menghubungkan seluruh bagian tubuh secara sistemik. Darah
adalah bentuk khusus jaringan ikat, karena terdiri dari unsur sel dan
substansi interseluler berbentuk cairan (plasma). Sel darah pada
gambar di atas meliputi eritrosit dan leukosit. Eritrosit memiliki
ciri-ciri yaitu, berbentuk cakram bikonkaf, tidak berinti,
mengandung hemoglobin (Hb) sebagai pengikat oksigen dengan
molekul besi di dalamnya. Pada manusia berjumlah sekitar 5 x 106.
Pada manusia rentang usia eritrosit sekitar 120 hari, sehingga sel
yang sudah tua disingkirkan dari darah dan difagositosis oleh
makrofag di limpa, hati, dan sumsum tulang (Lisdiana, 2018).

28
3.3 Jaringan Ikat Penghubung

Jaringan Darah
(Sel Darah Pu h/Leukosit dan Trombosit)

Gambar 3.12 Macam-Macam Leukosit (Sumber: Mescher, 2010)


(link: http://blogkputih.blogspot.com/2012/02/hitologi-darah.html)

1 2 3

Gambar 3.13 Macam-Macam Leukosit Granulosit (Sumber: Mescher, 2010)


(1) Basofil, (2) Eosinofil, (3) Neutrofil
(link: http://blogkputih.blogspot.com/2012/02/hitologi-darah.html)

1 2

Gambar 3.14 Macam-Macam Leukosit Agranulosit (Sumber: Mescher, 2010)


(1) Monosit, (2) Limfosit, (3) Trombosit
(link: http://blogkputih.blogspot.com/2012/02/hitologi-darah.html)

29
3.3 Jaringan Ikat Penghubung

Deskripsi
Leukosit dibagi menjadi 2, yaitu granulosit dan agranulosit.
Granulosit mengandung granula sitoplasma meliputi basofil, eosinofil, dan
neutrofil. Sedangkan agranulosit merupakan sel yang tidak memiliki granula
sitoplasma meliputi monosit dan limfosit. Peranan leukosit dalam tubuh
adalah sebagai agen pertahanan tubuh. Leukosit merupakan satu-satunya sel
darah yang memiliki nukleus (Lisdiana, 2018).
Trombosit unsur terkecil yang merupakan sisa sitoplasma sel
megakariosit yang tidak berinti. Trombosit berperan dalam mekansime
pembekuan darah.

Deskripsi

Basofil memiliki sitoplasma yang mengandung granula biru tua atau


coklat dengan inti berwarna pucat berbentuk seperti huruf S. Jumlah basofil
dalam darah < 1%. Basofil memiliki peranan untuk memberikan reaksi pada
alergi dan antigen.
Eosinofil memiliki sitoplasma dengan granula besar merah muda, inti
berlobus dua, dan jumlah sekitar 2-4%. Eosinofil merupakan sel fagositik
dengan afinitas khusus terhadap kompleks antigen-antibodi yang terbentuk
di jaringan pada kondisi alergi.
Neutrofil memiliki sitoplasma yang jernih, inti mengandung
beberapa lobus 3-4 lobus. Jumlah neutrofil sekitar 60-70%. Neutrofil
merupakan fagosit yang sangat aktif, tertarik pada benda asing oleh faktor
kemotaktik, dan menghancurkan material yang ditelan dengan enzim
lisosom.
Monosit membentuk 3-8% leukosit darah. Monosit adalah leukosit
agranular terbesar yang ditandai oleh inti bentuk tapal kuda. Hidup dalam
jaringan ikat dimana tempat sel menjadi fagosit kuat, dan merupakan bagian
sistem fagosit monokuler.
Limfosit penting untuk pertahanan imunologik organisme. Bila
dirangsang oleh antigen spesifik, sebagian limfosit berdiferensiasi menjadi
sel plasma di jaringan ikat dan menghasilkan antibodi untuk melwan bakteri,
virus, jamur, dll (Lisdiana, 2018).

30
3.4 Jaringan Ikat Penyimpan Nutrisi

Jaringan Lemak Pu h
(White Adipose Tissue)

Gambar 3.15 Jaringan Lemak Putih (Sumber: Mescher, 2010)


(link: https://slideplayer.com/slide/6895514/)

1 4

5
2

Gambar 3.16 Preparat Jaringan Lemak Putih (Sumber: Mescher, 2010)


(link: http://medcell.med.yale.edu/histology/connective_tissue_lab/white_adipocytes.php)

(1) Nukleus, (2) Membran sel, (3) Area penyimpan lemak (sel-sel lemak
unilokularis), (4) Pembuluh darah, (5) Sitoplasma

31
3.4 Jaringan Ikat Penyimpan Nutrisi

Jaringan Lemak Coklat


(Brown Adipose Tissue)

brown adipose tissue

Gambar 3.17 Jaringan Lemak Coklat (Sumber: Mescher, 2010)


(link: https://embryology.med.unsw.edu.au/)

Deskripsi
Jaringan lemak putih disebut juga jaringan lemak unilokularis,
karena selnya hanya berisi setets lemak yang besar. Lemak putih atau
disebut juga lemak kuning karena mengandung karoten. Sel lemak
unilokularis sangat besar dengan inti bulat yang menyimpan lemak dalam
suatu butiran besar. Lemak yang disimpan di jaringan adiposa adalah
trigliserida. Jaringan lemak putih tersebar luas di tubuh daripada jaringan
lemak coklat (Lisdiana, 2018).
Jaringan lemak coklat berukuran lebih kecil dan menyimpan lemak
dalam bentuk butiran kecil. Lemak coklat ditemukan pada semua mamalia
dan paling banyak saat hibernasi. Fungsi utama lemak coklat adalah
menghangatkan tubuh. Jaringan lemak coklat jumlahnya berkurang secara
bertahap sesuai pertambahan usia, dan terutama ditemukan di sekitar
kelenjar adrenal, pembuluh besar, dan daerah leher (Lisdiana, 2018).

32
Bab 4 Jaringan Otot

Jaringan Otot Lurik/Rangka


(Skeletal Muscle Tissue)

1
2
4

Gambar 4.1 Penampang Membujur Jaringan Otot Lurik. Perbesaran 40x10


(Sumber: Rahmawati, 2021)

Gambar 4.2 Penampang Melintang Jaringan Otot Lurik. Perbesaran 40x10


(Sumber: Rahmawati, 2021)

Gambar 4.1 dan 4.2 Preparat Jaringan Otot Lurik/Rangka


(1) Cross-striation (Garis gelap terang), (2) Nukleus, (3) Endomysium,
(4) Serabut otot, (5) Perymisium, (6) Myofibril

33
Bab 4 Jaringan Otot

Deskripsi

Sebagian besar melekat dan mengggerakkan rangka, sehingga disebut


juga otot rangka. Berbentuk serabut, dengan multinukelus dimana
nukelus terletak di tepi. Filamen aktin dan myosin membentuk pola
cross striation (garis gelap terang) yang nyata. Otot dikelilingi oleh
jaringan ikat epymisium. Terdapat gurat melintang, sehingga disebut
juga otot melintang. Serabut otot dikelilingi oleh jaringan ikat
endomysium. Termasuk otot volunteer, berada di bawah kontrol
kesadaran (Lisdiana, 2018).

34
Bab 4 Jaringan Otot

Jaringan Otot Polos


(Smooth Muscle Tissue)

Gambar 4.3 Jaringan Otot Polos (Sumber: Mescher, 2010)


(link: http://blogkputih.blogspot.com/2012/02/histologijaringan-otot.html)

Gambar 4.4 Penampang Membujur Duodenum. Perbesaran 40x10


(Sumber: Rahmawati, 2021)
(1) Otot sirkuler, (2) Otot longitudinal

35
Bab 4 Jaringan Otot

Deskripsi
Ditemukan di organ dan pembuluh darah. Mengandung filamen aktin
dan myosin tanpa cross striation. Berbentuk gelendong dan mengandung
satu nucleus yang terletak di tengah filamen aktin dan myosin tidak
memperlihatkan susunan teratur dan tidak terdapat serabut melintang.
Berkontraksi dengan refleks atau bekerja secara tidak sadar (involunter)
karena rangsangannya melalui syaraf otonom. Protoplasmanya terususn
atas myofibril yang homogeny (Lisdiana, 2018)

36
Bab 4 Jaringan Otot

Jaringan Otot Jantung


(Cardiac Muscle Tissue)

Gambar 4.5 Jaringan Otot Jantung (Sumber: Mescher, 2010)


(link: http://blogkputih.blogspot.com/2012/02/histologijaringan-otot.html)

2 3

Gambar 4.6 Preparat Otot Jantung. Perbesaran 40x10


(Sumber: Rahmawati, 2021)
(1) Endomysium, (2) Nukleus, (3) Serabut otot jantung

37
Bab 4 Jaringan Otot

Deskripsi
Terletak di jantung dan pembuluh besar yang melekat pada jantung. Cross
striation aktin dan myosin membentuk stria I, A, dan linea Z yang serupa
dengan otot rangka. Bentuk serabut bercabang, dengan satu atau dua
nucleus yang terletak di tengah. Sel-sel otot jantung dihubungkan ujung
ke ujung oleh kompleks taut interdigitasi khusus yang disebut diskus
interkalaris. Reticulum sarkoplasma kurang berkembang. Tubulus Z
terletak di linea Z, lebih besar daripada otot rangka. Serabut otot jantung
lebih pendek dari otot rangka. Memperlihatkan ototritmisitas, suatu
kemampuan untuk menghasilkan impuls/rangsangan secara spontan.
Bekerja secara involunter (tak sadar) karena rangsangan syaraf otonom.
Sistem syaraf otonom mempersyarafi jantung dan mempengaruhi
kecepatan denyut jantung serta tekanan darah (Lisdiana, 2018).

38
Bab 5 Jaringan Syaraf

Jaringan Syaraf (Nervous Tissue)

Gambar 5.1 Preparat jaringan syaraf (Sumber: Mescher, 2010)


(link: https://id.pinterest.com/pin/)
(1) Badan sel, (2) Nukleus, (3) Dendrit, (4) Neuroglia, (5) Akson

Gambar 5.2 Macam-macam astrosit (Sumber: Mescher, 2010)


(link: https://de.slideshare.net/birosmsFAunbrah/neuroglia-baru)

39
Bab 5 Jaringan Syaraf

Gambar 5.3 Oligodendrosit otak. Pewarnaan: impregnasi perak (Sumber:Eroschenko, 2008)


(link: http://repository.usu.ac.id)

Gambar 5.4 Mikroglia otak. Pewarnaan: metode Hortega (Sumber:Eroschenko, 2008)


(link: http://repository.usu.ac.id)

40
Bab 5 Jaringan Syaraf

Gambar 5.5 Sel Ependimal pada kanalis sentralis medula


spinalis. Pewarnaan: HE (Sumber:Mescher, 2010)
(link: http://repository.usu.ac.id)

Deskripsi
Jaringan syaraf mempunyai kemampuan untuk mengubah
stimulus dari lingkungan menjadi impuls, dan selanjutnya
menghantarkan pesan tersebut ke pusat syaraf atau sebaliknya. Di dalam
jaringan syaraf terdapat dua macam sel syaraf, yaitu neuron dan
neuroglia. Neuron adalah sel syaraf yang mempunyai kemampuan
menghantarkan impuls, sedangkan neuroglia tidak memiliki
kemampuan tersebut dan lebih berfungsi untuk menyokong kehidupan
neuron. Neuron terdiri dari badan sel, dendrit yang merupakan tonjolan
sitoplasma, dan akson.
Neuroglia ada 4 jenis, yaitu astrosit, oligodendrosit, mikroglia,
dan ependimal. Astrosit adalah sel bercabang, inti besar, dan memiliki
fungsi untuk membantu pertukaran metabolik dan reservoir kadar
neurotransmitter. Ada 2 jenis astrosit, yaitu astrosit protoplasmik dan
fibrosa. Oligodendrosit memiliki ukuran lebih kecil dari astrosit dan
cabang sitoplasma sediki, berfungsi sebagai penghasil myelin. Mikroglia
adalah neuroglia terkecil dan bersifat fagositik. Sel ependimal adalah sel
epitel kolumnar pendek yang melapisi ventrikel otak (Lisdiana, 2018)

41
DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko, V. P. 2008. diFiores’s Atlas of Histology with Functional Correlations.
11th ed. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins.
Lisdiana., Utami, N. R., & Nugrahaningsih. 2018. Diktat Asistensi Struktur Jaringan
Hewan 1. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Mescher, A. L. 2010. Junqueira's Basic Histology Text & Atlas. 12th ed. New York: Mc
Graw-Hill Professional.
Pratiwi, D. A., Maryati, S., Srikini., Suharno., & Bambang, S. 2007. Biologi SMA Jilid 2
untuk Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sangeetha, R., Uma, K., & Chandavarkar, V. 2013. Comparison of Routine Decalcification
Methods with Microwave Decalcification of Bone and Teeth. Journal of Oral and
Maxillofacial Pathology, 17(3): 386-391.

42
INDEKS
A Fibroblas, 19, 21 N
Absorpsi, 2 Fibrosa, 23, 25 Neuroglia, 39
Adiposa, 18, 19, 31, 32 Neutrofil, 29, 30
Akson, 39
Anthrum, 6 G
Glomerulus, 1 O
Apokrin, 14 Oligodendrosit, 40
Astrosit, 41 Osteon, 26, 27
H
Osteosit, 26, 27
B Havers, 26, 27
Otot jantung, 37
Basal, 4, 10 Hialin, 22, 23
Otot lurik, 33
Basofil, 29, 30 Holokrin, 14
Otot polos, 35

D I
P
Dendrit, 39 Interfasikularis, 21
Papilla, 4
Duktus, 2, 16 Isogen, 22, 23
Perikondrium, 22, 23, 24
Peritoneium, 1, 19
E K Perymisium, 34
Eksokrin, 16 Kanalikuli, 26, 27 Polyhedral, 4, 12
Elastik, 24 Kapsula Bowman, 1
Endokrin, 16 Kelenjar sebacea, 14 S
Endomysium, 34 Kelenjar sudorifera, 14 Sekretorik, 3, 14, 15, 16
Endothelium, 1 Kelenjar uniseluler, 13 Sel Goblet, 3, 10, 13
Eosinofil, 29, 30 Kondrogenik, 22, 23 Silia, 10
Ependimal, 41 Kondrosit, 22, 23 Skuamosa, 4
Epitel berlapis kubus, 6 Stratum basal, 5
Epitel berlapis pipih, 4 L Stratum granulosum, 5
Lacuna, 22, 23, 26 Stratum korneum, 5
Epitel berlapis semu silindris bersilia, 9
Langerhans, 16 Stratum spinosum, 5
Epitel berlapis silindris, 7
Leukosit, 29, 30
Epitel selapis kubus, 2
Ligamentum, 21
Epitel selapis pipih, i, 1 T
Limfosit, 29, 30
Epitel selapis silindris, 3 Tendon, 21
Epitel transisional, 11 Trombosit, 29, 30
Eritrosit, 28 M Tubulus, 1
Makrofag, 19
Mikroglia, 40
F U
Monosit, 29, 30
Fasciculus collagen, 21 Unilokularis, 31
Mucus, 3, 6, 13

43

Anda mungkin juga menyukai