Analisis Usaha Ternak Sapi Potong Dan Optimalisasi Usaha Peternakan Berbasis Sistem Agribisnis Di Jawa Tengah
Analisis Usaha Ternak Sapi Potong Dan Optimalisasi Usaha Peternakan Berbasis Sistem Agribisnis Di Jawa Tengah
DISERTASI
Oleh :
TITIK EKOWATI
08/276234/SPN/00359
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
i
ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG
DAN OPTIMALISASI USAHA PETERNAKAN
BERBASIS SISTEM AGRIBISNIS DI JAWA TENGAH
Dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Program Pasca Sarjana
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Pada tanggal : 21 September 2012
Oleh :
TITIK EKOWATI
08/276234/SPN/00359
Lahir
di Yogyakarta
ii
RINGKASAN
I. PENDAHULUAN
Usaha ternak sapi potong merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha yang
banyak ditekuni masyarakat di Jawa Tengah. Makna yang terkandung dalam usaha
tersebut adalah bagaimana usaha ternak sapi potong dijalankan oleh peternak guna
mendapatkan hasil yang lebih baik, baik dari sisi pendapatan maupun skala usaha.
korelasi dan hubungan sinergis dengan usaha pertanian khususnya tanaman pangan,
mengingat limbah pertanian secara substansi merupakan bahan baku (pakan) dari usaha
ternak. Salah satu kebijakan dalam pengembangan pertanian lahan kering adalah pola
dari komoditas ternak dan terciptanya peluang penanaman modal. Langkah yang dapat
ditempuh antara lain dengan mendekatkan aspek komoditas pada sistem agribisnis.
komoditas yang memiliki nilai komersial yang ditangani oleh rakyat banyak.
1
Pembangunan pertanian (dalam arti luas) dengan pendekatan agribisnis merupakan
sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pasca panen dan subsistem pemasaran).
Konsep ini mempunyai arti, bahwa pembangunan pertanian harus berorientasi pasar dan
tidak lagi sekedar berproduksi. Sehingga pembangunan usaha peternakan rakyat dengan
lain dalam pembangunan tersebut kecuali jika salah satu system agribisnis belum ada
sapi, terus meningkat. Rata-rata laju peningkatan konsumsi daging sapi antara Tahun
2005 – 2009 mencapai 5,43% dibandingkan dengan laju peningkatan produksi sapi
potong sebesar 3,69%, maka dalam jangka panjang diperkirakan akan terjadi
kekurangan produksi akibat adanya pengurasan ternak sapi yang berlebihan (Priyanto,
2005).
sumberdaya lokal yang ada dan dapat dipergunakan sebagai indikator pengembangan
2
II. TUJUAN PENELITIAN
2. a. Menganalisis produksi usaha ternak sapi potong dan faktor yang mempengaruhi
nya
mempengaruhinya
yang mempengaruhinya
Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas beberapa subsistem yang
terorganisir sebagai suatu totalitas. Kegiatan agribisnis merupakan suatu sistem aktivitas
yang dimulai dari hulu sampai hilir. Berdasarkan aktivitas tersebut, maka kondisi aktual
penerapan agribisnis yang terdiri atas 4 (empat) subsistem yang merupakan obyek atau
3
subsistem proses produksi (usahatani/ternak), 3) subsistem penanganan pasca panen dan
yang berkesinambungan mulai dari hulu sampai hilir, sehingga dapat dikatakan
keberhasilan dari sistem agribisnis sangat tergantung dari kemajuan yang dicapai dari
yang terdiri atas aktivitas produksi, aktivitas konsumsi dan aktivitas jasa tenaga kerja.
Semua aktivitas tersebut merupakan satu kesatuan sehingga rumahtangga petani tidak
dapat dipandang sebagai konsumen murni karena ada sebagian hasil produksi yang
dikonsumsi dan sebagian dijual sebagai bahan modal. Begitu pula dalam penggunaan
tenaga kerja, petani-peternak, tenaga kerja dapat berasal dari dalam keluarga ataupun
dari luar keluarga. Dengan demikian rumahtangga petani dapat dikatakan sebagai
penggunaan lahan, tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga untuk
berproduksi pada usahataninya sendiri, disebut dengan istilah rumahtangga petani, (b)
sebagai upah, disebut dengan rumahtangga tenaga kerja, (c) rumahtangga petani dan
rumahtangga kerja mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan utilitas, (d)
4
rumahtangga petani memaksimumkan utilitas melalui pengalokasian waktu dengan
bekerja dan menikmati waktu luang untuk mengkonsumsi hasil produksi usahatani
Model rumahtangga petani oleh Nakajima yang dikembangkan oleh Sing et al.
diperoleh dari beragam komoditi. Pada kondisi ini waktu santai dianggap sebagai bentuk
konsumsi. Oleh karena itu, rumahtangga tidak hanya mengkonsumsi komoditi fisik,
tetapi juga waktu. Model rumahtangga pertanian menurut Sing et al. (1986) dinyatakan
Fungsi kepuasan memiliki sifat meningkat seiring dengan bertambahnya konsumsi atas
komoditi, namun dengan tingkat perubahan yang menurun. Berdasarkan persamaan (1)
yang diproduksi sendiri (Xa), komoditi yang dibeli di pasar (Xm) dan waktu santai (X1).
potensial merupakan kendala yang bersifat endogen, secara matematis dinyatakan dalam
persamaan:
(pmXm) sama dengan pendapatan potensial (Y*). Pm, pa dan W merupakan harga
komoditi pasar, harga komoditi sendiri dan tingkat upah. Qa, L, F, V dan Z adalah
5
jumlah produksi rumahtangga, tenaga kerjam tenaga kerja keluarga, tenaga kerja luar
keluarga, harga input produksi variabel non kerja dan input produksi variabel non kerja
(input produksi lain). Pa dalam model Sing et al. (1986) sama dengan Px pada model
Nakajima (1970).
3.3. Produksi
al., 1986) dimana bentuk implisit fungsi produksi dinyatakan pada persamaan:
Rumahtangga dianggap menghasilkan satu komoditi (Q a) atas penggunaan input (L) dan
Fungsi produksi model Cobb Douglas dapat digunakan sebagai alat analisis
matematis fungsi produksi model Cobb Douglas dapat diformulasikan sebagai berikut :
m n
Ln Y = Ln A + ∑α1 ln X1 + ∑βj Ln Zj ………………………………. (5)
i-1 j=1
Keterangan :
Y = produk
A = intercept
Xi = faktor produksi variabel
Zj = faktor produksi tetap
α, β = koefisien regresi
α, β = koefisien regresi
6
3.4. Alokasi Waktu
dalam rumahtangga tani. Waktu yang dialokasikan untuk santai dan bekerja sama
dengan total sumberdaya yang dimiliki rumahtangga (T= L + X 1). Sedangkan fungsi
produksi dalam model rumahtangga tani tergantung pada penggunaan input L, yaitu
penerimaan dengan biaya usaha yang telah dikeluarkan. Penerimaan adalah seluruh nilai
dari hasil produksi baik yang diterima, dikonsumsi sendiri, diberikan kepada orang lain
sebagai upah maupun yang digunakan dalam proses selanjutnya. Menurut Soekartawi
(2001) pendapatan kotor dihitung dalam bentuk nilai produksi baik yang dijual maupun
tidak dijual yang merupakan penerimaan dari kegiatan usaha. Penerimaan usaha dihitung
dari jumlah produksi dikalikan dengan harga per satuan produk. Nilai jual produksi yang
nyata yang akan diterima petani (Sharma dan Sharma, 1981). Dengan demikian untuk
3.6. Konsumsi
7
pendapatan potensialnya, maka kesejahteraan akan dicapai melalui maksimisasi fungsi
kepuasan. Apabila pa adalah harga output usahatani, pm adalah harga barang yang dijual
3.7. Modal
Modal usahatani dalam arti mikro adalah faktor produksi modal yang disediakan,
diolah dan dikontrol di dalam suatu usahatani agribisnis maupun usahatani sederhana.
dipandang sebagai sebuah perusahaan komplek, yang terdiri atas berbagai aktivitas
produksi, konsumsi dan suplai tenaga kerja. Semua aktivitas tersebut tidak dipisah satu
sama lain, sehingga rumahtangga tidak dapat dipandang sebagai konsumen murni.
Aktivitas produksi yang berupa hasil produksi tidak semua dikonsumsi melainkan ada
yang dijual atau dijadikan sebagai bahan modal atau faktor produksi.
1) Penerapan agribisnis usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh subsistem sarana
panen dan penanganan produk ternak, subsistem pemasaran produk hasil ternak,
8
2a) Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha ternak sapi potong adalah jumlah
induk, curahan waktu kerja, service per conception, jumlah hijauan pakan, jumlah
bangsa ternak.
2b) Pendapatan peternak sapi potong dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi
potong, harga ternak sapi potong, harga hijauan pakan ternak, harga pakan
tambahan, upah tenaga kerja, penerapan agribisnis dan bangsa ternak sapi potong.
keluarga, harga beras, harga jagung, harga gula pasir, harga ikan, harga daging,
harga susu, harga tembakau, harga minyak tanah, usia suami, usia istri dan
2d) Faktor-faktor yang mempengaruhi modal usaha sapi potong adalah jumlah induk
sapi potong, produksi ternak, curahan waktu kerja, harga ternak sapi potong,
hijauan, harga pakan tambahan dan penerapan agribsinis dan bangsa ternak.
yang tersedia pada peternak, yang meliputi penyediaan induk ternak, lahan dan
tenaga kerja.
Penelitian dilakukan di Jawa Tengah pada bulan Maret sampai Juni 2010.
9
ditetapkan untuk penentuan lokasi penelitian yaitu berdasarkan potensi yang ditunjukkan
dari jumlah ternak terbanyak dan nilai LQ (Location Quotient) yang lebih besar dari satu
(LQ>1), maka ditentukan lima (5) kabupaten sebagai lokasi penelitian yang berpotensi
Boyolali dan Wonogiri. Metode penentuan responden didasarkan atas quota sampling
Metode analisis yang digunakan adalah metode desktiptif kualitatif dan deskriptif
10
7) Tujuan 3 Menganalisis usaha ternak sapi potong secara optimal berdasarkan
sumberdaya yang tersedia pada peternak sapi potong dianalisis dengan Linear
Programming.
V. HASIL PENELITIAN
Penerapan agribisnis usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh subsistem sarana
subsistem pemasaran produk hasil ternak, dan lembaga pendukung agribisnis pada usaha
maka diketahui bahwa ditinjau dari score pelaksanaan subsistem setiap agribisnis
berkisar antara sedang dan baik. Selanjutnya dari nilai score tersebut dianalisis dengan
indeks penerapan subsistem agribisnis. Hasil analisis Indeks Penerapan agribisnis sapi
potong menunjukkan kisaran nilai 0,626-0,721 dan masuk pada kriteria cukup.
Penerapan setiap subsistem agribisnis yang dilakukan peternak masih pada kriteria
kegiatan yang berkaitn dengan konsep agribsisnis. Namun penerapan yang dilakukan
masih dalam kriteria sedang. Hal tersebut beralasan mengingat berbagai keterbatasan
yang dihadapi peternak, seperti misalnya aksesibilitas, sarana pendukung dan juga
sumberdaya. Lain halnya bila setiap subsisten telah diaplikasikan dengan baik dan tepat,
11
maka akan memberikan hasil yang efisien. Dengan demikian dapat mempengaruhi
terhadap penerapan agribisnis. Hasil penerapan agribisnis sapi potong diwujudkan dalam
Hasil uji konstruk sebuah model yang dianalisis dengan Path Analyisis
TL1=0,993. Syarat sebuah konstruk agar mewakili model adalah konstruk yang
memiliki nilai Chi-Square rendah, memiliki probabilitas lebih dari 0.05; nilai TL1
mendekati 1 dan nilai RMSEA lebih rendah dari 0.08. dari persayaratan tersebut maka
model Path analysis yang dibangun merupakan model yang layak untuk menganalisis
12
Berdasarkan Gambar 1. (Hasil Analisis Path) Aktivitas Subsistem Agribisnis
berpengaruh terhadap variabel subsistem agribisnis yang lain dan variabel subsistem
produksi (X1) berpengaruh terhadap induk sapi potong (X11); Subsistem ketersediaan
agribisnis) (X2); Subsistem proses produksi (X2) berpengaruh terhadap teknologi dalam
proses produksi (X22); Subsistem proses produksi (X2) berpengaruh terhadap subsistem
pasca panen (X3); Subsistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap modal usaha (X31);
Subistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap penerapan agribisnis (Y) yang pada
13
Dari hasil analisis distribusi frekuensi penerapan subsistem agribisnis, indeks
penerapan agribisnis dan analisis Path maka secara simultan ‖Penerapan agribisnis usaha
ternak sapi potong dipengaruhi oleh subsistem sarana produksi ternak, subsistem proses
subsistem pemasaran produk hasil ternak, dan lembaga pendukung agribisnis pada usaha
ternak sapi potong‖. Sedangkan dari aktivitas subsistem, maka subsistem pasca panen
populasi ternak.
mempengaruhi variabel produksi dengan nilai Prob. F. hitung 0,0000, R2 0,915834 dan
adj R2 0,911848. Sedangkan dari analisis parsial diketahui bahwa faktor yang dapat
meningkatkan produksi sapi potong adalah : jumlah induk; curahan waktu kerja; service
per conception; jumlah pakan hijauan; jumlah pakan tambahan; pengalaman beternak
Peternak mengelola usaha ternaknya dengan skala rata-rata 4,94 ekor atau 4,07 Unit
mempengaruhi variabel pendapatan dengan Prob. F-hitung 0.0000, R2 0,897834 dan adj
14
adalah harga induk, jumlah sapi potong, harga pakan hijauan, upah tenaga kerja dan
bangsa ternak
berpengaruh terhadap konsumsi rumah tangga peternak dengan Prob. F-hitung 0,0000,
R2 0,966669 dan adj R2 0,964530. Sedangkan secara parsial variabel yang dapat
meningkatkan konsumsi pangan meliputi jumlah anggota keluarga, harga beras, harga
ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri dan pendapatan rumahtangga
petani-peternak.
Hasil analisis regresi mengacu dari kriteria statistik dilihat dari nilai koefisien
determinasi (R2) dan uji t-statistik. Persamaan modal memiliki nilai R2=0.885161 dan
adjusted R2= 0.879085 yang lebih besar dari 0,5 dan Prob. F-hitung 0,0000. Hal ini
Sedangkan secara parsial variabel yang dapat meningkatkan modal adalah jumlah induk,
15
Simulasi Pengaruh Perubahan Harga Input dan Output terhadap Produksi,
Pendapatan, Konsumsi dan Modal Usaha Ternak Sapi Potong
10% ternyata tidak menyebabkan perubahan pendapatan usaha ternak sapi potong. Hal
ini dapat terjadi karena perubahan kenaikan harga input masih lebih rendah
penurunan konsumsi pangan sebesar 44,7%. Hal ini dapat dimengerti karena dengan
terhadap konsumsi juga akan menurun. Disamping itu, perubahan kenaikan harga input
menyebabkan adanya peningkatan modal usaha ternak sapi potong. Hal ini dapat terjadi
karena dengan bertambahnya harga input maka kebutuhan modal untuk membeli input
akan semakin meningkat. 3) Hasil simulasi kenaikan harga output terhadap pendapatan
dan modal menyebabkan kenaikan masing-masing 61,797% dan 2,019%. Hal ini terjadi
karena adanya kenaikan harga output berarti penerimaan hasil usaha semakin meningkat
maka modal juga akan bertambah, hal ini dapat terjadi karena kenaikan pendapatan
5.6. Optimasi
lahan, tenaga kerja menunjukkan hasil solusi optimal dengan ketersediaan masing-
16
masing sebesar 1,445 sapi lokal, 0,295 sapi non lokal, 89,415 HOK dan pendapatan
yang diperoleh sebesar Rp 44. 108.020,-. Sumberdaya yang tersedia tersebut habis
menunjukkan hasil yang valid dan tercapai kondisi optimal. Oleh karena itu, untuk
mengetahui adanya perubahan baik pada fungsi tujuan maupun kendala maka dilakukan
simulasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar terjadi perubahan pada
kondisi optimal, apabila terjadi perubahan kendala sumberdaya ternak, harga input dan
harga output .
output 15% dan peningkatan jumlah induk 2 UT ternak lokal dan 1 UT ternak non lokal..
17
Hasil simulasi menunjukkan bahwa adanya penambahan jumlah induk hasil
solusi optimal berubah dari 1,445 menjadi 2 untuk sapi local dan 0,295 UT menjadi 1
UT sapi non lokal. Kenaikan harga input dan penurunan harga output yang dimbangi
dengan kenaikan jumlah induk memberikan hasil solusi optimal pendapatan yang
peternak untuk mengelola usahanya jika terjadi kenaikan skala usaha induk, harga input
Oleh karena itu, simulasi dilanjutkan dengan simulasi 2 yaitu kenaikan skala
usaha induk lokal dari 1,445 ekor menjadi 3 ekor dan induk non lokal dari 0,295 ekor
menjadi 2 ekor, harga input naik 10% dan harga jual ternak turun menjadi 15%. Hasil
ekor dan 2 ekor dan kenaikan harga input 10% dan harga jual output turun 15%, dengan
18
sumberdaya lahan dan tenaga kerja tidak berubah. Hasil simulasi 2 menunjukkan bahwa
menambah induk lokal menjadi 3 ekor dan non lokal menjadi 2 ekor. Sedangkan
6.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Analisis Usaha Ternak Sapi Potong dan Optimalisasi
disimpulkan bahwa :
1) Penerapan subsistem agribisnis berada pada kriteria sedang dan baik, sedangkan
hasil analisis Indeks Penerapan agribisnis sapi potong berada pada kriteria cukup.
Hasil estimasi variabel endogen dan variabel eksogen menunjukkan bahwa kegiatan
(X1) berpengaruh terhadap induk sapi potong (X11); Subsistem ketersediaan sarana
(X2); Subsistem proses produksi (X2) berpengaruh terhadap teknologi dalam proses
pasca panen (X3); Subsistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap modal usaha
(X31); Subistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap penerapan agribisnis (Y)
19
peternak; Subsistem pasca panen (X3) berpengaruh terhadap peningkatan
(X3).
2.b. Produksi ternak dipengaruhi oleh jumlah induk; curahan waktu kerja; service per
2.c. Pendapatan usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi
potong, harga pakan hijauan, upah tenaga kerja dan bangsa ternak.
2.d. Konsumsi pangan dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, harga beras, harga
ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri dan pendapatan
rumahtangga petani-peternak.
2.e. Modal usaha ternak sapi potong dipengaruhi oleh jumlah induk sapi potong,
20
2.f. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kenaikan dari a) 10% harga input tidak
meningkatkan atau menurunkan pendapatan usaha sapi potong, b) 15% harga bahan
3a. Kondisi optimal usaha ternak sapi potong dicapai pada kombinasi sapi lokal
sebanyak 1,445 ekor dan sapi unggul 0,295 ekor. Sedangkan luas lahan optimal
3b. Peternak telah mengalokasikan sumberdaya lahan, ternak dan tenaga kerja secara
optimal.
3c. Hasil simulasi perubahan kendala sumberdaya ternak, harga input dan penurunan harga
kriteria cukup sampai sedang, sedangkan indeks penerapan agribisnis pada kategori
cukup. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan penerapan agribisnis, perlu upaya
baik dari pemerintah ataupun lembaga lain dalam pemberdayaan peternak. Hal yang
Keswan yang mudah diakses peternak guna mendekatkan diri pada peternak
sangat penting adalah lembaga sarana produksi baik pakan ternak maupun
pemasaran
2a. Pendapatan peternak sapi potong yang diperoleh sebesar Rp 1.934.861,713,- per
tahun, atau dalam satu bulan dapat memperoleh pendapatan Rp 161.238,5,-. Jika
dilihat dari nilai yang diperoleh pendapatan ini sangat kecil namun bila disimak dari
usaha yang dilakukan, usaha sapi potong dapat memberikan manfaat yang berarti
bagi peternak rakyat, karena bila peternak membutuhkan uang yang mendadak
maka peternak akan menjual ternak untuk menutup kebutuhan yang diperlukan.
Mengacu dari kondisi ini dapat disampaikan bahwa usaha ternak rakyat sapi potong
perlu dikelola dengan lebih baik melalui peningkatan ketrampilan dan penerapan
agribisnis hulu. Jika hal tersebut dikelola secara baik dengan berorientasi usaha atau
22
bagi subsektor peternakan dan juga dapat merupakan kesempatan kerja bagi
masyarakat pedesaan.
2b. Faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah jumlah induk; curahan waktu
kerja; service per conception; jumlah pakan hijauan; jumlah pakan tambahan;
Berkaitan dengan hal itu, maka upaya untuk mengadakan induk ternak agar
produksi ternak sapi potong tetap terjaga baik melalui program pemerintah maupun
keberlanjutan usahaternak sapi potong . Hal ini berkaitan dengan koefisien dari
dari induk ternak juga dari berapa kali ternak berhasil bunting atau service per
conception. Penurunan angka S/C merupakan suatu langkah agar jarak ternak
beranak menjadi lebih singkat sehingga keberlanjutan populasi ternak dapat terjaga.
Oleh karena perlu adanya peningkatan ketrampilan bagi tenaga kesehatan ternak
yang berkaitan dengan reproduksi ternak dan juga menjaga kualitas semen untuk
inseminasi buatan.
2c. Pendapatan peternak dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi potong, harga pakan
hijauan, upah tenaga kerja dan bangsa ternak berpengaruh terhadap pendapatan
usaha sapi potong. Oleh karena itu, perlu adanya fasilitasi pengadaan pakan ternak
23
melalui koperasi ternak sehingga akses peternak lebih mudah dan diharapkan harga
juga lebih terjangkau sehingga kebutuhan pakan ternak lain dapat dibeli peternak.
2d. Variabel yang meningkatkan terhadap konsumsi pangan meliputi jumlah anggota
keluarga, harga beras, harga ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri
dan pendapatan keluarga. Oleh karena itu, kebijakan stabilitas harga barang
berfluktuasi kearah yang lebih tinggi. Disamping itu, deversifikasi konsumsi juga
perlu dilakukan mengingat terdapat komoditas pangan lain selain beras dan juga
2.e. Variabel yang dapat meningkatkan penggunaan modal usaha ternak sapi potong
adalah jumlah induk sapi potong, produksi ternak, curahan waktu kerja, pendapatan
lain adalah lembaga keuangan. Berdasarkan hal inilah akses permodalan peternak
dapat ditingkatkan.
3. Kondisi optimal usaha ternak sapi potong induk anak tercapai pada induk lokal
1,445 UT dan induk non lokal 0,295. Mengacu dari kondisi tersebut, maka upaya
24
sangat penting. Program pemerintah yang telah dijalankan melalui pemberian
insentif kepada peternak untuk ternak betina produktif perlu dipertahankan, selain
itu, kredit usaha ternak juga perlu diteruskan. Hal ini dilakukan dengan tujuan
Kondisi ini sesuai dengan hasil analisis produksi ternak, dimana koefisien induk
adalah paling tinggi sehingga pengembangan sapi potong masih dapat dilakukan
4. Sumberdaya lahan, induk ternak sapi dan tenaga kerja menjadi faktor pembatas
atau kendala utama dalam memperoleh pendapatan. Oleh karena itu, untuk
salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan produktivitas. Oleh
sapi.
25
SUMMARY
I. INTRODUCTION
Beef cattle farm is an activity which was done by community in Central Java.
agriculture, especially food crops. This is because agricultural waste which substantially
becomes forages for livestock. One of regulations for dry farming development is
integrated farming system, considering that this mechanism can yields benefits such as
land conservation and raise land productivity beside economic value. It has close
relationship with animal husbandry development which is purposed to bring into reality
a developed, efficient, and solid livestock, thus the products resulted can meet the
husbandry subsector, it will motivate and reflect the development potential of livestock
commodity and create capital investment. One example taken is by making it closer
Program (PPA) is directed to develop commodity which has commercial value carried
by public.
26
development must be market-oriented and not just ‗produced‘ anymore. Thus, it can be
system, there is no other challenge except if one of these subsystems of agribusiness was
country due to several factors, such as economic growth, population growth, improved
behavior and consumption pattern (Diwyanto and Priyanti, 2006). On average, the
growth rate of beef consumption over 2005–2009 period is 5.43% compared to the rate
of beef cattle production of 3.69%, which means that there will be a lack of production
development of beef cattle farming in local areas must be paid more attention. Livestock
development in an area reflects the potential resource of the area, such as nutrition
availability, farmers, and other supported system. Several local resources existing can be
6. The availability of genetic resource for local livestock which has been adapted to
27
II. OBJECTIVES OF RESEARCH
follow:
d) Analyze the capital of beef cattle farming and its influencing factors.
3. Analyze the development of beef cattle farming optimally based on the existing
Agribusiness activity is an activity system that started from the upper to the lower end
process. Based on this activity, then the actual condition for agribusiness
28
series started from down-stream to the up-stream agribusiness. Thus, it can be concluded
that the success of an agribusiness system is very depend on the development achieved
by every subsystem.
as production, consumption, and labor use. All of these activities are in one unity,
product are consumed and sold to earn capital. So with the labor use, farmer farming,
labor can come from family or non-family. Thus, household-farm can be defined as
such as: (a) household-farm that earn income from land use, labor use from family or
non-family to operate their own farm, it is called with household-farm, (b) household-
farm that earn income from their own labor use as wage, it is called with household-
labor, (c) household-farm and household-labor has a same purpose to maximize utility,
(d) household-farm maximize utility by allocating time for working and enjoy their
spare time to consume their self-produced crop and other commodities bought from the
market.
(1986) considered to improve their welfare through the maximization of satisfaction they
derive from the consumption of various commodities. Singh et al. (1986) expressed
the decreasing rate of change. Based on equation (1), it is known that satisfaction of
commodities (Xa), commodities purchased from the market (Xm) and leisure (X1).
function are the income potential, resources time and production function. Income
equation:
Equation (2) describes the balancing of the household budget expenditures pmXm that
equal to the potential income (Y*). Pm, Pa and W are the price of commodity market,
commodity price and wage rate respectively. While, Qa, L, M, V and Z are the number
of household production, family labor outside the family, the price of non labor variable
inputs and variable non labor inputs respectively (referred to other production inputs). Pa
in the model of Singh et al. (1986) is same with the Px on Nakajima model (1970).
3.3. Production
output (Debertin, 1986). Whereas, production function is a function that showing output
with production factors (input) (Mubyarto, 1989; Nicholson, 1999; Salvatore, 2001;
30
Constraints of the production function is the third constraint in the model
household by Singht et al. (1986), where the implicit form of production function is
Implicit production function has the same meaning as the economic theory of
relies on the use of two types of labor input in the family (L) and other inputs (Z) used in
Description:
Y = output
A = intercept
Xi = variables factors of production
Zj = fixed factors of production
α, β = coefficient of regression
production which will be analyzed. The specialty of this model is estimated coefficients
factors.
31
3.4. Time Allocation
Singh et al. (1986) stated that the resources of time is one of the constraints in the
model of farm household, in which leisure and work are the same as the total of
resources time owned by the household (T= L + X1). Furthermore, the production
function constraint in farm household model depending on the use of input L is family
Mubyarto (1989) stated that income is the difference between revenue and
operational cost. Revenue is all values from production output, whether it is received,
self-consumed, paid to other people as wage, or utilize in the next process. According to
Soekartawi (2001) gross income is estimated in the form of production value either it is
sold or not, that is revenue from business activity. Business revenue is estimated from
Selling price of production which is estimated with the price received by farmer is
an illustration of the real profit received by farmer (Sharma and Sharma, 1981). Thus,
factors that influence the income from beef cattle farming can be analyzed using profit
function.
According to Nurmanaf (1988), total family income can be derived from one or
more diverse sources of income. Source of income comes from agriculture and outside
agriculture.
32
3.6. Consumption and Capital
Singh et al. (1986) stated that the decision to consume goods and service are also
included in the model farm household. After forming household potential income, then
utility functions provided potential form household demand equation for commodity
Farming capital in micro definition is capital for production factor that served,
Farm household is different with the enterprise commonly. The farm household
consumption and labor supply. All these activities cannot be separated, so the household
cannot be seen as a real consumption. The some of production result is consumed while
3.8. Hypotheses
2a) Factors that influence beef cattle production are number of breed, outflow of
33
supplement, years of breed, agribusiness implementation and dummy variable
2b) Farmer‘s income was influenced by price of breed, numbers of beef cattle, price of
beef cattle, price of forages, price of feed supplement, labor cost, agribusiness
2c) Factors that influence food consumption are total of family members, price of rice,
price of corn, price of sugar, price of fish, price of meat, price of milk, price of
tobacco, price of oil, husband age, wife age and total income of farm household.
2d) Factors that influence capital for beef cattle farm are number of breed, production,
outflow of working time, beef cattle price, food consumption, price of forages,
3) Beef cattle farming has been optimally developed based on resources available to
The research was taken in Central Java Province since March to June, 2010. This
research was taken using survey method. Purposive sampling was selected to locate
research location which is based on the potential showed by the largest number of cattle
and LQ (Location Quotient) value (LQ>1). So, there were 5 (five) locations selected for
research location that have potential for beef cattle farming, i.e. Rembang, Blora,
34
Grobogan, Boyolali and Wonogiri regencies. Method for determining respondent was
Based on the research objectives, analysis method selected for this research is
described as follows:
3) Hypothesis 2a: it is analyzed using t test of regression coefficient model with Cobb
Programming.
35
V. RESULTS
post-harvest, marketing, and supporting agribusiness institutions for beef cattle farming.
was suggested from its score that subsystem implementation of each agribusiness is
ranged from moderate and good. Moreover, this score then analyzed using index of
subsystem implemented by the farmer which was still in adequate criteria means that
actually farmer had applied various activities that correlated to agribusiness concept.
However, its implementation was not completely perfect yet. It was well founded
considering that there were many challenges faced by the farmer such as accessibility,
facility, and resource. The condition was different if every subsystem had been applied
perfectly and correctly, where this was brings an efficient result. Therefore, it can
influence the income of beef cattle farmer (according to this agribusiness method).
36
The result of construct test towards model analyzed using Path Analysis was
showed from Chi-Square tests = 30,893; RMSEA = 0,018; Probability = 0,370 and TL1
= 0,993. In order to represent the model, a construct must have several conditions as
follows; it must have low Chi-Square value, have probability of more than 0.05; its TL1
value must be close to 1 and its RMSEA value must be lower than 0.08. From these
conditions, then the model of Path Analysis constructed was a proper model for
37
The result of estimation analysis between endogenous and exogenous variables
suggested that activity of agribusiness subsystem has small influence towards the level
farmer‘s income and increased population of beef cattle. It was agreed with the result of
farmer. This condition of course has influenced on the correlation test between
The result of regression analysis showed that there are several variables with
available (X1) was influenced to breed of beef cattle (X11) and subsystem of production
(X3) which including capital, labor, management, equipment, quality and comparative
level of product, and list price feasibility; Post-harvest subsystem (X3) was influenced to
the capital (X31); beef cattle population (Y11) and implementation agribusiness (Y);
Marketing subsystem (X4) was influenced towards the availability of production facility
(X1), the sales of agribusiness products (X42) and Subsystem of agribusiness supporting
38
implementation on beef cattle farming was influenced by subsystems of production
technology can takes form of improved progeny quality, input factor utility, additional
1994; Wyner, 2000; Mudambi, 2002). While development strategy for an effective
marketing and anticipation for recent and future demands from the consumer is a real
0.915834 and adjusted R2 0.911848. Whereas from partial analysis it was showed that
factors which had significant influence towards beef cattle production were number of
breed, outflow of working time, service per conception, amount of forages, amount of
feed supplement, years of breed and agribusiness implementation. Farmer who manages
39
their beef cattle farm average scale of 4.94 heads or 4.07 Animal Unit (AU) can earn
Based on the analysis, it was suggested that independent variables had simultaneous
0.898070 and adjusted R2 0.893242. Whereas partially, variables which influence to the
income were price of breed, numbers of beef cattle, price of forages, labor cost and
influenced to food consumption were total of family members, rice price, fish price,
meat price, oil price, husband age, wife age and total income of farm household.
coefficient (R2) and t-statistic values—. Equation for capital had R2=0.885161 and
adjusted R2= 0.879085, values which greater than 0.5 and probability of estimated F =
0.00. This suggested that variables were able to describe endogenous variable. Whereas
partially, variables which influenced to capital were number of breed, production of beef
40
cattle, outflow of working time, household‘s total income, food consumption and
agribusiness implementation
Simulation result of increasing: a) 10% price of input factors was not influencing
on beef cattle income, b) 15% price of food caused decreasing 44.7% of food
consumption and c) 10% price of beef cattle caused increasing 61.79% income and
2.019% capital.
5.6. Optimization
The analysis of optimizing of beef cattle farm showed that beef cattle farming
achieve its optimal condition with the combination of 1.445 AU (animal unit) local
cattle and 0.295 AU crossbred beef cattle non local beef cattle), while the optimal width
of paddy field was achieved on 0.48 ha. An optimal of income was IDR 44,108,020
whereas family labor involved in the operational of beef cattle farming was 89.415 man-
hour.
know the change happened both on objective function and constrain. It is purposed to
know how significance is the change on farming-husbandry system and farmer‘s income
41
Table 1. Simulation Result on Change of Cattle Resource for Farmer Households in
The Research Location
The result of simulation showed that there was increasing number of local beef
cattle 27.75%, and 70.50% of non local beef cattle. Meanwhile there was no change
found on land and labor. Besides that, the simulation can increase the farmer income
9.36%.
Based on the analysis result of beef cattle husbandry and its optimization in order
agribusiness implementation.
42
The result of regression analysis showed that there are several variables with
available (X1) was influenced to breed of beef cattle (X11) and subsystem of
(X2) was influenced to technology in the production process (X22) and post-harvest
subsystem (X3) which including capital, labor, management, equipment, quality and
comparative level of product, and list price feasibility; Post-harvest subsystem (X3)
was influenced to the capital (X31); beef cattle population (Y11) and implementation
agribusiness (Y); Marketing subsystem (X4) was influenced towards the availability
of production facility (X1), the sales of agribusiness products (X42) and Subsystem
subsystem.
2.b. Factors influencing production were number of breed, outflow of working time,
service per conception, amount of forages, amount of feed suplement, years of breed
2.c. Factors influencing income were price of breed, numbers of beef cattle, price of
2.d. Factors influencing food consumption were total of family members, rice price, fish
price, meat price, oil price, husband age, wife age and total income of farm
household
43
2.e. Variables which were influenced to the capital of beef cattle farm were number of
2.f. Simulation result of increasing: a) 10% price of input factors was not influencing on
beef cattle income, b) 15% price of food caused decreasing 44.7% of food
consumption and c) 10% price of beef cattle caused increasing 61.79% income and
2.019% capital.
3a. Optimal condition for beef cattle farm was achieved with the combination between
local beef cattle of 1.445 head and non local beef cattle 0.295 head. Whereas, the
optimal land width for paddy planting was 0.48 ha; labor was 89.45 man-hour and
3b. Beef cattle farmer has been allocated optimally of the resources, namely breed cattle,
3c. Here were simulation results of change on cattle resource, input and output prices:
(i) The increase of total cattle breed, input price and decreasing output price caused
cooperation between government and other institution becomes necessity for the
Veterinary Post in order to get closer with farmer considering that these
and post-harvest.
marketing.
progeny, the utility of factor input, additional woof, equipment, supporting skill
for farmer to manage beef cattle farm and improve the quality of agribusiness
subsystem.
2a. The income earned by beef cattle farmer was IDR 1,934,861.713 per year, or IDR
161,238.5 in a month. If it seen from the value, the income was very small but from
the activity performed, beef cattle farm can give a significant benefit for public
husbandry because farmer can sell their cattle when they needs money. Related to
this condition, beef cattle farm must be well managed by improving skill and
45
agribusiness-orientation, it can creates opportunity for the development of animal
2b. Factors which correlated to production were number of breed, outflow of working
time, service per conception, amount of forages, amount of feed suplement, years of
Related to this, many efforts taken to make available number of breed supply both
female beef cattle was a kind of effort to keep population stability and the
breed which has the greatest value among variables that influence beef cattle
production. The increase of cattle population besides come from number of breed
was also from service per conception. The decreased value of service per conception
was a way to shorten its interval thus the sustainability of cattle population can be
2c. Farmer‘s income was influenced by were price of breed, numbers of beef cattle,
price of forages, labor cost and dummy variable (race of beef cattle). Thus, the
facilitation towards forages and feed supplement supply must be supported through
2d. Variables which influenced to food consumption were total family member, the
prices of rice, fish, meat, oil, husband and wife ages and the household farm
46
income. Therefore, policy on the stability of consumption commodities must be
diversification of consumption also must be put into realization because there are
many food commodities other than rice and the utility of alternative energy, such as
2.e. Variables which were influenced to the capital of beef cattle farm were number of
breed beef cattle, production, operational time, total income of farm household, food
consumption and agribusiness implementation. So, the beef cattle farmer needs
3. The optimal condition for cow calf cattle was achieved with local beef cattle of 1.445
AU and non local beef cattle of 0.295 AU. Concerning this condition, many efforts
for the development of beef cattle farm—especially breed of beef cattle supply—
breed cattle for the development of productive breed cattle — must be continued. It
was purposed to maintain the availability of breed cattle and increase beef cattle
population. This condition was comply with the analysis result on cattle production
where the coefficient of breed cattle was the highest thus the development of beef
4. Land resource, breed cattle and labor becomes limiting factor or the main constrain
land utility and increased number of breed cattle must be prioritized. Related to the
47
agricultural development especially food planting, one of several efforts can be
taken is increase the productivity. This was become reasonable because the
extensification of agricultural land was very difficult due to many land transfers to
correct solution.
5. The increase on beef cattle number can increase the income of farmer households.
Thus, farmer households must develop their beef cattle farm by increasing their
48