Anda di halaman 1dari 3

INDUKSI PERSALINAN

Induksi persalinan adalah prosedur yang digunakan oleh tenaga medis untuk
membantu kelahiran menggunakan obat-obatan atau teknik medis. Prosedur ini
dilakukan agar persalinan lebih cepat terjadi daripada menunggu persalinan secara
alami. Proses induksi dimulai secara artifisial yaitu pembukaan serviks secara
mekanis, memecahkan ketuban, atau menggunakan obat untuk memulai kontraksi.

Mengapa Induksi Persalinan Diperlukan?

Perlu tidaknya induksi hal itu bergantung pada beberapa faktor seperti kondisi
kesehatan ibu, kesehatan janin, usia kehamilan, berat, posisi, dan ukuran janin, serta
keadaan rahim Anda. Syarat induksi persalinan lainnya adalah:

1. Kehamilan postterm. Persalinan belum dimulai secara alami dua minggu setelah
tanggal jatuh tempo.
2. Ketuban pecah dini. Ketuban sudah pecah akan tetapi persalinan belum dimulai.
3. Korioamnionitis. Keadaan di mana Anda mengalami infeksi pada rahim.
4. Fetal growth restriction. Ukuran dan berat janin yang tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
5. Oligohidramnion. Cairan ketuban di sekitar bayi tidak cukup.
6. Diabetes gestasional. Anda menderita diabetes yang berkembang selama
kehamilan.
7. Gangguan tekanan darah tinggi. Ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan tanda-tanda kerusakan pada
sistem organ lain (preeklamsia).
8. Solusio plasenta. Plasenta terlepas dari dinding dalam rahim sebelum melahirkan,
bisa sebagian atau seluruhnya.
9. Kondisi medis tertentu. Anda memiliki kondisi medis seperti penyakit ginjal atau
obesitas.

Cara Induksi Persalinan

Pada dasarnya terdapat berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mempercepat
persalinan. Obat-obatan atau teknik medis dapat menyebabkan persalinan lebih
cepat. Pilihan lainnya adalah mencoba menginduksi sendiri. Namun cara teraman
dan paling efektif adalah menemui dokter. Beberapa cara yang umum digunakan
untuk menginduksi antara lain:
1. Induksi persalinan Alami
adalah satu cara termudah dan teraman yang bisa di lakukan adalah dengan
berjalan-jalan. Gravitasi dari gerakan dapat membantu menggeser bayi ke posisinya.
Meskipun berjalan-jalan mungkin tidak mempercepat waktu persalinan, secara
umum hal tersebut adalah sesuatu yang baik untuk mendukung kehamilan yang
sehat. Tidak ada bukti bahwa menjadi lebih aktif membuat persalinan menjadi lebih
mudah.  Cara alami lainnya adalah dengan berhubungan seks . Semen yang
dikeluarkan penis mengandung prostaglandin, hal itu membuat otot rahim
berkontraksi. Apabila mengalami orgasme, hal tersebut juga akan merangsang otot
rahim berkontraksi.
2. Obat-obatan
Obat yang disebut prostaglandin melembutkan atau ‘mematangkan’ serviks
agar siap untuk melahirkan. Dapat meminum obat ini melalui mulut atau dapat
dimasukkan sebagai supositoria ke dalam vagina. Jenis obat berikutnya adalah
Pitocin, prostaglandin yang berguna untuk menciptakan kontraksi. akan
mendapatkannya melalui infus.
3. Amniotomi
Prosedur ini dilakukan dengan memecahkan ketuban. Teknik ini dilakukan
apabila kantong ketuban belum pecah jelang persalinan atau jika persalinan
berlangsung lama. Selain itu, prosedur ini juga dilakukan saat serviks melebar dan
kepala bayi berada jauh di dalam panggul Detak jantung bayi akan dipantau
sebelum dan sesudah prosedur. Setelah itu, tenaga medis juga akan memeriksa
cairan ketuban untuk mencari jejak kotoran (mekonium).

Risiko Induksi Persalinan

Berikut ini adalah beberapa kemungkinan risiko yang bisa terjadi saat Anda
melakukan prosedur ini, antara lain:

1. Induksi Gagal
Sekitar 75 persen dari ibu yang baru pertama kali diinduksi akan berhasil
melahirkan melalui vagina. Ini berarti sekitar 25 persen lainnya berisiko
melahirkan dengan operasi caesar.
2. Denyut jantung rendah
Obat yang digunakan untuk menginduksi persalinan seperti oksitosin atau
prostaglandin dapat menyebabkan kontraksi yang tidak normal atau
berlebihan. Hal itu dapat mengurangi suplai oksigen ke janin dan menurunkan
detak jantungnya.
3. Infeksi
Salah satu metode induksi seperti memecah ketuban dapat meningkatkan
risiko infeksi pada ibu dan bayi. Ketuban pecah yang berkepanjangan semakin
meningkatkan risiko infeksi.
4. Uterus robek
Ini adalah komplikasi yang jarang tetapi serius, di mana rahim Anda robek di
sepanjang garis bekas luka dari operasi caesar atau operasi uterus besar
sebelumnya. Rahim robek sangat jarang terjadi pada wanita yang belum
pernah menjalani operasi rahim.
5. Pendarahan Setelah melahirkan
induksi meningkatkan risiko otot rahim tidak berkontraksi dengan baik setelah
melahirkan (atonia uteri), sehingga dapat menyebabkan perdarahan serius
setelah melahirkan. Keadaan ini membuat perdarahan sulit berhenti dan bisa
menyebabkan ibu kehilangan banyak darah.

Kondisi yang Tidak Diharuskan Melakukan Induksi

Beberapa kondisi atau syarat yang membuat ibu tidak dianjurkan untuk melakukan
induksi persalinan adalah sebagai berikut:

1. Pernah menjalani operasi caesar sebelumnya dengan sayatan klasik.


2. Posisi plasenta menghalangi serviks atau leher rahim (plasenta previa).
3. Posisi bayi akan lahir dengan bagian bawah tubuh terlebih dahulu, maupun
berada di posisi menyamping.
4. Ibu hamil memiliki herpes genital aktif.
5. Tali pusat bayi masuk ke dalam vagina sebelum melahirkan (prolaps tali pusat).

Anda mungkin juga menyukai