Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS KOMPLEKS

(PREEKLAMPSI)

Dosen :NurulAiniSiagian, SST, M. Keb

Oleh :
WITRI
20.222.129

INSTITUSI KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


FAKULTAS KEBIDANAN PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA JALUR TRANSFER

T.A 2020/2021
HIPERTENSI
BAGAN PE

ETIOLOGI :
Genetik,Obesitas, Gameli, Ginjal
dll

Tekanan Darah

Meningkat Lebih dari Normal


140/90 mmHg 120/80 mmHg

KLARIFIKASI
Tanda Gejala : HIPERTENSI :
Stress, Pusing, Mual dan Hipertensi kronik, Hipertensi
Muntah, Penglihatan kabur sementara, Preeklampsi dan
Oedema, protein urine Eklampsi.

Hamil > 20 mg PRE EKLAMPSI


(Kehamilan > 20 mg)

Kejang (-) Kejang (+)

ETIOLOGI :
EKLAMPS
HDK
Genetik, IMT, Hipertensi, Riwayat
PER I
PE, Ginjal, Diabetes, Gameli,
PEB Ekonomi, Molahidatosa,
Hidropafetals, ANC.

Lanjutan Bagan PE
JENIS PE

PE Pemeriksaan: PE
Ringan Fisik Ibu(TD, BB-Oedema, Protein Berat
Urine), Janin (DDJ, Gerakan Janin),
Konsultsi Dokter ( LAB, Rujukan)

Gejala Klinis: Gejala Klinis :


a. Kenaikan TD a. Peningkatan TD
Sistol 140-160 160/110 mmHg,
Diastol 90-110 b. Peningkatan
b. Protein Urine Tromosit, Oliguria
positif 2 (++) c. Protein Urine
c. Oedema Pretebia, positif 3 (+++),
wajah, tangan d. Odem Pulmona

DASAR DIAGNOSIS :
Kenaikan BB, Kenaikan TD, Protein Urine, Oligoria,
Kejang atau Koma, Epigastrum, Penglihatan Kabur,
Oedema, Gangguan Kesadaran.
Lanjutan Bagan PE

Pencegahan Preeklamsi :
Promotif & Kuratif

Penatalaksanaan
Preeklampsi

KOMPREHENSIF : PERAWATAN PRIMER:


Edukasi Istirahat, Restriksi Dilakukan Pemberian MgSO4
Garam, Terapi anti
Hipertensi, TERAPI AKTIF:
suplementasiKalsium, 1. Indikasi vital
suplemen anti oksidan dan 2. Gagal pengobatan 2x24
Manajemen aktif perawatan jam
PE 3. Medis Persalinan:
a. Induksi
b. Pecahkan ketuban
Apabila Pengobatan Berhasil
: c. Kala II forsep
Pengawasan Hamil Intensif,
Kehamilan Mencapai Aterm,
Seksio Sesarea:
Persalinan Pervaginam.
1.Gagal induksi
2.Indikasi Obstetri
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) masih menjadi permasalahan yang dihadapi di
seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa untuk
mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015
seharusnya 5,5 persen pertahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank
Dunia tahun 2015 menunjukkan angka kematian ibu hingga saat ini
penurunannya masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005, sebanyak
536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari
jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000 (WHO, 2015).
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2015
Angka Kematian Ibu (AKI) berjumlah 305/100.000 kelahiran hidup, angka
tersebut menurun dibanding pada tahun 2012 dengan angka berjumlah
359/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu sendiri disebabkan oleh
perdarahan 24%, Infeksi 15% dan preeklampsi 12 % sisanya disebabkan oleh
penyebab lain..Angka ini sedikit menurun meskipun tidak memenuhi target total
MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 yaitu menurunkan AKI menjadi
102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu pada kondisi ini, potensi
untuk mencapai MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI diperlukan kerja keras dan
sungguh-sungguh untuk mencapainya. Kematian ibu di Indonesia masih di
dominasi oleh tiga penyebab utama kematian ibu atau disebut juga trias utama
kematian ibu yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi.
Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung
mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. (SDKI,
2018).
Preeklamsia merupakan komplikasi multisistem yang terjadi setelah 20 minggu
kehamilan dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin.
Preeklamsia adalah penyebab utamanyakematian ibu di banyak negara.
Preeklampsi merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan
penyebab yang sama, oleh karena itu pencegahan atau diagnosis dini dapat
mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian, untuk dapat
menegakkan diagnosis ini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan
memperhatikan pembengkakan pada muka dan ekstremitas, kenaikan berat badan,
kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan urine untuk menentukan proteinuria.11
Berdasarkan semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting. Namun, penderita seringkali tidak
merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri
kepala, gangguan penglihatan, atau nyeri ulu hati, maka penyakit ini sudah cukup
lanjut.12
Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah disertai proteinuria pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengalami hipertensi. Biasanya sindroma ini muncul pada akhir trimester kedua
sampai ketiga kehamilan. Gejalanya berkurang atau menghilang setelah
melahirkan sehingga terapi defenitifnya mengakhiri kehamilan. Preeklamsia dapat
berakibat buruk, bahkan menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin yang
dikandungnya. Dampak akibat preeklamsia bisa berdampak pada ibu dan janin,
tergantung pada derajat preeklamsia yang dialami.
Para ahli kesehatan menyadari bahwa preeklampsia merupakan gangguan
sistemik. Aliran darah yang mengalir menuju masing-masing organ ibu berkurang
akibat vasokonstriksi dan pembentukan mikrotrombus dan berakhir dengan
gangguan multiorgan. Pada waktu yang bersamaan terjadinya komplikasi janin
dan retardasi pertumbuhan secara sekunder akibat hipoperfusi plasenta. (El-Sayed
AAF., 2017).
Manajemen penyakit preeklampsia saat ini didasarkan pada diagnosis penyakit,
penilaian tingkat keparahan penyakit, antihipertensi, perawatan intrapartum
termasuk profilaksis kejang, mengontrol tekanan darah dan manajemen cairan
intravena yang tepat. Dalam tinjauan saat ini diarahkan untuk membalikkan atau
menahan proses patologis dari penyakit preeklampsia atau melakukan pencegahan
pada pasien yang memiliki risiko tinggi (Preeclampsia Foundation. 2017).
Kehamilan sangat erat kaitannya dengan persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan sangat mempengaruhi kesehatan ibu
dan janinnya dalam proses persalinan, nifas maupun bayi baru lahir. Namun
dalam perkembangannya, setiap kehamilan mempunyai risiko mengalami penyulit
atau komplikasi.
Preeklampsi dapat dideteksi secara dini, pemeriksaan ANC secara rutin dan
mengenali tanda-tanda preeklampsi sangat penting dalam usaha pencegahan
preeklampsi. Ibu hamil yag mengalami preeklampsi perlu ditangani dengan
segera. Penanganan ini dilakukan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan anak.13 Pemeriksaan ANC terdiri dari 7T (timbang berat badan,
ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, beri tablet tambah darah, beri
imunisasi tetanus toxoid (TT), tes laboratorium, temu wicara).14

1. Defenisi
Preeklampsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, protein urine
dan edema yang ditimbul karena kehamilan. Penyakit ini umum terjadi
dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya
misalnya pada mola hidatidosa.
2. Etiologi
Genetik, IMT, Hipertensi, Riwayat Preeklampsi, Riwayat sakit Ginjal,
Riwayat Diabetes, Gameli, Ekonomi, Molahidatosa, Hidropafetals, ANC.
3. Patofiologi
Vasokonstriksi merupakan dasr PE-E. vasokonstriksi menimbulkan
peningkatan total parifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya
vasokonstriksi jugak menimbulkan hipoksia, pada endotel setempat,
sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai perdarahan
mikro pada tempat endotel.
Pada PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi
sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil
normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar
dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan
sampai kesemua komponen sel yang di lewati termasuk sel-sel endotel
yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-
sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain: adeshi dan agregasi
trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma,
terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat
rusaknya trombosit, produksi prostasiklin terhenti, terganggunya
kesemimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta
akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.
4. Jenis-Jenis Pre Eklamppsi
a. Pre Eklampsi Ringan
Adalah timbulnya hipertensi disertai protein urine dan edema setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setalah kehamilan.
Gejala klinis preeklapsi ringan meliputi :
1) Kenaikan tekanan darah lebih dari sebelum hamil, sistol 140
mmHg sampai kiurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai
kurang 110 mmHg.
2) Protein urine menjadi positif 2 (++) menigkat dari nilai
normalnya
3) Edema pada pertibia, dinding badomen, wajah dan tanngan.
b. Pre Eklampsi Berat
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih di sertai protein
urine dan edema, terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Gejala dan tanda PE berat: tekanan darah sistolik > 160 mmHg, diastolic
>110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati, ikterus, trombosit, oliguria,
protein urine, nyeri epigastirum, odema pulmonum.
5. Dasar Diagnosis
Diagnosi dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbilitas dan
mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Pada umumnya diagnosis dasar
preeklampsi yaitu;
Kenaikan BB, Kenaikan TD, Protein Urine, Oligoria, Kejang atau Koma,
Epigastrum, Penglihatan Kabur, Oedema, Gangguan Kesadaran.
6. Pencegahan dan Penatalaksanaan
a) Pencegahan dapat dengan 2 cara yaitu promotif dan kuratif.
b) Penatalaksanaan :
 PERAWATAN PRIMER:
Dilakukan Pemberian MgSO4, cara pemeberian MgSO4:
1) Dosis awal, 4 gr MgSO IV (10 ml larutan MgSO4 40%)
dan larutkan dengan 10 ml akuades. Berikan larutan
tersebut secara perlahan IV selama 20 menit. Jika
aksesintravena sulit, berikan masing masing 5 gr MgSO4
(12,5 ml larutan MgSO4 40%) Im di bokong kiri dan
kanan.
2) Dosis ulangan, ambil 6 gr Mg SO4 (15 ml larutan MgSO4
40%) dan larutkan dalam 500 Ringer Laktat/ringer asetat,
lalu berikan secara IV dengan nkecepatan 28 tetes/menit
selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan
atau kejang berakhir (bila eklampsi).
 KONSERVATIF:
Edukasi Istirahat, Restriksi Garam, Terapi anti Hipertensi,
suplementasi Kalsium, suplemen anti oksidan dan Manajemen
aktif perawatan PE.
 TERAPI AKTIF:
Indikasi vital, Gagal pengobatan 2x24 jam, Medis Persalinan:
(Induksi, Pecahkan ketuban, Kala II forsep).
7. Deteksi Dini
Karena preeklampsi tidak dapat dicegah, yang terpenting adalah
bagaimana penyakit ini dapat dideteksi sedini mungkin. Deteksi dini
didapatkan dari pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada saat
pemeriksaan kehamilan (ANC).
8. Eklampsi
Eklampsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang, bahkan sampai koma.
KESIMPULAN

Angka kematian ibu baik di Indonesia maupun di dunia masih dalam taraf
yang mengkhawatirkan. Preeklampsia yang berkomplikasi menjadi salah satu
penyebabnya. Preeklampsia berat dapat menjadi eklampsia apabila terjadi kejang
sebagai salah satumanifestasinya. Kejang pada preeklampsia dapat berkomplikasi
menimbulkan sindroma ibu dan sindroma bayi. Langkah tatalaksana
komprehensif dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan kejadian kejang
pada preeklampsia agar tidak menjadi eklampsia. Magnesium sulfat telah
digunakan sebagai antikonvulsan sejak lama dan terbukti memiliki efikasi yang
lebih baik dari antikejang lainnya. Magnesium sulfat juga dapat menurunkan
penggunaan antihipertensi pada pasien preeklampsia, menurunkan angka
kematian dan berperan sebagai agen neuroprotektif pada bayi prematur.
Preeklamsia pada wanita hamil perempuan akan berdampak pada ibu dan
janin yang menjadi ibu mengalami gejala ketidaknyamanan tersebut seperti pusing
dan cemas. Adapun rasa sakit, bukan semua pasien mengalaminya karena nyeri
Ambang batas pada setiap individu berbeda-beda dari satu sama lain. Karena itu
para ibu membutuhkan bantuan perawat untuk meningkatkannya kondisi dan
mencegah komplikasi pada ibu dan janinnya.

Anda mungkin juga menyukai