Anda di halaman 1dari 2

Film sebagai medium menyuarakan hak asasi manusia

Dewasa ini makin banyak keresahan yang hadir di selah selah masyarakat Indonesia. Ada
banyak medium yang bisa ditempuh untuk menyurakan keresahan masyarakat terhadap
penanganan kasus-kasus hak asasi manusia yang tidak pernah di gubris sama sekali oleh pemerintah
Indonesia. Seperti wiji thukul dengan sajak-sajaknya atau iwan fals dengan karya-karyanya. Tapi
belakangan ini masyarakat Indonesia seperti menemukan semacam gelombang baru keberanian
yang muncul ke permukaan trend, lebih akrab kita sapa dengan film. Film adalah sebuah seni audi
visual yang memiliki alur atau rangkaian kejadian yang nantinya akan membuat sebuah cerita. Baik
fiksi ataupun documenter, film film di Indonesia sangat sadar akan tema hak asasi manusia. Karna
menurut author dan yang author rasakan sendiri isu pelanggaran terhadap hak asasi manusia sangat
dekat dan sangat familiar dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Tidak sedikit dari masyarakat
Indonesia pernah diperkosa hak asasinya, tetapi kkta juga tak bisa mengungkiri bahwa banyak juga
yang menjadi pelakunya. Sangat miris negara ini, tapi mau bagaimanapun pelanggaran hak asasi
manusia akan tetap terjadi sampai kapanpun. Seperti yang dikatakan Ridwan Bahri pada film
Gundala karya Joko Anwar, bahwasanya “sepanjang hidup saya, hal yang tidak akan bertahan lama
adalah pedamaian”. Tapi mau bagaimanapun, sebuah perdamaian adalah hal yang paling layak
diperjuangkan, bahkan diatas sebuah kebahagiaan. Menurut author sinema adalah medium yang
paling ciamik untuk menyuarakan keresahan atau isu-isu terhadap pelanggaran hak asasi manusia
itu sendiri. Karena kita bisa bercerita secara sarkas untuk mengkritik para oknum-oknum pelanggar
hak asasi manusia yang masih berkeliaran di luar sana. Mungkin para sineas di negri ini sangat peka
terhadap hal yang menimpa negara ini, sampai sampai author tidak pernah jemu menikmati karya
karya yang mereka hadirkan di kancah perfilman tanah air ini. Ada beberapa rekomendasi film dari
author untuk kalian yang menyimak artikel ini. Namun Film yang tidak direkomendasikan author
bukan berari tidak baik atau tidak bagus. Ada banyak karya sineas Indonesia yang tidak bisa author
rekomendasikan satu persatu. Yang jelas banyak karya sineas Indonesia tentang hak asasi manusia
yang sangat wajib untuk kita saksikan jika ingin turut menyuarakan keresahan yang sama tentang
hak asasi manusia. Ada 3 Fillm yang akan direkomendasikan ke kalian yaitu :

1. Istirahatlah kata-kata (Yosep Anggi Noen)

Sinopsis :

Wiji Thukul (Gunawan Maryanto) mengawali pelariannya dengan ketakutan, karena status
baru menjadi buronan. Namun, Wiji Thukul tetap  menulis puisi dan beberapa cerpen
dengan menggunakan nama pena lain. Di Solo, Sipon (Marissa Anita) istri Wiji Thukul hidup
bersama dua anaknya., Wani dan Fajar Merah. Sipon ditekan, rumah diawasi polisi, koleksi
buku-buku disita dan beberapa kali Sipon digelandang ke kantor polisi untuk diinterogasi.

Film ini menceritakan tentang penggalan kisah Wiji Thukul dan perjuangannya pada
masa orde baru. Bagaimana cara wiji memperjuangkan hak hak masyarakat yang dirampas
oleh kamu cukong . film ini sangat menyentuh author secara personal karna memberikan
dampak yang sangat kuat setelah menonton ini. Author merasakan perjuangan yang sama
dengan yang dirasakan oleh wiji thukul. Tumbuh rasa kagum yang amat terhadap wiji thukul
setelah menonton film ini.

2. Laut bercerita (Pritagita Arianegara)


Sinopsis :
Suatu malam di bulan Maret 1998 di Jakarta, seorang mahasiswa dan aktivis bernama Biru
Laut (Reza Rahardian) diculik oleh empat pria tak dikenal. Dipukuli dan ditutup matanya, ia
dan para aktivis politik lainnya yang juga telah diculik dibawa ke lokasi yang tidak diketahui
di mana mereka dipenjara dan disiksa selama berbulan-bulan ketika para penculik mereka
berusaha mengetahui siapa yang berada di belakang gerakan mahasiswa dan gerakan politik
negara itu.Sementara itu orang tua dan saudari Laut, seperti biasanya menghabiskan malam
mereka menyiapkan makanan, mereka tahu Laut akan senang: daging kambing dalam saus
kari, acar nanas, disajikan dengan nasi. Ayahnya mengatur meja satu piring untuk dirinya
sendiri, satu untuk istrinya, satu untuk Asmara, saudara perempuan Laut, dan keempat
untuk Laut. Dengan makan sekarang di atas meja, keluarga menunggu. Mereka duduk dan
menunggu. Tapi Biru Laut tidak muncul

Laut bercerita merupakan film yang diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama
yang ditulis oleh Leila s. Chudori. Masih berlatar di masa orde baru. Menggambarkan
perjuangan pemuda memperjuangkan reformasi dikala itu, penculikan, terror, hingga
penyiksaan dialami olehnya. Film ini menumbuhkan semangat juang yang tinggi kepada
author karena dialog dialog yang sangat fantastis yang disajikan filmnya, bagi syair yang
membangunkan orang-orang untuk segera berperang, berperang melawan semua hal yang
sewenang-wenang.

3. Sound of preeett (Rangga Kusmalendra)

Sinopsis :

Di pasar tradisional, Bowo (40) dan Susi (33) sedang melihat-lihat. Seorang lelaki tua,
Agus (50), dan istrinya Ny. Agus (48) tiba-tiba melewati bau kentut. Susi menjadi marah
karena bau itu. Kemudian Susi dan beberapa orang lain di pasar menangkap dan
menghukum Agus karena mereka percaya dia adalah orang yang kentut di depan umum.
Agus dan istrinya harus mengakui dan menerima tuduhan itu karena mereka sangat bingung
dengan situasinya dan tidak tahu harus berbuat apa.

Film ini unik karena sarat akan unsur komedi yang membuat author sangat terhibur saat
menonton film ini, eitss.. tapi tak hanya terhibur loh, author juga tertarik dengan isu
persekusi yang di angkat di film ini. Menurut author film ini memiliki ide cerita yang sangat
relate dan dekat dengan masyarakat Indonesia, kita para masyarakat Indonesia sangat
senang nyinyir atau memusingkan dan mengomentari bahkan melukai perasaan seseorang
yang memiliki indikasi melakukan suatu kesalahan. Budaya ini entah dari mana datangnya,
apakah ini sebuah sifat bawaan orang orang Indonesia, yang memiliki sifat skeptis yang
berlebihan terhadap seseorang.

3 film tadi adalah rekomedasi film yang membahas tentang isu Pelanggafran HAM .
sebenarnya author masih ingin membahas banyak film, Cuma menurut author 3 film sudah cukup
untuk direkomendasikan untuk kalian. Kita mungkin akan bahas hal ini lain kali. Yang perlu diingat,
medium untuk Memperjuangkan Hak asasi manusia sangatlah banyak ragamnya. Namun jika kalian
belum tahu tentang medium ini, sepertinya kalian harus coba deh! Author pamit undur diri teman
teman. Salam perlawanan, Stay Fuzzy and shouit when you shout it. Bye!

Anda mungkin juga menyukai