Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kompetensi Dasar
3.24 menganalisi alur cerita, babak dan konflik dalam drama yang dibaca atau di tonton
4.34 Mempertunjukkan salah satu tokoh dalam drama yang dibaca atau ditonton secara lisan
3.35 Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton
4.35 Mendemontrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaan
A. MENGANALISIS ALUR CERITA , BABAK DEMI BABAK, DAN KONFLIK DALAM DRAMA
YANG DIBACA ATAU DITONTON
1. Pengertian Drama
Herman J Waluyo (2003:6) Menyatakan drama berasal dari Bahasa Yunani, yaitu ‘draomal’
yang berarti berbuat, bertindak. Drama adalah sebuah cerita atau kisah yang menggambarkan
kehidupan/konflik atartokoh melalui tingkah laku (acting) dan dialog yang dipentaskan di
atas panggung. Drama dapat diartikan sebagai karya seni yang dipentaskan/dipanggungkan.
Di dalam drama peristiwa-peristiwa direkayasa, tetapi diusahakan agar kelihatan
berlangsung secara ilmiah. Dialog/percakapan antartokoh ditata dan direkayasa sedemikian
rupa sehingga seolah oloh terjadi secara nyata. Dengan begitu, penonton ataupun pembaca
dapat menikmati peristiwa dan percakapan itu sebagai sesuatu yang terjadi dan menghibur.
Drama sering dihubungkan dengan teater. Sebenarnya perkataan ‘teater’ mempunyai makna
yang lebih luas karena dapat berarti drama, gedung pertunjukan, panggung, grup pemain
drama, dan dapat juga berarti segala bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang
banyak. Jadi, karakteristik teater memiliki cakupan yang lebih luas dari pada drama.
Sementara karakteristik drama hanya memiliki cakupan dialog dan gerak.
2. Istilah dan Macam-macam Bentuk Drama
Istilah drama sudah dikenal masyarakat sejak dahulu. Hal itu terbukti dengan berbagai istilah
yang digunakan semuanya serupa dengan drama. Berikut istilah yang digunakan saat itu.
a. Sandiwara
Istilah sandiwara berasal dari Bahasa jawa, yaitu sandhil berarti ‘rahasia’ dan warah
berarti ‘pengajaran’. Jadi, pengajaran yang dilakukan secara tidak langsung
(tersembunyi). Sandiwara diciptakan oleh Mangkunegara VII.
b. Lakon
Istilah ini ada beberapa arti, yaitu (1) Cerita yang dimainkan dalam drama,wayang atau
film (2) Karangan yang berupa sandiwara dan (3) perbuatan, kejadian, atau peristiwa.
c. Tonil
Tonil berasal dari Bahasa Belanda toneel yang berarti ‘pertunjukan’. Istilah ini sangat
popular pada zaman penjajahan Belanda.
d. Sendratari
Sendratari merupakan sengkatan dari kata seni drama dan tari . Istilah ini berarti
pertunjukan drama yang dilakukan oleh sekelompok penari dan mengisahkan suatu
cerita, dengan menonjolkan tari-tarian tanpa adanya dialog.
e. Tablo
Istilah Tablo adalah dama yang menceritakan kisah dengan sikap dan posisi pemain yang
dibantu oleh pencerita. Pemain tablo tidak berdialog
Jenis drama terdiri atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut :
a. Berdasarkan waktunya
Berdasarkan waktunya, dapat dibedakan menjadi :
1) Drama baru/drama modern, yaitu drama yang memiliki tujuan untuk memberikan
pendidika kepada masyarakat, yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
Drama ini lebih mengedepankan nilai sastra dan lebih berkiblat ke sastra barat.
Pementasan didasarkan pada naskah drama dan tatanan drama modern.
2) Drama lama/klasik, yaitu drama khayalan yang umumnya bercerita tentang kesaktian,
kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewi-dewi, kejadian luar biasa, dan lain
sebagainya. Drama demikian lebih mengedapankan nilai hiburan daripada kualitas
sastranya. Biasanya, pementasan didasarkan pada improvisasi tiap-tiap pemainnya.
b. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya terdapat drama berikut ini.
1) Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar dialognya disusun dalam bentuk puisi
atau menggunakan unsur-unsur puisi.
2) Drama prosa, yaitu drama yang dialognya disusun dalam bentuk prosa.
c. Berdasarkan isinya, drama dibedakan menjadi berikut ini .
1) Drama tragedi (duka), yaitu drama yang tokoh utama mengalami
kesedihan/mati/sakit/kehancuran/putus asa karena konflik batin/konflik fisik dengan
kekuatan yang luar biasa.
2) Drama komedi (riang), yaitu drama yang isinya ringan dan bersifat menghibur. Biasa
saja isinya menyindir dengan seloroh, tetapi berakhir dengan senang/bahagia/riang.
3) Drama tragedi komedi, yaitu drama yang sedih namun ada lucunya. Drama ini
cenderung berusaha menertawakan hal-hal serius tentang persoalan hidup. Contohnya :
sedih dan gembira karya Usmar Ismail.
4) Lelucon/dagelan/farce, yaitu drama yang lakonnya selalu bertingkah polah jenaka
sehingga merangsang gelak tawa penonton. Perbedaannya dengan drama komedi adalah
dagelan dipentaskan dengan tujuan utama membuat lelucon yang mengundang tawa.
Jadi, cerita hanya sebagai sarana untuk memperoleh kelucuan. Sementara itu, drama
komedi, lelucon hanyalah efek sampingan yang ditampilkan. Contoh
lelucon/dagelan/farce adalah lenong betawi, ketoprak humor,opera van java dan lain-
lain.
d. Berdasarkan kuantitas dialognya, drama dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1) Drama pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata, hanya gerakan badan dan anggota badan
menirukan kegiatan tokoh yang sedang dikisahkan.
2) Drama minikata, yaitu drama yang hanya menggunakan sedikit dialaog.
3) Drama dialog dan monolog, drama dialog yang menggunakan banyak dialog
anatarpelaku, atau dilakukan oleh seorang pelaku (monolog).
e. Berasarkan kolaborasi dengan unsur seni yang lain, drama terdiri atas tiga macam.
1) Drama opera, yaitu drama yang lebih menonjolkan seni suara dan musik
2) Drama sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni drama dan tari tanpa dialog
3) Drama tablo, yaitu drama yang dimainkan dalam bentuk gerak pemain dan tanpa dialog.
f. Berdasarkan sarananya
Berdasarkan sarananya, drama dibedakan atas :
1) Drama panggung (teatrikal drama) adalah drama yang
dibuatuntukdipentaskandidepanpenonton.
2) Drama radio adalah drama yang dinikmatipenikmatnya yang lewatsiaran radio
3) Drama televi/film adalah drama yang ditontonpenikmatnyalewatsiarantelivisi/film
4) Sramabnekaadalah drama yang tokoh-tokohnyadigambarkandenganmenggunakan media
boneka.
g. Bentuk drama lainnya, misalnya :.
1) Drama absurd, yaitu drama yang mengabaikankonvensi (aturan) alur, penokohan, dantema.
2) Drama baca/ naskah, yaitu drama yang hanya dibaca, tidak untuk dipentaskan.
3) Drama liturgi, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan kebaktian di gereja.
4) Drama rakyat, yaitu drama yang muncul bersamaan bersama festival rakyat di pedesaan/
kampung.
3. Unsur Ekstrinsik dan Intrinsik Drama
Unsur ekstrinsik drama yaitu realitas yang ada di masyarakat yang masuk ke dalam teks drama
seperti realitas sosial, politik, ekonomi, budaya, seni, teknologi, pendidikan, agama, hukum, dsb.
Drama yang baik pasti memperhatikan kesesuaian antara cerita dengan unsur-unsur ekstrinsik
tersebut sehingga tidak terjadi anakronisme (pertentangan antara zaman dan realitasnya).
Adapun unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur yang ada di dalam drama yang saling bertautan
membangun drama itu sendiri.Unsur instrinsik drama juga terdiri atas latar, tokoh/pelaku, karakter,
dialog, tema, pesat/amanat, dan alurcerita.
a. Latar atau setting ialah keterangan /gambaran tempat, waktu, dan suasana saat terjadinya
peristiwa. Dalam naskah drama bagian ini termasuk dalam kramagung (petunjuk laku,
tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh, biasanya ditulis dalam tanda
kurung dalam huruf miring). Latar dapat dinyatakan melalui percakapan para tokoh. Latar
dalam pementasan drama dapat diperlihatkan dalam penataan panggung, musik ilustrasi, dan
tata pencahayaan.
1) Latar tempat, yaitu gambaran tempat kejadian di dalam naskah drama, seperti di
dalam kamar tamu dengan meja-kursi tamu, di kantor, di ruang praktik dokter, di
hutan, di persimpangan jalan, di pengadilan, dsb.
2) Latar waktu, yaitu gambaran waktu kejadian di dakam naskah drama, seperti sore
hari, siang hari, pagi hari, jam sepuluh malam, jam 10 pagi, dsb.
3) Latar suasana, yaitu gambaran suasana saat cerita/kisah berlangsung, apakah sepi,
ramai, gembira, mencekam, dsb.
4) Latar budaya, adalah gambaran budaya tempat pariwisata/cerita berlangsung seperti
system politik, adat-istiadat, perkakas, pakaian, bangunan, karyaseni, dsb.
b. Tokoh atau pelaku adalah orang yang terlibat dalam peristiwa. Hubungan antarpelaku yang
menimbulkan konflik (insiden) inilah yang dapat menggerakkan (sebagai motor penggerak)
alur /plot cerita.
Berdasarkan perannya dalam menggerakkan alur, tokoh dalam drama terdiri atas tokoh
sentral/utama, tokoh bawahan, dan tokoh latar.
1) Tokoh sentral/utama: tokoh yang kemunculannya memegang peranan (sangat potensial)
dalam menggerakkan alur cerita. Tokoh utama ditandai oleh empath al, yaitu (a) tokoh yang
paling serigng muncul dalam setiap adegan, (b) menjadi sentral/pusat perhatian tokoh-tokoh
lain. (c) kejadian/peristiwa yang melibatkan tokoh lain selalu dapat dihubungkan dengan
peran tokoh utama, dan (d) dialog-dialog yang melibatkan tokoh-tokoh lain selalu berkaitan
dengan peran tokoh utama.
2) Tokoh bawahan: tokoh yang kemunculannya berperan dalam membantu menggerakkan alur.
3) Tokoh latar: tokoh yang kemunculannya tidak berpengaruh terhadap perkembangan alur.
Dia muncul sebagai pelengkap latar yang hanya berfungsi untuk menghidupkan latar.
Jika dilihat dari sifat tokoh, terdapat tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis.
1) Tokoh protagonis/tokoh idaman: tokoh utama, tokoh yang memperjuangkan kebaikan,
bersifat baik, gagah, atau tampan.
2) Tokoh antagonis/tokoh gagal: tokoh yang melawan tokoh utama, bersifat jelek/jahat.
3) Tokoh tritagonist/tokoh penengah: tokoh yang berperan menengahi tokoh utama dan tokoh
lawan, tetapi kadangkala memihak salah satu dari kedua tokoh di atas. Kehadiran tokoh ini
merupakan sumber konflik dalam sebuah drama.
c. Watak/ karakter
Watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku.
Watak dalam teks drama tergambar dalam dialog para pelakunya.
Contoh:
Deni : Sejak aku pulang tadi malam tak sedikit pun engkau gembira tampaknya.
Nety : Engkau dan aku tentu saja berbeda. Di sini dalam serba kekurangan, di sana dalam
surga kenangan berjalan-jalan di bawah rembulan...
Deni : Sejak Nona Bety di sini engkau tak habis-habisnya cemberut.
Nety : Katakan saja “Pucuk dicinta ulam tiba” (Tertawa mengejek). Tidaklah engkau
gembira bertemu lagi dengan nona manis itu? Dan sekali ini tidak diikutkan aku
pula?
Dari conntoh dialog di atas, bagaimanakah watak Nety? Nety cemburu, bukan?
d. Dialog atau Percakapan . Konflik pelaku drama dikemas dengan dialog antarpelaku.
Karena itulah, dialog harus memenuhi dua syarat.
1) Dialog harus dapat menunjang gerak batin/perilaku/perasaan/pikiran para pelaku. Dialog
harus dapat mencerminkan apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan apa yang
terjadi di luar panggung.
2) Dialog merupakan percakapan sehari-hari bukan bahasa tulis, tetapi bukan percakapan
yang asal-asalan. Dialog dalam dram adalah dialog yang dipilih dapat mewakili karakter
yang mengucapkan. Dialog yang digunakan harus jelas dan tepat sasaran. Dialog harus
dapat dijelaskan dengan tanda baca dan petunjuk acting/ pembawaan dan petunjuk
lainnya (kramagung)
e. Tema merupakan inti, jiwa, atau ruh cerita. Semua dialog, adegan, bagian atau babak
bermuara pada tema. Berdasarkan sifat ending-nya, tema dapat dibedakan atas:
- tema kesuksesan, keberhasilan, kemengangan, dan sejenisnya
- tema kegagalan, penderitaan, kekalahan, dan sejenisnya.
Dilihat dari lawan konfliknya, ada konflik keluarga, konflik dengan penjahat, konflik
dengan masyarakat, konflik dengan penjajah, konflik antarnegara, dsb.
f. Amanat/ pesan merupakan nasihat (nilai-nilai) yang secara terselubung hendak
disampaikan agar diikuti/diteladani oleh pembaca/penonton. Amanat sangat terselubung
dalam drama secara keseluruhan. Amanat ditemukan setelah selesai drama
dibaca/dipanggungkan. Nilai-nilai itu dapat berupa nilai moral, religi, sosial/kemanusiaan.
keadilan/hukum, politik/kepemimpinan, dsb.
g. Alur cerita atau plot dalam drama bergerak oleh adanya dialog antarpelaku. Hal ini yang
membedakan dengan plot cerpen maupun novel yang selain dikembangkan oleh dialog juga
oleh adanya penceritaan/penggambaran gerak pelaku dengan kalimat deskripsi maupun
pemaparan. Alur cerita drama pada umumnya dapat dibagi ke dalam tahap-tahap, yaitu
orientasi/perkenalan, tahap konflik awal, tahap komplikasi, tahap klimaks, tahap
resolusi/penurunan konflik/denouement, dan tahap akhir peristiwa (ending). Ending
(akhir) drama dapar dibedakan atas ending Bahagia (happy ending), ending sedih (sad
ending), dan ending mengambang. Rankaian alur drama kadang-kadang dipecah menjadi
beberapa babak karena adanya latar cerita yang berbeda. Dalam drama yang hanya satu
babak, semua tahap terebut terangkum dalam satu babak itu sendiri.
Praktik 1
Tugas 1
Bacalah teks drama “Ayahku Pulang” berikut ini. Kemudian, jawablah pertanyaan-
pertanyaannya!
Teks 1
12. Ibu : Ya, sudah besar tentu, lebih besar daripada ayahnya. Marilah masuk! Pandanglah
mereka!
13. Ayah : (Ragu) Boleh ..., boleh aku masuk, Tinah?
14. Ibu : Tentu saja boleh. (Mereka masuk, Ibu memegang lengan ayah. Kemudian, pelan)
Ayahmu pulang...
15. Maimun : (Gembira) Ayah..., ayah ... (mendekati ayahnya dan mencium tangannya)
Aku Maimun.
16. Ayah : Maimun sudah besar sekarang. Waktu aku pergi, engkau masih kecil sekali, kakimu
masih lemah, belum mampu berdiri ... , dan Non ini?
17. Mintarsih : Aku Mintarsih, Ayah! (mencium tangan ayahnya)
18. Ayah : Ya, ... Mintarsih! Aku mendengar dari jauh, aku dapat anak lagi, seorang putri.
Engkau cantik, Mintarsih, seperti ibumu waktu masih muda...Ah, aku girang sekali,
tak tahu, apa yang musti kukatakan.
19. Anak 2 : Silahkan duduk, Ayah!
20. Ibu : Yah, aku sendiri tak tahu di mana aku musti mulai bicara. Anak-anak semuanya
sudah besar seperti ini. Aku kira, bagiku inilah bahagia yang paling besar.
21. Ayah : (Tersenyum pahit) Yah, anak-anak rupanya sudah besar, meskipun tak punya
bapak.
22. Ibu : Yah, mereka semuanya sudah pandai, jadi orang pandai sekarang. Narto bekerja di
perusahaan tenun, dan Maimun tak pernah tinggal kelas selama ia bersekolah, tiap
tiap kali tentu keluar sebagai pemenang dalam ujian. Sekarang semuanya
mempunyai penghasilan Rp2 juta sebulan, dan Mintarsih membantu-bantu menjahit
sementara menunggu ...
23. Mintarsih : Ah. ibu...
24. Ibu : Dan, bagaimana kamu selama ini?
25. Ayah : Sepelah tahun yang lalu, aku seorang saudagar besar di Singapura. Aku kepala
sebuah perusahan dengan pegawai berpuluh-puluh orang. Tapi malang, tokoku
habus terbakar dan seolah-olah nasib belum puas menyeretku ke dalam kesengsa-
raan, andil-andil yang kubeli merosot semua sehabis perang. Sesudah itu, segala
yang kukerjakan tak ada yang baik lagi, ... Sementara itu, aku sudah mulai tua.
Tempat tinggalku, keluargaku, anak istriku tergambar di depan mata jiwaku.
Rasanya aku tak tahan lagi hidup. Karena itu,... Aku serahkan diriku sekarang pada
kamu semua ... aku berharap kasihmu ... (Dian sejurus, melihat Gunarto) Narto ...
Gunarto ... Maukah engkau memberi aku air segelas? Kering rasa tenggorokanku,
engkau tak begitu berubah rupanya, Narto, hanya engkaulah yang tidak ... (Diam
lagi)
26. Ibu : Narto, ayahmu akan berbicara itu. Mestinya engkau gembira ... Sudah semestinya
bapak berjumpa kembali dengan anak sejak sekian lamanya.
27. Ayah : Kalau Narto tak mau, engkau Maimun, berilah aku air segelas.
28. Maimun : (Hendak mengambil air) Baik, ayah.
(LAYAR TURUN)
(Saduran dari drama Jepang yang berjudul Chichi Kaeru dengan beberapa perubaha)
Pertanyaan:
a. Di manakah latar (tempat, waktu, dan suasana) peristiwa/drama tersebut?
b. 1) Tentukan tokoh sentral/utama, tokoh bawahan/pembantu, dan tokoh latar!
2) Tentukan tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis!
c. Jelaskan watak yang menonjol dari para tokoh pada drama tersebut!
d. Apa tema drama tersebut?
e. Temukan 3 amanat yang akan disampaikan dalam drama tersebut!
f. Tunjukkan 3 unsur ekstrinsik yang berupa realitas budaya, agama/religi, dan sosial yang
tampak dalam drama tersebut!
g. Alur jenis apa yang digunakan dalam drama tersebut? Bagaimana urutan bagian-bagiannya?
h. Bagaimana ending-nya? Tunjukkan buktinya!
Tugas 2
Tukarkan hasil kerja Anda kepada kelompok lain untuk diberi masukan/komentar!
Tugas 3
a. Sambunglah/lanjutkan alur cerita drama tersebut agar menjadi happy ending dalam bentuk
synopsis.
b. Sambunglah/lanjutkan alur cerita drama tersebut agar menjadi happy ending dalam bentuk
dialog.
Tugas 4
Presentasikan lanjutan cerita yang kalian buat baik dalam bentuk sinopsis maupun dialog.
Praktik 2
Tugas 1
Bacalah teks drama “Naga dan Harimau” berikut ini. Kemudian, jawablah pertanyaan-
pertanyaannya!
Teks 2
SANG NAGA DAN HARIMAU
Oleh Titin Maharani
Pelaku : Nenek, Lelaki, Sabri, Martiah
(Di ruangan dalam sebuah rumah sederhana, keluarga kurang berpunya, sebuah dipan tua, meja
makan tua dengan 3 buah kursi tua...) (Tiba-tiba Sabri masuk. Begitu di dalam ia kaget setengah
mati melihat lelaki itu berada di rumahnya. Mereka berdua berpandangan sebentar, kemudian
Sabri melarikan diri)
(Begita melihat Sabri melarikan diri, lelaki itu segera berusaha mengejarnya. Tetapi ketika ia
bergerak dan melangkah untuk berlari, wanita itu menjegal kakinya dengan gagang sapu, maka
jatuhlah lelaki itu, yang tentu saja memaki-maki wanita itu dengan gencarnya. Namun, wanita itu
tak kalah limpet menjawabnya.
1. Nenek : Untuk apa kau kejar anakku? Jelas ia kalah kuat denganmu...
Tubuhmu kekar, sekali saja kau pukul, berantakan dia.
2. Lelaki : Engkau ibu kurang ajar ... Anakmu itu melarikan uangku.
3. Nenek : Dia hanya belum bisa melunasinya, tetapi tidak melarikan uangmu.
Lagi pula bukankah engkau telah berjanji untuk menangguhkan penagihan
uang itu seminggu lagi?
4. Lelaki : Kapan?
5. Nenek : Engkau tak dapat menjawab teka-tekiku bukan ...
6. Lelaki : Nenek setan sialan, kubunuh kau ...
7. Nenek : Jangan besar mulut anak muda, engkau tak akan mampu membunuhku. Aku
Tahu benar bawha hatimu sangat pengasih...Apakah engkau tega
membunuhku.
8. Lelaki : Tapi aku membutuhkan uangku, Nek...
9. Nenek : Aku tahu, juga Sabri anakku tahu hal itu. Tetapi ia telah lari begitu
melihatmu.
berarti ia belum berhasil mendapatkan uang pengganti uangmu. Maafkan dia
10. Lelaki : Kalau dia tak bisa mencari uang, mengapa ia harus membuat hutang, heh...?
11. Nenek : Justru karena ia ingin membuat uang, mengertikah engkau...?
12. Lelaki : Aku tak mengerti maksudmu...
13. Nenek : Sangat sederhana ... Zaman ini adalah zaman susah, terutama bagi orang-
orang
kecil seperti kami. Biaya pendidikan sangat mahal, juga sekedar kursus-
kursus
sederhana. Ke mana orang tua seperti aku harus mencarikan biaya untuk
anakku? Nah, anakku hanya berpendidikan rendah...Maka bisanya ya bekerja
apa adanya, hingga ke hari perkawinannya
14. Lelaki : Mengapa ia kawin kalua ia tak mampu menghidupi istri?
15. Nenek : Apa hanya orang berpunya saja yang diizinkan punya istri? Tidak bukan...
Karena orang tidak tahu, bagaimana masa depan seseorang... Apa orang
miskin selamanya juga akan miskin? Apabila ia mau berusaha pasti
perubahan nasib bisa diupayakan menjadi bertambah baik...
16. Lelaki ; Lalu untuk apa uang itu?
17. Nenek : Ia telah tertipu bersama puluhan, atau mungkin ratusan pemuda yang lain.
Ada orang perlente berdasi menawarkan perkejaan bagus dengan gaji bagus,
tetapi syaratnya anak-anak muda kita harus membayar dahulu, dari 20 hingga
ke 50 juta rupiah...
18. Lelaki : Lalu?
19. Nenek : Sudah kukatan, zaman ini memang kejam... Sabri tertipu.
20. Lelaki : Harus ada lembaga yang mampu melindunginya, ataupun membela hak-
haknya....
21. Nenek : Engkau berpendapat demikian? Aku pun berpendapat sama.
22. Lelaki : Sekarang bagaimana?
23. Nenek : Berilah Sabri waktu hingga ia bisa melunasimu.
24. Lelaki : Sialan, kappa itu bisa terjadi?
25. Nenek : Aku ada jalan.
26. Lelaki : Bagaimana?
27. Nenek : Bila kaujawab teka-teki sendiri itu..., bila bisa kukatakan apakah ibu masih
hidup ataukan sudah mati dan di mana ia berada letak kuburnya.
28. Lelaki : (Tegang) Kau mampu?
29. Nenek : Seandainya aku bisa, taruhan apa yang kau berikan?
30. Lelaki : Apa yang kau minta?
31. Nenek : Kau akan membebaskan anakku Sabri dari beban pembayaran hutangnya
kepadamu?
32. Lelaki : Bailah... Kau tahu, berapa banyak jumlah uang yang telah kukeluarkan untuk
menemukan ibuku ....Bukan hanya kubebaskan ia dari kewajiban membayar
hutangnya, bahkan kujanjikan untuk memberinya uang sebanyak yang
dipinjam dariku...
33. Nenek : Benarkah begitu?
34. Lelaki : Aku tak pernah bohong, tetapi mana mungkin kau akan mampu
mengatakannya?
35. Nenek : Memang tidak gampang, tetapi aku akan berusaha....Yang pasti, berdasarkan
analisaku atas cerita-ceritamu, ibumu ditinggal kawin lagi oleh ayahmu.
36. Lelaki : (Ternganga, bisiknya dalam hati, “sialan, darimana ia tahu”) Itu benar.
37. Nenek : Jadi, besar kemungkinan bapamu pergi meninggalkan istri lamanya dan pergi
bersama istri barunya
38. Lelaki : Sialan. Tetapi memang benar demikian.
39. Nenek : Nampaknya Bapakmu melarikan diri dengan membawamu juga.
40. Lelaki : Ya.
41. Nenek : Berarti ibumu masih berada di daerah asalnya, di daerah ini...
42. Lelaki : Pada mulanya aku juga berpikir begitu, tetapi aku sudah lelah mencari, juga
tak ketemu. Pasti ia sudah pergi melarikan diri dari orang tuanya, atau bahkan
sudah meninggal dunia.
43. Nenek : Mengapa lama benar Martiah membuat teh panas.
( Si nenek bangun dan menuju meja kecil, mengambil gelas air putih separo,
meminum airnya kemudian ia menuju lemarinya, membuka, mengambil
sesuatu dari dalamnya dan kembali ke meja ke tempat di mana lelaki itu
duduk)
(Lelaki itu memandanginya, ternyata benda yang di tangan perempuan itu
sebuah kotak kecil. Ia memberikan kotak kecil itu kepada lelaki itu.)
44. Nenek : Aku penah berjanji kepadamu untuk memberikan hartaku sebagai pengganti
hutang anakku.
45. Lelaki : Ya.
46. Nenek : Terimalah ini.
47. Lelaki : Tetapi kau akan mengatakan di mana ibuku.
48. Nenek : Aku pun tak bisa menjawab Hitler berada di mana....Bagaiman bisa aku
mengatakan di mana ibumu? Terimalah harta tak seberapa ini.
(Lelaki itu menerima kotak tersebut, kemudian perlahan membukanya.
Segera ia terpesona, ia keluarkan sebuah kalung dengan leontin emas
berbentuk apel yang terpotong meliuk-liuk. Kemudian ia melepas kalung
yang melingkar di lehernya sendiri, ternyata berleontin emas dengan bentuk
apel yang terpoton meliuk-liuk juga. Ketika ia mencoba mencocokkan
keduanya benda tersebut, ternyata persis sesuai, menjadi sebuah apel utuh
yang tidak berpotong. Lelaki itu melongo.)
49. Lelaki : Bagaimana ini mungkin? Ini adalah belahan leontin ibuku. Yang separo
dibawa ayahku, yang separo dibawa ibuku sebagai tanda kasih mesra
mereka....Bagaimana benda ini bisa berada di tanganmu?
50. Nenek : (Hanya tersenyum memandanginya dengan senyum teduh)
51. Lelaki : Bagaimana benda ini bisa berada di tanganmu?
52. Nenek : Mengapa tidak bisa?
53. Lelaki : Ibuuuu...
(Kedua orang itu berpelukan, perlahan lampu meredup dan layar panggung
menutup)
Pertanyaan :
Tugas 2
Di dalam drama terkandung konflik batik manusia dalam menghadapi hidup dan kehidupan.
Konflik-konflik batin itu dikemas/diceritakan dalam alur cerita/plot melalui enam tahap, yaitu tahap
orientasi/perkenalan, tahap konflik awal, tahap komplikasi, tahap klimaks, tahap
resolusi/penurunan konflik/denouement, dan tahap ending (akhir peristiwa).
Keenam bagian tersebut sering diapit oleh bagian awal yang disebut prolog dan bagian akhir yang
disebit epilog.
a. Prolog merupakan kata-kata pembuka, atau pengantar sebagai latar belakang cerita. Bagian
ini sering disampaikan oleh sutradara, narrator, atau tokoh tertentu.
b. Epilog merupakan kata-kata penutup yang berisi kesimpulan atau amanat tentang
pertunjukan drama, dapat pula berisi kelanjutan cerita/kisah masing-masing tokoh. Bagian
ini juga disampaikan oleh sutradara, narrator, atau tokoh tertentu.
Alur drama atau plit drama bergerak oleh adanya dialog antarpelaku. Hal ini memdeakan denga plot
cepen maupun novel yang selain dikembangkan oleh dialog juga adanya penceritaan/penggambaran
gerak pelaku dengan kalimat deskripsi maupun pemaparan.
Plot drama sering disusun secara runtut yang meliputi hal-hal berikut ini.
Praktik 1
Bacalah kembali teks drama “Ayahku Pulang”. Kemudian, kerjakan tugas berikut ini!
Tugas 1
Pertanyaan analisis alur drama “Ayahku Pulang”:
Tugas 2
Presentasikan hasil kerja Anda untuk diberi masukan/komentar/nilai!
Praktik 2
Bacalah kembali teks drama “Sang Naga dan Harimau”. Kemudian, kerjakan tugas berikut ini!
Tugas 3
Pertanyaan analisis alur drama “Sang Naga dan Harimau”:
Tugas 4
Tukarkan hasil kerja Anda kepada kelompok lain untuk diberi masukan/komentar!
(2) Lelaki: (Terkejut bangun memandang kepala yang baru datang itu dengan mata yang
berkunang-kunang). “Kau...kau?”
No Tokoh :
1.Bapak : Nak, pertimbangan bukanlah karena masa depan adikmu seorang. Juga bukan
karena masa depan sisa usiaku.
2.Sulung : Hem, karena umah dan tanah pusaka ini barangkali, ya, Bapak?
3.Bapak : Sesungguhnya, Nak, lebih karena itu.
4.Sulung : Oh, ya? Apa itu ya, Bapak?
5.Bapak : Kemerdekaan.
6.Sulung : Kemerdekaan? Kemerdekaan siapa?
7.Bapak : Bangsa dan bumi pusaka.
8.Sulung : (KECEWA) Bapak yang baik. Bertahun sudah aku hidup di daerah
pendudukan sana bersama beribu bangsa awak yang tercinta. Dan aku seperti
juga mereka, tidak merasa jadi budak belian ataupun tawanan perang.
Ketahuilah ya, Bapak, di sana kami hidup merdeka.
9.Bapak : Bebaskah kau menuntut kemerdekaan.
10.Sulung : Ho, ho, apa yang mesti dituntut! Kami di sana manusia-manusia merdeka.
11.Bapak : Bagaimana kemerdekaan menurut engkau, Nak?
12.Sulung : Hem. Di sana kami punya wali negara, bangsa awak. Di sana segala lapangan
kerja terbuka lebar-lebar bagi bangsa awak. Di sana, bagian terbesar terntara,
polisi, alat negara bangsa awak. Di atas segalanya, kami di sana hidup dalam
damai. Rukun berdampingan antara si putih dan si awak...
13.Bapak : Dan di atas segalanya pula, di sana si putih menjadi yang dipertuan. Dan
sebuah bendera asing jadi lambang kedaulatan, lambang kuasa penjajahan.
Dapatkah itu kau artikan suatu kemerdekaan?
14.Sulung : Ah, Bapak berpikir secara politis. Itu urusan politik.
15.Bapak : Nak, kemerdekaan atau penjajahan selalu soal politik. Selalu merupakan buah
politik.
16.Sulung : Baik, baik. Tapi ya, Bapak, kita bukan politisi.
17.Bapak : Nak, setiap patriot pada hakikatnya adalah eorang politikus juga. Kendari
tidak harus berarti menjadi seorang diplomat, seorang negarawan. Dan, justru
karena kesadaran dan pengertian politiknya itulah seorang patriot akan
senantioasa membangkang terhadap tiap politik penjajahn. Betapa manisnya
bentuk lahirnya. Renungkanlah itu, Nak.
Dan marilah kuambil contoh masa lalu. Bukankah dulu semasa kita hidup
dalam alam Hindia Belanda, kita hidup serba kecukupan dalam sandang
pangan. Tapi, Nak, apakah jaminan perut kenyang, cukup sandang papan dsb.
itu sudah berarti hidup dalam kemerdekaan? Tidak, anakku! Kemerdekaan
adalah soal harga diri kebangsaan, soal kehormatan kebangsaan. Ia ditentukan
oleh kenyataan, apakah sesuatu bangsa menjadi yang dipertuan mutlak di atas
bumi pusakanya sendiri atau tidak. Ya, anakku renungkanlah kebenran
ucapanku ini. Renungkanlah.
18.Sulung : Menyesal ya, Bapak. Rupanya kita berbeda kutub dalam tafsir makna ...
19.Bapak : Namun, kau, Nak, kau wajib merenungkannya. Sebab, aku yakin kau akan
mampu menemukan titik simpul kebenaran ucapanku itu.
20.Sulung : Baik, baik. Itu akan kurenungkan, mungkin kelak aku akan membenarkan
tafsir Bapak. Tapi sekarang ini dalam waktu mendatang yang singkat, aku
belum bersedia untuk mempertimbangkannya. Lagipula, kita sekarang diburu
waktu. Karenanya, kumohon Bapak segera berkenan sekali lagi
mempertimbangkan usulku. Setidak-tidaknya demi kedamaian hidup masa
tua Bapak juga. Bahkan, sebenarnya juga demi masa depan adikku satu-
satunya itu. Sebentar lagi, Bapak, wajah kota tercinta ini akan hancur lebur
ditimpa kebinasaan perang.
21.Bapak : Nak, apapun yang terjadi aku akan tetap bertahan di sini. Dan bila perang
melanda kota ini, insya Allah aku pun akan ikut angkat senjata. Bukan karena
rumah dan tanah waris. Tapi karena kemerdekaan bumi pusaka. Ya, mungkin
pembelaanku akan kurang berarti. Namun, dalam setitik amal baktiku itulah,
kutemukan bahagia di sisa usiaku. Dan kalau pun aku mesti mati untuk itu,
niscayalah aku ikhlas mati dalam damai di hati. Dan, satu hal bahwa aku tidak
pernah memaksakan kehendakku kepada anak-anakku. Demikian juga kepada
adikmu. Jika ingin ikut denganmu, silakan. Jika ingin di sini bersama aku dan
kekasihnya, perwira TNI, ya silahkan. Tapi, adikmu dilahirkan dalam alam
kemerdekaan, jadi tentulah akan memilih kemerdekaan bumi pusakanya!
Tugas 1
Tugas 2
Presentasikan hasil kerja kelompok kalian agar diberi komentar atau dinilai!
Praktik 1
Bacalah teks drama berikut secara berkelompok 5-6 orang. Kemudian, jawablah pertanyaan
atau kerjakan tugas yang mengikutinya!!
Teks 1
Tugas 1
Gunakan form/tabel berikut ini untuk menganalisis unsur kebahasaan naskah drama
“Matahari di Sebuah Jalan Kecil”.
Tugas 2
Presentasikan hasil kerja kalian agar diberi masukan/dinilai!
Untuk mementaskan drama, perlu diperhaatikan unsur-unsur pementasan drama yang terdiri
atas hal-hal berikut:
a. Naskah Drama
Naskah drama adalah salah satu jenis karya sastra yang sejajar denga prosa dan puisi.
Berbeda dengan prosa maupun puisi, naskah drama memiliki bentuk sendiri yaitu
ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin dan mempunyai
kemungkinan dipentaskan (Waluyo, 2003: 2).
Dalam naskah drama berisi cerita atau lakon, nama-nama tokoh, dan dialog yang
diucapkan, serta keadaan panggung. Bahkan kadang-kadang dilengkapi tentang tata
busana, tata lampu dan tata suara (music pengiring). Naskah drama mengutamakan
pembicaraan tokoh, penuturan ceritanya melalui dialog. Permainan drama dibagi atas
babak. Tiap babak berisi satu peristiwa dengan waktu dan suasana tertentu. Untuk
memudahkan pada pemain drama, naskah juga dilengkapi dengan keterangan atau
petunjuk laku/tindakan. Petunjuk itu naskah juga dilengkapi dengan keterangan atau
petunjuk laku/tindakan. Petunjuk itu misalnya gerakan-gerakan yang harus dilakukan
pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-benda/peralatan yang dibutuhkan setiap
babak, dan sebagainya.
b. Aktor/Aktris dan Casting
Pemain/aktor/aktris adalah orang yang memeragakan cerita. Jumlah pemain bergantung
pada tokoh yang dipentaskan. Pada pemain harus benar-benar seperti tokoh yang
dimainkan. Untuk itu, mereka harus mampu memerakna watak dan tingkah laku tokoh,
serta didukung pemakaian make up (rias) dan busana yang sesuai. Pemain/aktor-aktris
merupakan pelaksana pementasan yang membawa ide cerita langsung di depan publik.
Aktor-aktris merupakan tulang punggung pementasan.