Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Hakikat Pembelajaran Biologi

Disusun oleh kelompok 1


1. Feby Maharani 342020001
2. Niki Marlina 342020002
3. Listiya monalisa 342020003
4. Cindi Monica 342020004
5. Desi Riani 342020005
6. Yulia Kurniawati 342020006

Dosen Pengampuh:

1.Drs Nizkon,M.Si

2.Tuti wijayanti, S.pd., Mpd

3.Dr Wulandari Saputri, Spd.,Mpd

Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Palembang 2021


Kata pengantar

Syukur alhamdulilah kita panjatkan kehadirat allah swt atas rahmat dan izinnya
sehinga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul jaringan
epidermis dan derivatnya tepat pada waktunya

Shalawat dan salam marilah kita hanturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW yang telah mengantarkan umatnya dari jalan kegelapan menuju yang jalan
terang benderang seperti yang kita rasakan saat ini

Dalam penulisan makalah ini ,tentu banyak ke salahan dan jauh dari kata sempurna
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran untuk
menyempurnaakan makalah ini, akhir kata kami mengucapkan atas kebaikan dan
batuan yang diberikan semoga mendapat balasan yang setimpal dari allah SWT

Palembang 18 Maret 2021


Daftar isi

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah......................................................................................................................

3. Tujuan………………………………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................

1 Pengertian hakikat pembelajaran biologi.........................................................................

2 karakteristik pembelajaran .................................................................................................

3 model pembelajaran.................................................................................................................

4 kelebihan dan kekurangan model pembelajaran...........................................................

5 materi biologi SMA yang cocok dengan model pembelajaran................................

BAB III PENUTUP............................................................................................................................

Kesimpulan .............................................................................................................................

Saran……………………………………………………………………………………………………………

Daftar pustaka …………………………………………………………………………………………….


BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah

Proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara guru siswa dan komunikasi timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Interaksi dalam
proses pembelajaran tidak sekedar hubungan komunikasi. Dika Agustia Indrati, Persita Pupung
Hariadi – ESD (Education for Sustainable Development).... 378 guru dan siswa tetapi merupakan
interaksi edukatif yang tidak hanya penyampaian materi pelajaran melainkan juga menanamkan
sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar (Nuryani R., 2005). Proses pembelajaran
biologi merupakan sebuah sistem. Sistem berarti terdapat satu kesatuan yang tidak terpisahkan
antara komponen-komponennya. Hal serupa diperkuat oleh pernyataan Suhardi (2012: 1),
bahwa proses pembelajaran (belajar mengajar) biologi adalah sebagai suatu sistem. Sistem
tersebut terdiri dari empat komponen yang saling mempengaruhi yaitu raw input (masukan
mentah : peserta didik), instrumental input (masukan instrumental), environment (lingkungan),
dan out put (hasil keluaran). Keempat komponen tersebut mewujudkan suatu sistem
pembelajaran biologi dimana prosesnya (proses pembelajaran) berada di pusatnya. Komponen
masukan instrumental sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran biologi berupa
kurikulum, guru, sumber belajar, media, metode, dan sarana prasarana pembelajaran.

2. Rumusan Masalah

Apa itu hakikat pembelajaran biologi ?

Bagaimana karakteristik pembelajaran ?

Apa itu model pembelajaran ?

Bagaimana kelebihsn dan kekurangan model pembelajaran ?

Apa saja materi biologi SMA yang cocok dengan model pembelajaran ?

3. Tujuan

Untuk mengetahui apa itu hakikat pembelajaran biologi

Untuk mengetahui bagaimana karakteristik pembelajaran

Untuk mengetahui apa itu model pembelajaran biologi

Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran

Untuk mengetahui apa saja materi biologi SMA yang cocok dengan model pembelajaran
BAB II PEMBAHASAN

1 . Pengertian hakikat pembelajaran biologi


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah usaha sadar atau upaya
yang disengaja untuk mendapatkan kepandaian. Belajar adalah suatu usaha atau
perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan sistematis serta
mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental maupun dana, panca
indera, otak dan anggota tubuh yang lain. Demikian pula aspek-aspek kejiwaan
seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya.[1]
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa yang ditujukan
untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir siswa ke arah yang lebih baik untuk
mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Darsono, dkk. ciri-ciri pembelajaran dapat
dikemukakan sebagai berikut :
a. Dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
b. Menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
c. Menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang siswa.
d. Menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
e. Menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan siswa.
f. Membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologis.[2]
Proses pembelajaran biologi merupakan implementasi dari konsep pendidikan biologi.
Menurut Wuryadi, obyek pendidikan biologi tersebut merupakan satu kesatuan
interaktif yang terbentuk dari tiga komponen, yaitu biologi sebagai ilmu, karakteristik-
karakteristik subyek didik dan teknologi pendidikan. Sedangkan biologi sebagai ilmu
memiliki karakteristik sendiri, yaitu mempunyai obyek, gejala dan persoalannya;
menggunakan metodologi ilmiah; memiliki kecenderungan untuk berkembang; dan
bermanfaat bagi masyarakat.[3]
Pada dasarnya, yang terjadi dalam proses pembelajaan biologi adalah adanya interaksi
antara subyek didik (siswa) yang memiliki karakteristiknya masing-masing dengan
obyek (biologi sebagai ilmu) untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu untuk membangun
pengetahuan, keterampilan, dan pembentukan nilai-nilai. Siswa sebagai subyek didik
tidak menerima begitu saja pembelajaran biologi yang disampaikan oleh guru, akan
tetapi ada interaksi antara siswa, guru, dan objek biologi yang dipelajari.
Setiap ilmu memiliki obyek, persoalan dan cara mempelajarinya sehingga membawa
konsekuensi logis dalam cara mengajarkannya. IPA Biologi merupakan ilmu yang
mempelajari obyek dan persoalan gejala alam. Secara garis besar, biologi meliputi dua
kegiatan utama, yaitu pengamatan untuk memperoleh bukti-bukti empirik dan proses
penalaran untuk memperoleh konsep-konsep. Belajar biologi adalah suatu kegiatan
untuk mengungkap rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup.[4]
Menurut Prawoto, biologi dibangun atas konsep-konsep yang dilandasi pada fakta-fakta
yang dapat diindera melalui proses metode ilmiah. Namun, dalam pembelajaran biologi
tidak semua fakta dapat diindera langsung oleh siswa karena adanya keterbatasan alat
bantu (media) dan waktu untuk dapat menghindarkan fakta-fakta tersebut. Selain itu,
ada juga konsep biologi yang diperoleh dari gejala-gejala yang terjadi pada masa lalu,
sehingga persoalan yang muncul sekarang merupakan hasil abstraksi dari gejala-gejala
tersebut. Oleh karena itu, dikenal adanya materi (bahan ajar) yang berupa abstrak dan
konkret.[5]
Proses pembelajaran biologi sebagai suatu sistem, pada prinsipnya merupakan kesatuan
yang tidak terpisahkan antara komponen-komponen raw input (peserta didik),
instrumental input (masukan instrumental), environment input (masukan lingkungan),
dan output (hasil keluaran). Keempat komponen tersebut mewujudkan sistem
pembelajaran biologi dengan prosesnya berada di pusatnya. Komponen masukan
instrumental yang berupa kurikulum, guru, sumber belajar, media, metode, sarana dan
prasarana pembelajaran, sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran biologi.
Dalam teori modern, proses pembelajaran tidak tergantung sekali kepada keberadaan
guru (pendidik) sebagai pengelola proses pembelajaran. Hal ini didasarkan bahwa
proses belajar pada hakikatnya merupakan interaksi antar siswa dengan obyek yang
dipelajari.[6]

2. karakteristik pembelajaran
Rangke L tobing dkk(1990:5) mengidentifikasi lima karakteristik suatu model
pembelajaran yang baik , yang meliputi sebagai berikut :

1 . prosedur ilmiah
Suatu model pembeljaran harus memiliki sustu prosedur yang sistematik untuk
mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintak atau langkah – langkah yang
dilakukan guru dan peserta didik
2. spesifik hasil belajar yang di rencanakan
Suatu model belajar menyebutkan hasil- hasil belajar secara rinci mengenai penampilan
peserta didik
3 . spesifik lingkungan belajar
Suatu model pembelajaran menyebutkan dengan tegas kondisi lingkungan dimana
tanggapan peserta didik di obserfasi
4 . kriteria penampilan
Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaan penampilan yang di
harapkan oleh peserta didik , model pembelajaran ,merencanakan tingkah laku yang
diharapkan dari peserta didik yang dapat di demonstrasikannya setelah langkah-
lamgkah mengajar tertentu
5 . cara – cara pelaksanaannya
Semua model pembelajaran menyebutkan semua mekanisme yang menunjukan reaksi
peserta didik dan interaksinya dengan lingkungan

Bruce dan Well (1980 dan 1992 : 135 – 136 ) mengidentifikasi karakteristik model
pembelajaran ke aspek – aspek berikut .
1. Sintaks
Suatu odel pembelajaran memiliki atau urutan atau tahap - tahap yang di istilahkan
egan fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut dalam praktiknya
,misalnya bagaimana memulai pelajaran.
2. System social
Menggambarkan bentuk kerja sama guru peseta didik dalam pembelajaran atau
peran- peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain dan jenis-
jenis atauran yang harus di terapkan , peran pemimpin guru bervariasi dalam suatu
model pembelajaran guru bertindak sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar
( berlaku pada model yang terstruktur tinggi ) namun dalam pembelajaran model
yang terstruktur sedang peran guru dan murid seimbang .setiap model memberikan
peran yang berbeda pads]a guru dan peserta didik
3. Prinsip reaksi
Menunjukan kepada guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta didik
dan bagaimana menanggapi apa yang di lakukan oleh peserta didik , sebagai contoh
dalam situasi belajar, guru memberikan penghargaan atas kegiatan yang di lakukan
peserta didik atau mengambil sikap netral.
4. System pendukung mengambarka kondis- kondis yang di perlukan untuk
mendukung keterlaksanan model pembelajara, termasuksarana, dan prasarana
,misalnya alat dan bahan , kesiapan guru serta kesiapan anak murid.
5. Dampak pembelajaran langsung dan iringan
Dampak pembelajaran langsung merupakan hasil yang di capai dengan cara
mengarahkan peserta didik dengan tujuan yang di harapkan sedangkan dampak
iringan adalah hasil belajar kainnya yang di hasilkan oleh suatu proses
pembelajaran sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang di alaimi oleh
pebelajar

3. Model pembelajaran
Model pembelajaran menjrut Corey ( sagala 2010 : 61 ) adalah suatu proses di
mana lingkungan seseorang secara di sengaja dikelola memugkinkan turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam ko disi- kondisi khusu atau menghsilkan respon terhadap
situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan , lingkungan
belajar hendaknya di kelola dengan baik karena pembelajaran memil;iki peranan
penting dalam pendidikan. Sejalan dengan pendapat segala bahwa pembelajaran adalah
pembelajaran siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajr merupakan
penentu keberhasilan utama pendidikan.
Dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 41 tahun 2007 mengenai
standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah , di uraikan bahwa ;
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar ada
suatu lingkungan belajar .proses pembelajaran perlu di rencanakan , dilaksanaka,
dinilai, dan diawasi , pelaksanaan pembelajran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
secara umum , model pembelajaran merupakan istilah yang di gunakan untuk
menggambarkan penyelenggaraan proses belajar dan mengajar dari awal sampai akhir .
dalam proses pembelajaran sudah mencerminkan suatu penerapan suatu pendekatan ,
metode, teknik, atau taktik pembelajaran sekaligus , menurut Udin 1996 model
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur uang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajaruntuk mencapai tujuan
tertentu. Model berfungsi sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
dan mengajar . dengan demikian ,suatu model pembelajaran dapat menggunakan
beberapa metode, teknik dan taktik pembelajaran ssekal;igus.
Para ahli meneliti dan menciptakan berbagai macam pendekatan mengajar
,salah satu nya di kembangkan oleh para ahli di bidang pembelajaran ,menelaan
bagaimana pengaruh tingkah laku mengajar tertentu terhadap hasil belajar siswa .
Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Joice dan Weil 1996 weil dan Shower 1992
setiap pendekatan yang di telitinya di namakan model pembelajaran meskipun dari
salah satu dari beberapa istilah lain yang di gunakan seperti strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran . mereka memberi nama model
tersebut karena dia alas an
Pertama karena istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada
suatu strategi , metode dan prosedur, , model pembelajaran mencakup suaru
pendekatan pembelajaran yang luas dan menyeluruh . kedua model dapat berfungsi
sebagai sarana komunikasi yang penting apakah yang di bicarakan adalah tentang
mengajar di kelas atau praktek mengawasi siswa.
Sudah bertahun – tahun para ahli meneliti dan menciptakan berbagai macam
pendekatan mengajar. Salah satunya di kembangkan peneliti di bidang pembelajaran,
menelaah bagaimana tingkah laku, mengajar tertentu terhadap hasil siswa .

4. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran


Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam
prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat
untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran
yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-
media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Berikut ini disajikan beberapa model
pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan
kondisi yang dihadapi

1. Kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah


manusia sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain,
mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib.
Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih
dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi
karena kooperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing- masing. Jadi model pembelajaran kooperatif adalah
kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkontruksu konsep, 3 menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok
terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control
dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi,
membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan
pelaporan.
2. Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching and Learning) Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan
(ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life
modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi
belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif –
nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa,
siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan
pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual
sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian,
motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu,
contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan,
mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa
partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba,
mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi,
menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi
konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap
setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei
berbagai aspek dengan berbagai cara).

4. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk dapat meningkatkan kualitas dalam


pembelajaran para ahli pembelajaran menyarankan penggunaan paradigma
pembelajaran konstruktifistik dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya
perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan fokus pembelajaran dari
berpusat pada guru kepada belajar 4 berpusat pada siswa. Pembelajaran dengan lebih
memberikan nuansa yang harmonis antara guru dan siswa dengan memberi
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan aktif dan mengkonstruksi
konsep-konsep yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berpusat pada siswa mempunyai
tujuan agar siswa memiliki motivasi tinggi dan kemampuan belajar mandiri serta
bertanggungjawab untuk selalu memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Ada beberapa pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu
salah satunya dalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan salah satu metode dalam pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Dalam
usaha memecahkan masalah tersebut mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan atas masalah tersebut. Punaji Setyosari (2006: 1)
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu metode atau cara
pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah nyata, a real-world problems sebagai
konteks bagi mahasiswa untuk belajar kritis dan ketrampilan memecahkan masalah dan
memperoleh pengetahuan. Gardner (2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah merupakan alternatif model pembelajaran yang menarik dalam pembelajaran
ruang kelas yang tradisional. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, dosen
menyajikan kepada mahasiswa sebuah masalah, bukan kuliah atau tugas. Sehingga
mahasiswa menjadi lebih aktif belajar untuk menemukan dan menyelesaikan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan
menerapkan kecakapan yang penting yaitu pemecahan masalah berdasarkan
keterampilan belajar sendiri atau kerjasama kelompok dam memperoleh pengetahuna
yang luas. Dosen mempunyai peran untuk memberikan inspirasi agar potensi dan
kemampuan mahasiswa dimaksimalkan. Pembelajaran berbasis masalah memiliki
karakteristik sebagai berikut:

a.Belajar diawali dengan masalah

b.Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa

c.Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah 5 d.Mahasisawa diberikan


tanggungjawab yang besar untuk melakukan proses belajar secara mandiri

e.Menggunakan kelompok kecil

f. Mahasiswa dituntut untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari dalam


bentuk kinerja (I wayan Dasna dan Sutrisno, 2007) Dari uraian di atas jelas bahwa
dalam pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan adanya permasalahan. Masalah
yang dijadikan pembelajaran dapat muncul dari mahasiswa atau dosen. Sehingga
mahasiswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dijadikan
pembelajaran.

4. TGT (Teams Games Tournament) Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan
siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh
tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun,
dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok
sehuingga terjadi diskusi kelas.Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan
dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang
pembagian raport

5. Materi biologi SMA yang cocok dengan model pembelajaran

1. PENDEKATAN INKUIRI
Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berarti
mendorong membelajarkan siswa untuk menggunakan prosedur yang digunakan
para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan,
mengemukakan langkahlangkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg,
membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman.

 Pendekatan inkuiri dapat dibedakan menjadi inkuiri terpimpin (guided inquiry)


dan inkuiri bebas atau inkuiri terbuka (open-ended inquiry). Perbedaan antara
keduanya terletak pada siapa yang mengajukan pertanyaan dan apa tujuan dari
kegiatannya.

 Pada inkuiri terpimpin, guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan


memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi tertentu.
 Pada inkuiri terbuka, guru bertindak sebagai fasilitator, pertanyaan diajukan oleh
siswa dan pemecahannya pun dirancang oleh siswa.

2. PENDEKATAN PENEMUAN (Discovery)


 Pertamakali dipopulerkan oleh Jerome Bruner. Pendekatan penemuan (discovery
approach) menurut Carin dan Sund (1976) sama dengan pendekatan inkuiri
(inquiry approach), tetapi menurut Dettrick, G.W. (2001) kedua pendekatan
tersebut berbeda.

 Konsep di belakang pendekatan penemuan adalah bahwa motivasi siswa untuk


belajar IPA akan meningkat apabila ia mempunyai pengalaman seperti yang dialami
para peneliti ketika menemukan suatu temuan ilmiah (Dettrick, G.W., 2001).

 Agar siswa dapat menemukan sendiri ia harus melakukan proses mental seperti
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, dan menyimpulkan.

 Apabila dalam suatu proses pembelajaran digunakan pendekatan penemuan,


BERARTI dalam kegiatan belajar mengajar, siswa diberi kesempatan untuk
menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah.
Penemuan tidak terbatas pada menemukan sesuatu yang benar-benar baru. Pada
umumnya materi yang akan dipelajari sudah ditentukan oleh guru, demikian pula
situasi yang menunjang proses pemahaman tersebut.

 Menurut Carin dan Sund (1976) pembelajaran dengan pendekatan penemuan


dibedakan menjadi penemuan terpimpin (guided discovery); penemuan terpimpin
yang kurang terstruktur (less structured guided discovery); dan penemuan bebas
(free discovery).

 Pada penemuan terpimpin, guru mengemukan masalah, memberi pengarahan


mengenai pemecahan, dan membimbing siswa sampai menemukan solusinya.

 Pada penemuan terpimpin yang kurang terstruktur, guru mengemukakan


masalah, siswa diminta mengamati, mengeksploitasi, dan melakukan kegiatan untuk
memecahkan masalah.

 Pada penemuan bebas, dari mulai memunculkan masalah sampai pemecahannya


semua dilakukan sendiri oleh siswa. Penemuan bebas ini pada umumnya diarahkan
bagi siswa yang lebih tua usianya dan lebih berpengalaman.

3. PENDEKATAN SAINS - TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT (STM)


 Dalam pembelajaran sains (IPA) menggunakan pendekatan STM, siswa tidak hanya
mempelajari konsep-konsep sains, tetapi juga diperkenalkan pada aspek teknologi,
dan bagaimana teknologi itu berperan didalam masyarakat (Depdikbud, 1992).

 Hasil penelitian dari “National Science Teacher Association” (NSTA) menunjukkan


bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai
beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa.

 Perbedaan tersebut ada pada aspek: kaitan dan aplikasi bahan pelajaran,
kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan.

 Dari aspek kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, siswa yang belajar dengan
pendekatan STM dapat menghubungkan yang mereka pelajari dengan kehidupan
sehari-hari, serta melihat manfaat perkembangan teknologi dan relevansinya.
Handout_BPF 2008 6 Summary of Approaches & Methods_ Harun

 Dari aspek kreativitas siswa lebih banyak bertanya, terampil dalam


mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan efek dari hasil observasi.

 Dari aspek sikap, minat siswa terhadap sains bertambah dan keingintahuannya
juga meningkat, dan sains dipandang sebagai alat untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi.

 Dari aspek proses dan konsep pengetahuan, mereka melihat bahwa proses sains
sebagai suatu keterampilan yang dapat digunakan dan perlu dikembangkan.

 Menurut Poedjiadi (2000): “Menghubungkan S-T-M dalam pembelajaran dapat


dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1.Sebagai pendekatan dengan mengkaitkan antara sains, teknologi, dengan


masyarakat.

2.Sebagai pendekatan dengan menggunakan isu atau masalah pada awal


pembelajaran.

3.Membuat program STM dengan skenario tertentu, digunakan sebagai suplemen.


BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Dapat di simpulkan bahwa, belajar adalah suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan
secara sungguh-sungguh dan sistematis serta mendayagunakan semua potensi yang
dimiliki baik fisik, mental maupun dana, panca indera, otak dan anggota tubuh yang
lain. Demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, motivasi, minat
dan sebagainya.[1] biologi adalah sebagai suatu sistem. Sistem tersebut terdiri dari empat
komponen yang saling mempengaruhi yaitu raw input (masukan mentah : peserta didik),
instrumental input (masukan instrumental), environment (lingkungan), dan out put (hasil
keluaran). Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran
yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih
model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi
bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Saran
Dalam pelaksanaan pembelajaran yang paling penting adalah bagaimana tujuan
pendidikan tersampaikan ,mengingat bahwa ada banyak permasalahan yang ada dalam
pelaksanaan pembelajaran tidak terkecuali masalah – masalah kemampuan siswa untuk
menerima materi yang ada berdasarkan permasalahan terebut, harus di tentukan
strategi pembelajaran beserta metode, model dan pendekatannya

Daftar Pustaka

Nizkon, Fatmah. 2020. Model – model pembelajaran. Palembang : Noer Fikri


perpustakaan dalam katalog terbitan ( KDT)

Handout BPF. 2008 ,2 Summary of approaches dan methods ,Harun

Tarbawi vol. 1 NO 2 Juni 2012 penerapan model inquiry

Fathurrahmah . Model – model pembelajaran Yogyakarta 21 Agustus 2006

Anda mungkin juga menyukai