Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu unsur yang paling penting karena

dengan adanya pendidikan maka kita bisa menghasilkan sumber daya manusia

yang bermutu dan berkualitas. Selain itu dengan adanya pendidikan maka hal baru

pun dapat dikembangkan secara cepat, tepat, efektif dan efisien. Sama halnya

seperti yang terjadi pada saat sekarang ini, yaitu terjadinya perkembangan dalam

ilmu pengetahuan dan teknologi yang benar-benar membutuhkan pendidikan

untuk menguasainya. Tujuan utama dari pendidikan itu sendiri adalah

mempersiapkan generasi muda yang mampu untuk menghadapi berbagai

tantangan dan rintangan yang terjadi seperti pada saat sekarang ini. Dalam

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 dapat dinyatakan bahwa Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan dapat terjadi dimana saja, baik itu di lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Sekolah merupakan

lembaga pendidikan yang memiliki fungsi untuk membentuk peserta didik agar

menjadi orang yang berguna dan bermanfaat di masyarakat. Pendidikan dapat

diwujudkan dengan proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik

1
2

yang memuat aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Salah satu lembaga

pendidikan yang dapat menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas adalah sekolah. Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan formal yang

mempunyai tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi.

Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan dilaksanakannya pendidikan formal di

sekolah maka diharapkan mampu untuk menciptakan manusia yang disiplin,

mandiri, bertanggung jawab, dan terampil dalam mengerjakan sesuatu.

Pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila tujuan dari pendidikan yang telah

disampaikan kepada siswa tersebut dapat tercapai sehingga mampu memberikan

perubahan yang lebih baik lagi bagi siswa.

Keberhasilan dalam pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya,

apakah mengalami perubahan dan peningkatan atau malah mengalami penurunan.

Sudjana (2005:3) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik

yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selain itu Dimyati dan

Mudjiyono (2009: 3) juga menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Oleh karena itu maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan penguasaan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang didapatkan oleh siswa selama mengikuti proses

pembelajaran yang ditunjukkan dengan angka melalui pengujian atau tes dan

ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau simbol. Hasil belajar dapat dilihat

dari nilai ulangan, nilai ujian akhir semester, dan nilai akhir semester. Hasil akhir
3

dari setiap siswa tentu berbeda-beda. Ada yang mendapatkan nilai tinggi dan ada

juga yang mendapatkan nilai yang rendah atau dibawah Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM).

Pencapaian hasil belajar dapat dikatakan optimal apabila tingkat

pencapaian belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan, yaitu nilai yang

diperoleh dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan disekolah, atau dengan

kata lain nilai yang diperoleh tersebut sesuai atau tinggi dari standar kriteria

ketuntasan minimal (KKM). Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar adalah faktor intern (dari dalam diri siswa) dan faktor

ekstern (dari luar siswa). Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah (fisiologis),

misalnya kesehatan, cacat tubuh, dan faktor psikologis diantaranya tingkat

kecerdasan, sikap, bakat, minat, kedisiplinan, kemandirian belajar, dan motivasi.

Sedangkan faktor ekstern terdiri dari faktor sosial dan nonsosial. Faktor sosial

terdiri dari guru, teman sekelas, orang tua, dan masyarakat serta teman

sepermainan. Sedangkan Faktor nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya,

rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, metode mengajar, kurikulum, alat

pelajaran, dan keadaan cuaca.

Hasil belajar merupakan suatu hal yang penting dalam pendidikan dan

dapat dipandang sebagai salah satu ukuran keberhasilan siswa dalam mengikuti

suatu proses belajar. Selain itu hasil belajar juga dapat digunakan sebagai tolak

ukur yang digunakan dalam menentukan tingkat keberhasilan siswa untuk

mengetahui dan memahami konsep pembelajaran. Hasil belajar disini dapat dilihat

dari keterampilan, nilai, dan sikap siswa setelah mengalami proses belajar

mengajar yangdiharapkan mampu mencapai hasil pembelajaran yang maksimal.


4

Disini peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap hasil

belajar siswa di SMP Islam Terpadu Diniyah Al Azhar Jambi yang merupakan

salah satu sekolah menengah pertama yang berada di Kota Jambi. SMP Islam

Terpadu Diniyah Al Azhar Jambi memiliki siswa sebanyak 186 siswa dari kelas

VII-IX. SMP Islam Terpadu Al-Azhar Jambi melaksanakan fungsi sekolah yang

sebenarnya, dimana sekolah merupakan lembaga formal yang kiprahnya adalah

menciptakan proses, perencanaan pengembangan pendidikan model, metode dan

pelaksanaan iklim belajar yang sehat kondusif serta relevan dengan tuntutan

zaman. SMP IT Al- Azhar Jambi menerapkan Kurikulum Diknas (K-13) yang

dipadukan dengan beberapa program unggulan antara lain : Pendalaman materi

Agama Islam melalui : Tahfidzul Qur’an, Bahasa Arab, Praktek Ibadah &

mentoring. Pengembangan wawasan IPTEK dan IMTAQ dengan pembelajaran

audio visual melalui pemutaran CD/film pengetahuan serta kunjungan edukatif.

Pembelajaran menggunakan scientific approach (pendekatan ilmiah).

Berdasarkan hasil observasi awal yang sudah peneliti lakukan di SMP

Islam Terpadu Diniyah Al Azhar Jambi maka didapatkan data seperti tabel

berikut:

Tabel 1.1 Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VII , VIII, IX SMP Islam
Terpadu Diniyah Al Azhar Jambi Tahun Pembelajaran 2018-2019
No Tahun Kelas KKM Jumlah Tuntas Tidak Tuntas
siswa siswa Nilai Siswa Nilai
1 2019 VII 70 60 50 7,85 10 6,50
VIII 70 51 46 8,00 5 6,00
IX 70 75 68 7,75 5 6,00
2 2019 VII 70 51 50 8,25 5 6,75
VIII 70 75 46 8,50 5 6,00
IX 70 61 68 8,50 3 6,50
3 2018 VII 70 75 50 8,50 3 6,75
VIII 70 61 46 8,25 1 6,50
IX 70 52 68 8,50 0
Sumber: Guru IPS
5

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dlihat bahwa nilai ujian semester

mata pelajaran IPS siswa kelas VII-IX IPS pada Tahun 2018- 2019 terjadi

penurunan nilai hasil belajar siswa. Jika kita bandingkan hasil belajar siswa IPS

kelas VII di semester genap pada tahun 2018 dengan semester ganjil di tahun

2019 maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi penurunan, yaitu dari nilai 8,50

menjadi 8,25 dan pada akhir semester di tahun 2019 turun kembali ke nilai 7,85.

Selain nilai, terhadap jumlah siswa yang tidak tuntas juga terjadi peningkatan.

Contohnya siswa kelas VII tahun 2018 hanya 3 orang yang tidak tuntas tetapi

tahun 2019 malah naik menjadi 5 orang pada semester pertama dan bertambah

lagi menjadi 10 orang di semester akhirnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

nilai mata pelajaran IPS di SMP Islam Terpadu Diniyah Al Azhar Jambi pada

masing-masing kelas telah mengalami penurunan.

Selain itu, juga dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang hasil

belajarnya memiliki nilai rata-rata di atas KKM semakin menurun. Disini penelti

fokus pada perbandingan nilai untuk mata pelajaran IPS. Dimana pada tahun

tertentu nilai ips siswa diatas KKM, kemudian terjadi penurunan ditahun

berikutnya. Terkait hal tersebut maka Peneliti tertarik untuk meneliti tentang hasil

belajar siswa. Hasil ulangan merupakan bagian dari hasil belajar siswa selama

periode tertentu, tingginya-rendahnya hasil belajar siswa berupa nilai ulangan

yang di atas ketuntasanatau KKM bisa disebabkan oleh tingginya motivasi

belajar, lengkapnya sumber belajar, disiplin belajar dan lain-lain.

Sudjana (2005:39) menyatakan bahwa secara umum faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam
6

diri siswa yang meliputi kemampuan yang dimilikinya, seperti motivasi belajar,

minat dan perhatian, disiplin, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial

ekonomi, faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor

yang berasal dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas

pengajaran. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari bagaimana siswa itu

mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya serta mampu memanfaatkan

apa yang ada dilingkungan hidupnya.

Hasil belajar selalu menjadi penilaian utama masyarakat terhadap suatu

sekolah atau lembaga pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan

pelaksanaan proses belajar mengajar. Hasil belajar dapat menentukan berhasil

tidaknya jalannya suatu pendidikan, karena hasil belajar memiliki fungsi sebagai

indikator kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai. Kualitas dalam dunia

pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar yang dimiliki oleh siswa maupun

sekolah. Hasil belajar tersebut dapat diamati dari ketercapaian hasil belajar siswa

yang ditentukan oleh kriteria ketuntasan minimum (KKM). Faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kompetensi pedagogik guru,teman

sebaya dan lingkungan keluarga .

Kompetensi pendagogik guru merupakan seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan

diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

Kepmendiknas No. 045/U/2002 menyebutkan bahwa kompetensi pedagogik

merupakan seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam

melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional


7

Pendidikan pasal 28 ayat (3) disebutkan bahwa “Kompetensi sebagai agen

pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak

usia dini meliputi Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi

Profesional, dan Kompetensi Sosial”.

Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang

mutlak yang perlu dikuasai oleh guru.  Kompetensi Pedagogik pada dasarnya

adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta

didik. Kompetensi Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan

membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat

keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya.Kompetensi ini tidak

diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan

sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama

dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari

masing-masing individu yang bersangkutan.

Guru juga berkewajiban untuk mengembangkan kompetensi pedagogik

yang dimilikinya. Pengembangan mutlak diperlukan agar guru dapat melakukan

tugasnya dengan baik dan dapat melakukan perubahan atau perbaikan dalam

setiap kegiatan pembelajarannya. Kompetensi pedagogik guru menjadi faktor

yang sangat menunjang peningkatan kualitas sekolah. Kompetensi pedagogik

pada guru akan memudahkan dalam memilih cara terbaik yang dapat dilakukan

supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan baik dan meningkatkan potensi

siswa. Seorang guru sangat berpengaruh pada terciptanya proses dan hasil

pendidikan yang berkualitas. Namun faktanya pada saat sekarang ini hal tersebut

masih belum berjalan dengan baik. Hal ini terlihat pada kurangnya kesiapan guru
8

dalam melakukan persiapan kegiatan belajar mengajar. Salah satu cara untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan upaya melakukan peningkatan

kualitas pendidikan yang dimulai dari pembenahan kemampuan guru mengelola

pembelajaran siswa, pemahaman karakteristik siswa, membantu siswa untuk

mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, serta penyampaian materi.

Proses belajar dan hasil belajar bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola,

struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh

kompetensi pedagogik guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang

kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif,

menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para

siswa berada pada tingkat yang optimal. Berdasarkan pertimbangan dan analisis di

atas, maka dapat diperoleh gambaran secara fundamental tentang pentingnya

kompentensi seorang guru. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa

kompetensi guru termasuk kompetensi pedagogik merupakan hal yang sangat

berperan penting dalam mewujudkan hasil belajar siswa yang maksimal. Melihat

berbagai kemampuan pedagogik yang ada, tampak bahwa untuk menjadi guru

sejatinya bukanlah hal yang mudah. Guru adalah desainer masa depan anak.

Melalui sentuhannya, masa depan anak akan banyak ditentukan. Kesalahan

perlakuan bisa berdampak fatal terhadap perkembangan anak, yang tidak hanya

terjadi pada hari ini tapi justru nanti di kemudian hari.

Memasuki abad ke-21, tantangan hidup dan kehidupan sangatlah dinamis

dan kompleks. Semua ini mau-tidak mau menghendaki adanya perubahan yang

mendasar dan signifikan terhadap proses pendidikan dan pembelajaran peserta

didik yang di dalamnya mengandung implikasi kuat terhadap perubahan peran dan
9

tugas yang dilakukan oleh guru. Karena itu, saat ini pemerintah sedang berusaha

menata dan membenahi profesi guru ini, mulai dari proses pendidikan calon guru

(penataan LPTK), saat mengawali karir guru (program induksi), dan selama

menjadi guru (penilaian kinerja guru danpengembangan keprofesian

berkelanjutan). Semua itu dilakukan pemerintah dengan tujuan agar pendidikan

benar-benar dapat dipegang oleh guru-guru yang  memiliki keahlian di bidangnya

masing-masing sehingga nanti guru-guru tersebut dapat memiliki kemampuan

pedagogik yang baik serta mampu mendorong peningkatan hasil belajar siswa.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pembelajaran

yang menarik dapat memotivasi siswa untuk mengoptimalkan potensinya dalam

rangka pencapaian standar pendidikan yang ditetapkan. Kualitas guru yang baik

merupakan modal yang sangat penting dalam memberikan materi pelajaran.

Seorang guru diharapkan tidak hanya dapat mengajar saja, akan tetapi dalam

proses belajar mengajar harus dapat membangkitkan motivasi, hasrat, dan gairah

belajar pada diri siswa.

Selain guru, teman sebaya juga menjadi salah satu faktor eksternal sosial

yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Santrock (2009:109)

teman sebaya merupakan anak atau remaja yang mempunyai tingkat umur dan

tingkat kedewasaan yang sama. Fungsi utama dari teman sebaya ini adalah

memberikan sumber informasi serta media untuk dilakukannya perbandingan

antara dunia dalam keluarga dengan dunia di luar keluarga, sehingga hubungan

dengan teman sebaya dapat memberikan pengaruh yang signifikan, seperti teman

sebaya yang buruk dapat membawa anak ke perilaku yang buruk juga. Begitu
10

sebaliknya. Dalam lingkungan sosial, teman sebaya sangat berpengaruh terhadap

perkembangan hasil belajar. Jika hubungan yang terjadi adalah dengan teman

sebaya yang positif maka dampaknya juga akan positif dan jika hubungannya

negatif maka akan berdampak negatif pula bagi siswa.

Ada berbagai jenis teman sebaya dengan berbagai tipe. Mereka memiliki

hubungan pertemanan karena didasari oleh kesamaan dalam berbagai aspek,

misalkan hobi, tujuan, dan seringnya bertemu. Setiap teman sepermainan

memiliki karakter yang berbeda-beda. Perbedaan karakter tersebut dapat

berpengaruh besar dalam berbagai hal seperti pola pergaulan dalam lingkungan,

khususnya pada prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat berpengaruh positif

maupun negatif terhadap prestasi belajar siswa, tergantung diri mereka sendiri

serta bagaimana cara mereka melakukan pergaulan dengan teman

sepermainannya.

Menurut Jurnal Civic Hukum, Jika siswa bergaul dengan teman

sepermainan yang suka menggunakan narkoba, merokok, dan juga minum-

minuman keras, maka siswa tersebut cenderung akan melakukan hal yang sama

dengan teman sepermainannya, dan hal seperti inilah yang seharusnya dihindari

dari pergaulan anak atau remaja pada jaman sekarang karena dapat berpengaruh

besar terhadap prestasi belajar siswa. Meskipun tidak sepenuhnya, setidaknya hal

tersebut dapat mendorong dirinya untuk melakukan hal yang sama seperti yang

dilakukan teman sepermainannya. Namun kita juga mengetahui bahwasanya masa

remaja merupakan masa dimana mereka mencari jati diri mereka dan bisa

dikatakan pada masa ini remaja memiliki pemikiran yang tidak stabil, baik dalam

pemikiran maupun prinsip hidup.


11

Pengaruh teman sebaya tidak hanya memunculkan pengaruh negatif

seperti yang telah dijabarkan diatas saja, namun ada pula pengaruh dari sisi

positifnya juga. Teman sebaya yang bersifat positif sangat mempengaruhi proses

pembelajaran karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa yaitu

sebagai sumber informasi, sebagai teman diskusi untuk menyelesaikan masalah

dalam proses pembelajaran, sebagai teman untuk belajar kelompok,

mengemukakan pendapat serta untuk meningkatkan kemampuan dalam penalaran.

Terkadang siswa lebih suka mengikuti gaya dan tingkah laku dari teman-

temannya. Misalnya saja, siswa yang berteman dengan siswa yang rajin maka

siswa tersebut juga akan memiliki sikap rajin, dan sebaliknya. Saat masa remaja

kedekatan siswa dengan teman sebaya lebih intensif dari pada kedekatan dengan

orangtua. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa lingkungan teman sebaya

merupakan pengaruh terbesar dari tingkah laku remaja. Penelitian yang dilakukan

oleh Retno Singga Dewi (2015) menunjukkan bahwa lingkungan teman sebaya

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 14 Semarang sebesar

18,8%. Hal ini diperkuat dengan penelitian menurut Evi Anggraini (2014) bahwa

pergaulan teman sebaya berpengaruh positif signifikan terhadap hasil belajar mata

pelajaran ekonomi SMA N 1 Sukodono. Variabel ini memberikan sumbangan

relatif sebesar 68,46% dan sumbangan efektif sebesar 34,09%.

Pengaruh teman sebaya dapat terjadi dimana saja, salah satunya yaitu

pengaruh teman sebaya di dalam kelas. Siswa seringkali sulit untuk fokus dalam

belajar. Biasanya hal tersebut disebabkan oleh teman yang mengajak mengobrol,

sehingga hal tersebut berdampak pada pemahaman materi yang disampaikan oleh

guru. Ada juga siswa yang membuat kelompok-kelompok tertentu dalam satu
12

kelas. Selain itu terkait dengan tugas yang diberikan guru. Siswa biasanya

mengerjakan tugas jika temannya juga mengerjakan tugas. Oleh karena itu

lingkungan teman sebaya menjadi salah satu faktor penyebab siswa dapat

mencapai hasil belajar yang maksimal.

Dalam meningkatkan hasil belajar diperlukan kerjasama yang baik antara

pihak sekolah dan orang tua siswa. Kenyataan yang ada sekarang ini adalah orang

tua cenderung menyerahkan proses pembelajaran siswa sepenuhnya kepada

sekolah. Orang tua siswa terlalu sibuk dengan pekerjaannya yang menyebabkan

kurangnya perhatian yang mereka berikan dan cenderung acuh terhadap kegiatan

belajar anak. Seseorang dididik dan dibimbing dalam keluarga yang kurang kasih

sayang dan kurang perhatian, maka siswa tersebut akan tumbuh dan berkembang

menjadi anak yang nakal dan pemalas.

Dalam upaya meningkatkan hasil belajar yang baik bukan hanya menjadi

tanggung jawab pihak sekolah, akan tetapi peran keluarga juga turut berkontribusi

didalamnya. Keluarga merupakan lingkungan yang paling mendasar terhadap

perubahan dan perkembangan individu karena pada hakikatnya lingkungan

keluarga merupakan tempat utama bagi seseorang dalam melaksanakan proses

belajarnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hasbullah (2011: 38) yang

menyatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama dan

pertama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat

didikan dan bimbingan dan dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena

sebagian besar dari kehidupan anak adalah didalam keluarga.

Keluarga memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan

belajar anak, seperti yang dinyatakan Slameto (2010: 60-64) “Siswa akan
13

menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara

anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian

orang tua, dan latar belakang kebudayaan”. Dalyono (2012: 59) juga

mengemukakan bahwa faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan belajar. Anak yang menerima perhatian lebih dari orang tua dalam

proses kegiatan belajarnya akan lebih termotivasi untuk lebih giat dalam

meningkatkan hasil belajarnya. Sebaliknya lingkungan keluarga yang kurang

mendukung proses belajar anak dapat menyebabkan hasil yang diperoleh, seperti

nilai atau prestasi belajarnya kurang memuaskan bahkan mengakibatkan anak

gagal dalam studinya.

Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi

Pedagogik Guru, Lingkungan Teman Sebaya Dan Lingkungan Keluarga

Terhadap Hasil Belajar Siswa IPS SMP Islam Terpadu Al Azhar Jambi”.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi pendagogik

guru terhadap hasil belajar IPS Siswa SMP Islam Terpadu Al Azhar

Jambi?

2. Apakah terdapat pengaruh teman sebaya terhadap hasil belajar IPS Siswa

SMP Islam Terpadu Al Azhar Jambi?


14

3. Apakah terdapat pengaruh lingkungan keluargaterhadap hasil belajar IPS

Siswa SMP Islam Terpadu Al Azhar Jambi?

4. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara persepsi siswa tentang

kompetensi pendagogik guru, teman sebaya dan lingkungan keluarga

terhadap hasil belajar IPS SMP Islam Terpadu Al Azhar Jambi?

1.3 Batasan Masalah

Adapun yang menjadi batasan masalah didalam penelitian ini adalah

1. Hasil belajar belajar IPS diambil melalui hasil nilai Ujian.

2. Teman sebaya dalam penelitian ini hanya teman disekolah dan

mengabaikan teman diluar sekolah.

3. Lingkungan keluarga didalam penelitian ini merupakan cara orang tua

mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga.

4. Kompetensi pedagogik guru didalam penelitian ini hanya melingkupi

penetapan metode pembelajaran, menguasai karakter siswa,

pengembangan bahan ajar, pengembangan potensi siswa, memfasilitasi

potensi siswa.

1.4 TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang kompetensi pendagogik

guru terhadap hasil belajar IPSSiswa SMP Islam Terpadu Al Azhar

Jambi.
15

2. Untuk mengetahui pengaruh teman sebaya terhadap hasil belajar IPS

Siswa Islam Terpadu Al Azhar Jambi.

3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap hasil

belajar IPS Siswa SMP Islam Terpadu Al Azhar Jambi.

4. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara persepsi tentang

kompetensi pendagogik guru ,teman sebaya, dan lingkungan keluarga

terhadap hasil belajar IPS Siswa SMP Islam Terpadu Al Azhar Jambi.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam pengembangan ilmu Pendidikan Ekonomi pada umumnya dan

khususnya Pengaruh teman sebaya, lingkungan keluarga dan

kemampuan pendagogik guru terhadap hasil belajar siswa.

b. Bagi Sekolah

Memberikan konstribusi pemikiran dalam rangka mengetahui

meningkatkan hasil belajar siswa.

1.6 Definisi

1.6.1 Definisi Konseptual

1. Hasil belajaradalah hasil yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar

mengajar yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.


16

2. Persepsi tentang kompetensi pendagogik guru adalah suatu proses di

mana seseorang menyimpulkan suatu pesan atau informasi yang

berupa peristiwa berdasarkan pengalaman tentang kemampuan guru

untuk memahami peserta didik, merancang dan melaksanakan

pembelajaran, membantu pengembangan peserta didik, dan melakukan

evaluasi pembelajaran

3. Teman Sebaya adalah suatu lingkungan yang terdiri dari sekelompok

orang yang mempunyai kesamaan sosial seperti kesamaan tingkat

dengan berbagai karakter individu yang mampu mempengaruhi

perilaku individu.

4. lingkungan keluarga adalah merupakan kesatuan-kesatuan

kemasyarakatan yang paling kecil sebagai suatu kesatuan melalui

ikatan didasarkan perkawinan, dimana tiap-tiap anggota mengabdikan

kepada kepentingan dan tujuan keluarga dengan rasa kasih dan

tanggung jawab.

1.6.2 Definisi Operasional

1. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar siswa dalam

lingkungan sekolah baik dalam kelas maupun diluar kelas. Hasil belajar

tersebut diukur melalui ujian semester.

2. Persepsi tentang kompetensi pendagogik guru merupakan proses

menyimpulkan suatu peristiwa yang diukur menggunakan angket yang

berdasarkan indikator Menguasai karakteristik peserta didik, Menguasai

teori belajar, Mengembangkan kurikulum, Menyelenggarakan


17

pembelajaran yang mendidik, Memanfaatkan teknologi informasi dan

komunikasi, Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik,

Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun terhadap peserta didik,

Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi hasil belajar, Memanfaatkan

hasil penilaian dan evaluasi, Melakukan tindakan reflektif.

3. Teman Sebaya merupakan sekelompok orang yang mempunyai kesamaan

sosial seperti kesamaan tingkat dengan berbagai karakter individu yang

diukur menggunakan angket yang berdasarkan indikatort Interaksi sosial,

Keterlibatan individu dalam berinteraksi, Dukungan teman sebaya.

4. Lingkungan keluarga merupakan kesatuan-kesatuan kemasyarakatan yang

dimana tiap-tiap anggota mengabdikan kepada kepentingan dan tujuan

keluarga yang diukur menggunakan angket berdasarkan indikator faktor

orang tua, Suasana rumah, Keadaan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai