manusia tidak dapat bertahan hidup karena dalam proses kehidupan manusia dari
bayi sampai sepanjang usia mereka, proses belajar itu sendiri akan terus berla
ngsung. Proses belajar inilah yang menjadikan manusia berkembang secara utuh,
dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
berikut:
evaluasi yang dilaksanakan oleh guru. Menurut UU No. 58 Tahun 2003 ayat 1,
pendidik untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta
18
19
sesuatu dengan satu ukuran yang bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah
mengambil keputusan atas sesuatu dengan ukuran baik buruk atau bersifat
kualitatif.
belajar siswa. Hasil Belajar disini adalah perubahan tingkah laku yang mencakup
belajarnya (Sudjana, 2005: 3). Untuk mengukur Hasil Belajar siswa, guru
secara langsung pada saat peserta didik melakukan aktivitas belajar maupun
tingkah laku siswa perubahan ini dilakukan koqnitif, efektif dan psikomotorik.
Hal ini berdasarkan pendapat menurut Sudjana (2005:12)” Hasil belajar siswa
adalah perubahan tingkah laku,dimana tingkah laku sebagai hasil belajar yang
orang yang melakukan suatu kegiatan belajar akan selalu ingin mengetahui hasil
Siswa dan guru merupakan orang orang yang terlibat dalam kegiatan hasil
belajar tentu mereka juga berkeinginan mengetahui proses dan hasil
kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk menyediahkan informasi
tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran maka
seorang guru harus menyelenggarakan kegiatan evaluasi hasil belajar
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 26) menyebutkan enam jenis
mendefinisikan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa dari kegiatan
yang ingin dicapai dan merumuskan kemampuan apa yang harus dimiliki
tingkah laku yang diharapkan dimiliki atau dikuasai siswa setelah siswa
pembelajaran adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah
dimiliki oleh siswa setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam setiap
siswa dan karakteristik materi pelajaran yang diajarkan, maka yang bertugas
tujuan belajar adalah siapa yang diharapkan mencapai tujuan atau hasil belajar
itu, tingkah laku apa yang diharapkan dapat dicapai, dalam kondisi yang
Ditinjau dari pihak guru materi pembelajaran itu harus diajarkan atau
disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar
itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan
metode pembelajaran kreatif dan inovatif sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh siswa serta disesuaikan dengan kondisi agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
atau hasil belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes hasil belajar dapat
1) Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa
2) Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang
nilai rapor.
23
3) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu
atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau
tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil
dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat
Adapun tipe dari hasil penilaian pada aspek ranah kognitif dapat
diingat. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang
paling rendah. Namun tipe hasil belajar ini jadi prasyarat bagi pemahaman.
b. Tipe Hasil Belajar Pemahaman Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada
kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengar, memberi contoh lain
tidak perlu ditanyakan, sebab untuk dapat memahami perlu lebih didahului
1. Pemahaman terjemahan
memasang sakelar.
2. Pemahaman Penafsiran
3. Pemahaman ekstrapolasi
disebabkan oleh dua faktor yaitu Faktor Intern dan Faktor Ekstern.
25
1. Kesehatan
kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, sakit kepala,
untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang
baik.
umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik. Bakat juga besar
mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang
dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah dibandingkan orang yang
Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga datang dari
pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang atau bahagia.Begitu pula
pendorong.
4. Cara belajar
1. Keluarga
2. Sekolah
3. Masyarakat
4. Lingkungan sekitar
seseorang siswa tidak bisa terlepas dari faktor yang berasal dari dalam diri siswa
maupun dari luar diri siswa atau faktor lingkungan tersebut, karena dari kedua
faktor tersebut ikut serta dalam membentuk pribadi individu seseorang siswa yang
selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik,sehingga akan merubah cara berpikir
(KKM)
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa,
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi
guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan
28
pelajaran. Hasil juga bisa diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
lingkungan sekolah baik dalam kelas maupun diluar kelas. Hasil belajar tersebut
terjadi karena adanya evaluasi guru dikelas, adapun hasil belajar ini dapat penulis
tentang persepsi: a. Persepsi itu relatif bukannya absolut. b. Persepsi itu selektif. c.
berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.
(Slameto 2010: 103). Menurut Sugihartono (2007: 8), persepsi adalah kemampuan
stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.
pengalaman merupakan respon dari sebuah kejadian melalui panca indra yang
dimilikinya. Secara garis besar persepsi merupakan proses yang digunakan untuk
yang telah didapatkan dari hasil pembacaan hasil stimulus rangsang yang
disampaikan ke otak. Maka dari itu persepsi disebut juga proses kognitif yang
kompleks dan dialami oleh setiap orang untuk menghasilkan informasi dan
Menurut Stephen ( 2007: 174) Persepsi adalah sebuah proses saat individu
pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Dari
beberapa pendapat tentang persepi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu
proses di mana seseorang menyimpulkan suatu pesan atau informasi yang berupa
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan
yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
sebagai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan
tentang Guru dan Dosen Pasal 10 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
30
Akademik dan Kompetensi Guru, dinyatakan bahwa kompetensi guru terdiri dari
seorang guru terkait dengan peran dan tugas guru dalam pelaksanaan kegiatan
yang diberikan oleh siswa tentang kompetensi pedagogik guru dan akan muncul
pembelajaran.
pedagogik yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus
dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreatifitas, cacat
didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan
pembelajaran yang kondusif. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama
Menurut Desmita (2014: 120) Persepsi meliputi suatu interaksi rumit yang
membedakan data yang masuk dan memilih data mana yang relevan
evaluasi hasil belajar, dan lain lain. Kemudian siswa menyeleksi dan
tanggapan dan konfirmasi dari apa yang telah menjadi persepsi selama
ini.
Maksudnya adalah jika guru mengajar dengan baik maka siswa akan
lain objek yang dipersepsikan, alat indra, perhatian. Penulis jabarkan sebagai
berikut:
indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
b) Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf Alat indra atau reseptor
merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada
pedagogik guru dan kompetensi profesional guru. Persepsi yang baik terhadap
pedagogik dan kompetensi profesional guru sudah baik maka siswa akan lebih
percaya terhadap apa yang diajarkan oleh guru dan akan mendorong siswa untuk
bisa lebih giat dalam proses pembelajaran, hal tersebut akan berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan baik.
dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dari berbagai aspek seperti
diampu.
pembelajaran.
pembelajaran.
potensi peserta didik, Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun terhadap
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melepaskan diri dari
sosialnya. Teman Sebaya merupakan bagian yang penting bagi pertumbuhan dan
mempengaruhi baik dalam bentuk sikap maupun perilaku yang akhirnya akan
Kelompok teman sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari orang-
orang yang bersamaan usianya, antara lain kelompok bermain pada masa kanak-
kelamin, atau gang yaitu kelompok anak nakal (La Sulo, 2005: 181).
bahwa Teman Sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan
sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki
terdiri dari sekelompok orang yang mempunyai kesamaan sosial seperti kesamaan
dalamnya yang akhirnya akan terjadi dorongan dan dukungan yang dapat
suatu kedudukan sosial tertentu dengan melalui norma-norma yang ada di dalam
masyarakat.
norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Seorang pelajar yang telah
masuk kedalam kelompok teman sebaya akan memiliki keterikatan yang dalam
yang memungkinkan ada interaksi antara individu satu dengan individu lain.
norma perilaku agar dapat diterima kelompoknya. Menurut Hurlock (1999: 83)
“Anggota kelompok sebaya dapat diterima menjadi anggotanya bila dapat belajar
kota. Karena itu semakin lama semakin banyak anak-anak dan remaja berada di
kota-kota daripada di daerah pedesaan. Oleh karena itu masa belajar anak-anak
kelompok-kelompok sebayanya.
teknologi.
mengikuti perubahan, misalnya mode pakaian, jenis m usik tertentu, dan lain-
orang tua, sehingga para remaja akan lari kepada kelompok sebayanya untuk
proses produksi.
proses produksi relatif kurang berarti. Demikian pula anak-anak dan remaja
pengaruh yang penting bagi kehidupan remaja dan semakin besar peranannya
konflik antara remaja dengan orang dewasa. Dalam situasi yang demikian
mereka.
dengan berhasil.
minat, bakat, dan kemampuan yang dimiliki oleh orang lain. Dengan
Deacon dan Firebaugh (1988), Melson (1980), Holman (1983), Klein dan
White (1996) menyajikan model pandangan dari segi ekologi keluarga dalam
anak atau keluarga inti pada pusat di dalam model yang secara langsung dapat
luas yang meliputi struktur sosial budaya suatu bangsa secara umum. Model
lingkungan pada sosialisasi anak yang tediri atas lingkungan paling dekat yaitu
luas lagi disebut dengan lingkungan exosystem, dan akhirnya lingkungan yang
dijabarkan sebagai suatu sistem yang diartikan sebagai suatu unit sosial dengan
berhubungan timbal balik dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya setiap
melihat perubahan budaya, seperti peran ganda ibu, tren perceraian, dan efek
kepentingan kelompok .
teman sebaya mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, dan
menghargainya
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan kita kecuali gen-gen, dan gen-gen
dapat pula dipandang menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain”. Dapat
ataupun di luar individu baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-
pada diri siswa berupa perubahan tingkah laku. Hal ini menunjukkan bahwa
fungsi lingkungan merupakan faktor yang paling penting dalam proses belajar-
45
pengalaman dan pengalaman itu salah satunya diperoleh berkat adanya interaksi
sebagai sumber belajar dapat dibedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan
sosial”. Contoh lingkungan fisik yang dapat digunakan sebagai sumber belajar
adalah buku, musium, toko, pasar, jalan, sungai sedangkan yang termasuk dalam
contoh lingkungan sosial adalah keluarga. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan
bahwa lingkungan belajar sebagai sumber belajar meliputi aspek manusia dan non
manusia.
pendidikan yang paling berpengaruh dibandingkan yang lain, karena seorang anak
yang lahir sejak awal kehidupannya, dan dalam keluargalah ditanamkan benih-
benih pendidikan (Dimyati dkk, 2009:16). Keluarga adalah kelompok sosial yang
keturunan dan lingkungan sebagai dimensi penting yang lain bagi anaknya
sebagaimana dikatakan.
keluarga kepribadian anak akan terbentuk karena daya interaksi yang intim antara
yang pertama dimana anak belajar dan menyatakan dirinya sebagai mahluk sosial
memperoleh konsep diri, peranan yang harus diperankan sesuai dengan jenis
sekolah.
komunikasi dan pengaruh ini untuk pertama kali diposes oleh setiap manusia dari
orang tua didalam lingkungan keluarga dan selanjutnya lingkungan sekolah dan
mengabdikan kepada kepentingan dan tujuan keluarga dengan rasa kasih dan
tanggung jawab.
sangat penting dan tanggung jawab yang besar dalam membina ahklak anak,
sebab ditangan orang tua nya lah orang menilai baik ahklak anak tersebut.
kepada anak”.
mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah : (1) Cara orang tua mendidik. (2)
Relasi antar anggota keluarga. (3) Suasana rumah. (4) Keadaan ekonomi keluarga.
(5) Pengertian keluarga. (6) Latar belakang kebudayaan. Faktor tersebut Penulis
orang dewasa, dan beberapa kualitas dan kebutuhan berprestasi, kebiasaan bekerja
diperoleh anak dalam lingkungan keluarga akan menjadi dasar bagi pendidikan
pendidikan pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam
dasar yang diperoleh anak di lingkungan keluarga akan menjadi modal dasar bagi
lingkungan belajar pertama mempunyai peranan dan pengaruh yang besar dalam
pertama kali. Dalam keluarga pula, anak pertama kali mengenal nilai dan norma
diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar
bahwa antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta didik
mempunyai ikatan darah secara kodrati atau alami. Dengan demikian pendidikan
keluarga adalah pendidikan tradisi yang diterima manusia semenjak manusia itu
dilahirkan.
sesuatu yang ada dalam lingkungan keluarga diterima anak sebagai pendidikan
selanjutnya. Oleh karena itu keluarga mempunyai tugas khusus untuk meletakkan
yang baik. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa keluarga mempunyai peran
1. Fungsi-fungsi pokok, yakni fungsi yang tidak dapat diubah atau digantikan
a) Fungsi Biologis
b) Fungsi Afeksi
c) Fungsi Sosiologi
2. Fungsi-fungsi lain, yakni fungsi yang relatif lebih mudah diubah atau mengalami
a) Fungsi Ekonomi
b) Fungsi Perlindungan
c) Fungsi Pendidikan
d) Fungsi Rekreasi
e) Fungsi Agama
yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor orang tua, Suasana rumah,
1. Faktor orang tua Mendidik anak dengan cara memanjakanya adalah cara
mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya
anaknya tidak belajar dengan alasan segan, adalah tidak benar, karena jika hal
itu dibiarkan berlarut-larut anak menjadi nakal berbuat seenaknya saja, itu
orang tua dan pengertian orang tua. Kadangkadang anak mengalami lelah
2. Suasana rumah atau keluarga Agar anak dapat belajar dengan baik, perlulah
diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Di dalam suasana rumah
yang tenang dan tentram selain anak kerasan dan betah tinggal dirumah, anak
juga dapat belajar dengan baik. Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi
berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang
dalam belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang
terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, rebut dan sering
belajarnya kacau.
3. Keadaan ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi keluarga yang cukup dan dapat
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak yang
belajar seperti ruang belajar, kursi, meja, penerangan, alat tulismenulis, buku-
buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga
mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin,
terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain anak akan
52
lainya , hal ini pasti akan menggangu belajar anak. Bahkan mungkin anak
sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja hal yang begitu juga akan
ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk
baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Sebaliknya
keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecendrungan untuk
1. Hasil Penelitian dari Naila Rocha dkk tahun 2017 didalam jurnal “Tata
Arta” UNS, Vol. 3, No. 3, hlm 94-104 yang berjudul “ Pengaruh persepsi
Surakarta.
2. Hasil Penelitian dari penelitian Pahrudin, Martono & Murtini tahun 2016
hasil belajar.
3. Hasil Penelitian Asep Saepudin dan Yeti Nurizati tahun 2017 dalam jurnal
Edueksos Vol VII no 1 juni 2018 yang berjudul “Pengaruh Gaya Belajar
Siswa Dan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap hasil Belajar Siswa Pada
pergaulan teman sebaya dengan prestasi belajar siswa, maka semakin naik
Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser. Hal ini berarti semakin baik
Belajar Siswa.
6. Hasil Penelitian oleh Moses Aol Jabuya, Fredrick Ochieng Owuor, Clare
dan Mudjiono (2009: 3) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
Hasil belajar siswa yang baik dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
pendagogik yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di
berdampak pada hasil belajar siswa yang baik pula. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian nayla (2017) dan pahrudin (2016) yang menerangkan bahwa terdapat
Semakin tinggi kemampuan pendagogik guru maka semakin baik hasil belajar
siswa.
Selain kemampuan pendagogik guru, hasil belajar siswa yang baik diduga
juga dipengaruhi oleh teman sebaya. siswa memiliki intensitas bertemu dengan
siswa lain yang tergolong sering karena siswa memiliki letak rumah yang tidak
jauh satu sama lain dan dekat dengan sekolahan. Aktivitas yang dilakukan siswa
di luar sekolah adalah bermain dan belajar sehingga siswa sering melakukan
aktivitas belajar kelompok untuk belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru kelas secara bersama-sama. Dari kerja kelompok inilah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Ketika di dalam kelas, siswa didalam kelompok
belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian asep (2017) dan irma tahun (2014)
yang menerangkan bahwa terdapat pengaruh positif teman sebaya terhadap hasil
belajar.
56
Lingkungan keluarga diduga juga tak lepas memberikan andil atas hasil
pertama dan utama bagi seseorang dalam memperoleh pendidikan dan lingkungan
maka akan mempengaruhi kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah.
Keluarga memberikan dasar tingkah laku, watak, moral dan pendidikan kepada
anak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistiarti (2017)
dan Moses (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh keluarga terhadap
dibawah ini :
Persepsi Pendagogik
guru (X1)
H1
H3
Lingkungan Keluarga
(X3)
2.7 Hipotesis
57
terahadap hasil belajar ips siswa SMP Islam Terpadu Al Azhar Jambi
terahadap hasil belajar ips siswa SMP Islam Terpadu Al Azhar Jambi