Anda di halaman 1dari 6

‫أكل الحالل‬

‫تعريف الربا‬
‫نوعا الربا‬

‫ربا النسيئة‬
‫ربا الفضل‬
Solusi menghindari RIBA pada Arisan
by Admin Sekolah Muamalah Indonesia | Apr 5, 2017 | Fikih, Muamalah

Akad asli dari Arisan adalah Qordh (Hutang) bukan tabungan, Mengapa? Karena arisan adalah saling
mengumpulkan uang dalam jumlah tertentu dan uang yang terkumpul tadi diberikan secara bergilir
kepada seluruh anggota arisan, dengan ketentuan setiap anggota wajib membayar uang dengan jumlah
tertentu setiap jangka waktu tertentu hingga masa yang telah ditentukan.
Arisan itu bukan menabung, Mengapa? Karena jika arisan itu adalah tabungan maka tidak ada paksaan
atau keharusan untuk rutin melakukan pembayaran dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan.
Menabung pastilah sesuai keinginan kita, berapapun kita mau menabung dan kapan saja kita menabung
maka tidak ada yang bisa mengatur atau memaksa kita untuk menabung.
Mengapa akadnya menjadi Qordh (Hutang)? Karena pada dasarnya jika kita mendapatkan atau
memenangkan kocokan undian arisan misalnya 5 juta dari 10 orang yang ikut arisan (@500 ribu) maka
sejatinya uang kita hanya 500 ribu, yang 4,5 juta itu adalah uang dari 9 orang lainnya yang dipinjamkan
kepada kita.
Kenapa dikatakan dipinjami atau dihutangkan? Ya, karena Anda wajib membayar 500 ribu dicicil di bulan
berikutnya sampai dengan hutang Anda telah terbayarkan seluruhnya.
Karena akadnya adalah saling berhutang satu dengan yang lainnya, maka oleh karenanya terlarang
masing-masing pihak mendapatkan manfaat dari akad hutang tersebut.
Makan-makan ditempat yang mendapatkan arisan, artinya kita makan-makan ditempat yang
mendapatkan hutang (pihak yang berhutang). Ia mendapatkan hutang 4,5 juta, jika dikurangi makan-
makan misalnya habis 500 ribu, maka sejatinya dia hanya mendapatkan hutang 4 juta, tapi nanti ia wajib
mengembalikan 4,5 juta. (Ada tambahan atau manfaat dari Hutang).
Oke, Sekarang mana dalilnya kalau memberikan tambahan atas hutang adalah RIBA?
1. Ada hadits yang berbunyi,
‫ َف ُه َو ِر ًبا‬,‫ض َج َّر َم ْن َف َع ًة‬ٍ ‫ُكل ُّ َق ْر‬
“Setiap utang piutang yang ditarik manfaat di dalamnya, maka itu adalah riba.”  (Diriwayatkan oleh Al
Harits bin Abi Usamah. Sanadnya terputus sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul
Maram. Begitu pula hadits ini punya penguat dari Fadholah bin ‘Ubaid dikeluarkan oleh Al Baihaqi)
Walaupun hadits diatas dha’if (lemah) namun kandungannya benar karena dikuatkan oleh kata sepakat
para ulama.
Ibnul Mundzir rahimahullah berkata,
‫أجمع العلماء على أن المسلف إذا شرط عشر السلف هدية أو زيادة فأسلفه على ذلك أن أخذه الزيادة ربا‬
“Para ulama sepakat bahwa jika seseorang yang meminjamkan utang dengan mempersyaratkan 10%
dari utangan sebagai hadiah atau tambahan, lalu ia meminjamkannya dengan mengambil tambahan
tersebut, maka itu adalah riba.” (Al Ijma’, hal. 99, dinukil dari Minhatul ‘Allam, 6: 276).
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,
ٍ ‫ ِب َغي ِْر ِخاَل‬، ‫ َفه َُو َح َرا ٌم‬، ُ‫ض َش َر َط فِي ِه أَنْ َي ِزي َده‬
‫ف‬ ٍ ْ‫َو ُك ُّل َقر‬
“Setiap utang yang dipersyaratkan ada tambahan, maka itu adalah haram. Hal ini tanpa diperselisihkan
oleh para ulama.” (Al Mughni, 6: 436)
2. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (2432):
، ِّ‫اق ْال ُه َنائِي‬ َ ‫ْن أَ ِبي إِسْ َح‬ ِ ‫ َعنْ َيحْ َيى ب‬، ُّ‫ضبِّي‬ َّ ‫ َح َّد َثنِي ُع ْت َب ُة بْنُ ُح َم ْي ٍد ال‬:‫َّاش َقا َل‬ ٍ ‫ َح َّد َث َنا إِسْ مَاعِ ي ُل بْنُ َعي‬:‫َّار َقا َل‬
ٍ ‫َح َّد َث َنا ِه َشا ُم بْنُ َعم‬
ْ َ َ َّ
َ ‫ «إِذا أق َر‬:‫صلى هللاُ َعل ْي ِه َو َسل َم‬
‫ض‬ َ َّ ‫هَّللا‬ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ
َ ِ ‫ قا َل َرسُو ُل‬:‫ الرَّ ُج ُل ِمنا ُيق ِرضُ أخاهُ ال َما َل ف ُي ْهدِي لهُ؟ قا َل‬: ٍ‫س ب َْن َمالِك‬ َ ‫ت أَ َن‬ ُ ‫ َسأ َ ْل‬:‫َقا َل‬
‫ون َج َرى َب ْي َن ُه َو َب ْي َن ُه َق ْب َل َذل َِك‬ َ ‫ إِاَّل أنْ َي ُك‬،ُ‫ َفاَل َيرْ َك ْب َها َواَل َي ْق َب ْله‬،ِ‫ أ ْو َح َملَ ُه َعلَى الدَّا َّبة‬،ُ‫ َفأهْ َدى لَه‬،‫»أَ َح ُد ُك ْم َقرْ ضًا‬
َ َ َ
“Hisyam bin Ammar menuturkan kepada kami, Ismail bin Ayyasy menuturkan kepada kami, Utbah bin
Humaid Adh Dhibbi menuturkan kepada kami, dari Yahya bin Abi Ishaq Al Huna-i, ia berkata: Aku
bertanya kepada Anas bin Malik: Bolehkah seseorang di antara kami yang berhutang kepada saudaranya
lalu ia memberikan hadiah kepadanya? Maka Anas bin Malik mengatakan: Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
‘Jika seseorang di antara kalian memberikan hutang, lalu si penghutang memberikan hadiah kepadanya,
atau memboncengnya dengan hewan tunggangan, maka jangan mau dibonceng dan jangan terima
hadiahnya. Kecuali jika hal itu memang sudah biasa terjadi di antara mereka‘”..
Dari kedua hadist diatas dapat kita simpulkan bahwa tambahan manfaat atau hadiah dari Hutang akan
menjadi RIBA apabila :
1. Dipersyaratkan di awal hutang piutang.
2. Diberikan sebelum hutang piutang selesai (memberikan manfaat atau hadiah saat masih berlangsungnya
hutang piutang).
Nah, mari kita lihat akad Arisan kita, jelaslah saat arisan kita melakukan hutang-piutang dan ada
ketentuan :
1. Yang dapat arisan (yang berhutang) harus menjamu makan-makan di rumahnya untuk pertemuan arisan
bulan depan. Ini jelas mensyaratkan manfaat atau tambahan di depan akad arisan (hutang piutang). Dan
ini jelas adalah Riba.
2. Manfaat yang didapatkan berupa makan-makan yang dilakukan sebelum arisan beres, artinya manfaat
tambahan kita terima pada saat pihak yang berhutang belum melunasi pembayaran hutangnya (belum
beres masa arisannya). Ini jelas, makan-makan tersebut mengandung Riba.
Apakah Islam itu Angel.. Njlimet… Ribet??? Jawabannya ada di dalam Al Qur’an,
‫َفإِنَّ َم َع ْالعُسْ ِ‌ر يُسْ رً‌ا – إِنَّ َم َع ْالعُسْ ِ‌ر يُسْ رً‌ا‬
“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” [Qs. Al Insyirah : 5-6]

SOLUSI SUPAYA ARISAN TERHINDAR DARI RIBA :


1. Uang makan-makan dipisah dari uang arisan yang dikocok sebagai akad hutang piutangnya.
2. Tidak ada syarat yang dapat arisan bulan ini akan ngunduh arisan bulan depannya. (Akan ketempatan
arisan plus makan-makan di rumahnya).
3. Lebih baik lagi apabila dalam arisan tersebut ada acara makan makan nya bisa di adakan di Rumah
makan atau resto dan masing masing anggota arisan bayar masing masing atas apa yang dia makan.

Lha kalo segini saja kita masih merasa ribet, apa nggak takut nanti kita ribet di akhirat…??  

Semoga kita terhindar dari debu Riba di akhir zaman ini. 


Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Suatu saat nanti manusia akan mengalami suatu masa, yang
ketika itu semua orang memakan riba. Yang tidak makan secara langsung, akan terkena debunya.” (HR.
Nasa`i, no. 4455)
Wallahu ‘alam.
Berilmu Sebelum Berdagang.
Dian Ranggajaya, M.E.Sy.
Founder dan Tim Pengajar Sekolah Muamalah Indonesia.

Read more: http://sekolahmuamalah.com/solusi-menghindari-riba-pada-arisan/#ixzz5uH8bXnBK

Anda mungkin juga menyukai