Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP KEBIDANAN

Perkembangan Profesi Kebidanan Nasional dan Internasional

DOSEN PENGAMPU : Pratika Wahyuhidaya, S.Keb.,Bd M.Keb

PENYUSUN :

- Ella Apriliyana (2010101001) - Mifta Arsya Harsendi (2010101009)


- Apriliana Andin (2010101002) - Nelva Regita Putri (2010101010)
- Fauziah Syah Putri (2010101003) - Intan Nur Aulia Dewi (2010101011)
- Resa Nur Azizah (2010101004) - Syelina Dwi Aryanti (2010101013)
- Mila Dewi Susanti ( 2010101005) - Tika Eliyanti (2010101014)
- Selvia Indri Fatika (2010101006) - Niken Dayu Farasati (2010101016)
- Tri Revita (2010101007) - Dewi Yanti (2010101079)
- Fanny Rahmawaty (2010101008)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. WB.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Perkembangan Pelayanan Kebidanan nasional
dan Internasional” tepat waktu.

Makalah perkembangan pelayanan kebidanan nasional dan internasional disusun guna


memenuhi tugas Dosen PratikaWahyuhidiya, S.Keb., Bd., M.Keb pada mata kuliah
Konsep Kebidanan prodi kebidanan program sarjana dan pendidikan profesi bidan
Universitas ‘aisyiyah yogyakarta. Selain itu, Kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Perkembangan Pelayanan Kebidanan Nasional
dan Internasional..

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen pratika wahyuhidiya,


S.Keb., Bd., M.Keb. selaku dosen mata kuliah Konsep Kebidanan. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami.
kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Waalaikumsalam Wr.Wb.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………...….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...
BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….....
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………
1.3 Maksud dan Tujuan………………………………………………………………..
BAB II: PEMBAHASAN……………………………………………………………………...
2.1 Pengertian Bidan…………………………………………………………………..
2.2 Sejarah perkembangan bidan nasional ……………………………………………
2.3 Perkembangan pelayanan dan pendidikan bidan secara
internasional…………………………………………………………………...
2.4 Peraturan perundang-undangan tentang kebidanan menurut kemenkes…………..
BAB III: PENUTUP…………………………………………………………………………...
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….
3.2 saran………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional maupun internasional


terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan dan pendidikan kebidanan
nasional merupakan hal yang penting untuk dipelajari dadipahami oleh petugas
Kesehatan khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan
pelayan.
Mengetahui sangat cepatnya perkembangan pelayanan dan pendidikan ditingkat
nasional apalagi internasioal,maka dari itu perlu ditegaskan kembali bahwa seorang
bidan harus dapat mengikuti perkembangan yang ada,karena itu saya akan membahas
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu yang dimaksud bidan?
2. Bagaimanna sejarah perkembangan kebidanan secara nasional?
3. Bagaimana sejarah perkembangan kebidanan secara internasional?
4. Bagaimana peraturan perundang-undangan kebidanan menurut kemenkes?

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian bidan


2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami sejarah bidan secara nasional
3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami sejarah bidan secara internasional
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami peraturan perundang-undangan
tentang kebidanan menurut kemenkes
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BIDAN

Bidan (bahasa Inggris: midwife) adalah seseorang yang telah mengikuti program
pendidikan bidan yang diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut, serta
memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi)
untuk melakukan praktik bidan. Definisi ini ditetapkan melalui kongres ICM (International
Confederation of Midwives) ke-27 yang dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane
Australia.
Bidan adalah tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasidan memimpin persalinan atas tanggung
jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini
mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan
anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan
dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan: termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit,
klinik atau unit kesehatan lainnya.
Sedangkan definisi terbaru dari ICM (International Confederation of Midwives)[3]
yang dikeluarkan pada Juni 2011, bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan (lulus)
program pendidikan kebidanan yang diakui secara resmi oleh negaranya serta berdasarkan
kompetensi praktik kebidanan dasar yang dikeluarkan ICM dan kerangka kerja dari standar
global ICM untuk pendidikan kebidanan, telah memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan
untuk didaftarkan (register) dan/atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan
praktik kebidanan, dan menggunakan gelar/hak sebutan sebagai bidan, serta mampu
menunjukkan kompetensinya di dalam praktik kebidanan.
Dahulu definisi bidan hanyalah sebagai sebutan bagi orang yang belajar di sekolah
khusus untuk menolong perempuan saat melahirkan. Penyebutan “menolong perempuan”
bukan berarti seorang bidan dapat dipersepsikan layaknya sebagai seorang pembantu.
Penolong di sini dapat diartikan sebagai orang yang memberikan pertolongan berupa layanan
kesehatan yang memadai kepada Ibu yang sedang melahirkan atau persalinan. Menurut
Undang-undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, bidan adalah tenaga
kesehatan yang dikelompokkan ke dalam tenaga kebidanan, memiliki kewenangan untuk
melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN BIDAN NASIONAL

Pada zaman pemerintahan hindia belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi.
Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807, dimasa pemerintah gubernur
Jendral Hendrik William Deandles, para dukun dilatih untuk melakukan pertolongan
persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak tersedianya pelatih
kebidanan. Pelayanan kesehatan pada saat itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang belanda
yang ada diindonesia. Kemudian pada tahun 1849, dibuka pendidikan dokter jawa dibatavia,
tepatnya dirumah sakit militer belanda yang sekarang dikenal dengan RSPAD Gatot Subroto.
Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, Pada tahun 1851, dibuka pendidikan
bidan bagi wanita pribumi dibatavia oleh dokter militer belanda bernama dr.W.Bosch. lulusan
sekolah ini kemudian bekerja dirumah sakit dan dimasyarakat. Mulai saat itu pelayanan
kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.Pada tahun 1952, mulai diadakan
pelatihan bidan secara formal agar pertolongan persalinan pelatihan untuk para dukun masih
berlangsung sampai sekarang. Pelatihan ini diberikan oleh bidan. Perubahan pengetahuan dan
keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh dimasyarakat
dilakukan melaui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah kursus tambahan bidan(KTB)
pada tahun 1953 diyogyakarta, yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lainnya di
nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut, didirikan pula balai kesehatan ibu dan anak
(BKIA) dengan bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan
yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, postnatal, pemeriksaan bayi dan anak,
termasuk imunisasi serta penyuluhan gizi. Sedangkan diluar BKIA, bidan memberi
pertolongan persalinan dirumah keluarga dan melakukan kunjungan rumah sebagai upaya
tindak lanjut pasca persalinan. Bermula dari BKIA, kemudian terbentuklah suatu pelayanan
serta integrasibagi masyarakat yang di namakan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)
pada tahun 1957. Puskesmas member pelayanan di dalam gedung dan diluar gedung dan
berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas dipuskesmas berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak,termasuk pelayanan keluarga berencana baik diluar
gedung maupun didalam gedung. Pelayanan kebidanan yang diberikan diluar gedung adalah
pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan dipos pelayanan terpadu(posyandu). Pelayanan
diposyandu mencakup lima kegiatan yaitu pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga
berencana, gizi dan kesehatan lingkungan. Mulai tahun 1990, pelayanan kebidanan diberikan
secara merata dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini merupakan instruksi
presiden (inpres) yang disampaikan secara lisan pada sidang kabinet tahun 1992. Kebijakan
ini mengenai perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan di desa.

Tugas pokok bidan didesa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam
pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir,
termasuk pembinaan dukun bayi. Sehubungan dengan itu, bidan desa juga menjadi pelaksana
pelayanan kesehatan bayi dan keluarga berencana yang dilakukan sejalan dengan tugas
utamanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan ibu. Dalam melaksanakan tugas pokoknya,
bidan desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya,
mengadakan pembinaan posyandu diwilayah kerja nya, serta mengembangkan pondok
bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut diatas adalah bentuk
pelayanan yang diberikan oleh bidan didesa. Pelayanan bidan didesa berorientasi pada
kesehatan masyarakat, sedangkan bidan yang bekerja dirumah sakit berorientasi pada
individu. Tugas bidan dirumah sakit mencakup pelayanan dipoliklinik antenatal, poliklinik
keluarga berencana,ruang perintal,kamar bersalin,kamar operasi kebidanan, dan ruang nifas.
Bidan dirumah sakit juga member pelayanan bagi klien yang mengalami gangguan kesehatan
reproduksi,mengajarkan senam hamil, serta member pendidikan perinatal.
Titik tolak konferensi kependudukan dunia dikairo pada tahun 1994 yang menekankan pada
kesehatan reproduksi(reproductive health), memperluas area garapan pelayanan bidan, area
tersebut meliputi:

1.Safe motherhood : termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus


2.Keluarga Berencana
3.Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4.Kesehatan reproduksi remaja
5.Kesehatan reproduksi orang tua
Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi, dan tugasnya didasarkan pada kemampuan
serta kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui peraturan Menteri
Kesehatan(Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami
perubahan.

2.3 PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN PENDIDIKAN BIDAN SECARA


INTERNASIONAL

Pada tahun 1994 dengan adanya International Conference Population and Development
(ICPD) di Kairo Mesir terjadi pengembangan pelayanan bidan yaitu Safemotherhood
(program penyelamatan selama masa reproduksi), Family Planning (Keluarga Berencana),
Penyakit Menular Sexual termasuk infeksi saluran reproduksi, kesehatan reproduksi remaja
dan kesehatan reproduksi lanjut usia (lansia). Saat ini dengan adanya Millenium
Development Goals (MDG’s) pelayanan kebidanan lebih difokuskan untuk mencapai MDG’s
pada tahun 2015. Seperti kita ketahui bahwa Millenium Development Goals(MDG’s)
merupakan kesepakatan dari mayoritas kepala negara yang ada di dunia ini untuk mencapai
delapan tujuan yaitu:
1. Eradicate extreme poverty dan hunger.
2. Achieve universal primary education.
3. Promote gender equality and empower women.
4. Reduce child mortality.
5. Improve maternal health.
6. Combat HIV/AIDS, malaria and other diseases.
7. Ensure enviromental sustainability.
8. Develop a global partnership for development.

Khusus untuk pelayanan kebidanan lebih difokuskan pada tujuan nomor 4 dan 5 yaitu
Reduce child mortality dan Improve maternal health (penurunan angka kematian anak dan
peningkatan derajad kesehatan ibu)

1. Spanyol Pada tahun 1752 dibuat persyaratan bahwa bidan harus lulus ujian, dimana
materi ujiannya adalah dari sebuah buku kebidanan berjudul : ”A short Treatise on the
art of midwifery”. Pendidikan bidan di ibukota Madrid dimulai pada tahun 1789. Bidan
dipersiapkan untuk bekerja secara mandiri di masyarakat, terutama di kalangan keluarga
petani dan buruh tingkat menengah ke bawah. Pada tahun 1924 sebuah rumah sakit
Santa Christina mulai menerima ibu-ibu yang hendak bersalin. Untuk itu dibutuhkan
tenaga bidan lebih banyak. Pada tahun 1932 pendidikan bidan disini secara resmi
menjadi school of midwives.
2. Belanda Akademi pendidikan bidan yang pertama dibuka pada tahun 1861 di rumah
sakit Universitas Amsterdam. Akademi kedua dibuka pada tahun 1882 di Rotterdam dan
yang ketiga pada tahun 1913 di Heerlen. Pada awalnya pendidikan bidan adalah 2 tahun,
kemudian menjadi 3 tahun dan kini 4 tahun (1994). Pendidikannya adalah direct-entry
dengan dasar lulusan SLTA 13 tahun. Tugas pokok bidan di Belanda adalah dalam
keadaan normal saja dan merujuk keadaan yang abnormal ke dokter ahli kebidanan.
Dokter umum disini tidak menangani kasus kebidanan, sesuai dengan ketentuan dan
peraturan pemerintahnya tahun 1970. Konsep Kebidanan dan Etikolegal Dalam Praktik
Kebidanan 13

3. Kanada Di Kanada pendidikan bidan dimulai dari university based direct entry dan
lamanya pendidikan 3 tahun. Mereka yang telah mempunyai ijazah bidan sebelumnya
diberi kesempatan untuk mengikuti semacam penyesuaian selama 1 tahun, sesudah itu
diadakan registrasi dan mendapat ijin praktek bidan. Beberapa aspek di dalamnya antara
lain : hubungan dengan wanita, asuhan berkelanjutan, informed choice and consent,
praktik bidan yang memiliki otonomi dan focus pada normalitas kehamilan dan
persalinan.

4. Inggris Pada tahun 1980, bidan di Inggris mulai berusaha mendapatkan otonomi yang
lebih dan meningkatkan sistem melalui penelitian tentang altenatif pola perawatan.
Dengan perkembangan persalinan alternatif, bidan mulai mengembangkan praktek
secara mandiri.

5. Amerika Tahun 1915 dokter Joseph de Lee menyatakan bahwa kelahiran bayi adalah
proses patologis dan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya. Ia memberlakukan
prosedur tetap pertolongan persalinan di AS yaitu memberikan sedatif pada awal
inpartu, membiarkan serviks berdilatasi, memberikan ether pada kala II, melakukan
episiotomi, melahirkan bayi dengan forsep, ekstraksi plasenta, memberikan uterotonika
serta menjahit episiotomi. Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600 –
700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, dan sebanyak 30 – 50
% wanita melahirkan di rumah sakit. Tahun 1940 dokter Grantly Dick meluncurkan
buku tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para spesialis obstetris berusaha
meningkatkan peran tenaga di luar medis, termasuk bidan.Pada era 1980-an ACNM
(American college of Nurse – Midwives) membuat pedoman alternatif lain dalam
pelayanan persalinan dan mengubah pernyataan yang negatif tentang home birth. Pada
tahun 1980 –an, dibuat legalisasi tentang praktik professional bidan.

6. Australia Kebidanan dan keperawatan di Australia dimulai dengan tradisi dan latihan
yang dipelopori oleh Florence Nightingale pada abad ke 19. Pada tahun 1824 kebidanan
masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia.
Pada tahun 1913 sebanyak 30% persalinan ditolong oleh bidan. Meskipun ada
peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900 sampai 1940
tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu. Kebidanan di Australia telah
mengalami perkembangan yang pesat sejak 10 tahun terakhir. Mahasiswa kebidanan
harus menjadi perawat dahulu sebelum mengikuti pendidikan bidan, sebab di Australia
kebidanan masih menjadi subspesialisasi dalam keperawatan (maternal and child
health). Di dalamnya termasuk pendidikan tentang keluarga berencana, kesehatan
wanita, perawatan ginekologi, perawatan anak, kesehatan anak dan keluarga serta
kesehatan neonatus dan remaja.

7. New Zeland (Selandia Baru) Selandia baru telah mempunyai peraturan mengenai
praktisi kebidanan sejak tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup
praktik bidan telah berubah secara berarti sebagai akibat dari meningkatnya hospitalisasi
dan medikalisasi dalam persalinan.

Konsep Kebidanan dan Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan 14 Dari tenaga yang
bekerja dengan otonomi penuh dalam persalinan normal diawal tahun 1900 secara perlahan
bidan menjadi asisten dokter.Pada era tahun 80-an, bidan bekerja sama dengan wanita untuk
menegaskan kembali otonomi bidan dan bersama – sama sebagai rekanan.. Model kebidanan
yang digunakan di Selandia Baru adalah ‘partnership’ antara bidan dan wanita. Bidan dengan
pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya dan wanita dengan pengetahuan tentang
kebutuhan dirinya dan keluarganya serta harapan – harapan terhadap kehamilan dan
persalinan. Dasar dari model partnership adalah komunikasi dan negosiasi

2.4 PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEBIDANAN MENURUT


KEMENSES
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa organisasi bidan tertua adalah
ICM (International Confederation of Midwives) sejak 1919 yang juga merupakan organisasi
bidan Internasional dan IBI (Ikatan Bidan Indonesia) merupakan organisasi bidan yang ada di
Indonesia sejak 1951. Dan juga kita dapat mengetahui tentang sejarah kebidanan yang ada di
Indonesia maupun luar negeri, kita dapat jadikan pembading antara pelayanan kebidanan di
luar negeri dengan di Indonesia. Perkembangan kebidanan telah mengalami kemajuan dan
mendapatkan pengakuan di setiap negara serta didukung oleh masyarakat. Dengan adanya
kemajuan tersebut, seorang bidan dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang
ditindaklanjuti dengan mendirikan jejang pendidikan yang lebih tinggi dan kita dapat
mengetahui apa saja peraturan-peraturan kebidanan yang sudah di buat oleh pemerintah.

3.2 SARAN
Karena mengingat perkembangan Pendidikan dan pelayanan kebidanan saat ini, kami
menyarankan agar setiap orang lebih memahami sejarah perkembangan kebidanan tidak
hanya di dalam negeri saja namun juga secara internasional. Dengan itu, kita akan dapat
membandingkan dan dapat di tela’ah mengenai hal positif dan negatif dari sejarah dan
perbedaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai