Anda di halaman 1dari 23

Makalah Seminar Biologi

“PENGELOLAAN LIMBAH KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS”

OLEH :

Theresia Lonika Sitanggang


4153141058

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A. 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini 
tentang “Pengelolaan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas”. Makalah ini
membahas tentang pengelolaan kotoran ternak menjadi biogas yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan
bakar fosil.

Makalah ini tidak hanya ditujukan kepada kalangan akademis tetapi juga
ditujukan masyarakat luas yang selama ini mempunyai perhatian besar terhadap
seluk-beluk mengenai pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas.
Pembahasan masalahnya akan dibahas dalam makalah ini secara detail sesuai
dengan rumusan masalah.

Apabila dalam pembuatan makalah ini belum lengkap, mohon dimaafkan.


Karena saya adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Apabila
makalah ini masih banyak kekurangannya, diharapkan pembaca memberikan
kritik dan saran agar saya mengetahui kekurangan makalah ini dan juga akan
memberi masukan kepada kami terhadap makalah ini.

Terimakasih.
Medan, 05 April 2017

Theresia Lonika Sitanggang

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II ISI..........................................................................................................................3
2.1 Biogas......................................................................................................................4
2.2 Prinsip Pembuatan Biogas........................................................................................5
2.3 Proses Pencernaan Anaerob.....................................................................................9
2.4 Teknologi Digester.....................................................................................................9

2.5 Membangun Instalasi Biogas...................................................................................10

2.6 Reaktor Biogas........................................................................................................11

2.7 Keuntungan Biogas Dengan Teknologi Digester....................................................13

2.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesuksesan Pemanfaatan Biogas Kotoran


Ternak ...................................................................................................................13
BAB III PENUTUP.........................................................................................................17
3.1 Kesimpulan............................................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan komponen penting untuk menunjang aktivitas dan
usaha produktif maupun dalam menghasilkan barang dan jasa. Sumber energi
dapat berasal dari energi fosil, energi matahari, air, angin atau energi dari sumber
daya hayati (bioenergi). Kelangkaan bahan bakar minyak sudah tidak dapat
dipungkiri lagi. Persediaan minyak bumi di dunia makin lama makin menipis dan
harganya makin melonjak. Untuk itu, sumber energi selain minyak bumi sangat
diperlukan salah satunya adalah bioenergi.
Bionergi merupakan sumber energi (bahan bakar) yang dihasilkan oleh
sumber daya hayati seperti tumbuh-tumbuhan, minyak nabati, dan limbah
peternakan dan pertanian. Jenis energi yang dihasilkan berupa energi dalam
bentuk gas (biogas), cair (biofuel), atau padat (biomass). Energi tersebut
selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan panas (kalor), gerak (mekanik),
dan listrik tergantung pada alat yang digunakan dan kebutuhan dari pengguna.
Dengan kekayaan dan keragaman sumber daya hayati yang ada di Indonesia,
pemanfaatan bioenergi merupakan pilhan yang tepat dalam rangka penyediaan
energi yang terbarukan, murah, dan ramah lingkungan.
Salah satu sumber energi terbarukan yang berasal dari sumber daya alam
hayati adalah biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian
bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi yang relatif kurang
oksigen (anaerob). Sumber bahan baku untuk menghasilkan biogas yang utama
adalah kotoran ternak sapi, kerbau, babi, kuda dan unggas, dapat juga berasal dari
sampah organik. Namun sampai saat ini pemanfaatan limbah kotoran ternak
sebagai sumber bahan bakar dalam bentuk biogas ataupun bioarang sangat kurang
karena teknologi dan produk tersebut merupakan hal yang baru di masyarakat.
Padahal biogas merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan
terbarukan, dapat dibakar seperti gas elpiji (LPG) dan dapat digunakan sebagai
sumber energi penggerak generator listrik.
Prospek pengembangan teknologi biogas ini sangat besar terutama di
daerah pedesaan dimana sebagian besarnya masyarakat bekerja dibidang
peternakan dan pertanian. Pada umunya masyarakat yang berprofesi sebagai
petani mempunyai hewan ternak seperti unggas, kambing, sapi, kerbau, dll.
Selama ini limbah kotoran ternak hanya dimanfaatkan sebagai pupuk itupun
kurang optimal. Limbah kotoran ternak yang menumpuk menimbulkan efek
pencemaran seperti pencemaran terhadap air tanah, pencemaran terhadap udara,
dan memicu timbulnya efek rumah kaca. Untuk itu dikembangkan teknologi baru
untuk memanfaatkan dan menaikkan nilai keekonomisan dari limbah tersebut
salah satunya dengan jalan memanfaatkannya sebagai bahan baku pembuatan
biogas.

1.2. Rumusan Masalah


a.  Apakah biogas itu ?

b.  Apakah manfaat dari biogas itu ?

c. Alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan biogas?

d. Bagaimana mengolah limbah kotoran ternak menjadi biogas?

e.  Bagaimana kualitas dari bahan bakar yang dihasilkan dibanding dengan

bahan bakar fosil yang ada?

1.3 Tujuan
a.   Mengetahui pengertian dari biogas.

b. Mengetahui manfaat dari biogas.

c. Mengetahui alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam


pembuatan biogas
d.  Menghasilkan sumber energi (bahan bakar) yang terbarukan, murah
dan ramah lingkungan,
e. Mengurangi pencemaran akibat limbah kotoran ternak,
f. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sumber energi tak
terbarukan seperti minyak bumi.
BAB II

ISI

2. 1 BIOGAS

Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan oleh


proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang
hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa
diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik
(padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak cocok
untuk sistem biogas sederhana. Di daerah yang banyak industri  pemrosesan
makaan antara lain tahu, tempe, ikan, pindang atau brem bisa menyatukan saluran
limbahnya ke dalam sistem biogas, sehingga limbah industri tersebut tidak
mencemari lingkungan di sekitarnya. Hal ini memungkinkan karena limbah
industri tersebut diatas berasal dari bahan organik yang homogen.
Bahan bakar biogas tidak menghasilkan asap merupakan suatu pengganti
yang unggul untuk menggantikan bahan bakar minyak atau gas alam. Gas ini
dihasilkan dalam proses yang disebut pencernaan anaerob, merupakan gas
campuran metan (CH4) , karbondioksida (CO2), dan sejumlah kecil nitrogen,
amonia, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, dan hidrogen. Secara alami, gas ini
terbentuk pada limbah pembuangan air, tumpukan sampah, dasar danau atau rawa.
Mamalia termasuk manusia menghasilkan biogas dalam sistem pencernaannya,
bakteri dalam sistem pencernaan menghasilkan biogas untuk proses mencerna
selulosa. Biomassa yang mengandung kadar air yang tinggi seperti kotoran hewan
dan limbah pengolahan pangan cocok digunakan untuk bahan baku pembuatan
biogas.
Limbah peternakan merupakan salah satu sumber bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas, sementara perkembangan atau
pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan karena
menumpuknya limbah peternakan. Polutan yang dihasilkan dari dekomposisi
kotoran ternak yaitu BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemichal
Oxygen Demand), bakteri patogen, polusi air, debu, dan polusi bau. Di banyak
negara berkembang kotoran ternak, limbah pertanian, dan kayu bakar digunakan
sebagai bahan bakar. Hal inilah yang menjadi perhatian karena emisi metan dan
karbondioksida yang menyebabkan efek rumah kaca dan mempengaruhi
perubahan iklim global.
Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, proses anaerob juga
memberikan beberapa keuntungan yaitu menurunkan nilai COD dan BOD,
total solid, volatile solid, nitrogen nitrat, dan nitrogen organik.
Bakteri caliform dan patogen lainnya, telur insek, parasit, bau juga dihilangkan
atau menurun. Di daerah pedesaan yang tidak terjangkau listrik, penggunaan
biogas memungkinkan untuk belajar dan melakukan kegiatan komunitas di malam
hari.
Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.1 Kesetaraan biogas dengan beberapa sumber energi lain
0.46 Kg LPG
3
1 m  Biogas 0.62 liter Minyak tanah
3.5 Kg Kayu bakar
Sumber : Departemen Petanian (2009) 

Beberapa alasan lain mengapa biogas dapat dimanfaatkan sebagai energi


alternatif dan semakin mendapat perhatian yaitu :
(a)      harga bahan bakar yang terus meningkat,
(b)     dalam rangka usaha untuk memperoleh bahan bakar lain yang dapat diperbarui,
(c)      dapat diproduksi dalam skala kecil di tempat yang tidak terjangkau listrik atau

energi lainnya,
(d)     dapat diproduksi dalam kontruksi yang sederhana.
2.2 Prinsip Pembuatan Biogas
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara
anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar
adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida,
gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh
sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk proses
fermentasi adalah 30-55oC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme mampu
merombak bahan bahan organik secara optimal.

2.3 Proses Pencernaan Anaerob


Proses pencernaan anaerob, yang merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu
proses pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri
asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat dalam
limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan
sampah organik rumah tangga. Proses anaerob dapat berlangsung di bawah
kondisi lingkungan yang luas meskipun proses yang optimal hanya terjadi pada
kondisi yang terbatas.
Tabel 2.1 Kondisi pengoperasian pada proses pencernaan anaerob
Parameter Nilai Temperatur
Mesofilik 35o C
Termofilik 54o C
pH 7-8
Alkalinitas 2500 mg/L Minimum
Waktu retensi 10-30 hari
Laju terjenuhkan 0.15-0.35 kg.VS/m3/hari
Hasil biogas 4.5-11 m3/kg.VS
Kandungan metana 60-70 %

Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu :


(a)      Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut
dan pencernaan bahan organik kompleks menjadi sederhana, perubahan bentuk
strukutur polimer menjadi monomer;
(b)     Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang
terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bakteri asam.
Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat,
propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida,
hidrogen dan amonia.
(c)      Metanogenik, pada tahp ini terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri
pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu untuk mereduksi sulfat dan
komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen sulfida.
Bakteri yang berperan dalam proses pencernaan anaerobik yaitu bakteri
hidrolitik yang memecah bahan organik menjadi gula dan asam amino, bakteri
fementatif yang mengubah gula dan asam amino menjadi asam organik, bakteri
asidogenik merubah asam organik menjadi hidrogen, karbondioksida dan asam
asetat, dan bakteri metanogenik yang menghasilkan gas metan dari asam asetat,
hidrogen, dan karbondioksida. Bakteri metanogenik akan menghasilkan biogas
yang bagus (kandungan gas metan tinggi) pada suhu 25o-30o C. Di dalam digester
biogas terdapat dua jenis bakteri yang sangat berperan yaitu bakteri asidogenik
dan bakteri metanogenik. Kedua bakteri ini harus dipertahankan jumlahnya
seimbang. Bakteri-bakteri inilah yang merubah bahan organik menjadi gas metan
dan gas lainnya dalam siklus hidupnya.

Macam – macam bakteri anaerob yang berperan


a.       Bakteri Pembentuk Asam (Acidogenic Bacteria)
Yang merombak senyawa organic menjadi senyawa yang lebih sederhana
yaitu berupa asam organik CO2, H2, H2S.
b.      Bakteri Pembentuk Asetat (Acetogenic Bacteri)
Yang merubah asam organik dan senyawa netral yang lebih besar dari
methanol menjadi asetat dan hidrogen.
Bakteri penghasil metan (metanogens) yang berperan dalam merubah asam –
asam lemak dan alkohol menjadi metan dan karbondioksida. Bakteri pembentuk
metan antara lain Methanococcus, Methanobacterium dan methanosarcina
Kandungan gas metan dalam biogas yang dihasilkan tergantung pada jenis
bahan baku yang dipakai. Sebagai contoh komposisi biogas dapat dilihat pada
tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kompisisi gas (%) dalam biogas yang berasal dari kotoran ternak dan
sisa pertanian
Campuran Kotoran
Jenis Gas Kotoran Sapi Sapi dan Sampah
Pertanian
Metana (CH4) 65.7 55-70
Karbondioksida (CO2) 27.0 27-45
Nitrogen (N2) 2.3 0.5-3.0
Karbonmonoksida (CO) 0.0 0.1
Oksigen (O2) 0.1 6.0
Propan (C3H8) 0.7 -
Hidrogen Sulfida (H2S) Tidak Terukur Sedikit sekali
Nilai Kalor (kkal/m3) 6513 4800-6700

Kegagalan proses pencernaan anaerobik dalam digester biogas bisa


dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri metanogenik terhadap bakteri
asam yang menyebabkan lingkungan menjadi sangat asam (pH kurang dari 7)
yang selanjutnya menghambat kelangsungan hidup bakteri metanogenik. Kondisi
keasaman yang optimal pada pencernaan anaerobik yaitu sekitar pH 6,8 sampai 8,
laju pencernaan akan menurun pada kondisi pH yang lebih tinggi atau rendah.
Bakteri yang terlibat dalam proses anaerobik membutuhkan beberapa
elemen sesuai dengan kebutuhan organisme hidup seperti sumber makanan dan
kondisi lingkungan yang optimum. Bakteri anaerob mengkonsumsi karbon sekitar
30 kali lebih cepat dibanding nitrogen. Hubungan antara jumlah karbon dan
nitrogen dinyatakan dengan rasio karbon/nitrogen (C/N), rasio optimum untuk
digester anaerobik berkisar 20 - 30. Jika C/N terlalu tinggi, nitrogen akan
dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogen untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengan karbon akibatnya gas
yang dihasilnya menjadi rendah. Sebaliknya jika C/N rendah, nitrogen akan
dibebaskan dan berakumulasi dalam bentuk amonia (NH 4) yang dapat
meningkatkan pH. Jika pH lebih tinggi dari 8,5 akan menunjukkan pengaruh
negatif pada populasi bakteri metanogen. Kotoran ternak sapi mempunyai rasio
C/N sekitar 24.
Hijauan seperti jerami atau serbuk gergaji mengandung persentase
karbon yang jauh lebih tinggi, dan bahan dapat dicampur untuk mendapatkan
rasio C/N yang diinginkan. Rasio C/N beberapa bahan yang umum digunakan
sebagai bahan baku biogas disajikan pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Rasio karbon dan nitrogen (C/N) dari beberapa bahan baku
Bahan Rasio C/N
Kotoran bebek 8
Kotoran manusia 8
Kotoran ayam 10
Kotoran kambing 12
Kotoran babi 18
Kotoran domba 19
Kotoran sapi/kerbau 24

Slurry kotoran sapi mengadung 1,8 - 2,4% nitrogen, 1,0 - 1,2% fosfor
(P205), 0,6 - 0,8% potassium (K 20), dan 50 - 75% bahan organik. Kandungan
solid yang paling baik untuk proses anaerobik yaitu sekitar 8%. Untuk limbah
kotoran sapi segar dibutuhkan pengenceran 1 : 1 dengan air. Teknologi
pencernaan anaerob bila digunakan dalam sistem perencanaan yang matang, tidak
hanya mencegah polusi tetapi juga menyediakan energi berkelanjutan, pupuk dan
rekoveri nutrien tanah. Untuk itu proses ini dapat mengubah limbah dari suatu
masalah menjadi suatu yang menguntungkan.

Tabel 2.4 Potensi produksi gas dari berbagai jenis kotoran hewan


Jenis Kotoran Produksi Gas per Kg (m3)
Sapi/Kerbau 0.023-0.040
Babi 0.040-0.059
Unggas 0.065-0.116
Manusia 0.020-0.028
2.4  Teknologi Digester
Saat ini berbagai bahan dan jenis peralatan biogas telah banyak
dikembangkan sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis,
jumlah dan pengelolaan kotoran ternak. Secara umum terdapat dua teknologi yang
digunakan untuk memperoleh biogas. Pertama, proses yang sangat umum yaitu
fermentasi kotoran ternak menggunakan digester yang didesain khusus dalam
kondisi anaerob. Kedua, teknologi yang baru dikembangkan yaitu dengan
menangkap langsung gas metan dari lokasi tumpukan sampah tanpa harus
membuat digester khusus.
Bagian utama dari proses produksi biogas yaitu tangki tertutup yang
disebut digester. Desain digester bermacam-macam sesuai dengan jenis bahan
baku yang digunakan, temperatur yang dipakai dan bahan konstruksi. Digester
dapat terbuat dari cor beton, baja, bata atau plastik dan bentuknya dapat berupa
seperti silo, bak, kolam dan dapat diletakkan di bawah tanah. Sedangkan untuk
ukurannya bervariasi dari 4-35 m3. Biogas dengan ukuran terkecil dapat
dioperasikan dengan kotoran ternak 3 ekor sapi, 7 ekor babi atau 500 ekor unggas.
Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik atau
digunakan langsung pada kompor untuk memasak, menggerakan generator listrik,
patromas biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dll.

2.5 Membangun Instalasi Biogas


Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi
untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri.
Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous
feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari.
Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan
banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk
membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu
koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga
kotoran ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester
harus dibangun juga penampung sludge (lumpur) dimana slugde tersebut nantinya
dapat dipisahkan dan dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses
pembuatan biogas dengan langkah langkah sebagai berikut:
1.    Mencampur kotoran ternak dengan air sampai terbentuk lumpur dengan
perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan
mempermudah pemasukan kedalam digester
2.    Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian
pertama kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah
dan udara yang ada didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini
dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester
penuh.
3.    Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi
rumen segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas
digester 3,5 - 5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi
proses fermentasi.
4.    Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang
terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru
terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan
CO2 27% maka biogas akan menyala.
5.    Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada
kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa
menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau
seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur
kotoran ternak secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal.

2.6 Reaktor Biogas


Ada beberapa jenis reaktor biogas yang dikembangkan diantaranya adalah
reaktor jenis kubah tetap (Fixed-dome), reaktor terapung (Floating Drum), reaktor
jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement.
Dari enam jenis digester biogas, yang sering digunakan adalah jenis kubah
tetap (Fixed Dome) dan jenis drum mengambang (Floating Drum). Beberapa
tahun terakhir ini dikembangkan jenis reaktor balon yang banyak digunakan
sebagai reaktor sederhana dalam skala kecil.

a.      Reaktor Kubah Tetap (Fixed Dome)


Reaktor ini disebut juga reaktor Cina. Dinamakan demikian karena reaktor
ini dibuat pertama kali di China sekitar tahun 1930-an, dan kemudian sejak itu
reaktor ini berkembang dengan berbagai model. Pada reaktor ini memiliki dua
bagian, yaitu digester sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah
bagi bakteri, baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentuk gas
metana. Bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu
bata atau beton.
Strukturnya harus kuat karena menahan  gas agar tidak terjadi
kebocoran.bagian yang kedua adalah kubah tetap (Fixed Dome). Dinamakan
kubah tetap karena bentuknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan
pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material
organik pada digester akan mengalir dan disimpan di bagian bawah.
Keuntungan dari reaktor ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada
menggunakan reaktor terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak
menggunakan besi yang tentu harganya relative lebih mahal dan perawatannya
lebih mudah, sedangkan kerugian dari reaktor ini adalah seringnya terjadi
kehilangan gas pada bagian kubah karena kontruksi tetapnya.

b.      Reaktor Terapung (Floating Drum)


Reaktor jenis terapung pertama kali dikembangkan di India pada tahun
1937 sehingga dinamakan dengan reaktor India. Memiliki bagian digester yang
sama dengan reaktor kubah, perbedaannya terletak pada bagian penampung gas
menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini dapat bergerak
naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil fermentasi dalam digester.
Pergerakan drum mengapung pada cairan dan tergantung dari jumlah gas yang
dihasilkan.
Keuntungan dari reaktor ini adalah dapat melihat secara langsung volume
gas yang tersimpan  pada drum karena pergerakannya. Karena tempat
penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan.sedangkan
kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal. Faktor 
korasi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada
reaktor ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe
kubah tetap.

c.       Reaktor Balon


Reaktor balon merupakan jenis reaktor yang banyak digunakan pada skala
rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam
penanganan dan perubahan tempat biogas. Reaktor ini terdiri atas satu bagian
yang berfungsi sebagai digester dan penyimpanan gas masing – masing
bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak di bagian
bawah karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan
mengisi pada rongga atas.

2.7 Keuntungan Biogas dengan Teknologi Digester


Beberapa keuntungan kenapa digester anaerobik lebih banyak digunakan
antara lain :
1.    Keuntungan pengolahan limbah
(a)  Digester anaerobik merupakan proses pengolahan limbah yang alami
(b)  Membutuhkan lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan proses
kompos aerobik ataupun penumpukan sampah
(c)  Memperkecil volume atau berat limbah yang dibuang
(d)  Memperkecil rembesan polutan
2.    Keuntungan energi
(a)  Proses produksi energi bersih
(b)  Memperoleh bahan bakar berkualitas tinggi dan dapat diperbaharui
(c)   Biogas dapat dipergunakan untuk berbagai penggunaan
3.    Keuntungan lingkungan
(a)  Menurunkan emisi gas metan dan karbondioksida secara signifikan
(b)  Menghilangkan bau
(c)  Menghasilkan kompos yang bersih dan pupuk yang kaya nutrisi
(d)  Memaksimalkan proses daur ulang
(e)   Menghilangkan bakteri coliform sampai 99% sehingga memperkecil
kontaminasi sumber air
4.    Keuntungan ekonomi
Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau dari siklus
ulang proses.
.
2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Pemanfaatan Biogas
Kotoran Ternak
Untuk memanfaatkan kotoran ternak menjadi biogas, diperlukan
beberapa syarat yang terkait dengan aspek teknis, infrastruktur, manajemen dan
sumber daya manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi, maka pemanfaatan
kotoran ternak menjadi biogas sebagai penyediaan energi dipedesaan dapat
berjalan dengan optimal.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan
kotoran ternak menjadi biogas yaitu :
1.    Ketersediaan ternak
Jenis, jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi
bagi pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan
memanfaatkan kotoran ternak.Kotoran ternak yang dapat diproses menjadi biogas
berasal dari ternak ruminansia dan non ruminansia seperti sapi potong, sapi perah
dan babi; serta unggas.
Jenis ternak mempengaruhi jumlah kotoran yang dihasilkannya. Untuk
menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran ternak
dari 3 ekor sapi, atau 7 ekor babi, atau 500 ekor ayam.
2.    Kepemilikan Ternak
Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan jenis
dan kapasitas biogas yang dapat digunakan. Saat ini biogas kapasitas rumah
tangga terkecil dapat dijalankan dengan kotoran ternak yang berasal dari 3 ekor
sapi atau 7 ekor babi atau 500 ekor ayam. Bila ternak yang dimiliki lebih dari
jumlah tersebut, maka dapat dipilihkan biogas dengan kapasitas yang lebih besar
(berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala rumah tangga.

3.    Pola Pemeliharaan Ternak


Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi
optimal. Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan
cara dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan.

4.    Ketersediaan Lahan
Untuk membangun biogas diperlukan lahan disekitar kandang yang
luasannya bergantung pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan
untuk membangun biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x
2m). Sedangkan skala komunal terkecil membutuhkan lahan sebesar 40m2 (8m x
5m).

5.    Tenaga Kerja
Untuk mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari
peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat berfungsi
optimal bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan dengan baik serta
dilakukan perawatan peralatannya.
Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya
biogas disebabkan karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani
unit tersebut; kedua, peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk melakukan
pengisian kotoran karena memiliki pekerjaan lain selain memelihara ternak.

6.    Manajemen Limbah/Kotoran
Manajemen limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat
cair kotoran ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, frekuensi pemasukan
kotoran, dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam raktor. Bahan
baku (raw material) reaktor biogas adalah kotoran ternak yang komposisi padat
cairnya sesuai yaitu 1 berbanding 3. Pada peternakan sapi perah komposisi padat
cair kotoran ternak biasanya telah sesuai, namun pada peternakan sapi potong
perlu penambahan air agar komposisinya menjadi sesuai.
Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan secara berkala setiap hari atau
setiap 2 hari sekali tergantung dari jumlah kotoran yang tersedia dan sarana
penunjang yang dimiliki. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan secara manual
dengan cara diangkut atau melalui saluran.

7.    Kebutuhan Energi
Pengelolaan kotoran ternak melalui proses reaktor an-aerobik akan
menghasilkan gas yang dapat digunakan sebagai energi. Dengan demikian,
kebutuhan peternak akan energi dari sumber biogas harus menjadi salah satu
faktor yang utama. Hal ini mengingat, bila energi lain berupa listrik, minyak tanah
atau kayu bakar mudah, murah dan tersedia dengan cukup di lingkungan peternak,
maka energi yang bersumber dari biogas tidak menarik untuk dimanfaatkan. Bila
energi dari sumber lain tersedia, peternak dapat diarahkan untuk mengolah
kotoran ternaknya menjadi kompos atau kompos cacing (kascing).
8.    Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)
Energi yang dihasilkan dari reaktor biogas dapat dimanfaatkan untuk
memasak, menyalakan petromak, menjalankan generator listrik, mesin
penghangat telur/ungas dll. Selain itu air panas yang dihasilkan dapat digunakan
untuk proses sanitasi sapi perah.
Pemanfaatan energi ini dapat optimal bila jarak antara kandang ternak,
reaktor biogas dan rumah peternak tidak telampau jauh dan masih memungkinkan
dijangkau instalasi penyaluran biogas. Karena secara umum pemanfaatan energi
biogas dilakukan di rumah peternak baik untuk memasak dan keperluan lainnya.

9.    Pengelolaan Hasil Samping Biogas


Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya
menjadi pupuk cair atau pupuk padat (kompos). Pengeolahannya relatif sederhana
yaitu untuk pupuk cair dilakukan fermentasi dengan penambahan bioaktivator
agar unsur haranya dapat lebih baik, sedangkan untuk membuat pupuk kompos
hasil samping biogas perlu dikurangi kandungan airnya dengan cara diendapkan,
disaring atau dijemur. Pupuk yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sendiri
atau dijual kepada kelompok tani setempat dan menjadi sumber tambahan
pandapatan bagi peternak

10.    Sarana Pendukung
Sarana pendukung dalam pemanfaatan biogas terdiri dari saluran
air/drainase, air dan peralatan kerja. Sarana ini dapat mempermudah operasional
dan perawatan instalasi biogas. Saluran air dapat digunakan untuk mengalirkan
kotoran ternak dari kandang ke reaktor biogas sehingga kotoran tidak perlu
diangkut secara manual. Air digunakan untuk membersihkan kandang ternak dan
juga digunakan untuk membuat komposisi padat cair kotoran ternak yang sesuai.
Sedangkan peralatan kerja digunakan untuk mempermudah/meringankan
pekerjaan/perawatan instalasi biogas.
Selain sepuluh faktor di atas, kemauan peternak/pelaku untuk,
menjalankan instalasi biogas dan merawatnya serta memanfaatkan energi biogas
menjadi modal utama dalam pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan sebelumnya , dapat disimpulkan bahwa :
 Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan oleh
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob
(bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara).
 Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu :
(a)      Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik
mudah larut dan pencernaan bahan organik kompleks menjadi
sederhana, perubahan bentuk strukutur polimer menjadi monomer;
(b)     Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula
sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan
makanan bakteri asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula
sederhana ini yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol,
dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amonia.
(c)     Metanogenik, pada tahp ini terjadi proses pembentukan gas metan.
Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu untuk

mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hidrogen


sulfide.
 Macam – macam bakteri anaerob yang berperan
a.       Bakteri Pembentuk Asam (Acidogenic Bacteria)
b.       Bakteri Pembentuk Asetat (Acetogenic Bacteri)
c. Bakteri penghasil metan (Metanogens)
 Beberapa keuntungan kenapa digester anaerobik lebih banyak digunakan
antara lain :
1.    Keuntungan pengolahan limbah
2.    Keuntungan energi
3.    Keuntungan lingkungan .
4.    Keuntungan ekonomi

3.2 Saran
Melalui makalah ini, dapat disampaikan beberapa saran yaitu
1. Semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa lain atau pun masyarakat,

untuk lebih mengetahui seperti apa biogas, dan cara membuat biogas.
2. Agar dengan membaca makalah ini banyak orang lebih tahu bahwa, ada
energi alternatif yang lebih bagus, seperti biogas.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.dikti.org/?q=node/99

Paimin, Farry, B. 1995. Alat Pembuatan biogas Dari Drum. Jakarta: Penebar


Swadaya.
Setiawan, A.I. 2008. Memanfatkan Kotoran Ternak. Cet 14. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Simamora, S. et al. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak
Dan Gas Dari Kotoran Ternak. Jakarta: AgroMedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai