“TABLET”
BLOK 12 PRAKTIKUM 1
DISUSUN OLEH:
NAMA : - Maitsa Via Saffriza (20180350022)
- Aisa Alma Sabrila A. (20180350023)
- Lusi Sri Rahmawati (20180350025)
- Dhenok Resty Wulandari (20180350026)
GOL/Kel : Gol 1/Kel 1
TGL PRAKTIKUM : 18 Januari 2021
ASISTEN : Apt. M. Fariez Kurniawan, M.Sc.,
PRODI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2021
A. TUJUAN
mahasiswa mampu membuat formulasi sediaan tablet dan mampu melakukan
produksi sediaan tablet.
B. DASAR TEORI
Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot,kekerasan, ketebalan, sifat
disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain,tergantung pada penggunaan yang dimaksudkan
dan metode pembuatannya.Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau
konveks.Tablet dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat pons dan lubang
kempa (lesung tablet) cetakan yang didesain secara khusus (Siregar, 2010)
Komposisi tablet terdiri dari bahan pengisi, bahan pengikat, glidant, bahan
penghancur, bahan pelican, anti lekat, bahan pewarna, dan pengaroma dan pemanis
(Swarbrick,2007). Dalam pembuatan tablet ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu
granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Langkah dari granulasi basah adalah
penimbangan, pencampuaran,granulasi, pengayakan basah, pengeringan, pengayakan kering,
pelincir, dan pengempaan peralatan tergantung dari uraian atau kualitas atas kandungan atau zat
aktif, pengisi, dan penghancur (Gennaro, 1985).
Waktu hancur sediaan tablet sangat berpengaruh dalam biofarmasi dari obat. Supaya
komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran cerna, maka tablet harus
hancur dan melepaskannya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan (Ansel, 1989).
- cara basah
- cara kering atau disebut slugging atau pre compression (Anief, M., 2005).
Agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper kedalam cetakan
mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi
granula yang bebas mengalir kedalam cetakan disebut granulasi.
Umumnya granuasi basah ditekan melaui ayakan no 6 atau 8, lalu disalurkan kedalam
fluidbeddriers dibuat granul dengan menekankan pada alat yang dibuat berlubang –
lubang.
-Pengeringan
Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet pengering dengan system sirkulasi udara
dan pengendalian temperatur, pada metode ini granul dikeringkan pada keadaan tertutup
dan diputar – putar sambi1 dialirkan udara yang hangat, pada proses ini campuran serbuk
yang akan dibuat granul diubah menjadi larutan atau suspensis dan disemprotkan,
dikeringkan dalam fluidizedbed untuk menghasilkan granul yang seragam dan mudah
mengalir.
-Pengayakan kering
Setelah dikeringkan granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang lebih kecil dari
yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli.
Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelincir kering ditambahkan kedalam granul.
Pembuatan tablet dengan kompresi dilakukan dengan cara kerjanya memasukan granul
kedalam ruang cetakan dan dikempa oleh kedua gerakan punch atas dan bawah. (Ansel, 1982).
Syarat – syarat tablet memenuhi keseragaman ukuran, keseragaman bobot, waktu hancur,
keseragaman isi zat berkhasiat, memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, M., 2005)
C. ALAT BAHAN
- Alat :
1. Timbangan
2. Gelas ukur
3. Pipet tetes
4. Ayakan
5. Oven
6. Cetakan alumunium
7. Mesin tablet
- Bahan :
1. Paracetamol
2. PVP
3. Amilum
4. Laktosa
5. Talk
6. Mg stearate
7. Etanol
8. Pewarna
D. CARA KERJA
Ditimbang semua bahan yang diperlukan untuk fase dalam
Dilarutkan bahan pengikat yaitu PVP dengan etanol dan ditambahkan pewarna
Dicampurkan larutan bahan pengikat, sedikit demi sedikit ke dalam bahan kering
Ditambahkan talk sebagai glidan dan amilum sebagai disintegrant yang diperlukan mg
strearat sebagai lubrikan
E. DATA PENGAMATAN
Formulasi Tablet
Fase dalam
Paracetamol 500mg
Laktosa qs
Amilum 10%
PVP 2%
Fase Luar
Amilum 5%
Talk 2%
Mg stearate 1%
Perhitungan :
Fase dalam 92%
Fase luar 8%
Amilum 5%
Talk 2%
Mg stearate 1%
Jika tablet yang diperoleh 285,762 gram / 322 gram x 500 tab = 444 tablet
MANUFACTURING PROCESS
TABLET
Tanggal produksi :
18 Januari 2021
Periksa kesiapan ruang yang akan digunakan, kebersihan dan catat RH dan suhu ruangan
Apt. M. Fariez
3. Amilum 35 gram 35, gram Lusi Kurniawan,
0308 M.Sc.,
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum dengan topik tablet ini bertujuan agar mahasiswa mampu membuat
formulasi sediaan tablet dan mampu melakukan produksi sediaan tablet. Pada praktikum ini, Zat
aktif yang digunakan adalah Parasetamol, dengan sifat-sifatnya seperti tahan terhadap panas,
tahan terhadap air tetapi tidak memiliki sifat aliran yang baik. Dengan melihat karakteristik dari
Parasetamol ini dapat dibuat dengan metode pembuatan tablet yakni granulasi basah. Granulasi
basah dapat dilakukan jika zat aktif tahan terhadap pemanasan dan air. Prinsip dari metode
granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai
mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi. Dengan
granulasi basah, tablet yang dihasilkan akan lebih kuat karena penambahan zat pengikat dalam
bentuk pasta pati, pengikat bentuk ini memiliki daya kohesi yang kuat untuk menyatukan serbuk-
serbuk tablet dan membentuk ikatan granul-granul sehingga terbentuk tablet yang memiliki
kekompakan yang tinggi. Dengan kekompakan tablet yang tinggi menjadikan tablet tidak mudah
pecah, rapuh, ataupun retak.
Formula yang dibuat untuk tablet Parasetamol dengan melihat sifat-sifat dari zat aktif
maka dibuat formulasi dengan zat tambahan sebagai pengikat adalah PVP, dengan pertimbangan
bahwa PVP akan memberikan daya ikat yang kuat untuk serbuk ataupun granul. PVP pun telah
lama digunakan sebagai komponen pengikat dan tablet yang dihasilkannya pun cukup keras.
Perbedaan dalam penggunaan zat pengikat akan memberikan pengaruh pada kekerasan tablet,
pengeringan granul, dan kelembapan granul.
Komponen tambahan lainnya adalah zat pengisi (diluent), diluent yang dipilih adalah
laktosa, karena laktosa biasa digunakan, tidak OTT dengan komponen lain terutama zat aktif.
Pengisi ini biasa digunakan jika kandungan zat aktif tidak cukup untuk membuat tablet dengan
ukuran yang sesuai selain itu pengisi juga dapat meningkatkan daya kohesi antar serbuk dan
dapat memperbaiki sifat alir granul dalam hopper. Jika kandungan zat aktif cukup tinggi,
mungkin dibutuhkan pengisi yang sedikit atau bahkan tidak dibutuhkan sama sekali. Tablet yang
dibuat dengan penggunaan laktosa menunjukan laju pelepasan zat aktif yang baik, granul yang
dihasilkan akan cepat kering dan menunjukan waktu hancur yang bagus.
Komponen yang tidak kalah pentingnya adalah amilum sebagai komponen penghancur
tablet. Zat ini ditambahkan untuk meningkatkan daya hancur dan disolusi dari tablet, pada proses
pembuatan tablet dengan metode granulasi basah zat penghancur ditambahkan pada saat proses
granulasi dan setelah proses ini. Ketika tablet dikonsumsi, tablet kemudian akan berkontak
dengan cairan dalam saluran pencernaan, dengan adanya komponen penghancur, tablet akan
mengembang dan selanjutnya pecah menjadi granul-granul, kondisi ini karena pengaruh
penghancur luar, selanjutnya granul-granul pecah menjadi fines dengan adanya penghancur
dalam. Hal ini sangat berpengaruh terhadap waktu hancur dan pelepasan zat aktif. Waktu hancur
dari tablet menjadi bertahap sehingga kadar zat aktif dalam darah dapat dikontrol dan tidak
langsung memberikan konsentrasi yang maksimal karena dikhawatirkan akan mencapai efek
toksik. Komponen penghancur yang kami gunakan dalam formulasi adalah amylum kering (pati
jagung), karena pati jagung sudah sangat sering digunakan sebagai penghancur, karena dapat
menunjukan proses penghancuran yang bertahap, dan tidak OTT dengan komponen lain.
Setelah dilakukan proses pencampuran dan granulasi tahap awal didapat massa granul
yang harus dievaluasi karasteristiknya seperti pengujian kompresibilitas, kadar air dan pengujian
daya alir. Pengujian kompresibilitas granul yang dilakukan dengan menimbang 100 gram granul
lalu masukkan dalam gelas ukur kemudian dihitung berapa volume awal. Setelah itu granul
dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji dan dihitung volume akhirnya. Dari
hasil pengujian diperoleh persentase kompresibilitas granul parasetamol adalah 11,68% dan tidak
memenuhi persyaratan yaitu 12 – 16%. Pengujian selanjutnya adalah pengujian kadar air yang
dilakukan dengan mengurangi berat granul sebelum dikeringkan dan berat granul sesudah
dikeringkan. Dari hasil perhitungan, diperoleh susut pengeringan parasetamol sebesar 1,80 %
dan tidak sesuai dengan persyaratan yaitu 2 – 5%. Pengujian terakhir adalah pengujian sifat alir
granul. Sifat alir ini berpengaruh pada aliran granul pada hopper yang dapat menyebabkan
adanya perbedaan pada keseragaman kandungan zat aktif dan perbedaan pada bobot tablet yang
dihasilkan. Sifat alir ini juga dipengaruhi oleh banyaknya granul atau fines yang ada dan dihitung
berdasarkan sudut henti. Dari hasil pengujian ini, granul tidak dapat dialirkan sehingga tidak
didapatkan hasil yang sesuai dan data tidak dapat diolah.
Setelah granul yang diuji, maka tahap selanjutnya adalah tahap lubrikasi. Komponen
yang digunakan dalam lubrikasi ini adalah pelincir. Pelincir ini ditambahkan untuk mengatasi
hal-hal yang biasa terjadi pada proses pencetakan seperti aliran yang kurang baik yang dapat
berpengaruh pada keseragaman bobot tablet, massa cetak dapat menempel pada dinding punch
maupun die ini akan berpengaruh pada penampilan tablet dalam hal bentuk dan akan timbul
masalah pada tablet yaitu sticking dan picking, atau terjadi gesekan sisi tablet dengan dinding
ruang cetak tablet. Menurut fungsinya pelincir dapat dikategorikan menjadi 3 macam yaitu,
lubrikan yang dapat bekerja dengan mengurangi gesekan antara dua permukaan yang relatif
bergerak yaitu punch dan die, dengan adanya lubrikan ini membuat punch dan die lebih mudah
dalam bergerak dan tablet yang dihasilkan memiliki bentuk yang baik.
Lubrikan yang digunakan dalam formulasi ini adalah Mg-stearat merupakan lubrikan
yang tidak larut air, karena akan lebih efektif tetapi memiliki kekurangan akan menambah lama
waktu hancur dari tablet, lubrikan pun dapat mengurangi ikatan antar partikel pada tablet
sehingga kekerasan tablet dapat berkurang, hal ini pula yang menyebabkan tablet tidak
memenuhi syarat nilai kekerasan tablet yang baik. Jenis pelincir yang lain adalah antiadherent
dan glidan, antiadherent berfungsi untuk mencegah melekatnya sebagian massa tablet pada
permukaan punch, dan glidan mempunyai fungsi memperbaiki sifat aliran granul. Komponen
yang digunakan sebagai antiadherent dan juga berfungsi sebagai glidan adalah talkum. Talkum
biasa digunakan sebagai komponen ini, tidak OTT dengan komponen lain, dan sebagai glidan
akan menutupi permukaan partikel yang tidak beraturan. Dengan kombinasi ini tablet yang
dihasilkan dapat dengan mudah dicetak, tidak melekat pada dinding punch dan memiliki bentuk
sempurna.
Penambahan komponen pelincir ini dilakukan sesaat sebelum pencetakan, karena jika
ditambahkan sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup lama atau melalui pengocokan yang
terlalu lama, pelincir yang bersifat hidrofob akan menutupi seluruh permukaan granul sehingga
setelah dicetak dan dilakukan uji waktu hancur akan didapat waktu yang terlalu lama karena
granul yang telah menjadi tablet akan semakin sulit untuk dibasahi. Setelah proses lubrikasi,
tahap selanjutnya adalah pencetakan. Massa granul dimasukan kedalam hopper pada alat
pencetak tablet untuk selanjutnya dicetak. Dari hasil pencetakan didapatkan tablet sebanyak 432
tablet yang normal dan selebihnya terjadi kerusakan.
G. KESIMPULAN
Pada praktikum ini, Zat aktif yang digunakan adalah Parasetamol, dengan sifat-sifatnya
seperti tahan terhadap panas, tahan terhadap air tetapi tidak memiliki sifat aliran yang baik. Tab-
let parasetamol diformulasi dengan zat tambahan sebagai pengikat adalah PVP, zat pengisi
(diluent), diluent yang dipilih adalah laktosa, amilum sebagai komponen penghancur tablet pada
fasa dalam. Setelah dilakukan pencampuran hingga pengeringan dengan oven, maka diperoleh
granul. Setelah itu, diuji kompesibilitas dengan hasil presentase 11,68% dan uji sifat alir granul
sebesar 1,8%. Uji granul tersebut belum memenuhi persyaratan dari farmakope. Setelah uji gran-
ul, ditambahkan bahan-bahan fase luar yang meliputu Mg stearate, amilum, dan talk. Kemudian
dicetak dan dihasilkan tablet sebanyak 432 tablet yang normal. Jumlah tablet tidak sesuai dengan
perhitungan pada saat formulasi dikarenakan banyak tablet yang terjadi kerusakan dan banyak
granul yang terbuang pada saat proses pengayakan.
H. DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 1987, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press, Yogyakarta.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Siregar Charles J. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Jenkins, Glenn L. 1957. The Art of Compounding, MC. Crow Well Book Company INC London
Ansel, Howard, C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Penerbit Universitas Press. Jakarta.
I. LAMPIRAN