A. Pengertian
Gigi Tiruan Lengkap adalah gigi tiruan yang menggantikan
kehilangan seluruh gigi pada rahang atas dan bawah (edontolus) serta
jaringan pendukung atau mukosa serta memperbaiki system
stomatogonatik.
Gigi tiruan lengkap merupakan pengganti gigitiruan asli yang
sudah hilang dan hilangnya jaringan lunak dan tulang, yang dibuat untuk
merestorasi fungsi yang tidak seimbang dan hilang serta untuk
penampilan. Pembuatan gigitiruan penuh mencakup prosedur klinis dan
labor, dimana penghitungan cermat merupakan hal sangat penting untuk
mencapai keberhasilan pada pembuangan gigitiruan. Keberhasilan juga
sangat dipengaruhi oleh profil psikososial pasien.
GTL perlu digunakan untuk mencegah pengkerutan tulang
alveolar, berkurangnya vetikal dimensi disebabkan turunnya otot-otot pipi
karena tidak adanya penyangga, dan hilangnya oklusi sentrik. Pada orang
yang kehilangan seluruh giginya, vertikal dimensi oklusi alami akan hilang
dan mulut cendurung overclosure. Hal ini akan menyebabkan pipi
berkerut dan masuk ke dalam serta membentuk commisure. Selain itu,
lidah sebagai kumpulan otot yang sangat dinamis karena hilangnya gigi
akan mengisi ruang selebar mungkin sehingga lidah akan membesar dan
nantinya dapat menyulitkan proses pembuatan gigi tiruan lengkap. Selama
berfungsi rahang bawah berusaha berkontak dengan rahang atas sehingga
dengan tidak adanya gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah akan
menyebabkan hilangnya oklusi sentrik sehingga mandibula menjadi
protrusi dan hal ini menyebabkan malposisi temporo-mandibular joint.
Akibat kehilangan gigi tanpa penggantian dengan gigi tiruan, adalah:
1. Penurunan efisiensi pengunyahan
2. Gangguan pada TMJ
3. Perubahan pada suara
4. Faktor kecantikan berkurang
5. Pengaruh pada jaringan lunak mulut
Apabila gigi yang hilang, ruang gigi menjadi terisi jaringan lunak
pipi dan lidah. Jika keadaan ini berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, pasien mungkin akan mengalami kesulitan dalam pemakaian gigi
tiruan. Hal ini dikarenakan ruangan dalam lengkung gigi sudah ditempati
oleh jaringan lunak pipi dan lidah.
Fungsi gigi tiruan lengkap, antara lain:
a. Pemulihan fungsi estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prosthodonti
biasanya karena masalah estetik, baik karena hilangnya, berubah
bentuk, susunan, warna maupun berjejalnya gigi.
b. Peningkatan fungsi bicara
Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat
mempengaruhi suara pasien,dalam hal ini gigi tiruan lengkap dapat
meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara.
c. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan
Pola kunyah pasien yang sudah kehilangan gigi biasanya
mengalami perubahan pengunyahan. Setelah pasien memakai gigi
tiruan lengkap, tekanan kunyah dapat disalurkan keseluruh
pendukung dengan demikian gigi tiruan lengkap berhasil
mempertahankan dan meningkatkan efisiensi pengunyahan.
d. Pemeliharaan jaringan mulut yang msih tertinggal
Pemakaian gigi tiruan lengkap berperan dalam mencegah atau
mengurangi efek yang timbul pada jaringan mulut karena hilangnya
gigi.
B. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap adalah sebagai berikut :
1. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
2. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena
kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.
3. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu
keberhasilannya.
4. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.
5. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan
diperoleh.
Kontraindikasi gigi tiruan lengkap, antara lain:
1. Tidak ada perawatan alternatif
2. Pasien belum siap secara fisik dan mental
3. Pasien alergi terhadap material gigi tiruan penuh
4. Pasien tidak tertarik mengganti gigi yang hilang
C. Keberhasilan Perawatan Gigi Tiruan Lengkap
Keberhasilan gigi tiruan lengkap dipengaruhi faktor antara lain
pengetahuan serta kemahiran operator untuk tahap klinis maupun
laboratorium pada setiap kunjungan serta kerja sama antara pasien dan
laboratorium. Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi yang
dapat menimbulkan efek pada dukungan jaringan sekitarnya, sehingga dapat
mempertahankan keadaan jaringan normal. Hal ini mencakup :
1. Kondisi edentulous (tidak begigi) berupa : processus alveolaris, saliva,
batas mukosa bergerak dan tidakbergerak, kompesibilitas jaringan
mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan lidah.
2. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok
3. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut
4. Penetapan atau pengaturan gigi yang benar, meliputi :
a. Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi
b. Posisi individual gigi
c. Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas
dan rahang bawah.
D. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Gigi Tiruan Lengkap
Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam
keberhasilan gigi tiruan lengkap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL:
1. Faktor fisis
Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi
efek retensi dari tekananatmosfer. Posisi terbaik peripherial seal
adalah di sekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal
gigitiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah. Peripherial
seal bersambung dengan Postdam padarahang atas menjadi sirkular
seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari luar
tidak dapatmasuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan
mukosa sehingga tekanan atmosfer di dalamnya tetapterjaga. Apabila
pada sirkular seal terdapat kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka
protesa akan mudahlepas. Hal inilah yang harus dihindari dan
menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan dalam
pembuatanprotesa gigi tiruan lengkap. Postdam, diletakkan tepat
disebelah anterior garis getar dari palatum molle dekatfovea palatina.
2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut.
Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan denganmukosa mulut,
tergantung dari efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi,
yang bersama-sama dikenalsebagai adhesi selektif.
3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting
surface). Retensi gigi tiruan berbandinglangsung dengan luas daerah
yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.
4. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai
sebagai pegangan terutama pada rahangatas.
5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya untuk
menghindari rasa sakit dan terlepasnyagigi tiruan saat berfungsi.
6. Pemasangan gigi geligi yang penting terutama untuk gigi anterior
karena mengingat estetik (ukuran, bentuk, dan warna) walaupun tidak
kalah pentingnya untuk pemsangan gigi posterior yang tidak harus
sama ukurannya dengan gigi asli, tetapi lebih kecil, untuk mengurangi
permukaan pengunyahan supaya tekanan pada waktu pengunyahan
tidak memberatkan jaringan pendukung.
Impression adalah suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang
nantinya akan menjadi basal seal gigi tiruan. Impression dibuat untuk
mendapatkan replikasi positif yang sama dengan bentuk jaringan mulut.
Individual tray dibuat dari sellac base material. Jarak tepi sendok cetak
dengan fornik dituat 1-2 mm supaya tepi cetakan nanti tidak meruncing
tetapi membulat.
Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakil dasar gigi
tiruan dan digunakan untuk membuat Maxillo-Mandibular Record (MMR)
yang berfungsi untuk menempatkan gigi-gigi dan untuk insersi ke dalam
mulut. Sedangkan bite rim yang disebut juga tanggul gigitan dibuat diatas
base plate yang telah dihaluskan dengan menggunakan inc delling wax.
Kegunaan bite rim adalah untuk meletakkan gigi sebelum diganti dengan
acrylic dan mencatat maxillo-mancJibular relation pada pasien. Bite rim
atas harus sejajar dengan garis pupil dan bite rim harus terlihat kira-kira
2 mm di bawal garis bibir atas dan lehernya harus mengikuti general out
line processus alveolaris.
Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat dicari dengan
pengukuran jarak pupil dan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung
dengan dagu (PM=HD). Oklusi sentrik adalah oklusi yang terjadi ketika
RA dan RB dalam relasi sentrik, yaitu keadaan dimana processus
condiloid berada pada posisi paling belakang dari fossa gleinoidea.
Pembuatan GTL terutama terletak dalam hal mencetak jaringan
mulut. Record jaringan mulut diperoleh dengan melakukan cetakan, yaitu :
1. Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi)
Sendok cetak yang dipakai adalah sendok cetak biasa (stock tray). Saat
mencetak tidak dihiraukan tertekan atau tidaknya mukosa mulut.
Bahan yang dipakai adalah alginat.
2. Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi)
Disini harus diperhatikan batas jaringan yang bergerak dan tidak
bergerak dan mukosa tidak boleh tertekan. Sendok cetak yang
digunakan adalah sendok cetak individual dari bahan sellac atau self
curmg acrylic resin. Bahan cetak yang digunakan adalah alginat,
plaster (xanthano),
Zn-Oxide pasta atau rubber base impression paste untuk rahang atas
dan rahang bawah.
Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil
cetakan seakurat mungkin, dikenal sebagai double impression.
Artikulator mounting adalah memasang bite rim rahang atas dan
rahang bawah dari mulut pasien ke pesawat artikulator bersama modelnya
setelah ditentukan dimensi vertikal maupun oklusi sentrik.
Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah personality
expression, umur, jenis kelamin yang mana nantinya akan berpengaruh
dalam pemilihan ukuran, warna dan kontur gigi. Disamping itu juga perlu
diperhatikan keberadaan over bite, over jet, curve von spee, curve monson,
agar diperoleh suatu keadaan yang diharapkan pada pembuatan gigi tiruan
lengkap (GTL).
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny. AA
TTL :-
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Alamat :-
Pekerjaan :-
Agama :-
Tanggal Pemeriksaan : 8 Maret 2021
INFORMASI MEDIS
Golongan darah :-
Penyakit jantung : Diketahui tidak ada kelainan
Penyakit diabetes : Diketahui tidak ada kelainan
Haemofilia : Diketahui tidak ada kelainan
Hepatitis : Diketahui tidak ada kelainan
Penyakit lainnya : Diketahui tidak ada kelainan
Alergi terhadap obat : Diketahui tidak ada kelainan
Alergi terhadap makanan : Diketahui tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Motivasi : Pasien perempuan datang ingin dibuatkan gigi tiruan yang
baru agar bisa makan, berbicara dengan baik, dan
penampilannya lebih baik.
Keluhan Utama : Pasien perempuan datang ingin dibuatkan gigi tiruan baru
karena gigi tiruan pasien sudah tidak nyaman. Pasien telah
menggunakan gigi tiruan tersebut selama 3
tahun.Pemeriksaan gigi tiruan lengkap (GTL) pada rahang
atas yang sudah dipakai terlihat gigi anasir sudah banyak
atrisi sehingga terjadi penurunan dimensi vertikal dan gigi
tiruan sebagian lepasan (GTSL) bilateral free end pada
rahang bawah. Pasien mengaku terbiasa mengunyah
menggunakan gigi depan karena masih ada sisa gigi asli
yang memberikan sensasi rasa. Terlihat luka di sudut
mulut dan clicking TMJ pada pasien.
Present Illness : Pasien datang dengan kondisi kehilangan gigi 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 34, 35,
36, 37, 38, 44, 45, 46, 47, 48 dan terlihat gigi yang tersisa
31, 32, 33, 41, 42 mengalami ekstrusi dan resorpsi berlebih
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
General Jasmani : sehat
Rohani : komunikatif dan kooperatif
Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah : 118 / 55 mm/Hg Nadi : 55 kali/menit
Berat badan : 50 kg Respiration rate : 17 kali/menit
Temperatur : tdl Tinggi badan : 158 cm
Personal history
-
PEMERIKSAAN KLINIS INTRAORAL
I. Evaluation of residual ridges
1. Bentuk lengkung rahang : Maxillary : Ovoid
Mandibular : Tappered
2. Bentuk residual ridge : Maxillary :-
Mandibular : -
3. Lokasi undercut : Tidak ada
4. Mucosa : Hiperplasia pada regio anterior rahang atas
5. Ketinggian palatum : Sedang
6. Maxillary tuberosity : Pembesaran
II. Mukosa bibir : Luka pada sudut mulut
III. Mukosa pipi : Normal
IV. Kedalaman vestibulum
RA Anterior : (Dalam/Sedang/Dangkal)
RA Posterior sinistra : (Dalam/Sedang/Dangkal)
RA Posterior dextra : (Dalam/Sedang/Dangkal)
RB Anterior : Dangkal
RB Posterior sinistra : (Dalam/Sedang/Dangkal)
RB Posterior dextra : (Dalam/Sedang/Dangkal)
V. Frenulum
1. Frenulum Rahang Atas
a. Frenulum Anterior : Tinggi/Rendah/Sedang
b. Frenulum Posterior Dextra : Tinggi/Rendah/Sedang
c. Frenulum Posterior Sinistra : Tinggi/Rendah/Sedang
2. Frenulum Rahang Bawah
a. Frenulum Anterior : Tinggi/Rendah/Sedang
b. Frenulum Posterior Dextra : Tinggi/Rendah/Sedang
c. Frenulum Posterior Sinistra : Tinggi/Rendah/Sedang
VI. Lidah
Mukosa : Normal
Ukuran : Normal
Reflek muntah : Normal
VII. Palatum Durum : Sedang
VIII. Palatum Mole :-
IX. Torus Palatinus : (Besar/Kecil/Tidak Ada)
Torus Mandibularis : (Besar/Kecil/Tidak Ada)
X. Hubungan Rahang : -
RINGKASAN PEMERIKSAAN
Pasien datang dengan kondisi kehilangan gigi 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21,
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 34, 35, 36, 37, 38, 44, 45, 46, 47, 48 dan terlihat gigi
yang tersisa 31, 32, 33, 41, 42 mengalami ekstrusi
ODONTOGRAM
DIAGNOSIS
Edentulous full rahang atas dan edentolous sebagian pada rahang bawah gigi 34,
35, 36, 37, 38, 44, 45, 46, 47, 48
RENCANA PERAWATAN
1. Pencabutan gigi 31, 32, 33, 41, 42, 43
2. Gigi Tiruan Lengkap (GTL) akrilik
BAB IV
RENCANA PERAWATAN
A. TAHAP KLINIS
1. KUNJUNGAN I
1) Anamesa dan pemeriksaan klinis subyektif dan obyektif
2) Indikasi perawatan preprostetik
3) KIE dan persetujuan tindakan pencabutan gigi
2. KUNJUNGAN II
1) Anamnesa, Indikasi, pemeriksaan subyektif dan obyektif
2) Membuat Study Model
● Sendok cetak : Perforated stock tray nomor 2
● Bahan Cetak : Hyidrokoloid Irreversible (alginat)
● Metode Mencetak : Mucostatik
● Prosedur pencetakan
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan terlebih dahulu
yang mana yang paling sesuai dengan ukuran rahang pasien. Pasien
menggunakan sendok cetak ukuran nomor 2.
Mula-mula dibuat adonan sesuai dengan perbandingan P/W
yaitu 3:1, setelah dicapai konsistensi tertentu yang homogen
dimasukkan ke dalam sendok cetak dengan merata, kemudian
dimasukkan ke dalam mulut dan tekan posisi ke atas atau ke bawah
sesuai dengan rahang yang dicetak. Disamping itu dilakukan
muscle triming agar bahan cetak mencapai lipatan mukosa. Posisi
dipertahankan sampai bahan setting, kemudian sendok cetak
dikeluarkan dari dalam mulut. Selanjutnya hasil cetakan diisi
sebanyak 2 kali dengan gips stone. Posisi operator pada saat
mencetak RA adalah di kanan belakang pasien dan pada saat
mencetak RB adalah di kanan depan pasien.
3) Pembuatan sendok cetak individual
Dari study model dibuat sendok cetak individual dari bahan
shellac base plate. Study model digambarkan batas jaringan
bergerak dan tidak bergerak, batas sendok cetak individual
ditentukan kurang lebih 1-2 mm lebih rendah dari batas jaringan
bergerak dan tidak bergerak agar tersedia ruang yang cukup untuk
memanipulasi bahan pembentuk tepi (border material). Shellac
dilunakkan dengan cara memanaskan di atas lampu spiritus lalu
ditekankan diatas study model. Shellac dipotong sesuai batas-batas
yang telah digambar pada study model. Sellac dipotong dengan
menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan
kaninus kanan dan kiri dibuat stop vertilwl dari wax sebagai batas
penekanan saat mencetak sedangkan untuk rahang atas ditambah
dengan pembuatan postdam area yang juga dari wax untuk menahan
bahan cetak agar tidak mengalir ke belakang. Selanjutnya dibuat
pegangan pada sendok cetak individual dan buatkan lubang-lubang
pada sendok cetak untuk mengurangi tekanan pada waktu mencetak
dengan cara mengalirkan bahan cetak yang berlebih. Lubang dibuat
dengan mengunakan bur bulat no 8 di daerah langit – langit dengan
jarak masing-masing kurang lebih 4 - 5 mm.
3. KUNJUNGAN III
1) Mencoba sendok cetak individual
Tidak boleh ada undercut yang dapat menghalangi saat nanti
dilakukan pencetakan fisiologis
● Stabilisasi : Menghindari muscular attachment
● Relief area : Tercakup sumua baik RA maupun RB
2) Pembuatan Border moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tidak
ada retensi pada saat dipasang dan dilepas, tahap selanjutnya adalah
border moulding menggunakan greenstick yang dipanaskan.
Landasan sendok cetak pada bagian tepinya yang sudah dipotong
diberi greenstick coumpound untuk mendapatkan cetakan dengan
peripheral seal yang baik. Setelah greenstick dipanaskan diatas
lampu spirtus, rendam sebentar ke dalam air beberapa detik agar saat
greenstick dipanaskan pasien tidak terkena panas secara langsung.
Greenstick ditambahkan sedikit demi sedikit pada tepi luar sendok
cetak. Malam tersebut dilunakkan dan diaplikasikan di seluruh
linggir sendok cetak custom setinggi 2-3 mm.
Sendok cetak kemudian dimasukan ke mulut pasien. Border
molding dilakukan dengan menstimulasi fungsi jaringan. Untuk
rahang atas pada aspek labial dan bukal, stimulasi jaringan dilakukan
dengan menarik bibir keluar untuk aspek labial, dan ke lateral dari
sudut mulut untuk aspek bukal. Setelah itu tentukan hamular notch
dengan menggunakan T burnisher dilanjutkan dengan menentukan
“AH’line. Untuk rahang bawah pada bagian lingual, pasien diminta
menggerakan lidah sampai menyentuh bibir atas dan mukosa bukal
kanan kiri.
Rahang Atas
a. Labial flange
▪ Pasif : bibir diangkat lalu ditarik ke arah luar dan ke bawah,
lalu baru ditekan ke gingiva.
▪ Aktif : pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir dan
menghisap jari sang dokter.
b. Bukal flange
▪ Pasif : pipi diangkat lalu ditarik ke arah luar, ke bawah, dan
ke dalam lalu digerakkan mundur dan maju.
▪ Aktif : pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir dan
tersenyum.
c. Daerah distobukal :
▪ Pasif : pipi ditarik ke arah luar, ke bawah, dan ke dalam.
▪ Aktif : pasien diinstruksikan untuk membuka mulut dengan
lebar, tutup dan gerakkan mandibula dari sisi ke sisi.
ke dalam.
d. Anterior lingual flange :
▪ Aktif : pasien diinstruksikan untuk menjulurkan lidah dan
mendorong lidah kearah palatal anterior. Panjang dan
4. KUNJUNGAN IV
1) Insersi oklusal bite rim
Uji coba base plate dan bite rim untuk melihat kestabilan basis
yang dilihat dari ketebalan dan kerapatan basis rahang atas dan
rahang bawah.
Tahap selanjutnya melakukan kesejajaran terhadap bite rim
dengan membuat garis chamfer dengan cara menarik benang dari
bawah hidung pasien ke bagian atas tragus telinga pasien. Lalu
masukkan bite rim ke dalam mulut pasien dan sejajarkan bite rim
atas dengan garis chamferdengan bantuan occlusal guide plane.
Pada saat melakukan kesejajaran bite rim hal penting yang arus
diperhatikan adalah penentuan tinggi bite rim rahang atas terlihat
kira – kira 2 mm dibawah sudut bibir saat tersenyum. Dan pada saat
pasien sedang istrahat garis incisal / bidang orientasi tanggul gigitan
atas setinggi garis bawah bibir atas (low lip line) dilihat dari muka
dan lateral sejajar dengan garis ala nasi tragus.
Hal-hal lain yang harus diperhatikan saat melakukan kesejajaran
bite rim :
● Adaptasi landasan : landasan harus diam ditempat, permukaan
landasan harus rapat dengan jaringan pendukung, dan pinggiran
landasan tepat tidak terlalu panjang atau terlalu pendek.
● Pasien harus tampak normal seakan tidak bergigi, pipi dan bibir
tidak boleh terlihat cekung atau cembung.
2) Dilakukan pencatatan Maxillo-Mandibular Relationship (MMR)
Penentuan MMR dengan menggunakan metode Willis. Oklusal
bite rim dipasang dengan ketentuan untuk posterior bite rim atas
dibuat sejajar dengan garis chamfer (garis yang berjalan dari ala nasi
ke tragus/porion) dan untuk bagian anterior bite rim atas sejajar
dengan garis pupil. Tinggi bite rim atas 2 mm di bawah garis bibir
atas pada waktu rest position. Alat yang digunakan adalah occlusal
guide plane. Dilakukan pencatatan Maxillo Mandibular Relationship
(MMR). Mula-mula pasien dipersilakan duduk pada dental chair,
dataran oklusal diusahakan sejajar dengan lantai.
Penentuan MMR terdiri dari 4 aspek, yaitu :
1. Penentuan bidang orientasi atau bidang oklusal
Yang dibutuhkan adalah base plate dan bite rim RA. Try in
base plate dan bite rim dan kemudian dilakukan evaluasi :
▪ Retensi (bite rim dan base plate harus retensi tanpa perlu di
fungsikan, apabila dipasang pada rongga mulut pasien tidak
terjatuh)
▪ Adaptasi fiting surface harus menempel erat tepat pada mukosa
(tidak boleh ada space) supaya terbentuk vacum area
▪ Peripheral seal harus tepat pada batas mukosa bergerak dan
tidak bergerak
▪ Bite rim harus memberi dukungan yang adekuat bagi pipi dan
bibir. Dapat disesuaikan dengan profil pasien. Kemudian bite
rim dimasukkan ke dalam mulut pasien dengan dua alat bantu
yaitu occlusal guide plane dan garis champer (garis khayal dari
tragus dan ala nasi). Yang perlu dicapai pada tahap penentuan
bidang orientasi adalah:
✔ Jika dilihat dari anterior, oklusal guide plane sejajar dengan
garis pupil (garis khayal yang menghubungkan pupil mata
kanan dan kiri) dengan bantuan oklusal guide plane
✔ Dilihat dari anterior bite rim berada 2 mm dibawah low lip
line/garis bawah bibir atas
✔ Dilihat dari lateral, oklusal guide plane harus sejajar dengan
garis chamfer
Wax contouring geligi tiruan adalah membentuk dasar dari geligi tiruan
malam sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-otot orofacial
penderita dan semirip mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan lunak
mulut.
Trial denture adalah geligi tiruan malam yang sudah dilakukan waxing,
dan dicoba di dalam mulut penderita untuk melihat estetik, fonetik, dan
fungsinya. Bentuk geligi tiruan yang dipoles mempengaruhi retensi dan
esteti, harus dapat meniru jaringan lunak di sekitar gigi dan bentuk akar
gigi yang tertanam dalam tulang rahang harus tetap ditiru dan bagian
perifer dibentuk sehinggga batas-batas perifer geligi tiruan tetap utuh.
Haluskan semua permukaan luar geligi tiruan malam dengan melewatkan
diatas api dengan kain sutra sampai mengkilat.
Setelah pemasangan gigi posterior, dilakukan try in. Perhatikan
inklinasinya dan kontur gieligi tiruannya. Hal hal yang harus diperhatikan
saat try indilakukan:
1. Pemeriksaan oklusi dengan bantuan artikulating paper untuk
mengetahui hubungan rahang bawah dan rahang atas harus terintegritas
dengan baik.
2. Kesesuaian bentuk, ukuran, dan posisi gigi didalam mulut.
3. Stabilisasi gaya working side dan balancing side
4. Pemeriksaan retensi, stabilisasi basis rahang atas
5. Melihat keadaan basis gigi tiruan rahang bawah saat gerakan fungsional
lidah, sayap lingual seharusnya tidak menghalangi gerakan lidah.
6. Melihat estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa
7. Melihat fungsi fonetik dengan cara pasien disuruh mengucapkan huruf
s, d, o, m, r, a, t, th, p, b, h, f, v dan sebagainya dengan jelas dan tidak
ada gangguan.
Setelah semuanya pasien diminta untuk bercermin, apabila pasien sudah
puas, Gigi tiruan yang telah di try in dikirim ke laboratorium untuk
diproses dengan bahan akrilik.
7. KUNJUNGAN VII
Setelah diganti dengan resin akriIik, protesa diinsersikan dalam rongga
mulut pasien. Kemudian dilakukan remounting. Tujuan dari remounting
adalah :
a) Untuk mengecek oklusi protesa pada sebeIum dan sesudah dipasang.
b) Untuk mengembalikan dimensi vertikal sebelum geligi tiruan diproses
dengan cara selektif grinding.
c) Untuk mengetahui prematur kontak.
Jadi pada saat dilakukan insersi harus diperhatikan :
1. Retensi
Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau
tidak.
2. Oklusi
Di cek balancing side, working side serta ada tidaknya prematur
kontak. Apabila oklusinya terganggu, dilakukan grinding atau
penambahan. Gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang
diletakkan pada oklusi, kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi
seperti mengunyah.
3. Stabilisasi
Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi,
penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak
ada gangguan, maka protesa dapat dipolis.
Pemeriksaan adaptasi basis, tepi, posisi distal geligi tiruan, dan
keadaan jaringan pendukung gigi tiruan. Pastikan tidak ada gusi yang
menerima tekanan yang berlebihan. Bisa dilihat dari gusi yang
berwarna pucat. Perhatikan bibir dan pipi jangan ada yang kendur.
Jika pasien sudah merasa puas saat try in dapat dilakukan insersi dan
dilakukan kontrol seminggu kemudian. Pasien diajarkan cara melepas
dan memasang geligi tiruan.
Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
1) Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
2) Protesa dijaga kebersihannya dengan cara disikat dan disabun
3) Protesa dijaga agar tidak mudah lepas
4) Sebagai latihan instruksikan pasien untuk makan-makanan lunak
5) Biasakan untuk mengunyah pada kedua sisi secara bersamaan
6) Hindari makanan yang keras, lengket, dan panas
Diberikan instruksi kepada pasien untuk beradaptasi dengan protesa
tersebut sampai terbiasa, melepas protesa ketika akan tidur malam hari
agar jaringan otot-otot dibawahnya dapat beristirahat, pasien
membersihkan protesanya setiap kali sehabis makan, dan apabila ada rasa
sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan untuk
segera kembali ke klinik, serta kontrol sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan guna pengecekan lebih lanjut dan bila nantinya tidak ada
gangguan, pasien bisa terus memakainya.
8. KUNJUNGAN VIII
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk
kontrol. Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :
a) Pemeriksaan subyektif
Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak, ditanyakan apakah ada
gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah ada rasa sakit.
b) Pemeriksaan obyektif
Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan dan
diperiksa retensi dan stabilisasi.
B. TAHAP LABORATORIS
1. Flasking
Adalah suatu proses penanaman model dan “trial denture” malam
dalam suatu flask/cuvet untuk membuat sectional mold. Mold bagian
bawah dibuat dengan menanam model dalam gips dan bagian atas dibuat
dari 2 adukan stone yang terpisah di atas denture malam.
2. Packing
Adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik.
Memiliki 2 metode, yaitu :
a. Dry method, mencampur monomer dan polimer langsung dalam mold.
b. Wet method, mencampur monomer dan polimer di luar mold, bila
sudah mencapai dough stage baru dimasukkan ke dalam mold.
3. Processing/curing
Adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimernya
bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya.
Polimerisasi ada 2 cara, yaitu :
1. Secara thermis yang disebut heat curing.
2. Secara khemis, penambahan zat kimia di sebut self-curing
Pemberian panas dapat secara :
1. Dry heat 🡪 dipanaskan dengan udara kering
2. Vapour heat 🡪 dipanaskan dengan uap panas
3. Water heat 🡪 dipanaskan dengan air panas
4. Deflasking
Adalah melepaskan geligi tiruan resin akrilik dari flask/cuvet dan bahan
tanamnya, tetapi tidak boleh lepas dari model rahangnya supaya geligi
tiruan dapat diremounting di artikulator kembali.
BAB V
DISKUSI
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan lengkap yang
memiliki retensi dan stabilitas yang baik adalah :
a. Retensi
Retensi adalah ketahanan gigi tiruan terhadap pengangkatan dari mulut.
Pemeriksaan retensi dilakukan dengan memasang gigi tiruan kuat – kuat
didalam mulut, dan mencoba melepaskannya dengan gaya yang tegak lurus
pada bidang oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan terhadap gaya tersebut,
gigi tiruan memiliki retensi yang cukup. Retensi gigi tiruan lengkap berupa :
▪ Tekanan permukaan
Tekanan permukaan meliputi adhesi antara saliva dan gigi tiruan serta
mukosa. Suatu kondisi fisik untuk mendapatkan adhesi yang baik adalah
pembasahan yang baik dari substrat yang menggunakan adhesi tersebut.
▪ Gaya – gaya dalam cairan
Gaya – gaya dalam cairan, seperti tegangan permukaan saliva, gaya –
gaya kohesi di dalam cairan saliva, dan viskositas saliva, semua
mempengaruhi retensi gigi tiruan dan berhubungan dengan ketepatan
kontak basis terhadap jaringan.
▪ Tekanan atmosfer
Tekanan atmosfer menahan gaya – gaya yang akan melepaskan gigi
tiruan asalkan terdapat pengap perifeal utuh.
Retensi juga dipengaruhi tiga faktor dalam desain gigi tiruan :
▪ Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dan mukosa mulut
Ketepatan kontak antara basis gigi tiruan dan mukosa mulut tergantung
pada efektivitas gaya – gaya fisik dari adhesi dan kohesi yang bersama –
sama dikenal sebagai adhesi selektif.
▪ Perluasan basis
Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang
ditutup oleh basis gigi tiruan.
▪ Pengap periferi
Pengap periferi hendaknya dianggap sebagai suatu daerah kontak antara
permukaan gigi tiruan dan mukosa bergerak disekitarnya. Daerah ini harus
kontinyu sepanjang tepi gigi tiruan, meskipun bentuk dan kedudukannya
mungkin berbeda sesuai dengan gerakan lidah dan bibir. Apabila pengap
periferi utuh, tekanan atmosfer akan memegang peranan utama dalam
retensi, karena setiap gaya yang cenderung melepaskan gigi tiruan akan
mengurangi tekanan gigi tiruan.
b. Stabilisasi
Stabilitas gigi tiruan lengkap adalah kemampuan gigi tiruan untuk
bertahan terhadap ungkitan dan pergeseran. Stabilitas gigi tiruan lengkap
diperoleh dengan cara :
▪ Perluasan landasan yang optimal
▪ Adaptasi landasan yang merata
▪ Minimal terdapat tiga titik fulkrum. Titik fulkrum adalah titik pada benda
yg paling diam dimana benda bila dikenai gaya yg arahnya tidak melalui
titik tersebut, benda akan berotasi pada titik tersebut.
▪ Penyusunan gigi artifisial berada pada puncak lingir
▪ Memenuhi konsep oklusi berimbang/ lingualized occlusion. Oklusi
berimbang adalah saat cups palatal gigi posterior berada pada fossa central
gigi pnsterior rahang bawah atau antagonisnya pada saat oklusi sentrik.
▪ Mengunyah pada kedua sisi.
BAB VI
SKEMA TAHAP RENCANA PERAWATAN
Tahap Klinis :
1. Cetak study model
2. Cetak work model
3. Penentuan MMR :
✔ Fiksasi bite rim RA dan RB
✔ Persiapan pemasangan pada artikulator
4. Pemasangan gigi-gigi anterior
5. Pemasangan gigi-gigi posterior
Try in :
✔ Cek over bite dan over jet
✔ Garis caninus dan garis ketawa
✔ Cek retensi dan stabilisasi
✔ Cek estetis dan fonetik
6. Insersi :
✔ Cek oklusi
✔ Cek retensi dan stabilisasi
✔ Instruksi pada pasien
✔ Remounting
7. Kontrol :
✔ pemeriksaan subyektif
✔ pemeriksaan obyektif
✔ final remounting
Tahap Laboratoris
1. Proses akrilik dan polishing
BAB VII
PROGNOSA
Disusun oleh
Tiara Bistya Astari
21101900024