A. Pengertian
B. Etiologi
Gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan, obat halusiogenik,
gangguan jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi,
psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi, dan pengaruh lingkungan
sosio-budaya, sosio-budaya yang berbeda menimbulkan persepsi berbeda
atau orang yang berasal dari sosio-budaya yang berbeda (Sunaryo, 2004).
Secara pasti yang menyebabkan terjadinya halusinasi belum diketahui
namun ada beberapa teori yang mengungkapkan tentang halusinasi (Stuart
2007) antara lain:
a. Teori Interpersonal
Halusinasi berkembang dalam waktu yang lama dimana seseorang
mengalami kecemasan yang berat dan penuh stress.Individu akan
berusaha untuk menurunkan kecemasan itu dengan menggunakan
mekanisme koping yang biasa digunakan, namun bila situasi tidak
dapat ditangani maka individu tersebut akan melanin, berangan-angan
sehingga individu akan lebih sering menyendiri dan merasa senang
dalam dunianya tanpa menghiraukan orang lain dan lingkungan
sekitarnya.
b. Teori Psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari
luar yang ditekan dan mengancam diri akhirnya muncul dalam alam
sadar.
c. Faktor Genetika
Gen mempengaruhi belum diketahui,tetapi hasil studi menunjukan
bahwa factor keluarga menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit,ini dibuktikan dengan pemeriksaan
kromosom tubuh,indensi sangat tinggi pada anak dengan satu atau
kedua orang tua yang menderita atau anak kembar identik.
E. Macam-macam Halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa macam. Macam-macam halusinasi
seperti halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan dan lain-lain.
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal.
F. Manifestasi Klinis
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi
adalah sebagai berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa
detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
G. Pohon Masalah
Data objektif :
Pasien berbicara atau tertawa sendiri
I. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepei : halusinasi pendengaran
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN HALUSINASI
E. Strategi Pelaksanaan :
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum Tn.T Boleh Saya kenalan dengan
Bapak? Nama Saya perawat Irma boleh panggil Saya ibu Irma
Saya Mahasiswa dari STIKES IST Buton, Saya sedang praktik di
sini dari pukul 08.00 WITA sampai dengan pukul 13.00 WITA
siang. Kalau boleh Saya tahu nama Bapak siapa dan senang
dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi
malam? Ada keluhan tidak?”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah Bapak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Menurut Bapak sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana
kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini
Ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bapak maunya
berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ?
Bagaimana kalau di ruang tamu saya ?
2. Kerja
“Apakah Bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Bapak melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau
mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-
waktu saja?”
“Kapan paling sering Bapak melihat sesuatu atau mendengar suara
tersebut?”
“Berapa kali sehari Bapak mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Bapak rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Bapak lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Bapak lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau
bayangan agar tidak muncul?”
“Bapak ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik.”
“Caranya seperti ini:
1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Bapak bilang dalam hati,
“Pergi Saya tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba Bapak peragakan! Nah begitu…………..
bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Bapak bilang, pergi
Saya tidak mau lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu
palsu. Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat
lagi. Coba Bapak peragakan! Nah begitu……….. bagus! Coba
lagi! Ya bagus Bapak sudah bisa.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa
senang tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Bapak
simpulkan pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu
agar tidak muncul lagi.”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Bapak
coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya?”
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian klien, Jika Bapak melakukanya secara mandiri
makan Bapak ibu menuliskan M, jika Bapak melakukannya dibantu
atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat Bapak,
Jika tidak melakukanya maka tulis T. apakah Bapak mengerti?).
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Bapak, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang
caranya berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-
suara itu muncul?”
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam
09.30 WITA, bisa?”
3) Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana
ya? Bagaimana kalau ditempat ini saja .Sampai jumpa besok.
Wassalamualaikum,..
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak
jelas
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi Pendengaran
C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
D. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi,pak? Bagaimana kabarnya hari ini?
masih ingat dengan saya? Bapak sudah mandi belum? Apakah sudah
makan?
Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan Bapak hari ini? Kemarin kita
sudah berdiskusi tentang halusinasi, apakah Bapak bisa menjelaskan
kepada saya tentang isi suara-suara yang Bapak dengar dan apakah
Bapak bisa mempraktekkan cara mengontrol halusinasi yang pertama
yaitu dengan menghardik?”
Kontrak :
Topik :
”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang
disini mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering Bapak dengar
dulu agar suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain.
Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit
saja, bagaimana Bapak setuju?”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut Bapak cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di tempat ini saja? Bapak setuju?”
b. Fase kerja
”kalau Bapak mendengar suara yang kata Bapak kemarin mengganggu
dan membuat Bapak jengkel. Apa yang Bapak lakukan pada saat itu?
Apa yang telah saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?”
”cara yang kedua adalah Bapak langsung pergi ke perawat. Katakan
pada perawat bahwa Bapak mendengar suara. Nanti perawat akan
mengajak mas mengobrol sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.
c. Fase terminasi
Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang
lama. Saya senag sekali Bapak mau berbincang-bincang denagan
saya. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang Bapak katakan tadi, cara
yang Bapak pilih untuk mengontrol halusinasinya adalah......
Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, Bapak terus
praktekkan cara yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak
menguasai pikiran Bapak.”
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS :Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Presepsi :Halusinasi Pendengaran
C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktifitas / kegiatan harian.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas
harian klien.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi:
“Selamat pagi. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita
latih kemarin? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Sesuai janji kita
kemarin hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak
minum. Tujuannya agar bapak minum obat secara teratur baik di rumah
sakit maupun di rumah. Kita akan diskusi selama 15 – 20 menit,
bagaimana pak? Dimana kita mau ngobrol-ngobrol? Disini saja, baik.
Sebelum kita mulai, ada yang ingin ditanyakan?”
Kerja:
“bapak, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-
suara berkurang/hilang? Sebelumnya, saya mau bertanya seberapa
pentingkah obat bagi bapak? Berapa macam obat yang bapak minum?
(Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange namanya
Clozapine diminum 1 kali sehari setelah makan sore gunanya untuk
menenangkan pikiran dan tubuh menjadi rileks. Ini yang putih THP atau
trihexyphenidyl 2 kali sehari setelah makan pagi dan setelah makan sore
gunanya untuk rileks dan tidak kaku serta mengurangi efek samping dari
obat lain. Sedangkan yang berwarna orange kecil ini namanya Persidal
atau Risperidine diminum 2 kali sehari jamnya sama seperti THP tadi dan
gunanya untuk pikiran biar lebih tenang.
Dari semua obat-obat ini tentunya ada efek yang tidak diharapkan, kalau
Clozapine efek yang tidak diharapkan adalah lesu, mual, muntah, pusing,
konstipasi. Kalau THP bisa mengantuk, pusing, penglihatan kabur,
disorientasi, hipotensi, mual, muntah, kencing berkurang. Sedangkan
untuk Persidal efek sampingnya yaitu insomnia, cemas, pusing, berat
badan naik.
Walalupun ada efek yang tidak diharapkan, tetapi obat ini saling berkaitan
antara satu sama lain. Contohnya obat THP ini, jika ada gejala yang tidak
diharapkan dari kedua obat tersebut, THP bisa sebagai penetralisir dari
efek samping obat-obat lain.
Jadi jika bapak merasa pusing, mual, muntah, banyak keluar air liur,
gemetar, maupun kaku-kaku otot sebaiknya lapor pada perawat jaga atau
dokter yang bertugas.
Obat ini seperti kebutuhan bapak sehari-hari, jangan sampai terlambat
walaupun suara-suara sudah hilang dan bapak merasa tenang obatnya tidak
boleh diberhentikan dan jangan sampai bapak bosan meminum obatnya.
Sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan masuk kembali ke rumah
sakit. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi.
Bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan
obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang
benar-benar punya bapak jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat pada jamnya bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 6-8
gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
Ada yang belum jelas dan ingin ditanyakan?
Saya mau bertanya, tadi ngobrolin tentang apa pak? nama obat-obatnya
tadi apa saja dan apa manfaatnya pak? Coba sebutkan! Lalu apa saja cara
minum obat yang benar, coba jelaskan! Bagus! (jika jawaban benar).
Jangan lupa jika sudah pada waktunya minum obat minta obat pada
perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Bagaimana kalau nanti kita
ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00? terimakasih atas
kerjasamanya pak. Sampai jumpa.”
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI
PRESEPSI :HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG ASOKA RS
JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2020
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Tn. T
JenisKelamin : Laki-laki
Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2020
Umur : 30 tahun
Alamat : Lingkungan Pasarwajo
Pendidikan terakhir : SLTP
Informan : Klien, RM, petugas dan pemeriksaan fisik.
No RM : 016213
4. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki keluarga dengan riwayat gangguan
jiwa.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan pengalaman yang tidak menyenangkan adalah masalah
dalam pekerjaannya ketika menjadi kernet bus sering dibentak-bentak
dan klien hanya memendam masalah itu.
V. Fisik
1. Tindakan vital TD : 120/70 mmHg
2. Ukur TB : 160 BB : 67
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan secara fisik dirinya baik-baik saja.
VI. Psikososial
1. Genogram
Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= klien
= garis pernikahan
= garis keturunan
= keluarga yang tinggal serumah
= meninggal
3. Konsepdiri
a. Gambarandiri :Klien mengatakan namanya
adalah T. Bagian
tubuh yang disukai klien adalah panca indra.
b. Identitas :Klien mengatakan
dirinya sebagai seorang laki-
laki, berpakaian seperti laki-laki.
c. Peran : Klien berperan sebagai
anak. Di rumah sering
berkebun dan beternak ayam.
d. Ideal diri : Klien berharap dapat
cepat pulang dari RSJ
karena ingin main lagi dan bekerja.
e. Hargadiri : Klien sering berkumpul
dengan teman-temannya.
Dia tidak merasa malu ataupun minder.
4. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien
adalah orang tuanya.
b. Peran serta dalam masyarakat
Klien mengatakan sebagai warga di desanya sering mengikuti
kegiatan di desanya seperti kerja bakti dan ronda.
c. Hambatan dalam hubungan sosial
Klien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam berhubungan
sosial dengan orang lain.
5. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dirinya beragama Islam.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan saat ini berusaha menjaga sholat lima waktunya.
3. Aktivitas Motorik
Pasien tidak mengalami gangguan aktivitas motorik.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan saat ini perasaannya baik-baik saja.
5. Afek
Dari hasil observasi, afek klien adalah tumpul. Klien tertawa bila ada
yang melucu dan saat keadaan serius klien juga menampilkan ekspresi
serius.
6. Interaksi selama wawancara
Selama pembicaraan klien kooperatif dan dapat menjawab sesuai
pertanyaan praktikan.
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan sejak SMP yang
ingin mencelakakan dirinya seperti menyuruh mukul orang, mencuri, dan
sampai saat ini masih sering muncul. Klien mengatakan ketika halusinasi
itu muncul klien langsung mandi dan kadang mendengarkan musik untuk
menghilangkan bisikan itu.
8. Proses Pikir
Klien tidak mengalami gangguan proses pikir.
9. Isi pikir
Isi pikir klien adalah obsesi.
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien baik, composmentis. Ketika ditanya tentang waktu,
tempat dan hari, klien dapat menjawab dengan benar yaitu hari Selasa
pukul 15.00 di RSJ Provinsi SULTRA.
11. Memori
Klien tidak memiliki masalah dengan memorinya.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, klien berkonsentrasi dan tidak mudah terdistraksi
oleh keadaan di sekitar klien. Kemampuan berhitung baik.
8. Kegiatan di rumah
Klien mengatakan kegiatan klien saat di rumah adalah berkebun dan
berternak ayam.
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan kegiatan di luar rumah adalah main bersama teman-
temannya.
√ Faktorpresiptasi Penyakitfisik
√
Koping Obat-obatan
Lainnya
B. ANALISA DATA
Data Masalah
DS : Gangguan sensori persepsi :
- Klien mengatakan dibawa ke RSJ oleh Halusinasi pendengaran
pemerintah tetapi tidak tahu
penyebabnya. Sering mendengar bisikan-
bisikan sejak SMP yang ingin
mencelakakan dirinya seperti menyuruh
mukul orang, mencuri, dan sampai saat
ini masih sering muncul.
DO :
- Pasien tampak menutup telinganya
sesekali.
- Pasien sering mencari kegiatan seperti
mengobrol agar teralihkan dengan
halusinasinya.
DS : Risiko perilaku kekerasan
- Klien mengatakan pernah memukul
temannya karena mengikuti bisikan-
bisikan itu. Klien juga pernah memukul
tetangganya karena mengira tetangganya
mencuri ayamnya.
DO : -
DS : Penatalaksanaan regimen
- Klien mengatakan sering kontrol ketika terapeutik inefektif
obatnya habis, tetapi karena kondisi
ekonomi kemudian klien tidak kontrol
atau putus obat selama dua tahun.
DO : -
Halusinasi Pendengaran
Core Problem
Penyebab
Penatalaksanaan Regimen Terapeutik
Inefektif
NO. RM : 01 62 13
Hari,
Implementasi Evaluasi
Dx tanggal TTD
Keperawatan Keperawatan
jam
Halusinasi : Senin,13 Senin,13 Januari 2020
pendengaran Januari 2020 Pukul 14.30
Pukul 13.00
P:
Pasien
tampak sering menggigit ujung bolpoin
Pasien
Pukul 13.45
tampak kurang tenang saat wawancara.
A : Mengidentifikasi cara klien
mengendalikan halusinasinya tujuan
tercapai.
Klien mampu
mengulang kembali apa yang sudah
dijelaskan oleh perawat.
klien tampak
kurang tenang saat diwawancara.
A: mendiskusikan tentang dosis, frekuensi
dan manfaat obat tujuan tercapai.
S: pasien mengatakan:
Melakukan terapi aktivitas kelompok:
- marah karena bosan
perilaku kekerasan sesi I: mengidentifikasi
- tanda saat marah yaitu gelisah
perilaku kekerasan
- akibat dari marah adalah menyesal
- belum mengetahui cara mengontrol
marah
O:
- pasien kooperatif
- pasien tampak antusias
- pasien tampak bersemangat
- pasien dapat mengidentifikasi perilaku
kekerasan
A: resiko perilaku kekerasan teratasi
sebagian: pasien belum mengetahui cara
mengontrol marah
P:
S: pasien mengatakan:
- sudah pernah diajari cara napas dalam
- perilaku ketika marah adalah jalan-
Melakukan terapi aktivitas kelompok sesi
jalan
II: cara mengontrol marah secara fisik
O:
yaitu napas dalam dan pukul bantal
- pasien kooperatif
- pasien tampak antusias
- pasien tampak sangat bersemangat
- pasien dapat melakukan napas dalam
- pasien dapat melakukan kembali pukul
bantal
A: perilaku kekerasan teratasi sebagian:
P:
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi
Gail W, Stuart & Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing
Edition 8. Missouri : Mosby Years Book
Isaacs, A. 2001. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta : EGC
Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press.
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Stuart & Sunden. 2005. Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Yudi Hartono & Farida Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: salemba Medika