Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Halisinasi adalah persepsi sensori yang keliru melibatkan panca indera


dalam skizofrenia, halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang
paling banyak terjadi (Isaacs, 2010).
Menurut Maramis (2005) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya
apapun pada panca-indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan
sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik
ataupun histerik. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(Kusumawati & Hartono, 2010)

B. Etiologi
Gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan, obat halusiogenik,
gangguan jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi,
psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi, dan pengaruh lingkungan
sosio-budaya, sosio-budaya yang berbeda menimbulkan persepsi berbeda
atau orang yang berasal dari sosio-budaya yang berbeda (Sunaryo, 2004).
Secara pasti yang menyebabkan terjadinya halusinasi belum diketahui
namun ada beberapa teori yang mengungkapkan tentang halusinasi (Stuart
2007) antara lain:
a. Teori Interpersonal
Halusinasi berkembang dalam waktu yang lama dimana seseorang
mengalami kecemasan yang berat dan penuh stress.Individu akan
berusaha untuk menurunkan kecemasan itu dengan menggunakan
mekanisme koping yang biasa digunakan, namun bila situasi tidak
dapat ditangani maka individu tersebut akan melanin, berangan-angan
sehingga individu akan lebih sering menyendiri dan merasa senang
dalam dunianya tanpa menghiraukan orang lain dan lingkungan
sekitarnya.
b. Teori Psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari
luar yang ditekan dan mengancam diri akhirnya muncul dalam alam
sadar.
c. Faktor Genetika
Gen mempengaruhi belum diketahui,tetapi hasil studi menunjukan
bahwa factor keluarga menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit,ini dibuktikan dengan pemeriksaan
kromosom tubuh,indensi sangat tinggi pada anak dengan satu atau
kedua orang tua yang menderita atau anak kembar identik.

C. Proses terjadinya halusinasi


Individu yang mengalami halusinasi sering sekali beranggapan
penyebab halusinasi berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan
tersebut gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan, individu cenderung
menghindar dari interaksi agar dirinya terhidar dari stresor-stresor yang
mengancam pada akhirnya individu merasa sangat nyaman dengan kondisi
menyendiri sehingga dapat mengganggu metabolisme neukokimia seperti
Bufotamin dan Dimetyltransferase (DMT), hal ini merangsang timbulnya
halusinasi (Sunaryo 2004).
D. Rentang Respon Neurobiologis
Gangguan sensori persepsi : halusinasi disebabkan oleh fungsi otak
yang terganggu. Respon individu terhadap gangguan orientasi berfokus
sepanjang rentang respon dari adaptif sampai yang maladaptif, dapat
dilihat dalam gambar dibawah ini :
Respon adaptif                                                                     Respon mal adaptif

Pikiran Pikiran kadang menyimpang Gangguan


logis proses               
pikir/delusi/waham
Persepsi Ilusi                                                    
akurat
Emosi Reaksi emosional berlebih/kurang Ketidakmampuan
konsisten untuk mengatasi
dengan emosi
pengalaman
Perilaku Perilaku ganjil Ketidak teraturan
sesuai
Hubungan Prlaku yang bisa menyebabkan Isolasi Isolasi sosial
sosial sosial
harmonis
 ( Stuart and Laraia, 2005 )
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
social dan budaya secara umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana
individu menyelesaikan masalah dalam batas normal yang meliputi :
1. Pikiran logis adalah segala sesuatu  yang diucapkan dan dilaksanakan oleh
individu sesuai dengan kenyataan.
2. Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang disadari oleh indra
perasaan, dimana dapat membedakan objek yang satu dengan yang lain
dan mengenai kualitasnya menurut berbagai sensasi yang dihasilkan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan
individual sesuai dengan stimulus yang datang.
4. Perilaku sesuai dengan cara berskap individu yang sesuai dengan
perannya.
5. Hubungan social harmonis dimana individu dapat berinteraksi dan
berkomunkasi dengan orang lain tanpa adanya rasa curiga, bersalah dan
tidak senang.
Sedangkan mal adaptif adalah suatu respon yang tidak dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan budaya secara umum yang berlaku
dimasyarakat, dimana individu dalam menyelesaikan  masalah tidak
berdasarkan norma yang sesuai diantaranya :
1. Gangguan proses pikir/waham adalah ketidakmampuan otak untuk
memproses data secara akurat yang dapat menyebabkan gangguan proses
pikir, seperti ketakutan, merasa hebat, beriman, pikiran terkontrol, pikiran
yang terisi dan lain-lain.
2. Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan  informasi
yang diterima otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, dan
pengelihatan
3. Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan Individu tidak
sesuai dengan stimulus yang datang.
4. Prilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak
sesuai dengan peran.
5. Isolasi social adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari
lingkungan atau tidak mau berinteraksi dengan lingkungan.

E. Macam-macam Halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa macam. Macam-macam halusinasi
seperti halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan dan lain-lain.
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal.

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa macam halusinasi


dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
1. Halusinasi pendengaran: karakteristik ditandai dengan mendengar
suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan: karakteristik dengan adanya stimulus
penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik,
gambar kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

3. Halusinasi penghidu: karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk,


amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses.
Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia.

4. Halusinasi peraba: karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau


tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi
listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

5. Halusinasi pengecap: karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu


yang busuk, amis dan menjijikkan.

6. Halusinasi sinestetik: karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi


tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine

F. Manifestasi Klinis
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi
adalah sebagai berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa
detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

Menurut Stuart dan Sundeen (2005), seseorang yang mengalami


halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
halusinasi dengan realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan
agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

G. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sediri, orang laihn,


dan lingkungan

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

Isoloasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


H. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan :
a. Resiko menciderai
b. Halusinasi
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah
2. Data yang Perlu Dikaji
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif :
 Pasien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan.

 Pasien mengatakan mendengar suara yang mengajak bercakap-


cakap.

 Pasien mengatakan mendengar suara menyuruh melakukan


sesuatu yang berbahaya.

Data objektif :
 Pasien berbicara atau tertawa sendiri

 Psien marah-marah tanpa sebab

 Pasien menyedengkan telinga ke arah tertentu

 Pasien menutup telinga

I. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepei : halusinasi pendengaran
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN HALUSINASI

DIAGNOSA STRATEGI PELAKSANAAN

Halusinasi Pasien Keluarga


SP I P: SP I k
1. Mengidentifikasi 1. Mendiskusikan
jenis halusinasi masalah yang
pasien dirasakan keluarga
2. Mengidentifikasi isi dalam merawat
halusinasi pasien pasien
3. Mengientifikasi 2. Menjelaskan
waktu halusinasi pengertian, tanda
4. Mengidentifikasi dan gejala
frekuensi halusinasi halusinasi, dan
5. Mengidentifikasi jenis halusinasi
situasi yang yang dialami
menimbulkan pasien beserta
halusinasi proses terjadinya
6. Mngidentifikasi 3. Menjelaskan cara-
respon pasien cara merawat
terhadap halusinasi pasien halusinasi
7. Mengajarkan pasien
menghardik
halusinasi
8. Menganjurkan
pasien memasukkan
cara menghardik
halusinasi dalam
jadwal kegiatan
harian SP II k
SP II p 1. Melatih keluarga
1. Mengevaluasi mempraktekkan
jadwal kegiatan cara merawat
harian pasien pasien dengan
2. Melatih pasien halusinasi
mengendalikan 2. Melatih keluarga
halusinasi dengan melakukan cara
cara bercakap-cakap merawat langsung
dengan orang lain kepada pasien
3. Menganjurkan halusinasi
pasien memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian SP III k
SP III p 1. Membantu
1. Mengevaluasi keluarga membuat
jadwal kegiatan jadwal aktivitas di
harian pasien rumah termasuk
2. Melatih pasien minum obat
mengendalikan (discharge
halusinasi dengan planning)
melakukan kegiatan 2. Menjelaskan
(kegiatan yang biasa follow up pasien
dilakukan pasien) setelah pulang
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
ke jadwal kegiatan
rutin
SP IV p
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat
secara teratur
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Strategi Pelaksanaan SP1 Pasien :


A. Kondisi

Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa


sebab,mendekatkan telinga ke arah tertentu, dan menutup telinga. Klien
mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara
yang mengajaknya bercakap-cakap, dan mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatau yang berbahaya.
B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
C. Tujuan
a.    Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria
sebagai berikut.
1)      Ekspresi wajah bersahabat
2)      Menunjukkkan rasa senang
3)      Klien bersedia diajak berjabat tangan
4)      Klien bersedia menyebutkan nama
5)      Ada kontak mata
6)      Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7)      Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b.    Membantu klien mengenal halusinasinya
c.    Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik
halusinasi
D. Intervensi Keperawatan
a.     Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1)        Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2)        Perkenalkan diri dengan sopan
3)        Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
4)        Jelaskan tujuan pertemuan
5)        Jujur dan menepati janji
6)        Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7)        Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan
dasar klien.
b.    Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi
halusinasi
c.    Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Tahapan tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1)        Jelaskan cara menghardik halusinasi
2)        Peragakan cara menghardik halusinasi
3)        Minta klien memperagakan ulang
4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku
klien yang sesuai
5)        Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

E. Strategi Pelaksanaan :

1.   Orientasi
a.    Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum Tn.T Boleh Saya kenalan dengan
Bapak? Nama Saya perawat Irma boleh panggil Saya ibu Irma
Saya Mahasiswa dari STIKES IST Buton, Saya sedang praktik di
sini dari pukul 08.00 WITA sampai dengan pukul 13.00 WITA
siang. Kalau boleh Saya tahu nama Bapak siapa dan senang
dipanggil dengan sebutan apa?”
b.    Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana tidurnya tadi
malam? Ada keluhan tidak?”
c.    Kontrak
1)   Topik
“Apakah Bapak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Menurut Bapak sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana
kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini
Ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
2)   Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Bapak maunya
berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3)   Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ?
Bagaimana kalau di ruang tamu saya ?

2.    Kerja
“Apakah Bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Bapak melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau
mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-
waktu saja?”
“Kapan paling sering Bapak melihat sesuatu atau mendengar suara
tersebut?”
“Berapa kali sehari Bapak mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Bapak rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Bapak lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Bapak lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau
bayangan agar tidak muncul?”
“Bapak ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik.”
“Caranya seperti ini:
1)    Saat suara-suara itu muncul, langsung Bapak bilang dalam hati,
“Pergi Saya tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba Bapak peragakan! Nah begitu…………..
bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
2)    Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Bapak bilang, pergi
Saya tidak mau lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu
palsu. Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat
lagi. Coba Bapak peragakan! Nah begitu……….. bagus! Coba
lagi! Ya bagus Bapak sudah bisa.”
3.   Terminasi
a.    Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa
senang tidak dengan latihan tadi?”
b.    Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Bapak
simpulkan pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu
agar tidak muncul lagi.”
c.    Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Bapak
coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya.
Mau jam berapa saja latihannya?”
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian klien, Jika Bapak melakukanya secara mandiri
makan Bapak ibu menuliskan M, jika Bapak melakukannya dibantu
atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat Bapak,
Jika tidak melakukanya maka tulis T. apakah Bapak mengerti?).
d.   Kontrak yang akan datang
1)   Topik
“Bapak, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang
caranya berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-
suara itu muncul?”
2)   Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam
09.30 WITA, bisa?”
3)   Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana
ya? Bagaimana kalau ditempat ini saja .Sampai jumpa besok.
Wassalamualaikum,..

Strategi Pelaksanaan SP2 Pasien :

A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak
jelas
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi Pendengaran
C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.

D. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi,pak? Bagaimana kabarnya hari ini?
masih ingat dengan saya? Bapak sudah mandi belum? Apakah sudah
makan?
 Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan Bapak hari ini? Kemarin kita
sudah berdiskusi tentang halusinasi, apakah Bapak bisa menjelaskan
kepada saya tentang isi suara-suara yang Bapak dengar dan apakah
Bapak bisa mempraktekkan cara mengontrol halusinasi yang pertama
yaitu dengan menghardik?”
 Kontrak :
Topik :
”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang
disini mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering Bapak dengar
dulu agar suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain.
Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit
saja, bagaimana Bapak setuju?”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut Bapak cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di tempat ini saja? Bapak setuju?”

b. Fase kerja
 ”kalau Bapak mendengar suara yang kata Bapak kemarin mengganggu
dan membuat Bapak jengkel. Apa yang Bapak lakukan pada saat itu?
Apa yang telah saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?”
 ”cara yang kedua adalah Bapak langsung pergi ke perawat. Katakan
pada perawat bahwa Bapak mendengar suara. Nanti perawat akan
mengajak mas mengobrol sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.
c. Fase terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang
lama. Saya senag sekali Bapak mau berbincang-bincang denagan
saya. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang?”
 Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang Bapak katakan tadi, cara
yang Bapak pilih untuk mengontrol halusinasinya adalah......
 Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, Bapak terus
praktekkan cara yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak
menguasai pikiran Bapak.”

 Kontrak yang akan datang :


Topik :
”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan
diri dengan kegiatan yang bermanfaat.”
waktu :
”jam berapa Bapak bisa? Bagaimana kalau besok jam 09.00 WITA?
Bapak setuju?”
tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain?
Bagaimana kalau ditaman ?
Termakasih Bapak sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai
ketemu besok pagi.”
Strategi Pelaksanaan SP3 Pasien :
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS :Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Presepsi :Halusinasi Pendengaran
C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktifitas / kegiatan harian.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas
harian klien.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, bu? Masih ingat saya ?
 Evaluasi validasi : ”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana
perasaannya hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ?
masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah mas
masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin
 Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-
bincang tentang suara- suara yang sering mas dengar agar bisa
dikendalikan engan cara melakukan aktifitas / kegiatan harian.”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana
mas setuju?”
2. Fase Kerja
 ”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah
berdiskusi tentang cara pertama dan kedua, cara lain dalam
mengontrol halusinasi yaitu caar ketiga adalah mas
menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang bermanfaat.
Jangan biarkan waktu luang untuk melamun saja.”
 ”jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan
diri dengan kegiatan seperti menyapa, mengepel, atau
menyibukkan dengan kegiatan lain.”
B. Fase Terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-
bincang lama, saya senag sekali mas mau berbincang-bincang
dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-
bincang?”
 Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi cara mengontrol
halusinasi yang ketiga?
 Tindak lanjut : ”tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol
halusinasi seperti yang sudah diajarkan tadi?
 Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan
patuh obat.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? ibu setuju?”
Tempat :
”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain?
Terimakasih mas sudah mau berbincang-bincang dengan saya.
Sampai ketemu besok pagi.”
Strategi Pelaksanaan SP4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara
teratur

A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS :Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Presepsi :Halusinasi Pendengaran
C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktifitas / kegiatan harian.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas
harian klien.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Orientasi:
“Selamat pagi. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai  tiga cara yang telah kita
latih kemarin? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Sesuai janji kita
kemarin hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak
minum. Tujuannya agar bapak minum obat secara teratur baik di rumah
sakit maupun di rumah. Kita akan diskusi selama 15 – 20 menit,
bagaimana pak? Dimana kita mau ngobrol-ngobrol? Disini saja, baik.
Sebelum kita mulai, ada yang ingin ditanyakan?”

Kerja:
“bapak, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-
suara berkurang/hilang? Sebelumnya, saya mau bertanya seberapa
pentingkah obat bagi bapak? Berapa macam obat yang bapak minum? 
(Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange namanya
Clozapine diminum 1 kali sehari setelah makan sore gunanya untuk
menenangkan pikiran dan tubuh menjadi rileks. Ini yang putih THP atau
trihexyphenidyl 2 kali sehari setelah makan pagi dan setelah makan sore
gunanya untuk rileks dan tidak kaku serta mengurangi efek samping dari
obat lain. Sedangkan yang berwarna orange kecil ini namanya Persidal
atau Risperidine diminum  2 kali sehari jamnya sama seperti THP tadi dan
gunanya untuk pikiran biar lebih tenang.
Dari semua obat-obat ini tentunya ada efek yang tidak diharapkan, kalau
Clozapine efek yang tidak diharapkan adalah lesu, mual, muntah, pusing,
konstipasi. Kalau THP bisa mengantuk, pusing, penglihatan kabur,
disorientasi, hipotensi, mual, muntah, kencing berkurang. Sedangkan
untuk Persidal efek sampingnya yaitu insomnia, cemas, pusing, berat
badan naik.
Walalupun ada efek yang tidak diharapkan, tetapi obat ini saling berkaitan
antara satu sama lain. Contohnya obat THP ini, jika ada gejala yang tidak
diharapkan dari kedua obat tersebut, THP bisa sebagai penetralisir dari
efek samping obat-obat lain.
Jadi jika bapak merasa pusing, mual, muntah, banyak keluar air liur,
gemetar, maupun kaku-kaku otot sebaiknya lapor pada perawat jaga atau
dokter yang bertugas.
Obat ini seperti kebutuhan bapak sehari-hari, jangan sampai terlambat
walaupun suara-suara sudah hilang dan bapak merasa tenang obatnya tidak
boleh diberhentikan dan jangan sampai bapak bosan meminum obatnya.
Sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan masuk kembali ke rumah
sakit. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi.
Bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan
obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang
benar-benar punya bapak jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat pada jamnya  bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 6-8
gelas per hari”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
Ada yang belum jelas dan ingin ditanyakan?
Saya mau bertanya, tadi ngobrolin tentang apa pak? nama obat-obatnya
tadi apa saja dan apa manfaatnya pak? Coba sebutkan! Lalu apa saja cara
minum obat yang benar, coba jelaskan! Bagus! (jika jawaban benar). 
Jangan lupa jika sudah pada waktunya minum obat minta obat pada
perawat atau  pada keluarga kalau di rumah. Bagaimana kalau nanti kita
ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00? terimakasih atas
kerjasamanya pak. Sampai jumpa.”
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI
PRESEPSI :HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG ASOKA RS
JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2020

RUANGAN RAWAT : Ruang Asoka No RM : 01 62 13


TANGGAL DIRAWAT : 8 September 2014

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Tn. T
JenisKelamin : Laki-laki
Tanggal Pengkajian : 12 Januari 2020
Umur : 30 tahun
Alamat : Lingkungan Pasarwajo
Pendidikan terakhir : SLTP
Informan : Klien, RM, petugas dan pemeriksaan fisik.
No RM : 016213

II. Alasan Masuk


Klien mengatakan dibawa ke RSJ oleh pemerintah tetapi tidak tahu
penyebabnya. Sering mendengar bisikan-bisikan sejak SMP yang ingin
mencelakakan dirinya seperti menyuruh mukul orang, mencuri, dan sampai
saat ini masih sering muncul.
Klien mengatakan pernah memukul temannya karena mengikuti
bisikan-bisikan itu. Klien juga pernah memukul tetangganya karena mengira
tetangganya mencuri ayamnya. Dan klien mengatakan sudah dua tahun ini
putus obat karena masalah ekonomi.
III. Faktor Predisposisi
1. Riwayat gangguan jiwa
Klien mengatakan pernah dirawat di RSJ 2x sebelumnya, yang pertama
saat kelas 2 SMA minta dibelikan motor tidak dituruti kemudian klien
marah.
2. Riwayat pengobatan
Klien mengatakan sering kontrol ketika obatnya habis, tetapi karena
kondisi ekonomi kemudian klien tidak kontrol atau putus obat selama
dua tahun.
3. Riwayat Penganiayaan dan tindakan kriminal
Klien mengatakan pernah mukul temannya saat berumur 14 tahun.

4. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki keluarga dengan riwayat gangguan
jiwa.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan pengalaman yang tidak menyenangkan adalah masalah
dalam pekerjaannya ketika menjadi kernet bus sering dibentak-bentak
dan klien hanya memendam masalah itu.

IV. Faktor Presipitasi


Pasien tidak pernah minum obat dan pasien di Pasarwajo tinggal sendirian.
Tidak ada keluarga karena semua keluarganya di NTB dan hanya ada satu
paman tapi tidak tahu rumahnya karena pamannya sering berpindah-pindah
rumah.

V. Fisik
1. Tindakan vital TD : 120/70 mmHg
2. Ukur TB : 160 BB : 67
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan secara fisik dirinya baik-baik saja.
VI. Psikososial
1. Genogram

Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= klien
= garis pernikahan
= garis keturunan
= keluarga yang tinggal serumah
= meninggal

2. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan klien tinggal di rumah sendirian karena ibunya
sudah meninggal sedangkan ayah klien tidak bertanggung jawab dan
sekarang di NTB bersama ibu tiri dan adik tirinya.Klien mengatakan
keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa.

3. Konsepdiri
a. Gambarandiri :Klien mengatakan namanya
adalah T. Bagian
tubuh yang disukai klien adalah panca indra.
b. Identitas :Klien mengatakan
dirinya sebagai seorang laki-
laki, berpakaian seperti laki-laki.
c. Peran : Klien berperan sebagai
anak. Di rumah sering
berkebun dan beternak ayam.
d. Ideal diri : Klien berharap dapat
cepat pulang dari RSJ
karena ingin main lagi dan bekerja.
e. Hargadiri : Klien sering berkumpul
dengan teman-temannya.
Dia tidak merasa malu ataupun minder.
4. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien
adalah orang tuanya.
b. Peran serta dalam masyarakat
Klien mengatakan sebagai warga di desanya sering mengikuti
kegiatan di desanya seperti kerja bakti dan ronda.
c. Hambatan dalam hubungan sosial
Klien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam berhubungan
sosial dengan orang lain.
5. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dirinya beragama Islam.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan saat ini berusaha menjaga sholat lima waktunya.

VII. Status Mental


1. Penampilan
Klien terlihat rapi.
2. Pembicaraan
Klien dapat berbicara dengan jelas dan dapat menjawab pertanyaan dari
perawat dengan tepat. Dari hasil observasi, klien dapat berbicara dengan
baik dengan teman-temannya.

3. Aktivitas Motorik
Pasien tidak mengalami gangguan aktivitas motorik.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan saat ini perasaannya baik-baik saja.
5. Afek
Dari hasil observasi, afek klien adalah tumpul. Klien tertawa bila ada
yang melucu dan saat keadaan serius klien juga menampilkan ekspresi
serius.
6. Interaksi selama wawancara
Selama pembicaraan klien kooperatif dan dapat menjawab sesuai
pertanyaan praktikan.
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan sejak SMP yang
ingin mencelakakan dirinya seperti menyuruh mukul orang, mencuri, dan
sampai saat ini masih sering muncul. Klien mengatakan ketika halusinasi
itu muncul klien langsung mandi dan kadang mendengarkan musik untuk
menghilangkan bisikan itu.
8. Proses Pikir
Klien tidak mengalami gangguan proses pikir.
9. Isi pikir
Isi pikir klien adalah obsesi.
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien baik, composmentis. Ketika ditanya tentang waktu,
tempat dan hari, klien dapat menjawab dengan benar yaitu hari Selasa
pukul 15.00 di RSJ Provinsi SULTRA.
11. Memori
Klien tidak memiliki masalah dengan memorinya.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, klien berkonsentrasi dan tidak mudah terdistraksi
oleh keadaan di sekitar klien. Kemampuan berhitung baik.

13. Kemampuan penilaian


Kemampuan penilaian klien baik.
14. Daya tilik diri
Daya tilik diri klien baik. Klien menyadari bahwa dirinya sakit.

VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Klien makan 3x sehari sesuai dengan jadwal yang ditentukan bangsal.
Klien dapat makan secara mandiri. Klien menghabiskan satu porsi setiap
kali makan, dengan lauk dan sayur yang bermacam-macam sesuai menu
RSJ.
2. B.A.B/B.A.K
Klien b.a.b/b.a.k secara mandiri di WC.
3. Mandi
Klien mengatakan mandi bisa lebih dari 2x sehari secara mandiri karena
jika bisikan itu datang lagi, klien langsung mandi.
4. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian secara mandiri. Dalam satu hari, klien berganti
pakaian dua kali habis mandi pagi dan sore atau bila pakaian sudah
kotor/basah.
5. Istirahat/Tidur
Klien mengatakan dirinya tidur malam mulai pukul 21.00 atau lebih dan
bangun pukul 05.00. Klien terkadang tidur siang selama 2 jam.
6. Penggunaan obat
Selama dirawat, klien minum obat secara teratur. Selama di rumah, klien
mengatakan putus obat selama 2 tahun karena masalah ekonomi.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan, dulu sebelum putus obat ketika sakit berobat ke
rumah sakit dan biasanya klien kontrol rutin ke RSJ bila obatnya habis
atau bila sudah waktunya kontrol.

8. Kegiatan di rumah
Klien mengatakan kegiatan klien saat di rumah adalah berkebun dan
berternak ayam.
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan kegiatan di luar rumah adalah main bersama teman-
temannya.

IX. Mekanisme Koping


1. Adaptif :
- klien berbicara dengan orang lain
- klien dapat melakukan teknik relaksasi dan aktifitas konstruktif
2. Maladaptif:
- Menghindari masalah
- Mengamuk
- Mencederai orang lain

X. Masalah Psikososial Dan Lingkungan


1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : -
2. Masalah dengan dukungan lingkungan , spesifik : -
3. Masalah dengan pendidikan , spesifik : klien tidak lulus SMA hanya
sampai kelas 2 SMA.
4. Masalah dengan pekerjaan , spesifik : klien tidak mempunyai pekerjaan
tetap.
5. Masalah dengan perumahan ,spesifik :-
6. Masalah dengan ekonomi spesifik : klien tidak memiliki pekerjaan tetap
dan tidak mempunyai uang untuk membeli obat .
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan spesifik : Akses untuk pergi ke
pelayanan kesehatan harus ditempuh menggunakan super jet.

XI. Pengetahuan Kurang Tentang


Penyakitjiwa Sistempendukung

√ Faktorpresiptasi Penyakitfisik

Koping  Obat-obatan

Lainnya

B. ANALISA DATA
Data Masalah
DS : Gangguan sensori persepsi :
- Klien mengatakan dibawa ke RSJ oleh Halusinasi pendengaran
pemerintah tetapi tidak tahu
penyebabnya. Sering mendengar bisikan-
bisikan sejak SMP yang ingin
mencelakakan dirinya seperti menyuruh
mukul orang, mencuri, dan sampai saat
ini masih sering muncul.
DO :
- Pasien tampak menutup telinganya
sesekali.
- Pasien sering mencari kegiatan seperti
mengobrol agar teralihkan dengan
halusinasinya.
DS : Risiko perilaku kekerasan
- Klien mengatakan pernah memukul
temannya karena mengikuti bisikan-
bisikan itu. Klien juga pernah memukul
tetangganya karena mengira tetangganya
mencuri ayamnya.
DO : -
DS : Penatalaksanaan regimen
- Klien mengatakan sering kontrol ketika terapeutik inefektif
obatnya habis, tetapi karena kondisi
ekonomi kemudian klien tidak kontrol
atau putus obat selama dua tahun.
DO : -

XII. ASPEK MEDIK


1. Diagnosis Multiaksial
Axis I : F 20.0
Axis II : cenderung skizoid
Axis III :belum ada diagnosa
Axis IV : tidak ada informasi
Axiz V : jelek

2. Terapi Medik (16 September 2014)


NO Nama Obat Dosis Indikasi Efek samping
1 Haloperidol 5 mg 1/2-0- Psikosis akut dan insomnia, eforia, agitasi,
1/2 kronis. pusing, depresi, lelah,
sakit kepala, mengantuk,
Halusinasi pada
bingung, vertigo, kejang.
skizofrenia
2 Clozapine NI 25 mg 1/2-0- Antipsikotik, Mengantuk, berat badan
1/2 menenangkan naik, air liur bertambah,
pikiran dan pusing, konstipasi, mual,
menghilangkan sesak napas, mengompol
halusinasi saat tidur
3 Trihexypenidyl 2 0-0-1 Kaku-kaku tubuh Mengantuk, pusing,
mg dan mengurangi penglihatan kabur,
gemetar disorientasi, hipotensi,
mual, muntah, retensi
urine

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


Risiko Perilaku Kekerasan
Akibat

Halusinasi Pendengaran
Core Problem

Penyebab
Penatalaksanaan Regimen Terapeutik
Inefektif

XIV. DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

INISIAL KLIEN : Tn. T

RUANGAN : Ruang Asoka

NO. RM : 01 62 13

DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATA RASIONAL
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
N

Halusinasi 13 Januari 2020 13 Januari 2020 13 Januari 2020 13 Januari 2020


pendengaran
Pukul 15.00 Pukul 15.00 Pukul 15.00 Pukul 15.00

TUM: Klien dapat


mengontrol halusinasi
Bina hubungan saling percaya
TUK 1: Hubungan saling percaya
Setelah 1x interaksi klien dengan prinsip komunikasi
merupakan dasar untuk kelancaran
Klien dapat membina menunjukkan tanda-tanda terapeutik.
hubungan interaksi selanjutnya.
hubungan saling percaya kepada perawat
a. Sapa klien dengan ramah
percaya dengan kriteria hasil: baik secara verbal maupun non
verbal.
- Ekspresi wajah
b. Perkenalkan diri dengan
bersahabat
sopan.
- Menunjukkan rasa
c. Tanyakan nama lengkap
senang
klien dan nama panggilan yang
- Ada kontak mata
disukai klien.
- Mau berjabat tangan
d. Jelaskan tujuan
- Mau menyebutkan nama
pertemuan.
- Mau menjawab salam
e. Jujur dan menepati janji.
- Mau duduk
f. Tunjukan sikap empati
berdampingan dengan
dan terima klien apa adanya.
perawat
g. Beri perhatian kepada
- Bersedia
klien dan perhatikan kebutuan
mengungkapkan masalah
dasar klien.
yang dihadapi
Setelah 2x interaksi klien 1. Identifikasi bersama klien cara 1. merupakan upaya untuk
TUK 2 :
dapat mengontrol yang dilakukan jika terjadi memutus siklus halusinasi.
Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan halusinasi.
halusinasi kriteria hasil : 2. Diskusikan manfaat cara yang 2. reinforcement positif dapat
a. Klien dapat digunakan klien, jika meningkatkan harga diri klien.
menyebutkan tindakan bermanfaat beri pujian.
yang dapat dilakukan 3. Diskusikan cara baru untuk 3. memberi alternative pikiran bagi
untuk mengendalikan mengontrol timbulnya klien
halusinasinya. halusinasi. 4. Memotivasi dapat meningkatkan
b. Klien dapat 4. Bantu klien melatih dan keinginan klien untuk mencoba
menyebutkan cara baru. memutus halusinasi secara memilih salah satu cara
c. Klien dapat memilih cara bertahap pengendalian halusinasi.
yang telah dipilih untuk
mengendalikan
halusinasi.
d. Klien dapat mengikuti
terapi aktivitas
kelompok.
1. Anjurkan klien untuk memberi 1. untuk mendapatkan bantuan
TUK 3 Setelah 3x klien mendapat
tahu keluarga sedang keluarga dalam mengontrol
dukungan keluarga dalam
halusinasi. halusinasi.
mengontrol halusinasinya
Klien mendapat 2. Diskusikan dengan keluarga 2. Untuk meningkatkan
dengan kriteria hasil:
dukungan keluarga tentang pengetahuan tentang
dalam mengontrol a. Klien dapat menjalin a. Gejala halusinasi yang halusinasi.
halusinasinya hubungan saling percaya dialami klien.
dengan perawat b. Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarag untuk
b. Keluarga dapat
memutus halusinasi.
menyebutkan pengertian,
c. Cara merawat anggota
tanda dan tindakan untuk
keluarga yang halusinasi di
mengendalikan
rumah, beri kegiatan jangan
halusinasi
biarkan sendiri.
d. Beri informasi tentang
kapan pasien memerluakn
bantuan.

1. Diskusikan dengan klien 1. dengan mengetahui efek


TUK 4 Setelah 3x interaksi klien
dan keluarga tentang dosis, samping obat klien tahu apa
Klien memanfaatkan frekuensi dan manfaat obat. yang harus dilakukan setelah
dapat memanfaatkan obat
obat dengan baik 2. Diskusikan bahayanya minum obat.
dengan kriteria hasil :
obat tanpa konsultasi. 2. Bantu klien menggunakan
1. Klien dan keluarga 3. Bantu klien prinsip lama benar.
mampu menyebutkan menggunakan prinsip lama 3. dengan mengetahui prinsip
manfaat, dosis dan efek benar. maka kemandirian klien
samping tentang pengobatan dapat
2. Klien dapat ditingkatkan secara bertahap.
menginformasikan
manfaat dan efek
samping obat
3. Klien dapat memahami
akibat pemakaina obat
tanpa konsultasi
4. Klien dapat
menyebutkan prinsip 5
benar pengunaan obat.
D. IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

Hari,
Implementasi Evaluasi
Dx tanggal TTD
Keperawatan Keperawatan
jam
Halusinasi : Senin,13 Senin,13 Januari 2020
pendengaran Januari 2020 Pukul 14.30
Pukul 13.00

Membina hubungan saling percaya dengan


S:
prinsip komunikasi terapeutik.
 klien
a. Sapa klien dengan ramah baik mengatakan bersedia diajak mengobrol
secara verbal maupun non verbal. oleh perawat.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.  Pasien mau
h. Tanyakan nama lengkap klien dan menyebutkan namanya :Teguh
nama panggilan yang disukai klien.  Pasien
i. Jelaskan tujuan pertemuan. mengatakan kalau ada suara-suara yang
j. Jujur dan menepati janji. sering mengganggunya.
k. Tunjukan sikap empati dan terima O:
klien apa adanya.
l. Beri perhatian kepada klien dan  Pasien
perhatikan kebutuan dasar klien. tampak sering menggigit ujung bolpoin
 Pasien
tampak kurang tenang saat wawancara.
A: BHSP tujuan tercapai.

P:

Pukul 13.15  Identifikasi


perilaku halusinasi
 Observasi
 Mengidentifi
perilaku halusinasi
kasi bersama klien cara yang dilakukan
jika terjadi halusinasi.  Ajarkan cara
mengatasi halusinasi dengan cara
 Mendiskusik
menghardik
an manfaat cara yang digunakan klien,
jika bermanfaat beri pujian.
 Mendiskusik
S:
an cara baru untuk mengontrol
timbulnya halusinasi.  Klien
 Membantukli mengatakan jika selama ini untuk
enmelatihdanmemutushalusinasisecarab mengatasi halusinasinya klien mandi
ertahap dan mendengarkan musik
 Klien
mengatakan sudah mengetahui cara
mengontrol halusinanya dengan cara
menghardik.
O:

 Pasien
tampak sering menggigit ujung bolpoin
 Pasien
Pukul 13.45
tampak kurang tenang saat wawancara.
A : Mengidentifikasi cara klien
mengendalikan halusinasinya tujuan
tercapai.

P : perawat : ajarkan cara mengontrol


halusinasi dengan cara bercakap-cakap
Pasien : buat jadwal kegiatan dan
masukkan cara menghardik ke dalam
jadwal
 Mendiskusik
an dengan klien tentang dosis, frekuensi
dan manfaat obat.
 Mendiskusik
S:
an bahayanya obat tanpa konsultasi.
 Membantu  Klien
klien menggunakan prinsip lima benar. mengatakan pernah putus obat karena
tidak punya uang untuk berobat.
 Klien
mengatakan belum mengetahui
indikasi, efek samping tentang obat
yang dikonsumsi.
 Klien
mengatakan paham dengan apa yang
dijelaskan perawat.
O:

 Klien mampu
mengulang kembali apa yang sudah
dijelaskan oleh perawat.
 klien tampak
kurang tenang saat diwawancara.
A: mendiskusikan tentang dosis, frekuensi
dan manfaat obat tujuan tercapai.

P : perawat : motivasi klien untuk rutin


minum obat
Pasien : masukkan jadwal minum obat
sebagai kegiatan sehari-hari
Risiko Selasa,14 Selasa,14 Januari 2020
Perilaku Januari 2020 Pukul 13.00
kekerasan Pukul 09.00
S: - klien mengatakan marah karena
Membantu klien mengungkapkan perasaan
ayamnya diambil oleh tetangganya.
marahnya:
O : - klien tampak kooperatif
a. Memotivasi klien untuk menceritakan A: membantu klien mengungkapkan
penyebab rasa jengkel dan marahnya perasaan marah teujuan tercapai.
b. Mendengarkan tanpa menyela setiap P : Lanjutkan BHSP
09.30 ungkapan klien
S: - klien mengatakan pasien tanganya
Membantu klien mengungkapkan tanda-
gemetaran saat marah.
tanda perilaku kekerasan yang dialami:
- klien mengatakan memukul
a. Memotivasi klien menceritakan kondisi tetangganya karena ayamnya diambil.
fisik saat perilaku kekerasan terjadi - klien mengatakan menyesal setelah
b. Memotivasi klien menceritakan kondisi memukul.
emosinya O:
c. Memotivasi klien menceritakan kondisi
- klien mau menceritakan perasaan
hubungan dengan orang lain saaat
marahnya
terjadi perilaku kekerasaan
- klien tampak tidak tenang
d. Mendiskusikan dengan klien perilaku
- klien kooperatif
kekerasan yang dilakukan selama ini:
A: membantu mengungkapkan tanda-tanda
e. Memotivasi untuk menceritakan jenis
perilaku kekerasan tujuan tercapai
perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan P: perawat : ajarkan cara mengontrol
f. Memotivasi menceritakan perasaan marah yang baik dan benar.
setelah tindakan perilaku kekerasan
Pasien : motivasi klien untuk mengikuti
g. Mendiskusikan apakah perilaku
Terapi Aktivitas Kelompok
kekerasan dapat menyelesaikan
masalah
h. Mendiskusikan akibat negatif perilakuk
kekerasan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan

Rabu,15 Rabu,15 Januari 2020


Januari 2020
Pukul 12.15
Pukul 10.00

S: pasien mengatakan:
Melakukan terapi aktivitas kelompok:
- marah karena bosan
perilaku kekerasan sesi I: mengidentifikasi
- tanda saat marah yaitu gelisah
perilaku kekerasan
- akibat dari marah adalah menyesal
- belum mengetahui cara mengontrol
marah
O:
- pasien kooperatif
- pasien tampak antusias
- pasien tampak bersemangat
- pasien dapat mengidentifikasi perilaku
kekerasan
A: resiko perilaku kekerasan teratasi
sebagian: pasien belum mengetahui cara
mengontrol marah

P:

Perawat: lakukan TAK sesi II: cara


mengontrol marah secara fisik

Pasien: buat jadwal kegiatan


Pukul 12.45

S: pasien mengatakan:
- sudah pernah diajari cara napas dalam
- perilaku ketika marah adalah jalan-
Melakukan terapi aktivitas kelompok sesi
jalan
II: cara mengontrol marah secara fisik
O:
yaitu napas dalam dan pukul bantal
- pasien kooperatif
- pasien tampak antusias
- pasien tampak sangat bersemangat
- pasien dapat melakukan napas dalam
- pasien dapat melakukan kembali pukul
bantal
A: perilaku kekerasan teratasi sebagian:

pasien baru mengetahui cara secara fisik

P:

Perawat: lakukan TAK sesi III: cara


mengontrol marah secara sosial

Pasien: masukkan ke dalam jadwal


kegiatan
Gangguan Kamis,16 Kamis,16 Januari 2020
Sensori Januari 2020 Pukul 14.30
Presepsi Pukul 13.30
:Halusinasi 1. Mend
S:
Pendengaran iskusikan dengan klien tentang obat,
- Klien mengatakan pengerti dengan apa
indikasi,dosis dan efek samping.
yang sudah dijelaskan perawat.
2. Mend
- Klien mengatakan sadar akan
iskusikan keuntungan dan akibat jika
pentingnya obat namun karena tidak
tidak minum obat.
punya uang maka klien putus obat
3. Mem
O:
otivasi klien untuk rutin minum obat
- Klien mampu mengulang kembali apa
yang sudah dijelaskan oleh perawat.
- Klien kooperatif
A: mendiskusikan tentang obat tujuan
tercapai

P: perawat : terus motivasi klien untuk rutin


minum obat.

Pasien : buat jadwal kegiatan minum obat


DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi
Gail W, Stuart & Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing
Edition 8. Missouri : Mosby Years Book
Isaacs, A. 2001. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta : EGC
Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press.
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Stuart & Sunden. 2005. Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Yudi Hartono & Farida Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai