Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN KEJANG

DEMAM

DISUSUN OLEH
SITI AMINA EBRAHIM
D.1723569

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) TANA TORAJA


PROGRAM DIII KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB  1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus
keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak
satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami
kejang demam.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran
pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4
tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.
Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut
disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-
laki.

(ME. Sumijati, 2000;72-73)

Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999
ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %).
Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka
kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar
37%.

Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel
otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental
atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.


Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat
yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga
perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien
sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan
aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan
harga diri yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,
prognosis dan kebutuhan penanganannya.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat karya tulis dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak “A” dengan Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo
Surabaya”.

Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu yang penulis miliki , maka penulis membatasi permasalahan
Asuhan Keperawatan pada Anak “A” dengan Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.

Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

 Diperolehnya pengetahuan atau gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada kasus 


 Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif
pada pasien dengan kejang demam.
2. Mampu menganalisa data yang diperoleh
3. Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada pasien dengan kejang demam
4. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan kejang demam
5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
6. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

Manfaat Penulisan

Bagi  penulis

Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tantang kejang demam pada anak dengan
menggunakan asuhan keperawatan.

Bagi institusi
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan perbandingan pada penanganan kasus
keperawatan.

Menghasilkan ahli madya kebidanan sebagai bidan profesional yang memiliki pengetahuan yang
memadai sesuai perkembangan ilmu dan pengetahuan.

Bagi klien

Memberikan pengetahuan dan ketrampilan pada keluarga tentang perawatan anak dengan kejang
demam.

Bagi rumah sakit

Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama serta menjaga dan meningkatkan
pelayanan kepada mesyarakat, khususnya asuhan keperawatan dengan kejang demam.

Metode Penyusunan

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif
observasional dalam bentuk studi kasus yaitu metode yang dibuat berdasarkan keadaan
sebenarnya dan tertuju pada pemecahan masalah.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan, penulis menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Wawancara : suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
2. Pemeriksaan fisik : data yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan cara inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi.
3. Dokumenter : suatu cara untuk memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada
dalam status klien, catatan medik maupun dari hasil pemeriksaan laboratorium.
4. Studi kepustakaan : mengumpulkan data melalui bahan ilmiah dari buku-buku yang
terkait dengan kasus kejang demam.
5. Studi lapangan : mengumpulkan data melalui wawancara dan pemeriksaan fisik pada
pasien dengan kejang demam.
BAB 2

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KEJANG DEMAM

1.    Konsep Dasar Medis

A. Pengertian

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh  (lebih dari
38 oC) yang disebabkan oleh proses ekstra cranial.

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu  meningkat yang disebabkan
oleh proses ekstra cranial.

Faktor Pencetus

Kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang
tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunansaraf pusat misalnya tonsilitis,
bronchitis.

B. Patofisiologi

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10c akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan kebutuhan o2 akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion k+
maupun Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas
ke seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnya dengan bantuan neuron transmiter dan
terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama disertai dengan apnea, meningkatkan
kebutuhan o2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnea dll,selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan
neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
4  Klasifikasi

1. Kejang demam sederhana.

2.Umur 6 bulan sampai 4 tahun.

3.Lama kejang tidak lebih 15 menit.

4.Kejang bersifat umum.

5.Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya demam.

6.EEG normal 1 minggu setelah kejang.

8.Frekwensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 1 kali


9.Epilepsi yang diprofokasi oleh demam.

Semua kejang demam yang bukan kriteria diatas.

2.  Diagnosa Banding

1.  Meningitis.

2.Abses otak.

3.  Prognosa

Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari
faktor :

1 Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.

2 Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita


    kejang demam.

3 Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor diatas maka dikemudian hari akan mengalami
serangan kejang demam sekitar 13% dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali,
faktor diatas serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 %.

4.  Penatalaksanaan Medis

1. Memberantas kejang secepat mungkin.

Obat pilihan utama adalah Diazepam IV yaitu untuk menekan kejang        80-90 % dosis
sesuai dengan BB kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Setelah
suntikan pertama secara iv di tunggu 15 menit bila masih terdapat kejang diulangi suntikan ke
dua dengan dosis yang sama secara iv jika masih kejang maka di berikan lagi tapi secara im.

2 Pengobatan penunjang.

3.Semua pakaian dibuka.

4.Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi.

5.Usahakan jalan nafas bebas.

6.Penghisapan lendir teratur.

Fungsi TTV di observasi ketat, jika adanya tekanan intra kranial yang 
meningkat tidak boleh di berikan cairan dengan Na yang terlalu tinggi.
1 . Pengobatan profilaksis intermiten.

2.  Pengobatan intermiten jangka panjang.

3.Mencari dan mengobati penyebab.

Secara akademis klien dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dilakukan pungsi lumbal,
pada klien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti pungsi lumbal, gula
darah dll dan bila perlu rontgen foto thorak, EEG, enchephalografi.

5. Penatalaksanaan Keperawatan 
A.Prinsip penatalaksanaan bila anak kejang

B.Segera hentikan kejang

C.Mencari penyebab

D.Cegah kejang berulang

6.Tindakan keperawatan:

1.Baringkan klien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah yang telah
dibungkus kasa.

2.Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar klien, lepaskan pakaian yang    mengganggu
pernafasan, misalnya : ikat pinggang, gurita.

6.Komplikasi

1. Lidah terluka/tergigit.

2.Apnea.

3. Depresi pusat pernafasan.

4. Retardasi mental.

5.Pneumonia aspirasi.

6.Status epileptikus.

7.Konsep Dasar Askep

7.Pengkajian

1 Biodata
Umur biasanya 6 bulan sampai 4 tahun, jenis klelamin laki-laki perempuan  2 : 1 insiden
tertinggi pada anak umur 2 ta hun.

2 Keluhan Utama

1. Kejang karena panas.


2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Lama kejang kurang dari 15 menit bersifat general dan terjadi dalam waktu 16 jam
setelah demam.
4. Riwayat Penyaklit Dahulu
5. Perlu pengkajian untuk mengetahui adanya faktor penting terjadinya kejang demam
antara lain : trauma reaksi terhadap imunisasi dll.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
7. Adanya keluarga yang menderita kejang demam.
8. Activity Dayli Life
9. Nutrisi
10. aktivitas kejang, kerusakan gigi, adanya hiperplasi ginggiva sebagai akibat efek samping
Dilantin.Klien akan mengeluh sensitif dengan makanan yang merangsang
11. Istirahat dan aktivitas
12. Klien cepat lelah, letih dan perubahan tonus otot. 
13. Pemeriksaan fisik

TTV , Penurunan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, nadi, tensi dan respirasi.

Kepala

(1) Mata : dilatasi pupil, kedipan kelopak mata, kepala dan mata menyimpang  ke satu sisi.

(2) Wajah : sentakan wajah.

(3) Mulut : produksi saliva berlebihan, bibir mengecap-ngecap.

Thorak, Penurunan gerakan pernafasan, apnea, tachipnea, kesulitan bernafas,


jalan nafas tersumbat.

Ekstremitas
Gerakan sentakan, tepukan, menggaruk, perubahan tonus otot.

Pemeriksaan panunjang

Glukosa : hipoglikemia.

Ureum/kreatinin : meningkat.

Erytrosit : anemia aplastik.
Rontgen kepala.

Lumbal pungsi.: untuk menentukan penyebab kejang ,apakah karena infeksi intra kranial/ bukan.

EEG.

MRI.

CT Scan.

2.2     Diagnosa Keperawatan

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya pirogen yang mengacaukan termostat,
dehidrasi.

Resiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler


obstruksi trancheobronchial.

Kurangnya pengetahuan keluarga berhubugan dengan misinterpretasi dan keterbatasan


pengetahuan.

Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kelemahan, perubahan kesadaran.

Resiko injuri berhubungan dengan perkembangan kognitif.

2.3     Perencanaan

Diagnosa I

1. Tujuan : suhu tubuh normal.


2. Kriteria hasil : suhu 365 – 375 oC.
3. Rencana tindakan :

(1)     Observasi TTV tiap 4 jam.

R /Perubahan TTV khususnya peningkatan suhu tubuh mengidentifikasikan


beratnya kejang.

(2)     Kompres dingin dan ajarkan keluarga cara mengompres.

R / Pada kompres dingin terjadi perpindahan panas secara konduksi.

(3)     Berikan pakaian tipis yang menyerap keringat.

R /  Pakaian yang tipis membantu mempercepat pengeluaran panas.

(4)     Anjurkan  klien untuk banyak minum.


R / Minum yang banyak mencegah terjadinya dehidrasi sehingga peningkatan
suhu tubuh dapat dicegah.

(5)     Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik.

R / Antipiretik berfungsi untuk penurunan panas sedangkan antibiotik untuk 


mencegah infeksi.

  Diagnosa II

1. Tujuan : mempertahankan aktivitas pola nafas dengan jalan nafas yang bersih.
2. Kriteria hasil : respirasi normal 15 – 20 kali/menit, tidak ada retraksi otot.
3. Rencana tindakan :

(1)     Letakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar,


          miringkan kepala selama serangan kejang).

R / Meningkatkan aliran skret, mencegah lidah jatuh dan tersumbatnya kjalan nafas.

(2)     Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut.

R / Sebagai fasilitas sebagai usaha unuk bernafas.

(3)     Suction bila perlu.

R / Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia.

(4)     Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

R / Menurunkan hipoksia cerebral akibat dari sirkulasi yang menurunkan/oksigen


skunder terhadap spasme selama serangan kejang.

Diagnosa III

1. Tujuan : Secara verbal klien dapat mengungkapkan stimulasi yang dapat meningkatkan
kejang.
2. Kriteria hasil : Klien dapat minum obat secara teratur.
3. Rencana tindakan :

(1)     Kaji pengobatan yang sudah dijalankan.

R / Mengevaluasi keberhasilan pegobatan.

(2)     Diskusikan tentang efek samping obat.

R / Membantu mengetahui dan mengenal efek samping yang terjadi sehingga dapat menentukan 
program pengobatan lanjut.
(3)    Ajarkan pada ibu untuk pemberian obat anti kejang/ anti piretik sesuai
         program medis.

R / Meningkatkan pengetahuan dan kemandirian ibu daalam perawatan dan pengobatan.

(4)     Jelaskan/anjurkan pada keluarga unrtuk mngatasi terjadinya kejang.

R / Keluarga dapat melakukan tindakan awal dan menghindari kejang


      berkelanjutan.

(5)     Segera turunkan panas bila terjadi panas.

R / Panas merupakan faktor predisposisi terjadinya kejang. 

Diagnosa IV

1. Tujuan : 
               Secara verbal keluarga klien dapat mengetahui faktor yang memungkinkan
               terjadinya trauma
2. Kriteria hasil :
                Tidak terjadi injuri selama perawatan

Rencana tindakan

(1)   Jelaskan pada keluarga beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi kejang

 R/ Informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan kemandirian.

(2)   Jaga klien dari injuri dengan mem berikan pengaman pada sisi tempat tidur

 R/  Mencegah terjadinya injuri

(3)   Tinggallah bersama klien selama fase kejang

R/  meningkatkan keamanan klien, mencegah terjadinya injuri atau trauma

Diagnosa V

1. Tujuan :
           secara verbal keluarga klien dapat mengetahui  faktor yang menyebabkan 
           terjadinya gangguan perkembangan kognitif anak.
2. Kriteria hasil : tidak terjadi gangguan perkembangan kognitif.

Rencana tindakan :

(1)  Cegah terjadinya kejang berulang

R/  Kejang yang terus menerus dapat merusak sistem syaraf dan kemunduran mental.
(2)   Lanjutkan kolaborasi dengan tim medis

- Diasepam / iv

- Fenobarbital / im

R/ Diasepam atau fenobarbital dapat mengurangi status konfulsion.

BAB 3
PENUTUP

3. Kesimpulan 

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Anak “A” didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:

1.  Pengkajian

Pengkajian terpenting dari kejang demam adalah melakukan anamnese selengkap mungkin serta
pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab kejang terjadi.

Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan penyebab kejang demam
maka dilakukan pemeriksaan penunjang.

2.  Analisa dan Sintesa Data

Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis hanya menemukan satu
diagnosa dan dua masalah.

3.   Diagnosa / Masalah Keperawatan

Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam adalah potensial
terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi, gangguan pemenuhan nutrisi
berhubungan dengan nyeri saat menelan, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
berhubungan dengan keterbatasan informasi

4  Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan yang ditambahkan
penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka sesuai kebutuhan klien saat itu.

5.  Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata toidak menemui kesulitan karena sikap keluarga yang
kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.

6  Evaluasi

Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri atas tinjauan laporan
pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien. Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam
memenuhi kebutuhan pasien yang dapat berubah-ubah.

Anda mungkin juga menyukai