DEMAM
DISUSUN OLEH
SITI AMINA EBRAHIM
D.1723569
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus
keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak
satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami
kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran
pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4
tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.
Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut
disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-
laki.
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab./SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999
ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka kematian (0 %).
Pada tahun 2000 ditemukan pasien kejang demam 132 orang dan tidak didapatkan angka
kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar
37%.
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan kerusakan sel-sel
otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental
atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat karya tulis dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak “A” dengan Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo
Surabaya”.
Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu yang penulis miliki , maka penulis membatasi permasalahan
Asuhan Keperawatan pada Anak “A” dengan Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif
pada pasien dengan kejang demam.
2. Mampu menganalisa data yang diperoleh
3. Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada pasien dengan kejang demam
4. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan kejang demam
5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ditentukan.
6. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
Manfaat Penulisan
Bagi penulis
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tantang kejang demam pada anak dengan
menggunakan asuhan keperawatan.
Bagi institusi
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan acuan perbandingan pada penanganan kasus
keperawatan.
Menghasilkan ahli madya kebidanan sebagai bidan profesional yang memiliki pengetahuan yang
memadai sesuai perkembangan ilmu dan pengetahuan.
Bagi klien
Memberikan pengetahuan dan ketrampilan pada keluarga tentang perawatan anak dengan kejang
demam.
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama serta menjaga dan meningkatkan
pelayanan kepada mesyarakat, khususnya asuhan keperawatan dengan kejang demam.
Metode Penyusunan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif
observasional dalam bentuk studi kasus yaitu metode yang dibuat berdasarkan keadaan
sebenarnya dan tertuju pada pemecahan masalah.
Untuk memperoleh data yang relevan, penulis menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Wawancara : suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
2. Pemeriksaan fisik : data yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan cara inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi.
3. Dokumenter : suatu cara untuk memperoleh data dengan melihat data yang sudah ada
dalam status klien, catatan medik maupun dari hasil pemeriksaan laboratorium.
4. Studi kepustakaan : mengumpulkan data melalui bahan ilmiah dari buku-buku yang
terkait dengan kasus kejang demam.
5. Studi lapangan : mengumpulkan data melalui wawancara dan pemeriksaan fisik pada
pasien dengan kejang demam.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (lebih dari
38 oC) yang disebabkan oleh proses ekstra cranial.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat yang disebabkan
oleh proses ekstra cranial.
Faktor Pencetus
Kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang
tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunansaraf pusat misalnya tonsilitis,
bronchitis.
B. Patofisiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10c akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan kebutuhan o2 akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion k+
maupun Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas
ke seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnya dengan bantuan neuron transmiter dan
terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama disertai dengan apnea, meningkatkan
kebutuhan o2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnea dll,selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan
neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
4 Klasifikasi
2. Diagnosa Banding
1. Meningitis.
2.Abses otak.
3. Prognosa
Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari
faktor :
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor diatas maka dikemudian hari akan mengalami
serangan kejang demam sekitar 13% dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali,
faktor diatas serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 %.
4. Penatalaksanaan Medis
Obat pilihan utama adalah Diazepam IV yaitu untuk menekan kejang 80-90 % dosis
sesuai dengan BB kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Setelah
suntikan pertama secara iv di tunggu 15 menit bila masih terdapat kejang diulangi suntikan ke
dua dengan dosis yang sama secara iv jika masih kejang maka di berikan lagi tapi secara im.
2 Pengobatan penunjang.
Fungsi TTV di observasi ketat, jika adanya tekanan intra kranial yang
meningkat tidak boleh di berikan cairan dengan Na yang terlalu tinggi.
1 . Pengobatan profilaksis intermiten.
Secara akademis klien dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dilakukan pungsi lumbal,
pada klien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti pungsi lumbal, gula
darah dll dan bila perlu rontgen foto thorak, EEG, enchephalografi.
5. Penatalaksanaan Keperawatan
A.Prinsip penatalaksanaan bila anak kejang
C.Mencari penyebab
6.Tindakan keperawatan:
1.Baringkan klien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah yang telah
dibungkus kasa.
2.Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar klien, lepaskan pakaian yang mengganggu
pernafasan, misalnya : ikat pinggang, gurita.
6.Komplikasi
1. Lidah terluka/tergigit.
2.Apnea.
4. Retardasi mental.
5.Pneumonia aspirasi.
6.Status epileptikus.
7.Pengkajian
1 Biodata
Umur biasanya 6 bulan sampai 4 tahun, jenis klelamin laki-laki perempuan 2 : 1 insiden
tertinggi pada anak umur 2 ta hun.
2 Keluhan Utama
TTV , Penurunan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, nadi, tensi dan respirasi.
Kepala
(1) Mata : dilatasi pupil, kedipan kelopak mata, kepala dan mata menyimpang ke satu sisi.
Ekstremitas
Gerakan sentakan, tepukan, menggaruk, perubahan tonus otot.
Pemeriksaan panunjang
Glukosa : hipoglikemia.
Ureum/kreatinin : meningkat.
Erytrosit : anemia aplastik.
Rontgen kepala.
Lumbal pungsi.: untuk menentukan penyebab kejang ,apakah karena infeksi intra kranial/ bukan.
EEG.
MRI.
CT Scan.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya pirogen yang mengacaukan termostat,
dehidrasi.
2.3 Perencanaan
Diagnosa I
Diagnosa II
1. Tujuan : mempertahankan aktivitas pola nafas dengan jalan nafas yang bersih.
2. Kriteria hasil : respirasi normal 15 – 20 kali/menit, tidak ada retraksi otot.
3. Rencana tindakan :
R / Meningkatkan aliran skret, mencegah lidah jatuh dan tersumbatnya kjalan nafas.
Diagnosa III
1. Tujuan : Secara verbal klien dapat mengungkapkan stimulasi yang dapat meningkatkan
kejang.
2. Kriteria hasil : Klien dapat minum obat secara teratur.
3. Rencana tindakan :
R / Membantu mengetahui dan mengenal efek samping yang terjadi sehingga dapat menentukan
program pengobatan lanjut.
(3) Ajarkan pada ibu untuk pemberian obat anti kejang/ anti piretik sesuai
program medis.
Diagnosa IV
1. Tujuan :
Secara verbal keluarga klien dapat mengetahui faktor yang memungkinkan
terjadinya trauma
2. Kriteria hasil :
Tidak terjadi injuri selama perawatan
Rencana tindakan
(1) Jelaskan pada keluarga beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi kejang
(2) Jaga klien dari injuri dengan mem berikan pengaman pada sisi tempat tidur
Diagnosa V
1. Tujuan :
secara verbal keluarga klien dapat mengetahui faktor yang menyebabkan
terjadinya gangguan perkembangan kognitif anak.
2. Kriteria hasil : tidak terjadi gangguan perkembangan kognitif.
Rencana tindakan :
R/ Kejang yang terus menerus dapat merusak sistem syaraf dan kemunduran mental.
(2) Lanjutkan kolaborasi dengan tim medis
- Diasepam / iv
- Fenobarbital / im
BAB 3
PENUTUP
3. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Anak “A” didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian terpenting dari kejang demam adalah melakukan anamnese selengkap mungkin serta
pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab kejang terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan penyebab kejang demam
maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis hanya menemukan satu
diagnosa dan dua masalah.
Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam adalah potensial
terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi, gangguan pemenuhan nutrisi
berhubungan dengan nyeri saat menelan, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit
berhubungan dengan keterbatasan informasi
4 Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan yang ditambahkan
penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka sesuai kebutuhan klien saat itu.
5. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata toidak menemui kesulitan karena sikap keluarga yang
kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.
6 Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri atas tinjauan laporan
pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien. Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam
memenuhi kebutuhan pasien yang dapat berubah-ubah.