Anda di halaman 1dari 8

e-ISSN 2442-9449 Vol.7. No.

2 (2019) 26-33
p-ISSN 2337-4721

PENINGKATAN KUALITAS HARD SKILL DAN SOFT SKILL MELALUI


PENGEMBANGAN PROGRAM TEACHING FACTORY (TEFA) DI SMK MODEL
PGRI 1 MEJAYAN

Yunny Erlia Putri1, Elva Nuraina2, Farida Styaningrum3


Universitas PGRI Madiun
yunnyerlia17@gmail.com1),elvanuraina@unipma.ac.id2)
faridastyaningrum@unipma.ac.id3)*

Abstract

This study aims to analyze the application of teaching factory program (TEFA) in improving
the quality of hard skills and soft skills. This research uses descriptive qualitative research
methods. This research was conducted with supported interview and documentation methods
related to the teaching factory program (TEFA) at SMK Model 1 Mejayan PGRI in
2018/2019 Academic Year. The results of the study stated that there was an increase in hard
skills and soft skills needed through character building, the potential of student or teacher
HR, interactions between teachers and students, students and students, students and parents,
self-control, and business spirit.

Keywords: hard skill , soft skill, Teaching Factory (TEFA)

PENDAHULUAN SMK Model PGRI 1 Mejayan perlu


Program pembelajaran dalam adanya persiapan hard skill dan soft
Pendidikan Sekolah Menengah skill yang cukup matang untuk
Kejuruan (SMK) berfokus pada menunjang penerapan program teaching
pengembangan dan factory (TEFA). Fakta ini adalah suatu
pengimplementasian pembelajaran keseimbangan antara dunia pendidikan
melalui praktik maupun teori. SMK sekolah kejuruan dengan dunia industri,
merupakan lembaga pendidikan sehingga untuk mengatasi
menengah yang memiliki visi dan misi keseimbangan yang ada, perlu
untuk menyiapkan lulusan tingkat melakukan berbagai strategi dalam
menengah yang berkualitas. Dengan pengembangan hard skill dan soft skill
demikian sistem pendidikan di SMK berjalan seimbang. Keterampilan siswa
perlu menggali potensi sumber atau perlu diperhatikan baik dalam segi
potensi yang ada di sekitar lingkungan keterampilan fisik maupun non fisik,
sekolah yang sesuai dengan kebutuhan sehingga menghasilkan lulusan yang
dunia kerja . SMK diharapkan dapat baik dan mampu bersaing dalam dunia
menciptakan alumni yang berjiwa kerja. Untuk menyiapkan lulusan yang
bisnis, cerdik, siap bekerja, kompetitif, berkualitas atau berkompeten SMK
dan mempunyai prinsip hidup, mampu Model PGRI 1 Mejayan perlu untuk
meningkatkan budaya lokal dan mampu mengembangkan program-program
bersaing secara global. yang dapat meningkatkan keterampilan
Dengan demikian untuk hard skill dan soft skill siswa.
membentuk lulusan yang berkualitas
26 |JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.7. No.2 (2019) 26-33
p-ISSN 2337-4721

Keberhasilan seseorang dalam menggambarkan tentang perencanaan


pekerjaan tidak bisa diukur dengan hard produk, proses produksi serta
skill saja, tetapi juga ditentukan dengan pemasaran produk (Fitrihana, 2017).
soft skill yang bisa menjadikan Program teaching factory (TEFA)
seseorang dapat diterima dengan baik di ialah suatu hal yang menggabungkan
lingkungan kerja atau tidak. Hard skill antara konsep pembelajaran berbisnis
yang dimiliki siswa yaitu sebuah ilmu dan pendidikan sesuai dengan
pengetahuan kemampuan siswa masing- bidangnya (Kuswantoro, 2014).
masing sesuai dengan bidangnya, Program penerapan model pembelajaran
sedangkan soft skill ialah keterampilan TEFA untuk mendukung dalam upaya
dan pengalaman siswa selama peningkatan SDM yang inovatif dan
mengikuti kegiatan praktik industri di kreatif di era globalisasi yang dapat
lapangan maupun di sekolah, mengikuti diwujudkan melalui pendidikan
ekstrakurikuler, pelatihan pendidikan kewirausahaan seperti berbisnis melalui
karakter. Maka, siswa dengan dibekali program yang dibuat siswa kemudian
sebuah keterampilan yang didapatkan dipromosikan via online maupun offline
selama di sekolah, sehingga siswa dapat (Kurniawan, 2014). Teaching factory
mengembangkan dan meningkatkan (TEFA) ialah program peningkatan
potensi SDM dalam kesiapan kerja kualitas SDM guru dan siswa,
siswa setelah lulus nanti baik membuka memberikan dukungan untuk
usaha sendiri atau bekerja di dunia menciptakan budaya mutu yang
bisnis lainnya (Afriani & Setiyani, berkualitas di sekolah, menghasilkan
2015). Ketentuan kecocokan antara karya industri di sekolah, melakukan
dunia pendidikan dengan dunia kerja keseimbangan sumber daya keuangan
diperlukan sebuah pemahaman sekolah, memberikan fasilitas ruang
sejumlah kemahiran yang mampu kreatif bagi siswa dan guru serta
ditunjukkan saat bekerja. Pendidikan menciptakan entrepreneurship di
kejuruan ialah pendidikan yang sekolah (Wijaya, 2013).
menciptakan alumni yang menguasai Hal-hal yang perlu dikembangkan
ilmu pengetahuan dan kemahiran sesuai dalam kegiatan pembelajaran yaitu
dengan bidang keahliannya. Alumni sebuah proses pembelajaran
SMK tidak hanya menguasai hard skill keterampilan yang diseragamkan
saja, tetapi juga menguasai soft skill dan dengan standar kerja dilapangan.
hard skill. Dengan demikian siswa Proses pembelajaran lebih disesuaikan
mampu bekerja secara berkualitas dengan keadaan kerja, pembelajaran
(Suryanto, Kamdi, & Sutrisno, 2013). lebih difokuskan pada kegiatan problem
Pengembangan teaching factory solving dan student active learning.
(TEFA) di SMK tata busana Pembelajaran lebih berfokus pada
berpengaruh terhadap pembentukan tujuan yaitu sebuah kompetensi,
sebuah kompetensi, karakter atau pengimplementasian soft skill siswa
budaya kerja dan jiwa wirausaha. Model dalam kegiatan pembelajaran,
bisnis kanvas sangat relevan dengan pengembangan pola pembelajaran
pola pembelajaran teaching factory berbasis bisnis, pengelompokkan siswa
(TEFA) untuk mengenal pola kerja yang terlibat dalam teaching factory
industri dan menumbuhkan semangat (TEFA), serta memberikan arahan
wirausaha , menumbuhkan insan-insan kepada siswa terhadap pelaksanaan
kreatif di bidang fashion. Model bisnis kegiatan pembelajaran teaching factory
kanvas tergolong bisnis yang (TEFA) (Fajaryati, 2012).
27 |JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.7. No.2 (2019) 26-33
p-ISSN 2337-4721

Penelitian ini bertujuan untuk mengontrol diri sendiri (intrapersonal


menganalisis penerapan program skill) dan kompetensi seseorang yang
teaching factory (TEFA) dalam berkaitan dengan orang lain
meningkatkan kualitas hard skill dan (interpersonal skill) diantaranya
soft skill. Program Teaching Factory interpersonal Skill adalah kemampuan
(TEFA) bertujuan untuk mengukur yang dibentuk secara alamiah dalam
keberhasilan siswa melalui lingkungan tersebut yang bertumbuh
pengembangan hard skill dan soft skill dari faktor keluarga berperan besar
sesuai dengan masing-masing keahlian untuk membentuk kemampuan
bidangnya serta dapat menciptakan interpersonal skill. Kemampuan yang
potensi siswa menjadi pribadi yang menunjang sebuah pengembangan kerja
cerdas, genius, tekun, yang bertujuan secara optimal yang memiliki
untuk memiminimalisir angka kemampuan memotivasi, pemimpin,
pengangguran dan mampu dan komunikasi yang baik.
menggunggulkan kemampuan baik Sedangkan intrapersonal skill adalah
secara lokal maupun global. sebuah kemampuan dalam memahami
Teaching factory (TEFA) adalah diri sendiri, seni dalam berdialog
konsep pembelajaran dalam situasi yang dengan diri sendiri, dan bagian dari
sesuai dengan keadaan untuk proses berfikir yang melibatkan sumber
menghubungkan keseimbangan daya yang dimiliki masing-masing
kemampuan antara ilmu pengetahuan siswa. Intrapersonal skill ditunjukkan
yang diterapkan di sekolah dengan untuk menggali hal-hal yang sifatnya
kebutuhan industri. Proses penerapan personal secara mendalam. Kemampuan
program pembelaajaran teaching seseorang untuk mengatur dirinya
factory (TEFA) merupakan suatu hal dalam pengembangan kerja secara
yang menggabungkan antara konsep optimal dengan memanajemen waktu,
pembelajaran berbisnis dan pendidikaan perubahan, dan berfikir kreatif
kejuruan yang sesuai dengan (Sulianta, 2018).
kompetensi keahlian (Kuswantoro, Faktor lain yang mendukung
2014). pengembangan soft skill di dalam kelas
Pelaksanaan model pembelajaran diantaranya yaitu motivasi adalah
teaching factory (TEFA) di SMK Model sebuah kekuatan penggerak dari
PGRI 1 Mejayan memperoleh manfaat seseorang yang dijadikan suatu
di dalamnya yaitu untuk meningkatkan pendorong untuk melakukan kegiatan
efisiensi dan efektifitas pengantar sebagai tujuannya. Motivasi dapat
kemampuan hard skill dan soft skill diartikan bahwa motivasi sebagai
peserta didik. Meningkatkan kolaborasi susunan yang mengarahkan sebuah
Penerapan jiwa enterpreneurship bagi keberhasilan dan melawan kegagalan.
guru dan peserta didik meningkatkan Selain itu ada beberapa sumber motivasi
sifat kemandirian dan percaya diri yang dirancang dari dorongan yang
peserta didik melalui kegiatan produksi berasal dari diri sendiri maupun dari
dan untuk mengasah mental masing- orang lain. Motivasi yang dirancang
masing siswa dalam kegiatan promosi dari dukungan orang lain lebih dominan
setelah melakukan kegiatan produksi pada perkembangan sikap kesehatan
(Kusuma, 2017). mentalnya baik secara lahir atau batin
Didalam soft skill digolongkan dua (Majid, 2014).
kategori yang berkaitan dengan Acuan yang dijadikan siswa
kompetensi seseorang dalam untuk termotivasi ada banyak
28 |JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.7. No.2 (2019) 26-33
p-ISSN 2337-4721

macamnya, dan acuan tersebut dapat menyimpulkan semua informasi yang


mempengaruhi sebuah dorongan didapat dan disesuaikan dengan keadaan
motivasi untuk siswa belajar yaitu sesungguhnya saat dokumentasi dalam
pengaruh lingkungan rumah yang bisa triangulasi teknik yang ada dilapangan
memunculkan sebuah sikap belajar serta disesuaikan dengan teori yang ada
sejak kecil. Pengenalan jati diri dan teori pendukungnya.
merupakan salah satu cara melatih Teknis analisis data diperoleh dari
mental untuk lebih percaya diri, dan reduksi data yaitu untuk meresume dan
lebih menghargai diri sendiri. Sifat memilih pokok permasalahan yang
masing-masing dari siswa dapat dinilai cocok dengan penelitian, setelah itu data
dari kesabarannya dan komitmennya. yang telah dipilih akan membantu
Motivasi dalam berbagai bentuk yang peneliti untuk menemukan pokok
dimiliki oleh siswa ketika dikelas, permasalahan secara detail serta
muncul atau tidak nya sebuah motivasi membantu peneliti untuk mendapatkan
dapat dirubah dari yang buruk menuju data berikutnya.
yang lebih baik. Misalnya, sikap guru Penyajian data yang diperoleh
untuk menghilangkan rasa curiga dan dapat dijabarkan dengan struktur uraian
menaruh rasa percaya kepada siswa, atau bagan yang singkat dan jelas,
maka dapat mempengaruhi dan selanjutnya kesimpulan yaitu untuk
memunculkan motivasi siswa. menjawab rumusan masalah dan
Setiap pendidik diharapkan dapat menjawab pokok permasalahan serta
memahami berbagai macam strategi menjawab penjabaran data yang
dalam memotivasi siswa. Dengan diperoleh oleh peneliti. Kesimpulan
demikian siswa akan mudah memahami pada penelitian ini berupa deskripsi atau
dan termotivasi jika sesuai dengan gambaran tentang peningkatan hard
keinginan dalam pembelajaran. skill dan soft skill melalui program
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik teaching factory (TEFA) yang ada di
diharapkan tetap memberikan motivasi SMK Model PGRI 1 Mejayan.
untuk meningkatkan soft skill siswa.
PEMBAHASAN DAN HASIL
METODE PENELITIAN PENELITIAN
Metode penelitian yang Pembelajaran melalui program
digunakan dalam penelitian ini yaitu teaching factory (TEFA) ialah suatu
dengan menggunakan pendekatan program unggulan di SMK Model PGRI
kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. 1 Mejayan. Berdasarkan pelatihan di
Metode pengumpulan data primer berbagai pengembangan teaching
diperoleh berupa wawancara kepada factory (TEFA), SMK Model PGRI 1
staf kurikulum, guru mata pelajaran, Mejayan mampu membuat usaha yang
dan kepala sekolah dengan relevan dan sesuai dengan masing-
menggunakan alat perekam suara untuk masing keahlian siswa. Beberapa bulan
menghasilkan data penelitian dan data yang lalu SMK Model PGRI 1 Mejayan
sekunder berupa dokumen-dokumen, mendapatkan tamu magang dari
seperti hasil keaktifan siswa di dalam PT.INKA yang membuat kursi kereta
kelas, hasil skor reward di dalam kelas api yang di ekspor ke Banglades dan
maupun diluar kelas. Di dalam masih banyak program-program lain
pengumpulan data sekaligus menguji yang bertujuan sama yaitu untuk
melakukan perbandingan wawancara melatih siswa menjadi pribadi yang
dengan triangulasi sumber, mandiri dan menghasilkan suatu hard
29 |JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.7. No.2 (2019) 26-33
p-ISSN 2337-4721

skill dan soft skill yang seimbang. terlibat, dengan tujuan yang sudah
Sarana dan prasarana di SMK dapat ditentukan dan dapat dilaksanakan.
digunakan dalam menunjang kegiatan Guru mempunyai tekad yang kuat serta
belajar mengajar (KBM) dan tanggung jawab yang besar
mendongkrak hard skill dan soft skill didalamnya.selain menjadi guru, guru
siswa dengan baik. Dengan demikian juga sebagai konsultan, assesor dan
akan memudahkan SMK Model PGRI 1 fasilitas serta bertanggung jawab baik
Mejayan menuju program Internasional moral atau moril terhadap siswanya
Industry Class. untuk menyampaikan ilmu yang
Program teaching factory (TEFA) berkualitas untuk siswa.
di SMK Model PGRI 1 Mejayan Selanjutnya, elemen teaching
memiliki standart keahlian yang factory (TEFA) adalah suatu rancangan
digunakan dalam pelaksanaan program tingkat belajar yang sesuai dengan
teaching factory (TEFA) serta kenyataan. Susunan terpenting dalam
dibutuhkan di dalam dunia industri. Di teaching factory (TEFA) diantaranya
dalam suatu pengembangan program adalah standar manajemen, standart
teaching factory (TEFA) siswa kurikulum, standart kemahiran siswa,
diharapkan ketika praktik, siswa alat peraga belajar, sarana dan
langsung terjun di program teaching prasarana, pendidik, penilaian prestasi
factory (TEFA) tersebut maka dilakukan belajar. Standart kemahiran SMK
sebuah penggolongan siswa sesuai Model PGRI 1 Mejayan yang
dengan kualitas akademis dan bakat ditingkatkan dalam teaching factory
atau minat. Maka, siswa memiliki (TEFA) adalah kemahiran-kemahiran
kualitas yang seimbang dan meningkat yang dipelukan dalam dunia bisnis
antara hard skill dan soft skill . industri. Dengan pengajaran yang
Penerapan program teaching berbasis kompetensi pada industri,
factory (TEFA) di SMK Model PGRI 1 dengan harapan siswa mampu untuk
Mejayan yaitu melakukan pembentukan menghadapi konsekuensi kebutuhan
manajemen dengan konsep organisasi apapun di dalam dunia industri.
manajemen produksi yang berskala Keahlian tersebut diakibatkan dari
kecil dan berada di kelas sesuai dengan timbal balik dalam menghadapi problem
konsep organisasi yang ada pada industri. Penggolongan siswa teaching
perusahaan. Peran siswa ada beberapa factory (TEFA) berdasarkan kualitas
tugas di dalamnya yaitu siswa yang akademis dan bakat atau minat.
diberi tugas masing-masing keahliannya Program teaching factory (TEFA)
dan diletakkan di bagian manajemen, merupakan suatu konsep pembelajaran
pemasaran, administrasi, dan bagian dan mengandung beberapa elemen
produksi. penting diantaranya memiliki standart
Faktor guru adalah dimana kemahiran yang digunakan dalam
seseorang yang mengetahui suasana di perencanaan program teaching factory
dalam ruangan kelas dan merupakan (TEFA) yang diinginkan di dalam dunia
sebuah sumber pengelola dikelas saat industri (Kuswantoro, 2014). Dengan
proses belajar, maka guru yang demikian siswa di SMK Model PGRI 1
mengetahui bagaimana dan tindakan Mejayan diharapkan siap untuk
apa saja yang perlu ditindak lanjuti. menghadapi tuntutan di dalam dunia
Teaching Factory (TEFA) memerlukan industry, penggolongan siswa melalui
ketelitian yang bagus dan cukup dari kualitas akademis dan bakat atau minat,
guru ataupun orang-orang sekitar yang sehingga siswa memiliki kualitas yang
30 |JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.7. No.2 (2019) 26-33
p-ISSN 2337-4721

seimbang antara pelatihan dengan siswa sudah dibekali dari awal masuk di
keterampilan berfikir. Setiap orang SMK. Siswa sudah diarahkan menuju
memilikinya dan diterapkan baik di kemandirian yang bertujuan untuk
dunia kerja, dirumah, maupun di melatih berkomunikasi atau berinteraksi
lingkungan sekolah. Dengan dengan baik dengan orang-orang
mempunyai sebuah keterampilan sekitar. Penerapan bahasa asing sangat
berfikir , siswa akan mendapatkan diperlukan karena program kerjasama
modal untuk bisa mencari sebuah solusi dengan jepang setiap tahunnya berjalan
yang pernah dialami di kehidupannya. dan bertujuan untuk mengurangi angka
Manajemen sekolah yang pengangguran siswa setelah lulus
diterapkan di SMK Model PGRI 1 Dalam pembelajaran tersebut
Mejayan ialah konsep penerapan kecerdasan intelektual menjadi faktor
teaching factory (TEFA) yang keberhasilan akademik seseorang.
terpenting, karena manajemen tersebut Pembelajaran hard skill pada umumnya
sebagai penggerak kinerja institusi. menekankan pada aspek kognitif dan
Program perekrutan kerja sekolah psikomotorik.
mencakup 3 aspek yaitu penerapan Dengan demikian pola pembelajaran
ekstrakurikuler disesuaikan dengan hard skills tersebut dilaksnakan dalam
SDM siswa. Penerapan bisnis bersifat keadaan yang bertahap ( continues
menyeluruh dan berjalan dengan process), sehingga hasil akhir yang
seimbang yang bertujuan untuk diterapkan ada tiga tahap yaitu sebelum,
mensejahterakan sekolah. Konsep selama dan sesudah pembelajaran atau
penerapan sekolah harus meliputi measure ongoing performance. Model
kebutuhan atau wadah di sekolah serta evaluasi di SMK Model PGRI 1
penerapannya dapat dijangkau dengan Mejayan ini bertujuan untuk
tujuan untuk meningkatkan dan mendapatkan informasi secara bertahap
memajukan bisnis di sekolah. tentang peningkatan siswa dari sisi
Manajemen sekolah yang kognitif dan skill.
dibentuk di SMK Model PGRI 1 Ada berbagai hal yang harus
Mejayan yaitu pembentukan karakter diperhatikan dalam keseimbangan hard
dimulai sejak kelas X sampai dengan skill dan soft skill siswa yaitu harus
kelas XII yang bertujuan untuk adanya komunikasi yang baik antara
meningkatkan hard skill siswa.Setiap guru dan siswa, mendidik siswa dengan
tahunnya pembentukan karakter tetap pendidikan karakter yang baik,
berjalan yang bertujuan untuk melatih mengkondusifkan ruangan kelas untuk
siswa mengenali dan memahami mencegah hal-hal yang membuat siswa
karakter masing-masing. Dengan menjadi down ketika KBM, guru harus
demikian jika siswa diterjunkan di selalu menghargai pendapat siswa
dunia industri atau di dunia bisnis siswa karena dengan hal tersebut potensi
sudah dibekali dengan karakter yang siswa untuk aktif di kelas akan terus
cukup matang dan bagus. muncul dengan sendirinya.
Penerapan bahasa asing yang Program teaching factory
diterapkan sejak kelas X hingga kelas (TEFA) yang dijalankan di SMK Model
XII bertujuan untuk mengembangkan PGRI 1 Mejayan sebagai upaya untuk
soft skill siswa dalam berkomunikasi menunjang hard skill dan soft skill
dengan baik terhadap guru maupun siswa. Program ini dapat mengurangi
terhadap sesama siswa. Dengan angka pengangguran siswa jika setelah
demikian mental dan rasa percaya diri lulus nanti. Siswa di SMK Model PGRI
31 |JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.7. No.2 (2019) 26-33
p-ISSN 2337-4721

1 Mejayan di didik dan dibekali ilmu baik dengan orang-orang sekitar.


yang cukup baik dan maksimal, Melatih mental dan rasa percaya diri
pembekalan pendidikan karakter setiap siswa yang sudah dibekali dari awal
tahunnya dengan tujuan setelah lulus masuk di SMK, melatih siswa untuk
sekolah, siswa dapat membuka cepat dan tanggap dalam melaksanakan
lapangan pekerjaan sendiri dan terbiasa tugas-tugas praktik dan teori,
di dunia bisnis tanpa adanya rasa ragu diharapkan siswa akan terbiasa apabila
untuk terjun langsung di dunia bisnis diterjunkan langsung di dunia kerja.
yang berbasis industri. Keterbatasan dari penelitian ini
adalah kurangnya merekap data alumni
KESIMPULAN DAN SARAN siswa yang sudah bekerja secara
Berdasarkan hasil penelitian, maka keseluruhan, karena keterbatasan waktu
dapat disimpulkan bahwa manajemen yang sudah ditentukan oleh pihak
sekolah di SMK Model PGRI 1 Mejayan kampus. Saran untuk peneliti
menjalankan program teaching factory selanjutnya adalah lebih
(TEFA) untuk meningkatkan hard skill mengembangkan program lain yang
dan soft skill siswa sudah berjalan sesuai diterapkan di SMK Model PGRI 1
tujuan yang sudah ditetapkan. Program Mejayan secara global dengan konsep
teaching factory (TEFA) dapat yang sama yaitu dengan
meningkatkan dan mengurangi angka mengembangkan potensi siswa baik
pengangguran siswa jika setelah lulus secara teori maupun praktik.
nanti. Memperbaiki hal-hal yang dirasa belum
Siswa di SMK Model PGRI 1 cocok di dalam pengembangan program
Mejayan di didik dan dibekali ilmu yang diterapkan di sekolah.
yang cukup baik dan maksimal karena
diharapkan setelah lulus sekolah, siswa DAFTAR PUSTAKA
dapat membuka lapangan pekerjaan Afriani, R., & Setiyani, R. 2015.
sendiri dan terbiasa di dunia bisnis Pengaruh Persepsi Siswa tentang
tanpa adanya rasa ragu untuk terjun Kompetensi Kejuruan,
langsung di dunia bisnis yang berbasis Penguasaan Soft Skill, dan
industri. Dalam peningkatan hard skill Kematangan Karir terhadap
siswa, sekolah menerapkan program Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII
pendidikan karakter siswa seperti Akuntansi SMK Negeri 2
pengembangan ekstrakurikuler, dan Magelang Tahun Ajaran
program LDK (Latihan Dasar 2014/2015. Economic Education
Kepemimpinan) yang dibina oleh Analysis Journal, 4(2), 453–468.
sekelompok tentara 501 setiap tahunnya Fajaryati, N. 2012. Evaluasi
yang dibekali cukup matang dan bagus. Pelaksanaan Teaching Factory
Selain itu juga, sekolah melakukan SMK Di Surakarta. Jurnal
sebuah tes ketika ada program Pendidikan Vokasi, 2(3), 325–
rekrutmen kerja masing-masing jurusan, 337.
mengembangan dan memperhatikan Fitrihana, N. 2017. Model Bisnis
SDM yang ada, serta meningkatkan Kanvas untuk Mengembangkan
hasil belajar siswa. Peningkatan soft Teaching Factory Di SMK Tata
skill siswa dapat diukur melalui siswa Busana Guna Mendukung
yang diarahkan menuju kemandirian Tumbuhnya Industri Kreatif.
yang bertujuan untuk melatih Jurnal Taman Vokasi, 5(2), 212–
berkomunikasi atau berinteraksi dengan 218.
32 |JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro
e-ISSN 2442-9449 Vol.7. No.2 (2019) 26-33
p-ISSN 2337-4721

Kurniawan, R. 2014. Pengaruh


Penerapan Model Pembelajaran
Teaching Factory 6 Langkah (TF-
6M) dan Prestasi Belajar
Kewirausahaan terhadap Minat
Wirausaha. INVOTEX, X(1), 57–
66.
Kusuma. 2017. Panduan Teknis
Teaching Factory. Bonn and
Eschborn: Deutsche Gesellschaft
fur Internationale
Zusammenarbeit (GIZ) GmbH.
Kuswantoro, A. 2014. Teaching
Factory: Rencana dan Nilai
Entrepreneurship. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Majid, A. 2014. Strategi
Pembelajaran. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
Sulianta, F. 2018. Panduan Lengkap
Pengembangan Softskill
Interpersonal dan Intrapersonal
Skill. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Suryanto, D., Kamdi, W., & Sutrisno.
2013. Relevansi Soft Skill yang
Dibutuhkan Dunia Usaha/Industri
dengan yang Dibelajarkan Di
Sekolah Menengah Kejuruan.
Teknologi Dan Kejuruan, 36(2),
107–118.
Wijaya, M. B. R. 2013. Model
Pengelolaan Teaching Factory
Sekolah Menengah Kejuruan.
Jurnal Penelitian Pendidikan,
30(2), 125–132.

33 |JURNAL PROMOSI
Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro

Anda mungkin juga menyukai