Anda di halaman 1dari 14

Makalah

“ABC System”

Oleh:

Kelompok5

WiwinPutriani (B1C119173)
AlmaAprilla.R (B1C119183)
DebyWahyuniBuburanda (B1C119193)

JURUSANAKUNTANSI

FAKULTASEKONOMIDANBISNIS

UNIVERSITASHALUOLEO

KENDARI

2021
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Activity Based Costing

Menurut Hongren (2005) ABC (Activity Based Costing) didefinisikan


sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan
aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar
pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan
dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak
langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut.

Menurut Amin Wijaya Tunggal (2009:2) Activity-Based Costing adalah:


“Metode costing yang mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk
memberikan informasi biaya kepada para manajer untuk pembuatan keputusan
stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap”.

Sedangkan Activity Based Costing menurut Hansen and Mowen (1999:


321) adalah suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke
aktivitas kemudian ke pr Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009:25)
Activity-Based Costing adalah: “Metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas
berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya dan membebankan biaya pada
objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian
aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terikat
dengan proses dan objek biaya”.

Menurut William K. Carter dan Milton F. Usry (2004:496) Activity-Based


Costing adalah: “Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan
biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar
yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume
(non-volume-related factor)”.
Pengertian ABC (Activity Based Cost) sistem dalam Mulyadi (2003:25)
merupakan: “sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang
aktivitas untuk memungkinkan personil perusahaan melakukan pengelolaan
terhadap aktivitas”.

Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000: 292) adalah
“Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer
untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.”

Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam


akuntansi manajemen yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam
organisasi yang dapat diterapkan untuk menghitung biaya produk dengan lebih
akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas
tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan biaya. Biaya
produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke
sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan. Hal ini menghasilkan perhitungan
biaya produk yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan
konsep tradisional. ABC baik untuk diterapkan di perusahaan yang memproduksi
lebih dari satu jenis produk dan memiliki komponen biaya tidak langsung yang
signifikan.

Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi


yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi
dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari
aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk
berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang
produk yang bersangkutan.

Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan


informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam
berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong
oleh:
Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost
effective

Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya


overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.

B. Tujuan Activity Based Costing

Tujuan Activity Based Costing adalah untuk menglokasikan biaya ke


transaksi dari aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dan kemudian
mengalokasikan biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian
aktivitas setiap produk. Full costing dan variable costing (konvensional)
menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada fase produk saja, sedangkan
untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk
pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :

1. Fase design dan pengembangan produk

 Biaya design (design expenses)

 Biaya pengujian (testing expenses)

2. Fase produksi

 Unit level activity cost

 Batch level activity cost

 Product sustaining activity cost

 Facility sustaining activity cost

3. Fase dukungan logistic

 Biaya iklan (advertising expenses)

 Biaya distribusi (distribution expenses)


 Biaya garansi produk (product guarantee expenses)

C. Klasifikasi Activity Based Costing

Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya


produksi yang tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja
langsung. Apabila suatu perusahaan juga memiliki departemen-departemen lain
selain departemen produksi maka semua biaya yang terjadi di departemen
pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya) dikategorikan sebagai biaya
overhead pabrik.

Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari biaya-biaya yang harus


dikeluarkan untuk pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung,
pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan
yang diperdalam ABC, proses identifikasi aktivitas merupakan salah satu bagian
yang penting dari tahapan tahapan pembebanan biaya overhead pabrik. Tahap
pertama pada identifikasi aktivitas, aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam 4
kategori aktivitas, yaitu :

1. Unit Level Activities (tingkat unit)

Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan sekali untuk setiap unit sehingga
biaya produk yang berhubungan dengan aktivitas yang dibebankan berdasarkan
jumlah unit yang diproduksi. Misalnya : jam tenaga kerja langsung. Semakin
banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin banyak juga tenaga kerja
langsung dibutuhkan.

2. Bacth Level Activity (tingkat bacth)

Yaitu berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi
sejumlah order tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch
sehingga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan
berdasarkan jumlah batch yang diproduksi misalnya : biaya set-up mesin.
Semakin banyak unit yang diproduksi tidak mempengaruhi biaya pada aktivitas
set-up, tetapi semakin sering set-up dilakukan maka semakin besar pula biaya set-
up mesin.

3. Product Sustaining Activities

Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi


suatu produk, pemeliharaan produk, pengembangan produkdan inovasi
produk.Beban biaya yang terjadi pada aktivitas ini dapat ditelusuri pada setiap
jenis produk yang dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsumsi tidak
tergantung pada jumlah unit ataupun batch dari produk yang dihasilkan
perusahaan. Semakin banyak jenis produk yang dihasilkan maka semakin sering
aktivitas ini dilakukan sehingga semakin besar biaya yang dibutuhkannya.

4. Facility Sustaining Activities.

Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi


perusahaan, seperti pemasaran, sumber daya manusia, pengembangan sistem,
pemeliharaan fasilitas dan lain-lain. Tetapi aktivitas ini tidak berhubungan dengan
jumlah produk, batch maupun jenis produk.

Sedangkan pada saat melakukan pembebanan biaya dari tiap kelompok tersebut,
biaya yang muncul tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kelompok aktivitasnya,
sehingga dalam membebankan biaya sistem ABC dapat digambarkan dengan dua
tahapan, yaitu :

Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi keinginan customer mengkonsumsi


sumber daya dalam sejumlah uang tertentu.

Biaya setiap sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas harus dibebankan
objek biaya atas dasar unit aktivitas yang dikonsumsi oleh objek biaya itu sendiri
bukan dalam proses produksi.

D. Tahap-tahap Activity Based Costing

Menurut Blocher dkk. (2000 : 123-126) tahap perancangan ABC dibagi dalam
tiga tahap yaitu :
1. Mengidentifikasikan Biaya Sumber Daya dan Aktivitas

Tahap pertama dalam merancang sistem ABC adalah mengidentifikasikan biaya


sumber daya dan melakukan analisis aktivitas. Biaya sumber daya adalah biaya
yang dikeluarkan untuk melakukan berbagai aktivitas. Sebagian besar biaya
sumber daya ada dalam subrekening buku besar, seperti bahan, supplies,
pembelian, penanganan bahan, pergudangan, ruang kantor, mebel, dan peralatan
lain, bangunan, peralatan pabrik, utilitas gaji, dan tunjangan, teknik dan akuntansi.

Analisis aktivitas adalah identifikasi dan deskripsi pekerjaan (aktivitas) dalam


organisasi. Analisis aktivitas meliputi pengumpulan data dari dokumen dan
catatan yang ada, dan penelitian/survei dengan menggunakan daftar pertanyaan,
observasi, dan wawancara secara terus-menerus terhadap orang-orang kunci.
Anggota tim proyek ABC biasanya menanyakan hal-hal ini kepada karyawan atau
manajer kunci :

a. Apa pekerjaan/aktivitas yang Anda lakukan?

b. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?

c. Apa sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut?

d. Nilai apa yang dimiliki oleh aktivitas tersebut bagi perusahaan?

Tim proyek ABC juga mengumpulkan data aktivitas dengan cara melakukan
observasi dan membuat daftar aktivitas/pekerjaan yang dilakukan.

Proses pemanufakturan mempunyai empat kategori aktivitas:

a. Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dilakukan untuk


memproduksi setiap satu unit produk. Contoh aktivitas berlevel unit
(berdasarkan volume atau unit) adalah pemakaian bahan, pemakaian jam
kerja langsung, memasukkan komponen, inspeksi setiap unit, dan aktivitas
menjalankan mesin.
b. Aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang dilakukan untuk setiap batch
atau kelompok produk. Aktivitas berlevel batch dilakukan setiap satu
batch ingin diproduksi. Contoh aktivitas berlevel batch adalah setup,
mesin, pemesanan pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi untuk setiap
batch dan penanganan bahan.

c. Aktivitas untuk mendukung produk. Adalah aktivitas yang dilakukan


untuk mendukung produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas untuk
mendukung produk adalah merancang produk, administrasi suku cadang,
penerbitan formulir pesanan untuk mengubah teknik rekayasa dan
ekspedisi.

d. Aktivitas untuk mendukung fasilitas. Adalah aktivitas yang dilakukan


untuk mendukung produksi secara umum. Contoh aktivitas ini adalah
keamanan, keselamatan kerja, pemeliharaan, manajemen pabrik, depresiasi
pabrik dan pembayaran pajak properti.

2. Membebankan Biaya Sumber Daya ke Aktivitas

Aktivitas menimbulkan biaya sumber daya. Driver sumber daya


(Resources driver) digunakan untuk membebankan biaya sumber daya ke
aktivitas. Kriteria penting untuk memilih cost driver yang baik adalah hubungan
sebab akibat. Driver sumber daya biasanya meliputi:

a. meter untuk utilitas

b. jumlah tenaga kerja untuk aktivitas yang berkaitan dengan penggajian

c. jumlah setup untuk aktivitas setup mesin

d. jumlah pemindahan untuk aktivitas penanganan bahan

e. jam mesin untuk aktivitas menjalankan mesin dan

f. luas lantai untuk aktivitas kebersihan.


3. Membebankan Biaya ke Objek Biaya

Jika aktivitas sudah diketahui, selanjutnya perlu untuk mengukur biaya


aktivitas per unit. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur biaya per unit untuk
output yang diproduksi oleh aktivitas tersebut. Perbandingan selama beberapa
waktu dengan organisasi lain dapat digunakan untuk menentukan efisiensi
(produktivitas) untuk aktivitas-aktivitas tersebut.

Output merupakan objek biaya yang membutuhkan aktivitas, output untuk


sebuah sistem biaya, biasanya berupa produk, jasa, pelanggan, proyek, atau unit
bisnis. Contohnya, dalam perusahaan asuransi, output dapat berupa produk atau
jasa individual yang ditawarkan kepada pelanggan, pelanggan, agen asuransi atau
divisi yang menerima manfaat dari sumber daya perusahaan.

Driver aktivitas digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke objek


biaya. Driver aktivitas biasanya berupa jumlah pesanan pembelian, jumlah laporan
penerimaan barang, jumlah laporan, atau jam inspeksi, jumlah suku cadang yang
disimpan, jumlah pembayaran, jam kerja langsung, jam mesin, jumlah setup dan
waktu siklus produksi.

E. Manfaat Activity Based Costing

Manfaat dari sistem ABC adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik.

2. Pembuatan keputusan yang lebih baik.

3. Perbaikan proses (process improvement).

4. Estimasi biaya.

5. Penentuan biaya kapasitas tak terpakai.

Activity Based Costing sistem menurut Mulyadi (2003:94) mempunyai berbagai


manfaat berikut ini:
 Menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer.

 Menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis


aktivitas (activity-based budget).

 Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana


pengurangan biaya.

 Menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan.

F. Keunggulan Sistem Activity Based Costing

Nurhayati (2004) menjelaskan beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity


based Costing (ABC) dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:

a. Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur


teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang
signifikan dari total biaya.

b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang


modern, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.
Analisis system biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua
aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.

c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya


(activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang mengkonsumsi
aktivitas.

d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya
dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas yang
tidak menambah nilai terhadap produk.

e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang


modem dengan menggunakan banyak pemicu biaya (multiple Cost Drivers),
banyak dari pemicu biaya tersebut adalah berbasis transaksi (transaction-
based) dari pada berbasis volume produk.

f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari
biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang
relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.

g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses,


pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk. Sistem
ABC ini akan menghilangkan aktivitas-aktivitas dan waktu yang tidak
memiliki nilai tambah pada proses pembuatan suatu produk. Waktu yang
tidak bernilai tambah tersebut adalah waktu pindah, waktu inspeksi, dan
waktu tunggu.

G. Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional


kepada manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit
ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang
mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan
menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang
menimbulkan biaya.

Sistem biaya tradisional memang memeperhatikan biaya total perusahaan,


akan tetapi mereka mengabaikan “below the line expenses”, seperti penjualan,
distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak
dibebankan kepasar, pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk yang
berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh
sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini diperlakukan secara sama dengan
mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan
jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain dan sebenarnya
beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22).
Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai
dirasakan tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan
karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat
dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:

a. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan


harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan
informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam
persaingan global.

b. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan


pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk
mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai
tambah.

c. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya


karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal
misalnya volume produk atau jam kerja langsung.

d. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang


terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan
konflik dengan keunggulan perusahaan.

e. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak


langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab
tunggal misalnya volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju
cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh
berbagai macam aktivitas.

f. Sistem akuntansi biayaa tradisional menggolongkan suatu perusahaan


kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan
kinerja jangka pendek.
g. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan
selisih biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu dengan menggunakan
standar.

h. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alatalat dan


teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada
lingkungan teknologi maju.

i. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup


produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional
terhadap biaya aktivitas-aktivitas

j. perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biay-biaya tersebut


diperlakukan sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi
harga pokok daur hidup produk.

H. Pengertian Activity Based Management System

Manajemen berdasarkan aktivitas (Activity-Based Management) merupakan


suatu konsep yang mengarahkan perhatian pada konsumsi sumber daya terhadap
aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga untuk dapat mengetahui
bagaimana suatu perusahaan menggunakan sumber dayanya, maka terlebih dahulu
haruslah dipahami mengenai aktivitas-aktivitas apa sajakah yang telah terjadi di
dalam perusahaan tersebut. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang
telah mengkonsumsi sumber daya melalui pengidentifikasian pemicu biayanya,
dimana biaya-biaya ini timbul karena dilaksanakannya aktivitas-aktivitas tersebut.

Pengertian dan pemahaman yang baik mengenai berbagai aktivitas yang


telah dilaksanakan, akan dapat memberikan pandangan yang baik tentang
bagaimana menggunakan, mengelola, dan mengendalikan sumber daya
perusahaan, dan dapat pula digunakan untuk mengetahui peluang yang ada untuk
meningkatkan kinerja perusahaan serta memberi pedoman yang baik untuk
menilai kinerja tersebut dalam rangka untuk mendukung perbaikan
berkesinambungan (continous improvement).
Activity based management (manajemen berdasarkan aktivitas) merupakan
pendekatan yang terintegrasi yang memfokuskan perhatian manajemen pada
aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan
(customer value) dan meningkatkan laba perusahaan melalui penyediaan nilai
pelanggan tersebut dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari activity-
based costing system, dimana antara ABM dengan ABC saling berkaitan satu
sama lain.

Daftar Pustaka

http://sarjana-manajemen.blogspot.com/2017/06/actuvity-based costing.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai