Anda di halaman 1dari 3

PEMBERONTAKAN PKI MADIUN

ADE LUQMAN SURYADI


XII IPS 4
SMA NEGERI 3 JOMBANG

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun setelah merdeka Indonesia mengalami
berbagai kesulitan mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Salah satunya pada masa awal
kmerdekaan Indonesia mengalami berbagai ancaman baik dari luar negri maupun dalam negri. Seperi
angresi militer yang dilakukan oleh belanda dan berbagai pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat
Indonesia sendiri yng sangat merugikan bagi negara yang baru merdeka ini. Salah stunya yaitu
pemberontakan PKI madiun 1948 yang di lakukan oleh FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang di pimpin
oleh Amir Syarifudin dan Muso dari Komunis Uni Soviet.
Pemberontakan ini di mulai dengan danya perjanjian renville yabg di anggap merugikan bagi
bangsa Indonesia namun menguntungkan bagi Belanda. Akibar tersebut banyak rakyat menyalahkan amir
syarifudin yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri. Kemuan Masyumi dan PNI dua partai besar
pendukung Kabinet Amir Sjarifuddin menarik menteri-menterinya dari kabinet. Dan mengakibatkan
kegoyahan pada cabinet tersebut. selanjutnya Amir mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno
yang segera menunjuk Mohammad Hatta, wakilnya, untuk membentuk kabinet baru.
Pada 26 Februari 1948 Amir Sjarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang
merupakan gabungan dari Partai Sosialis (PS), Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), Partai Buruh, Partai
Komunis Indonesia (PKI), Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI), dan Barisan Tani
Indonesia (BTI). FDR menuntut Kabinet Hatta untuk dibubarkan dan diganti dengan kabinet parlementer,
Perjanjian Renville dibatalkan, menghentikan semua perundingan antara Indonesia-Belanda, dan
nasionalisasi semua perusahaan Belanda/asing.
Musso yang pada 10 Agustus baru datang ke Indonesia dari Soviet, mengajak FDR untuk bangkit
bersama PKI. Selanjutnya, Musso menggelar rapat raksasa di Yogya. Di sini dia melontarkan pentingnya
kabinet presidensial diganti jadi kabinet front persatuan. Musso juga menyerukan kerja sama
internasional, terutama dengan Uni Soviet, untuk mematahkan blokade Belanda. Gerakan ini didukung
oleh barisan kelompok kiri dan berencana menguasai daerah-daerah yang dianggap strategis di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, yaitu Solo, Madiun, Kediri, Jombang, Bojonegoro, Cepu, Purwodadi, serta
Wonosobo, dengan berbagai cara.
Muso dan Amir menggoyahkan kepercayaan masyarakat dengan menghasut dan membuat semua
golongan menjadi bermusuhan dan mencurigai satu sama lain. Kemudian berbagai gerakan dilakukan
mulai dengan adanya penculikan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dapat menjadi penghalang,
salah satunya ialah dr. Muwardi tokoh militer dari Barisan Banteng yang anti terhadap FDR yang di tuduh
dan diculik. Dan mengakibatkan pecahnya pertempuran di Solo antara Barisan Banteng dengan pasukan
FDR.
Kemudian Presiden Soekarno menyatakan bahwa daerah Solo dalam keadaan bahaya. Untuk
memulihkan keamanan Kolonel Gatot Subroto diangkat menjadi Gubernur Militer Surakarta, Madiun,
Semarang, dan daerah sekitarnya. Gatot Subroto memerintahkan untuk menghentikan peperangan di Solo,
namun upaya tersebut tidak efektif sehingga membuat pasukan Siliwangi dan pasukan FDR tetap
bertempur.
Kemudian FDR justru semakin bergerilya. salah seorang pemimpin Pesindo bernama
Soemarsono, mengumumkan pengambilalihan kekuasaan oleh FDR di Madiun. Dan Presiden Soekarno
juga menyampaikan pidatonya di radio yang isinya “Ikut Musso dengan PKI-nya yang akan membawa
bangkrutnya cita-cita Indonesia merdeka, atau ikut Soekarno-Hatta yang insya Allah dengan bantuan
Tuhan akan memimpin Negara RI yang merdeka, tidak dijajah oleh negara mana pun.” Seruan Soekarno
kemudian dijawab oleh Musso juga lewat radio yang mengatakan, “Soekarno-Hatta budak-budak Jepang
dan Amerika … Musso selamanya menghamba rakyat Indonesia.”
PKI/FDR pimpinan Musso menguasai Madiun dan mendeklarasikan "Republik Soviet Indonesia".
Di Pati, Jawa Tengah, diproklamirkan pula hal serupa.
Siasat Militer menyatakan bahwa Madiun harus direbut secepatnya dan menumpas segala bentuk
pemberontakan PKI. Operasi militer yang akan dijalankan menetapkan tiga sasaran yang harus direbut
yakni Purwodadi, Pacitan, dan Madiun yang merupakan sasaran utama. Panglima Besar Jenderal
Soedirman di Balai Kota Solo menyampaikan amanahnya kepada pasukan Siliwangi yang akan merebut
Madiun. Dukungan moral ini juga mengubah sikap masyarakat yang saat itu banyak mengumpat terhadap
FDR.
Djoko Sujono salah satu perwakilan militer yang mendukung PKI mengundang para perwira TNI
untuk melakukan pertemuan di Balai Kota Madiun. Namun, Jenderal Soedirman menolak undangan
tersebut karena mendakwa Djoko Sujono dan beberapa perwira TNI yang mendukung PKI telah
melakukan pengkhianatan.Sejumlah pasukan Siliwangi yang melakukan operasi memenangkan
pertempuran, sehingga wilayah yang dikuasai PKI dapat direbut kembali. Terjadi penangkapan terhadap
tokoh-tokoh PKI setempat dan para tawanan berhasil dibebaskan. Pasukan Siliwangi semakin mendekat
ke Madiun sebagai sasaran utama yang akan direbut. Operasi militer Siliwangi memberikan hasil bagus
sehingga membuat PKI di Madiun semakin terdesak posisinya.
Kemudian FDR dapat mundur dan dilakukannya pengejaran terhadap tokoh atau dalang dari
pemberontakan tersebut, seperti terbunuhnya Musso yang melarikan diri ke Sumoroto, sebelah barat
Ponorogo. Dalam peristiwa itu, Musso berhasil ditembak mati. Pasukan PKI semakin terjepit setelah
Musso pimpinannya tertembak mati. Sisa-sisa pasukan PKI ditangkap oleh pasukan Batalyon Kemal Idris
di daerah Babalan, Purwodadi. Sedangkan Amir Sjarifuddin dan tokoh-tokoh kiri lainnya berhasil
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Amir sendiri tertangkap di daerah Grobogan, Jawa Tengah.
Sementara sebagian besar pasukan TNI di Jawa Timur berkonsentrasi menghadapi Belanda,
namun dengan menggunakan 2 brigade dari cadangan Divisi 3 Siliwangi serta kesatuan-kesatuan lainnya
yang mendukung Republik, semua kekuatan pembetontak akhirnya dapat dimusnahkan
Akibat peristiwa tersebutlah Berpuluh-puluh guru agama, pemimpin-pemimpin rakyat, pegawai
negeri dan guru-guru telah dibunuh atau ditangkap di Madiun oleh kaum Komunis. Mereka itu termasuk
golongan orang-orang yang terpelajar di antara rakyat Indonesia. Jika mereka sudah disingkirkan, maka
dengan mudah rakyat dapat menjadi mangsa propaganda Komunis.
Sewaktu tentara Republik Indonesia memasuki Madiun, ternyata semua orang-orang yang
ditangkap itu telah habis dibunuh oleh kaum Komunis. Di dalam satu gedung (di Madiun) ditemukan
mayat-mayat dari anggota TNI. Rupanya, sebelum ditembak mati, mereka telah disayat-sayat lebih
dahulu, sehingga tak mungkin mengenal bentuknya lagi. Lantai gedung itu telah ditutupi dengan darah
setebal 2 cm. Kepala Polisi Keresidenan juga telah dibunuh dengan cara kejam oleh tentara partai PKI –
Muso. Pegawai-pegawai negeri di Magetan dibunuh semuanya. Lurah-lurah Republik dilenyapkan
dengan tidak meninggalkan jejak.
Tidak hanya itu berbagai tokoh penting juga telah menjadi korban akibat keganasan
pemberontakan tersebut yang dilakukan oleh FDR(PKI) seperti tewasnya menewaskan Gubernur Jawa
Timur RM Suryo, dokter pro-kemerdekaan Moewardi,

Anda mungkin juga menyukai