Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Managemen Logistik

Manajemen logistik di rumah sakit merupakan salah satu aspek penting di


rumah sakit. Ketersediaan obat saat ini menjadi tuntutan pelayanan kesehatan.
Manajemen logistik obat di rumah sakit yang meliputi tahap-tahap yaitu perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, evaluasi dan monitoring
yang saling terkait satu sama lain,sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar
masing-masing dapat berfungsi secara optimal. Ketidakterkaitan antara masing-
masing tahap akan mengakibatkan tidak efisiennya sistem suplai obat yang ada, ini
juga memberikan datermpak negatif terhadap rumah sakit baik secara medis maupun
ekonomis (Quicket al, 1997).

1.1.1 Tujuan managemen logistik


Tujuan managemen logistik adalah menyampaikan barang jadi dan
bermacam-macam maetrial dalam jumlah yang tepat pada waktu yang di
butuhkan dan dengan total biaya yang terendah. Penyelenggaraan logistik
memberikan kegunaan (utility) waktu dan tempat (Bowersox, 1996).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) penyimpanan
obat adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang di terima
agar aman dan tidak rusak, terhindar dari kerusakaan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin. Penyimpanan merupakan fungsi dari managemen
logistik farmasi yang sangat menentukan kelancaran pendistribusian serta
tingkat kebersihan dari managemen logistik farmasi untuk mencapai tujuannya.
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pengurusan penyelenggaraan dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang
penyimpanan. Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah
di tetapkan dalam fungsi sebelumnya dengan pemenuhan setempat-tempatnya
dan dengan biaya serendah mungkin.

1.1.2 Fungsi Managemen Logistik


Terdapat tujuh fungsi logistik dalam pemenuhan kegiatan operasional bagi
suatu institusi menurut Subagya (1995). Fungsi tersebut tergambar dari suatu
siklus managemen logistik, setiap fungsi dalam siklus tersebut saling berkaitan
satu sama lain dan sangat menentukan keberhasilan kegiatan logistik dalam
organisasi tersebut.
Dalam siklus fungsi logistik, beberapa fungsi memiliki kaitan yang erat
satu sama lain. Setiap fungsi yang ada menentukan keberlangsungan dan
kelancaran dari fungsi lainnya. Jika ada salah satu fungsi yang terhambat atau
tidak berjalan dengan baik, maka pelaksanaan siklus logistik akan menjadi
terhambat.
a. Perencanaan

Perencanaan obat merupakan tahap awal kegiatan pengelolaan obat


dan pengadaan obat yang merupakan faktor terbesar yang dapat menyebabkan
pemborosan, maka perlu dilakukan efisiensi dan penghematan biaya.
Pengelolaan persediaan obat yang tidak efisien akan memberikan dampak
negatif terhadap rumah sakit, baik medik maupun ekonomi (Quick et al,
1997).

b. Penganggaran
Penganggaran (budgeting)adalah semua jenis kegiatan dan usaha untuk
merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar
tertentu yaitu skala mata uang dan jumlah biaya, dengan memperhatikan
pengarahan dan pembatasan yang masih berlaku.

c. Pengadaan
Pengadaan adalah suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan obat
sesuai dengan kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam proses
perencanaan (Permenkes, 2014) Pengadaan obat memiliki tiga syarat penting
yang harus dipenuhi, antara lain: sesuai rencana; sesuai kemampuan; sistem
atau cara pengadaan sesuai ketentuan (Seto et al, 2012).

d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan perbekalan farmasi
menurut persyaratan yang telah ditetapkan disertai dengan sistem informasi
yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
(Febriawati,2013).
Barang yang sudah ada di dalam persediaan harus dijaga agar tetap
baik mutunya maupun kecukupan jumlahnya serta keamanan
penyimpanannya. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan dan pengaturan
yang baik untuk memberikan tempat yang sesuai bagi setiap barang atau
bahan yang disimpan, baik dari segi pengamanan penyimpanan maupun dari
segi pemeliharaannya (Aditama,2015).

Tujuan penyimpanan adalah :


1) Memelihara mutu sediaan farmasi
2) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3) Menjaga ketersediaan
4) Memudahkan pencarian dan pengawasan

Adapun kegiatan penyimpanan meliputi :


1) Perencanaan atau persiapan pengembangan ruangan penyimpanan
(storage space)
2) Penyelenggaraan tata laksana penyimpanan (storage procedure)
3) Perencanaan atau penyimpanan dan pengoperasian alat-alat pembantu
pengaturan barang (material handling equipment)
4) Tindakan keamanan dan keselamatan.
e. Penyaluran
Penyaluran adalah kegiatan menyalurkan barang sesuai permintaan,
tepat waktu, tepat jumlah dan sesuai dengan spesifikasi (Subagya, 1995).

f. Pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan merupakan usaha atau proses kegiatan untuk
mempertahankan kondisi teksnis, daya guna dan daya hasil barang inventaris
(Aditama, 2007).

g. Pemusnahan
Dalam Permenkes Nomor 58 Tahun 2014 pemusnahan dan penarikan
obat yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan
dilakukan untuk obat bila:Produk tidak memenuhi persyaratan mutu,
kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan, dicabut izin edarnya.

h. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah berhubungan dengan aktivitas dalam
pengaturan persediaan bahan-bahan agar dapat menjamin perlaksanaan
proses produksi atau persediaan obat di apotik dan farmasi rumah sakit agar
menjamin kelancaran pelayanan pasien secara efektif dan afesien (Seto,
2004)

1.1.3 Jenis Logistik Rumah Sakit


Menurut Sabarguna (2005) logistik rumah sakit di bagi dalam 3
klasifikasi yaitu farmasi rumah sakit (obat-obatan, alat kesehatan dan bahan non
medis yang terkait langsung seperti kertas EKG, film rongent dll), logistik non
medis dan logistik dapur.

1.1.4 Kegiatan Penyimpanan Obat


Kegiatan penyimpanan obat menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan terdiri dari :
a. Kegiatan Penerimaan Obat
Kegiatan penerimaan obat dari supplier di lakukan oleh petugas gudang obat
di gudang instalasi farmasi. Adapun hal-hal yang di lakukan dalam kegiatan
penerimaan obat di mulai dari periksa lembar permintaan yang datang
dengan kiriman, periksa jumlahnya sesuai atau tidak antara barang yang
datang dengan barang yang dipesan, kemudian melakukan pemeriksaan
kemasan obat, setelah obat di periksa maka di buat catatan pemerimaan,
setelah itu petugas gudang harus memeriksa jenis, bentuk, kondisi dan
tanggal kadaluarsa obat, dan terakhir petugas kemudian membuat laporan
penerimaan obat.
b. Kegiatan Penyusunan Obat
Penyusunan obat di lakukan setelah kegiatan penerimaan obat di lakukan.
Penyusunan obat di lakukan sesuai dengan prosedur yang sudah di tetapkan
oleh Depkes dan Pedoman Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

c. Kegiatan Pengeluaran Obat


Pengeluaran obat dari gudang tempat penyimpanan di lakukan saat terjadi
permintaan dari unit atau bagian yang membutuhkan. Kegiatan yang di
lakukan saat pengeluaran obat di mulai dari pemeriksaan surat permitaan
obat dari unit atau bagian yang membutuhkan. Kemudian dilakukan
pemeriksaan terhadap stok obat dan tanggal kadaluarsa obat yang di
butuhkan sebelum di serahkan ke unit atau bagian yang membutuhkan.
Setelah itu petugas membuat laporan penyerahan obat dan mencatat jumlah
obat yang dikeluarkan pada kartu stock. Kemudian terakhir menyiapkan obat
yang di butuhkan dan menyerahkannya kepada unit yang membutuhkan.

d. Kegiatan Stock Opname


Stock opname merupakan kegiatan pengecekan terhadap obat atau perbekalan
farmasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui jumlah dan jenis obat yang
paling banyak di gunakan untuk kebutuhan pemesanan. Selain itu untuk
mencocokan antara jumlah obat yang ada di gudang dengan yang ada pada
catatan.

e. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka pengelolan obat secara tertib baik obat yang di terima, disimpan,
didistribusikan. Tujuannya adalah tersedianya data mengenai jenis dan
jumlah penerimaan, persedian, pengeluaran atau penggunaan dan data
mengenai waktu dari suluruh rangkaian kegiatan mutasi obat.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan meliputi :
1. Pencatatan Penerimaan Obat
a) Formulir rencana penerimaan
Merupakan dokumen pencatatan mengenai akan datangnya obat
berdsarkan pemberitahuan dari panitia pembelian.
b) Buku harian penerimaan barang
Dokumen yang memuat catatan yang mengenai data obat atau
dokumen obat biasanya harian.

2. Pencatatan Penyimpanan
Kartu persediaan obat atau barang

3. Pencatatan Kartu Stock Induk


Kartu stock pertanggal yang di letakkan dekat stock fisik.
4. Pencatatan dan Pelaporan
Adminisitrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan
guna memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.Salah
satu kegiatan administrasi yakni pencatatan dan
pelaporan.Manajemen obat merupakan kemampuan dari rumah sakit
untuk mengoptimalkan dalam penggunaan obat. Manajemen obat
dengan syarat lima ketepatan yakni tepat produk, tepat pasien, tepat
waktu, tepat penggunaan dan tepat jumlah dapat menjamin
keselamatan pasien. Ketepatan tersebut juga didampingi dengan tepat
komunikasi, tepat alasan dan tepat pendokumentasian (Romero,
2013).

1.1.5 Prosedur Penyimpanan Obat

A. Prosedur Penyimpanan Obat Menurut Kemenkes RI


Prosedur penyimpanan obat menurut Kemenkes RI antara lain mencakup
sarana penyimpanan, pengaturan persediaan, serta sistem penyimpanan
(Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010).

1. Prosedur Sarana Penyimpanan


Obat harus selalu di simpan diruang penyimpanan yang layak. Bila
obat rusak, maka mutu obat akan menurun dan akan memberi
pengaruh buruk bagi pengguna obat. Beberapa ketentuan mengenai
sarana penyimpanan obat menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (2010) antara lain :
a) Gudang atau tempat penyimpanan
Gudang penyimpanan harus cukup luas (minimal 3x4 m 2),
kondisi ruangan harus kering tidak terlalu lembab. Pada
gudang harus terdapat ventilasi agar ada aliran udara dan
tidak lembab atau panas dan harus terdapat cahaya. Gudang
harus dilengkapi pula dengan jendela yang mempunyai
pelindung untuk menghindarkan adanya cahay langsung dan
bersteril. Lantai harus terbuat dari keramik atau semen yang
tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain.
Bila perlu seluruhnya di beri alas papan (palet). Selain itu
dinding gudang di buat licin. Sebaiknya menghindari
pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam. Fungsi
gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat. Gudang
juga harus mempunyai pintu yang di lengkapi kunci ganda.
Perlu di sediakan lemari atau laci khusus untuk narkotika dan
psikotropika yang selalu terkunci dan di lengkapi dengan
pengukur suhu ruangan.
b) Kondisi Penyimpanan
Untuk menjaga mutu obat perlu di perhatikan beberapa
faktor sepertikelembapan udara,sinar matahari dan
temperatur udara. Udara lembab dapat mempengaruhi obat-
obatan yang tidak tertutup sehingga memepercepat
kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka
perlu dilakukan upaya sebagai berikut :
 Terdapat ventilasi pada ruangan dan jendela terbuka
 Simpan obat ditempat yang kering
 Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan di buka bila
memungkinkan pasang kipas angin atau AC karena
makin panas udara di dalam ruangan maka udara
semakin lembab.

Kebanyakan cairan , larutan dan ijeksi cepat rusak karena


pengaruh sinar matahari sebagai contoh : injeksi
klorpomazin yang terkena sinar matahari, akan berubah
warna menjadi kuning terang sebelum tanggal kadaluarsa.
Obat yang sensitive terhadap panas dan dapat meleleh
misalnya salep, krim, dan suppositoria. Oleh karena itu
hindarkan obat dari udara panas. Ruangan obat harus seju,
beberapa jenis obat harus harus disimpan didalam lemari
pendingin pada suhu 4-8 derajat celcius seperti vaksin, serta
produk darah, antitoksin, insulin, injeksi antibiotika yang
sudah di pakai (sisa) dan injeksi oksitosin.

2. Prosedur Pengaturan Tata Ruangan dan Penyusunan Obat


Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,penyusunan
pencarian dan pengawasan obat-obatan, maka di perlukan pengaturan
tata ruangan gudang dengan baik.

3. Tata Penyimpanan Obat

a) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat-


obatan ruang gudang dapat ditata dengan sistem arah garis
lurus, arus U, arus L.
b) Semua obat harus di simpan dalam ruangan, di susun
menurut bentuk sediaan dan bentuk abjad. Apabila tidak
memungkinkan obat yang sejenis di kelompokan menjadi
satu.
c) Untuk memudahkan pengendalian stock maka di lakukan
langkah-langkah penyusunan stock sebagai berikut :
1. Menyusun obat yang berjumlah besar di atas palet
atau diganjal dengan kayu secara rapi dan teratur.
2. Mencantumkan nama masing-masing obat pada rak
dengan rapi.

4. Penyusunan Obat
a. Obat-obatan di pisahkan dari bahan yang beracun.
b. Obat diluar di pisahkan dari obat dalam.
c. Obat cairan di pisahkan dari padatan.
d. Obat di tempatkan menurut kelompok , berat dan besarnya
1. Untuk obat yang berat di tempatkan pada ketinggian
yang memungkinkan pengangkatannya di lakukan
dengan mudah.
2. Untuk obat yang besar harus di tempatkan sedemikian
rupa sehingga apabila barang tersebut di keluarkan
tidak mengganggu barang yang lain.
3. Untuk obat yang kecil sebaiknya di masukkan dalam
kotak yang ukurannya agak besar dan ditempatkan
sedemikian rupa sehingga mudah dilihat atau di
temukan apabila di perlukan.
e. Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas
dapat di manfaatkan sebagai tempat penyimpanan namun
harus di beri keterangan obat.
f. Barang-barang seperti kapas dapat di simpan dalam dus besar
dan obat-obatan dalam kaleng di simpan dalam dus kecil.
g. Apabila persediaan obat cukup banyak maka biarkan obat
tetap dalam box masing-masing, ambil seperlunya dan susun
dalam dus bersama obat lainnya.
h. Narkotika dan psikotropik di pisahkan dari obat-obatan
lainnya dan di simpan di lemari khusus yang mempunyai
kunci.
i. Menyusun obat yang dapat di pengaruhi oleh temperatur,
udara, cahaya, dan kontaminasi bakteri pada tempat yang
sesuai.
j. Menyusun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan
obat dalam dengan obat-obatan pemakian luar.
k. Tablet, kapsul dan oralit di simpan dalam kemasan kedap
udara dan di letakkan di rak bagian atas.
l. Cairan, salep dan injeksi di simpan rak bagian tengah.
m. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian perlu
dilakukan rotasi stock agar obat tersebut tidak selalu berada di
belakang yang dapat menyebabkan kadaluarsa.
n. Obat yang membutuhkan suhu dingin di simpan dalam kulkas.
o. Obat rusak atau kadaluarsa di pisahkan dari obat lain yang
masih baik dan di simpan di luar gudang atau di ruangan
khusus penyimpanan obat kadaluarsa.
p. Tumpukan obat tidak boleh lebih dari 2,5 m tingginya. Untuk
obat yang mudah pecah harus lebih rendah lagi.

5. Prosedur Sistem Penyimpanan

a) Obat di susun berdasarkan abjad (alfabetis) atau nomor,


b) Obat di susun berdasarkan frekuensi penggunaan :
1. FIFO (First In First Out), yang berarti obat yang
datang lebih awal harus di keluarkan lebih dahulu.
Obat lama di letakkan dan disusun paling depan, obat
baru di letakkan paling belakang. Tujuannya agar obat
yang pertama diterima harus pertama juga di gunakan,
sebab umumnya obat yang datang pertama biasa akan
kadaluarsa lebih awal juga.
2. FEFO (First Expired First Out) yang berarti obat yang
lebih awal kadaluarsa harus di keluarkan lebih dahulu.
c) Obat di susun berdasarkan volume
1. Barang yang jumlahnya banyak di tempatkan
sedemikian rupa agar tidak terpisah, sehingga mudah
pengawasan dan penanganannya.
2. Barang yang jumlahnya sedikit harus di beri perhatian
atau tanda khusus agar mudah di temukan kembali.

6. Dokumen Pencatatan Penyimpanan Obat


a) LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)
b) Kartu stock
c) Buku penerimaan dan pengeluaran obat
d) Catatan obat rusak atau kadaluarsa
e) Laporan mutasi obat

B. Prosedur Penyimpanan Menurut WHO


Prosedur penyimpanan obat yang di tetapkan menurut WHO dalam
pedoman Penyimpanan Obat Esensial dan Alat Kesehatan (2003) antara
lain :
1. Sistem penyusunan obat
a) Sesuai urutan abjad generic name
Sering di gunakan dalam fasilitas yang besar maupun kecil’
b) Therapeutic atau Pharmacologic
Sangat berguna untuk ruangan penyimpanan yang kecil dan
apabila penjaga ruang penyimpanan memiliki pengetahuan dalam
pharmacology.
c) Dosage form
Dalam sistem ini obat-obatan di katagorikan berdasarkan
bentuknya.
d) Sistem level
Item yang di gunakan dalam sistem pelayanan kesehatan yang
berbeda di simpan bersamaan.
e) Frequency of Use
Produk yang sering di gunakan dan berpindah tempat dengan
cepat atau cepat di ambil dari penyimpanan di simpan di ruangan
bagian depan atau lebih dekat dengan area penggunaan.
f) Random bin
Dengan cara memberi kode ke tempat penyimpanan yang
menunjukan posisi dan tempat obat tersebut di simpan. Sistem ini
membutuhkan komputerisasi.
g) Commodity conding
Setiap item memiliki artikel sendiri dan kode lokasi. Staf
penyimpanan tidak memerlukan penyimpanan pengetahuan
teknis untuk tahu bagaimana cara menggunakan atau menyimpan
dan karakterisktik tersebut.

2. Penyimpanan flammable liquids


Di lakukan dengan memperhatikan karakteristik bahan yang di
simpan. Lokasi harus terpisah dengan ruang penyimpanan utama tapi
tetap dalam pengawasan dan tidak kurang dari 20m dari bangunan lain.
Alat pemadaman api harus selalu tersedia di sekitar lokasi tersebut.
Tandai lemari dengan tanda flammable. Sebagai tambahan, lemari
harus di desain khusus untuk mengisolasi kebocoran. Selalu di simpan
flammables dalam kontainer aslinya.

3. Penyimpanan bahan yang korosif dan bahan bakar oksidator


Harus di pisah dengan flammable dan untuk kontak dengan
bahan memerlukan protective gloves dan protective eye-glasses. Setiap
penyimpanan harus membuat list stock item termasuk semua produk
yang mereka tangani dengan spesifikasi masing-masing bentuk,
kekuatan, dan kuantitas per kemeasan.

1.2 Gudang Obat


Gudang obat merupakan tempat pemberhentian sementara barang sebelum
dipindahkan dan berfungsi mendekatkan barang kepada pemakaian hingga
menjamin kelancaran permintaan dan keamanan persediaan (Anonim, 1993).
Fasilitas penyimpanan dapat di manfaatkan secara optimal bila kegiatan lain dalam
sistem suplay obat (misalnya seleksi obat, perencanaan biaya, dan pengadaan) di
tetapkan secara tepat.
1. Jenis gudang
Jenis gudang terdiri dari :
a. Gudang transit adalah penyimpanan sesaat dalam proses distribusi.
b. Gudang serbaguna adalah penyimpanan semua jenis barang.
c. Gudang pendingin adalah gudang yang terbagi dalam dua ruangan
yang terdiri dari kamar sejuk dengan suhu 6-10 derajat celcius dan
kamar beku dengan suhu sampai 35 derajat celcius.
d. Gudang penyimpanan tahan api adalah penyimpanan barang yang
mudah meledak atau terbakar (Subagya, 2005).
2. Persiapan gudang penyimpanan obat
Rancangan pembuatan atau penyalahgunaan gudang di maksutkan untuk
mengoptimalkan fasilitas penyimpanan. Prinsip utama pada perancangan
pembuatan atau pemakaian gudang adalah adanya ketentuan parameter dan
persyaratan untuk mencapai indeks efisiensi dan efektivitas yang optimum,
terjadinya mutu dan jumlah obat untuk pelayanan distribusi. Adapun faktor
yang mempengaruhi pada pembuatan desain gudang antara lain :
a. Jenis layout gudang
Selain di tentukan oleh besarnya ruangan gudang, kapasitas
gudang juga di tentukan oleh layout (tata letak) ruangan. Gudang
dengan desain layout yang tidak rapi dan tidak teratur menunjukkan
kertidak efisien pengaturan. Untuk itu di perlukan pengaturan barang
yang di desain sesuai dengan arus masuk barang, apakah tergolong fast
moving atau slow moving. Beberapa bentuk layout gudang di
antaranya :
1. Arus garis lurus sederhana
Arus garis lurus sederhana adalah proses keluar masuk
barang tidak melalui lorong atau gang yang berbelok sehinnga
proses penyimpanan dan pengambilan barang relatif cepat.

2. Arus U
Arus U adalah proses keluar masuk barang melalui lorong
atau gang yang berbelok sehingga proses penyimpanan dan
pengambilan barang relatif lebih lama.

3. Arus L
Arus L adalah proses keluar masuk barang tidak melalui
lorong atau gang yang tidak berbelok namun lorong
membentuk huruf L sehingga proses penyimpanan dan
pengambilan barang relatif cepat (Henni, 2013).

b. Pertimbangan desain gudang


1. Kemudahan mobilitas
Sebaiknya gudang hanya menggunakan satu lantai saja dan tidak
menggunakan sekat-sekat karena akan membatasi pengaturan
ruangan. Kemudahan dan kebebasan bergerak akan sangat mudah
membantu dalam kenyamanan kerja petugas.

2. Sirkulasi udara
Sirkulasi yang tidak lancar akan menyebabkan kelembanpan yang
sangat tinggi dan cenderung meningkatkan suhu ruangan sehingga
menyebabkan persediaan obat tidak bisa di simpan dalam waktu
yang lama karena lebih mudah rusak. Idealnya adalah AC,
alternatif lain menggunakan kipas angin dan ventilasi lainnya.

3. Suhu gudang
Suhu sangat berperan dalam menjaga umur simpanan sediaan obat
dan perbekalan obat yang lama.

4. Pengaturan cahaya
Kendalikan jumlah cahaya yang masuk ke gudang melalui jendela
dengan menggunakan tirai sehingga cahaya tidak berlebih namun
jangan di biarkan gudang terlalu gelap.

5. Kelembapan atau Kebocoran


Atap gedung sebaiknya memiliki talang air untuk mencegah
masuknya air hujan kedinding gudang. Genangan air dapat
menyebabkan kelembapan tinggi sehingga berpotensi menjadi
media pertumbuhan jamur dan kapang.

c. Pengaturan gudang
Gudang yang bersih dan teratur akan sangat memudahkan dalam
menemukan persediaan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengaturan gudang antara lain :
1. Kebersihan gudang
2. Simpanan persediaan pada rak dan pillet
a) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap
banjir
b) Peningkatan efisiensi penanganan stock
c) Dapat menampung obat lebih banyak
d) Pallet lebih murah daripada rak

Aturan pallet :
a) Tinggi atas pallet dari lantai minimal 10cm
b) Jarak antara pallet dengan dinding tidak kurang dari 30cm
c) Tinggi tumpukan barang di pallet maksimal 2,5 m
3. Perhatikan kondisi penyimpanan khusus
a) Vaksin memerlukan cold chainkhususnya dan harus di
lindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik.
b) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam
lemari khusus dan selalu terkunci.
c) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter
harus di simpan dalam ruangan khusus terpisah dari
gudang induk.
d) Perlatan untuk menyimpan obat, penanganan dan
pembuangan limbah sitotaika dan obat berbahaya lainnya
yang harus dibuat secara khusus untuk menjamin
keamanan petugas.
e) Alat pengatur kelembapan ruangan untuk perbekalan
farmasi yang harus disimpan di tempat yang kering.

4. Pencegahan kebakaran
Perlu di hindari adanya penumpukan bahan-bahan yang
mudah terbakar seperti dus, karton, dll. Alat pemadam
kebakaran harus di pasang pada tempat yang mudah dijangkau
dan dalam jumlah cukup. Tabung pemadam kebakaran harus
di periksa secara berkala untuk memastikan berfungsi atau
tidak.

d. Keamanan gudang
Keamanan gudang meliputi kegiatan preventive untuk mencegah
pencurian dan kebakaran. Adapun hal-hal yang bisa di lakukan untuk
menjaga keamanan gudang antara lain :
1. Pencegah pencurian
Untuk menghindari pencurian gudang di lengkapi dengan :
a) Memastikan pintu gudang memiliki kunci bila perlu
berlapis dan menghindari kunci ganda.
b) Pemasangan kamera remote control (cctv)
c) Sering melakukan pemeriksaan stock secara teratur
2. Pencegahan kebakaran
Untuk mencegah kebakaran bisa dengan cara :
a) Membuat tempat penyimpanan khusus untuk bahan
mudah terbakar
b) Pemasangan alat pusat-pusat api pada tempat stratetgis
diseluruh gudang dengan jenis pemadam yang sesuai,
papan intruksi bila terjadi kebakaran dan alarm/detector.
c) Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR).

2.3 Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Di Waspadai (High-Alert Medication)


1. Pengertian
Obat yang perlu di waspadai (High-Alert Medication) yaitu sejumlah
obat-obatan yang memiliki resiko tinggi yang menyebabkan bahaya besar pada
pasien jika tidak di gunakan secara tepat (drug that bear a heightened risk of
causing significant patien harm when they are used in eror (ISMP- Institute for
save Medication Practices). Obat-obatan tersebut memiliki presentasi yang
tinggi dan menyebabkan terjadinya kesalahan dan kejadian sentinel (sentinel
event) yang terdiri dari obat yang tampak mirip (Nama obat, Rupa, dan Ucapan
Mirip atau NORUM atau LASA (Look Alike Sound Alike) ) dan elektrolit
konsentrasi tinggi sehingga perlu di waspadai karena dapat menyebabkan cidera
serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.
2. Tujuan
a) Memberikan pedoman dalam managemen dan pemberian obat yang
perlu di waspadai (high alert medication) sesuai standar pelayanan
farmasi dan keselamatan pasien rumah sakit.
b) Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit.
c) Mencegah terjadinya sentinel event atauadverse outcome
d) Mencegah terjadinya kesalahan atau error dalam pelayanan obat yang
perlu di waspadai kepada pasien.
e) Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
3. Daftar Obat Yang Perlu Diwaspadai
Obat yang perlu di waspadai dapat dibedakan menjadi:
a. Kelompok obat yang memiliki rupa mirip (Look-Alike) dan nama mirip
(Sound-Alike)
Contoh obat NORUM/LASA yaaitu :

Nama Obat Mirip


CeFTRIAXON CeFOTAXIME
CISplatin CABROplatin
DAUNOrubicin FOXOrubicin
Ephedrine Epinephrine
HumALOG HumULIN
metFORMIN Metronidazole
NiFEdipine niMOdipine
(Anonim,2015)

b. Kelompok obat elektrolit konsentrasi tinggi


Pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja pada beberapa
elektrolit sebagai berikut :
1. Kalium /potasium klorida (sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih
pekat)
2. Kalium/potasium fosfat (sama dengan atau lebih besar dari mol/ml)
3. Natrium /sodium klorida (lebih pekat dari 0,9%)
4. Magnesium sulfat (sama dengan 50% atau lebih pekat)
Kesalahan ini bisa terjadi bila staf tidak mendapatkan pengaturan dengan
baik di unit rawat inap pasien.
c. Obat-obat sitotastika

4. Identifikasi area yang membutuhkan elektrolit konsentrat


Berdasarkan pelayanan medis yang di berikan kepada pasien maka unit
yang di nilai membutuhkan penempatan elektrolit konsentrasi tinggi di unit
pelayanan hanya berada di :
a. Intensive Care Unit (ICU)
1) Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di ruang perawat, kecuali di
ruang tersebut dengan syarat di simpan di tempat terpisah, akses
terbatas, jumlah terbatas dan di beri label yang jelas untuk
menghindari penggunaan yang tidak sengaja.
2) Peresepan, penyimpanan, penyiapan, pemberian elektrolit konsentrat
di ruang tersebut sesuai dengan ketetuan yang berlaku tentang
managemen obat yang perlu diwaspadai (high-alert medication)

5. Peresepan Dan Intruksi Medis


Penulisan resep untuk obat yang termasuk kelompok obat yang perlu di
waspadai (High-Alert Medication) harus sesuai dengan ketentuan penulisan
resep yang baku serta beberapa hal penting sebagai berikut :
1) Dokter memeriksa kelengkapan resep dan ketepatan resep : penulisan
resep, indikasi, ketepatan obat, dosis, rute pemberian obat.
2) Penulisan obat yang termasuk kelompok obat LASA/NORUM harus
menggunakan huruf kapital semua serta mencantumkan dengan jelas
dosis, dan satuan obat, contohnya : IR 15 IU seharusnya di tuliskan IR
15 International Unit.
3) Intruksi lisan hendaknya di hindari, jika sangat terpaksa di perbolehkan
dalam keadaan emergency yang di atur sesuai dengan pedoman
komunikasi efektif dengan teknis situation, background, assessment,
recommendation.
4) Apoteker atau asisten apoteker yang menerima resep harus melakukan
konfirmasi jika terdapat penulisan yang tidak sesuai (nama obat/sediaan,
satuan, dll)
Penulisan intruksi terapi oleh dokter dan perawat di rekam
medis pasien (catatan terintegrasi) juga sesuai dengan penulisan resep
yaitu :
1. Ditulis dengan huruf kapital
2. Satuan tertentu harus di tulis lengkap
3. Dosis dan rute pemberian harus di tulis jelas
4. Pemberian elektrolit konsentrat hendaknya memberikan
penjelasan untuk mengingatkan perawat tentang dosis dan cara
pemakaiannya
5. Satuan obat yang harus di tulis lengkap misalnya :
UI harus di tulis International Unit

6. Penyimpanan
a. Lokasi Penyimpanan
Lokasi penyimpanan obat yang perlu di waspadai berada di logistik
farmasi dan pelayanan farmasi, khusus untuk elektrolit konsentrasi tinggi
terdapat juga di unit pelayanan, yaitu ICU dan kamar bersalin (VK) dalam
jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai dengan kriteria penyimpanan
perbekalan farmasi, utamanya dengan memperlihatkan jenis sediaan obat
(rak/kotak penyimpanan, lemari pendingin),sistem FIFO dan FEFO serta
ditempatkan sesuai ketentuan obat “High Alert”
b. Penyimpanan Elektrolit Konsentrasi Tinggi
1) Tenaga Teknis Kefarmasian (logistik farmasi/pelayanan farmasi)
yang menerima obat segera memisahkan obat yang termasuk
kelompok obat yang “High Alert” sesuai daftar obat High Alert
Rumah Sakit
2) Tempelkan stiker merah bertuliskan “High Alert” pada setiap
kemasan obat high alert
3) Berikan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat high
alert yang terpisah dari obat lain
c. Penyimpanan Obat Lasa
1) LASA (Look Alike Sound Alike) merupakan sebuah peringatan untuk
keselamatan pasien : obat-obatan yang bentuk atau rupa mirip dan
pengucapannya atau namanya mirip TIDAK BOLEH di letakkan
berdekatan
2) Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama harus di selingi
minimal 2 obat dengan katagori LASA di antara atau tengahnya
3) Biasakan mengeja nama obat dengan katagori LASA saat memberi
atau menerima intruksi

7. Pemberian Label
Label untuk obat yang perlu di waspadai dapat di bedakan menjadi
duajenis antara lain :
a. “HIGH ALERT” untuk elektolit konsentrasi tinggi jenis injeksi atau
infus tertentu misalnya Heparin, Insulin dll.
1) Penandaan obat High Alert di lakukan dengan stiker “High Alert
Double Check” pada obat.
b. “LASA” untuk obat yang termasuk kelompok LASA/NORUM
1) Obat katagori Look Alike Sound Alike (LASA) di berikan
penanda stiker LASA pada tempat penyimpanan obat.
2) Apabila obat di kemas dalam paket untuk kebutuhan pasien,
maka di berikan tanda LASA pada kemasan primer obat.

8. Penyiapan Obat High Alert


a. Apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasi memverivikasi resep obat high alert
sesuai pedoman pedoman pelayanan farmasi penanganan High Alert
b. Garis bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan tinta merah.
c. Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat high alert dapat di
delegasikan pada asisten apoteker yang sudah di tentukan.
d. Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda sebelum
obat diserahkan kepada perawat.
e. Petugas farmasi pertama dan kedua, membutuhkan tanda tangan dan nama
jelas di bagian belakang resep sebagai bukti telah di lakukan double check.
f. Obat di serahkan kepada perawat atau pasien disertai dengan informasi yang
memadai dan menandatangani buku serah terima obat rawat inap.

9. Pemberian Obat Perlu Diwaspadai


a. Penyiapan obat yang perlu di waspadai (High Alert) di ruang perawatan
Penyiapan dan pemberian obat kepada pasien yang perlu di waspadai
termasuk elektrolit konsentrasi tinggi harus memperhatikan kaidah sebagai
berikut :
1. Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR
2. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan
label khusus
3. Pastikan pengenceran dan pencampuran obat di lakukan oleh orang
yang berkompeten.
4. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA
5. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi dimeja dekat pasien
tanpa pengawasan.
6. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori obat LASA / NORUM
saat memberi.
b. Cek 7 benar obat pasien
Setiap penyerahan obat kepada pasien di lakukan verifikasi 7 benar
untuk mencapai medication safety :
1. Benar pasien
a) Kebenaran nama pasien
b) Kebenaran nomor rekam medis pasien
c) Kebenaran umur, tanggal lahir pasien
d) Kebenaran alamat rumah pasien
2. Benar indikasi
3. Benar obat
4. Benar dosis
5. Benar cara penggunaan
6. Benar waktu penggunaan
7. Benar dokumentasi
c. Pemberian obat yang perlu di waspadai (High-Alert)di ruang perawatan
1. Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka
perawat lain harus melakukan pemeriksaan kembali (double check)
secara independen :
a) Kesesuaian antara obat dengan rekam medik atau instruksi
dokter.
b) Ketepatan perhitungan dosis obat.
c) Identitas pasien.
2. Obat High Alert infus harus di pastikan :
a) Ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump)
b) Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe
pump dan setiap ujung jalur selang.
3. Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan sesuai
perhitungan standar yang telah baku, yang berlaku di semua ruang
perawatan.
4. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan
kepada perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high
alert dan menyerahkan formulir pencatatan obat.
5. Dalam keadaan yang emergency yang dapat menyebabkan pelabelan dan
tindakan pencegahan terjadinya kesalahan obat high alert dapat
mengakibatkan tertundanya pemberian terapi dan memberikan dampak
yang buruk pada pasien, maka dokter dan perawat harus memastikan
terlebih dahulu keadaan klinis pasien yang membutuhkan terapi segera
(cito) sehingga double check tidak dapat di lakukan, namun sesaat
sebelum memberikan obat, perawat harus menyebutkan secara lantang
semua jenis obat yang di berikan kepada pasien sehingga di ketahui dan
di dokumentasi dengan baik oleh perawat lainnya.

10. Hal-hal yang perlu di perhatikan


a. Setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat high
alert.
b. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk obat
high alert.
c. Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai di lakukan
mulai dari persepan, penyimpanan, penyiapan di farmasi dan ruang
perawatan dan pemberian obat.
d. Obat high alert di simpan di tempat terpisah, akses terbatas, di beri label
high alert.
e. Pengecekan dengan dua orang petugas yang berada untuk menjamin
kebenaran obat high alert yang di gunakan.
f. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi dimeja dekat pasien
tanpa pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai