Anda di halaman 1dari 7

PENTINGNYA PERAN PASIEN DAN KELUARGA UNTUK MENCEGAH

TERJADINYA BAHAYA DI PELAYANAN KESEHATAN

MIFTAHUL WAFA RIJA

Email: miftahulwafarija@gmail.com

Abstrak

Keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan yang tinggi adalah tujuan akhir yang selalu
diharapkan oleh rumah sakit, manajer, tim penyedia pelayanan kesehatan, pihak jaminan
kesehatan, serta pasien, keluarga dan masyarakat. Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang
membuat asuhan keperawatan terhadap pasien menjadi lebih aman. Perawat merupakan salah
satu sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang optimal.
Berdasarkan hal tersebut, penerapan pasien safety oleh perawat sangat penting dalam upaya
mengurangi insiden kecelakaan kerja pada pasien. Patient Safety didefinisikan sebagai “freedom
from accidental injury” yang berfokus pada pencegahan hasil pelayanan kesehatan yang
merugikan pasien atau yang tidak diinginkan. Khusus di negara berkembang dan negara
transisi/konflik, ada kemungkinan bahwa jutaan pasien seluruh dunia menderita cacat, cedera
atau meninggal setiap tahun karena pelayanan kesehatan yang tidak aman.

Kata Kunci: Keselamatan pasien, peran perawat,peran keluarga,pelayanan kesehatan

Latar Belakang

Patient Safety atau keselamatan pasien merupakan isu global yang mempengaruhi negara-negara
di semua tingkat pembangunan. Meskipun perkiraan ukuran permasalahan masih belum pasti,
khususnya di negara berkembang dan negara transisi/konflik, ada kemungkinan bahwa jutaan
pasien seluruh dunia menderita cacat, cedera atau meninggal setiap tahun karena pelayanan
kesehatan yang tidak aman. Mengurangi kejadian yang membahayakan bagi pasien merupakan
masalah dalam pelayanan kesehatan bagi setiap orang, dan terdapat banyak hal yang harus
dipelajari dan dibagi antara negara-negara maju dengan negara-negara berkembang dan negara
dalam transisi/konflik tentang masalah keselamatan pasien (World Health Organization, 2009).
WHO juga mengingatkan bahwa "keselamatan pasien tidak hanya tentang data statistik tetapi
melibatkan kerusakan yang nyata pada kehidupan orang-orang". Oleh karenanya semua strategi
dan program keselamatan pasien harus menjadi prioritas dalam pelayanan kesehatan. Pasien,
keluarga, profesional kesehatan dan pembuat kebijakan semua harus bekerja sama untuk
membangun sistem kesehatan yang lebih aman.

Tujuan

Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang berkaitan dengan pemberi
pelayanan kesehatan untuk memastikan tidak ada tindakan yang membahayakan bagi pasien.
Mengingat pentingnya masalah keselamatan pasien yang harus ditangani segera di rumah sakit di
Indonesia maka diperlukan regulasi tentang keselamatan pasien. Mendorong upaya pelayanan
kesehatan yang aman bagi pasien sehingga pasien akan merasa puas bila pelayanan kesehatan
yang diperolehnya sama atau melebihi dari apa yang menjadi harapannya.

Metode

Metode yang digunakan adalah literature review. Literature review ini menganalisis jurnal, text
book, dan ebook yang relevan ataupun sumber informasi lainnya yang memuat informasi
dengan pembahasan langkah-langkah proses keperawatan. Dengan metode ini informasi
pembahasan mengenai proses keperawatan bagi seorang perawat dapat mengupayakan untuk
selalu mengaplikasikan asuhan keperawatan atau proses keperawatan dengan tahap-tahap yang
baik dalam melakukan proses keperawatan.

Hasil

Berdasarkan hasil dari literature didapatkan bahwa kerja sama dari pasien dan keluarga pasien
dengan terlibat aktif dalam perawatan yang dijalani pasien sangat mendukung dalam
meningkatkan mutu keselamatan pasien di rumah sakit. Meningkatnya pemahaman tentang
konsep Patient Safety secara lebih baik dan memahami upaya yang dapat dilakukan tenaga
kesehatan khususnya perawat dalam menurunkan insiden yang tidak perlu. Pasien dan keluarga
pasien dapat berpartisipasi agar tidak terjadinya insiden yang merugikan pada pasien. Perawat
dapat memberikan orientasi dan pendidikan kepada pasien dan keluarganya tentang rutinitas dan
prosedur perawatan kesehatan dan cara mendeteksi serta melaporkan perubahan dalam kondisi
klinis mereka selama menjalani perawatan. Pengetahuan yang diberikan kepada pasien dan
keluarganya dapat mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan yang sedang
dijalankan pasien seperti pasien tidak harus dipaksa menerima pengobatan yang bertentangan
dengan keinginan mereka. Pengetahuan akan melahirkan kepercayaan sehingga pasien dan
keluarganya akan lebih percaya dengan kemampuannya untuk membuat keputusan ketika
diinformasikan dengan baik. Persepsi pasien juga harus diubah oleh perawat dengan cara
menanamkan keyakinan dan pengertian kepada pasien dan keluarganya bahwa mereka memiliki
peran untuk turut serta dalam proses perawatan. Pasien dan keluarga pasien tidak hanya bersifat
pasif dan mengandalkan semua keputusan perawatan berada di tangan perawat. Bila pasien dan
keluarganya dapat mempersepsikan bahwa pasien sangat rentan terhadap terjadinya insiden
keselamatan pasien, maka tentunya mereka akan mau untuk ikut memainkan peranan dalam
mengurangi kerentanan bahaya dan kejadian yang tidak diinginkan oleh pasien. Kerja sama yang
baik dari pasien dan keluarga pasien dalam perawatan pasien juga dapat mengalami
penghambatan. Beberapa faktornya seperti faktor kenyamanan pasien untuk bersifat pasif,
kurangnya pengetahuan atau edukasi yang diberikan perawat, serta banyaknya isu-isu negatif
yang tersebar dikalangan masyarakat juga turut menurunkan partisipasi aktif dari pasien dan
keluarga pasien. Hambatan tersebut dapat di hilangkan yaitu dengan perawat terus memberikan
motivasi dan dukungan, pengertiannya kepada pasien dan keluarga pasien bahwa mereka juga
berperan penting dalam pengambilan keputusan pada perawatan yang pasien jalani untuk
keselamatan pasien. Maka dari itu sangat penting bagi perawat memiliki pengetahuan yang luas
dan memahami kebutuhan kesehatan pasien.
Pembahasan

Rumah Sakit (RS) adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, seperti yang dijelaskan dalam UndangUndang Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 dan Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009 bahwa rumah sakit wajib
melaksanakan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif, dengan
mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit wajib memenuhi hak pasien memperoleh
keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit. (Permenkes RI Nomor
1961/Menkes/2011).

Kemungkinan terjadinya kejadian tidak diharapkan bisa disebabkan oleh berbagai macam hal
yang dilkukan oleh berbagai macam profesi. Contoh kesalahan diagnosis, kejadian kesalahan tes
laboratorium atau XRay, kesalahan pemberian obat (medication error), kesalahan sistem
komunikasi (Cahyono, 2008). Ancaman dan kesalahan ini terjadi di rumah sakit karena terdapat
ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis
tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (Depkes, 2008, p.17).

Keselamatan Pasien (patient safety) merupakan isu global dan nasional bagi rumah sakit,
komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan
komponen kritis dari manajemen mutu (WHO, 2004). Ada lima isu penting yang terkait dengan
keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit, keselamatan
lingkungan (green productivity) dan keselamatan bisnis rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan
tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Harus diakui kegiatan
institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra
perumahsakitan (Depkes, 2008, p.17).
 
Peran keluarga secara aktif dalam menjaga keselamatan pasien di pelayanan kesehatan adalah: 
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.

2. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien maupunkeluarga.

3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.

4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

5. Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit.

6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dalam proses bersama


timkesehatan mengelola pasien.

7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan
dalam pengelolaan suatu kegiatan secara aktif dengan penuh tanggung jawab (Brown et al,
2015). Penelitian yang dilakukan di Australia oleh Chaboyer et al, menyebutkan bahwa keluarga
ikut berpartisipasi dalam pelayanan keperawatan menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi, hal
serupa juga diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Fateel (Fateel and O’neill, 2015).
Insiden Keselamatan Pasien adalah peristiwa dan kondisi yang tidak disengaja yang
mengakibatkan atau berpotensi menyebabkan cedera dapat dicegah pada pasien, Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) yang terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kondisi Potensial Cedera (KPC)2.
Keselamatan pasien adalah prioritas utama dan harus segera dilaksanakan di rumah sakit karena
dapat menyebabkan cedera langsung kepada pasien, juga terkait dengan kualitas dan citra rumah
sakit serta standar pelayanan yang harus dipenuhi oleh rumah sakit itu terkait dengan versi 2012
dari standar akreditasi mengacu pada Joint Commission International (JCI).
Penutup
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Patient Safety atau keselamatan
pasien merupakan isu global yang mempengaruhi negara-negara di semua tingkat pembangunan.
Meskipun perkiraan ukuran permasalahan masih belum pasti, khususnya di negara berkembang
dan negara transisi/konflik, ada kemungkinan bahwa jutaan pasien seluruh dunia menderita
cacat, cedera atau meninggal setiap tahun karena pelayanan kesehatan yang tidak aman. Faktor
yang paling berkontribusi terhadap pelayanan kesehatan yang tidak aman antara lain: sistem,
kondisi, manusia, teknologi, dan faktor lain yang berkonstribusi misalnya; tindakan yang tidak
tepat dan atau kesalahan obat. Dampak dari pelayanan yang tidak aman terhadap faktor
sosioeconomic telah lama di laporkan mencapai angka kerugian dan pemborosan yang sangat
fantastis, dan hal ini tentunya akan dapat ditekan apabila pelayanan kesehatan yang diterima oleh
pasien dapat terjamin keamanannya dan bermutu. Perawat sebagai garda terdepan selama 24 jam
di unit pelayanan kesehatan merupakan salah satu profesi yang memiliki peran cukup besar
dalam menjaga keselamatan pasien.
Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan
dalam pengelolaan suatu kegiatan secara aktif dengan penuh tanggung jawab (Brown et al,
2015). Penelitian yang dilakukan di Australia oleh Chaboyer et al, menyebutkan bahwa keluarga
ikut berpartisipasi dalam pelayanan keperawatan menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi, hal
serupa juga diungkapkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Fateel (Fateel and O’neill, 2015).
Partisipasi mampu mendekatkan keluarga dan pasien. Keluarga sebaiknya dilibatkan berperan
serta dalam perawatan pasien, dengan partisipasi tetap terjalin hubungan dan komunikasi
keluarga serta pasien, sehingga keluarga mampu memberikan dorongan tersendiri bagi pasien
(Ballou and Gerrogiani, 2018; AACN, 2016; Hardin, 2012).

Daftar Pustaka
Harus, B. D. dkk. (2015). Pengetahuan Perawat Tentang Keselamatan Pasien Dengan
Pelaksanaan Prosedur Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) Di Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang. Jurnal Care. Vol. 3(1). 25-32

Herawati,Y. T. (2015). Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X
Kabupaten Jember. Jurnal IKESMA Volume 11(1)
Islami, Kholifatun. Septo, P. A. Daru, L. (2018). Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan
Puskesmas Mangkang, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.6 (4)

Juliansyah, Elvi. Febrian, N. (2019). Faktor Pelayanan Kesehatan, Dukungan Keluarga dan
Masyarakat Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Rabies di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan
Kecamatan Sungai Tebelian Kabupaten Sintang. Jurnal Kesehayan Masyarakat

Makmun, Muhamad. Suhartini. Utami, R.S. (2019). Persepsi Keluarga Terhadap Partisipasi
Keluarga Dalam Merawat Pasien Di Ruang ICU : STUDI KUALITATIF. Jurnal Perawat
Indonesia. Vol. 3(3). 197-200.

Nurhidayah, Irfanita, dkk. (2020). Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga
Stroke Dengan Hemiparese Di RSUD H.A Sulthan Daeng Radja Bulukumba. Jurnal Perawat
Indonesia. Volume 4(2). 29-43

Rivai, F. Indahwaty, S. Ita, K. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Keselamatan Pasien Di
RSUD Ajjappannge Soppeng Tahun 2015. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. Vol. 5(4)

Sari, Hasmila. Fira, Fina. Dukungan Keluarga Dalam Mencegah Kekambuhan Pasien
Skizofrenia Di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Aceh. Idea Nursing Journal. Vol.2(3)

Simamora, R. H. (2019). Buku ajar pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Inspirasi Indonesia.

Utarini, Adi. Hanevi. Djasri. (2012). Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan Kesehatan:
Menuju Kemana?. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol. 15(4). 159-160

Yusuf, Muhammad. (2017). Penerapan Patient Safety Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Zainoel Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol.5(1)

Anda mungkin juga menyukai