Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“MEKANISME KOPING”
MATA KULIAH : KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I
DOSEN PENGAMPU : AKDE TRIYOGA, S.Kep, Ns., MM

Disusun oleh ::
Alma Pusita Eka Putri (01.2.19.00681)
Christina Vika Brisanty (01.2.19.00684)
Esy Widya Kristanti (01.2.19.00686)
Ilham Novarittama Fanicko (01.2.19.00691)
Joenaldo Hartono (01.2.19.00693)
Oviana (01.2.19.00699)
Priskilla Rosalina Eba (01.2.19.00700)
Silvia Juriah Marlena (01.2.19.00705)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA I
TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatNya dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyusun makalah pada mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa I dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dari berbagai informasi di internet dan buku literatur yang
ada serta beberapa bantuan dari pihak lain untuk membantu menyelesaikan makalah
ini. Terwujudnya tugas ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
itu kami selaku kelompok mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak AKDE TRIYOGA, S.Kep, Ns., MM selaku dosen pengampu pada
mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I yang telah memberikan ilmu dan
wawasan dalam menyusun tugas ini.
2. Semua sumber-sumber yang telah membantu kami dalam menyusun makalah
ini.
Kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik dari pembaca sangat kami
harapkan untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak baik itu penulis dan pembacanya.

Kediri, 15 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Mekanisme Koping 3
1. Definisi Koping 3
2. Penggolongan Dari Mekanisme Koping 4
3. Jenis-Jenis Dari Mekanisme Koping 5
4. Sifat Dari Mekanisme Koping 9
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Koping 10
B. Respon Tubuh Terhadap Stres
1. Respon Stress
a. Respon Psikologi Stress 11
b. Reaksi Psikologis Stress 12
2. Respon Fisik 12
3. Respon Psikologi 15
4. Daya Pikir 15
5. Cara Mengendalikan Stress 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Koping merupakan tindakan mengubah kognitif secara konstan dan
usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang
dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki oleh individu.
Terbentuknya mekanisme koping dapat diperoleh melalui proses belajar. Pada
saat seseorang mengalami stress, mereka akan menggunakan koping tertentu
untuk mengatur emosi mereka. Bagi sekelompok manusia, kecepatan
perubahan menyebabkan manusia tidak dapat menggunakan pengalaman
hidupnya sebagai pedoman hidup.
Serta kehilangan kemampuan untuk meramalkan masa depannya
dengan akibat ansietas (kecemasan), disorientasi social dan perubahan
kebudayaan. Semua fenomena ini dapat merupakan dampak poositif maupun
dampak negatif yang terutama dialami oleh sesorang dalam bentuk stressor
kehidupan. Untuk mengatasi stres secara efektif, diperlukan sebuah strategi
koping (penanggulangan). Ada banyak ragam strategi koping tapi tidak
semuanya efektif.
Strategi koping yang efektif dilakukan untuk mendapatkan resolusi
damai, pada kebanyakan kasus, keterampilan koping yang digunakan akan
terlihat ketika individu mndapat masalah namum seiring dengan peningkatan
jumlah stressor kita, strategi koping yang sering digunakan individu gagal
melakukan tugas secara efektif akibatnya secara fisik individu akan merasa
lelah, lumpuh dansecara emosi tidak terkontrol. Semua faktor tersebut
mengakibatkan produksi kerja menurun, banyak orang mendefinisikan koping
efektif sebagai suatu proses mental mangatasi tuntutan yang dianggap sebagai
tantangan terhadap sifat pada diri seseorang.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang akan ada dalam makalah ini, sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari mekanisme koping?

1
2. Apa penggolongan dari mekanisme koping?
3. Apa jenis-jenis dari mekanisme koping?
4. Apa sifat dari mekanisme koping?
5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari mekanisme koping
2. Untuk mengetahui golongan dari mekanisme koping
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari mekanisme koping
4. Untuk mengetahui sifat dari mekanisme koping
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perawat
Memberikan gambaran yang dapat dijadikan perawat sebagai bahan informasi
tentang bagaimana koping untuk menghadapi masalah yang menimbulkan
stress dan informasi tentang tipe koping kognitif ini dapat diberikan sebagai
bahan edukasi kepada pasien sebagai informasi koping untuk menghadapi
masalah yang menimbulkan stress yang dirasakan pasien.
2. Bagi Pendidikan
Dapat menjadi sumber informasi tambahan bagi pendidikan keperawatan
tentang hubungan tipe koping kognitif dengan tingkat stress.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mekanisme koping
1. Definisi Koping
Koping merupakan suatu proses kognitif dan tingkah laku
bertujuan untuk mengurangi perasaan tertekan yang muncul ketika
menghadapi situasi stres (Rubbyana, 2012). Mutoharoh, (2010)
mendefinisikan coping sebagai upaya untuk mengatur, memenuhi
kebutuhan dan mengatasi masalah yang bersifat menantang, mengancam,
membahayakan, merugikan, atau menguntungkan seseorang.
Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang
dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut
menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila
mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi
terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).
Mekanisme koping diartikan sebagai proses atau cara untuk
mengelola dan mengolah tekanan psikis (baik secara eksternal maupun
internal) yang terdiri atas usaha baik tindakan nyata maupun tindakan
dalam bentuk intrapsikis seperti peredaman emosi, pengolahan input
dalam kognitif (Hasan & Rufaidah, 2013). Mekanisme koping juga
didefinisikan sebagai suatu proses tertentu yang disertai dengan suatu
usaha dalam rangka merubah domain kognitif dan atau perilaku secara
konstan untuk mengatur dan mengendalikan tuntutan dan tekanan
eksternal maupun internal yang diprediksi akan dapat membebani dan
melampaui kemampuan dan ketahanan individu bersangkutan
(Rubbyana, 2012). Mekanisme koping melibatkan kemampuan-
kemampuan khas manusia seperti pikiran, perasaan, pemrosesan
informasi, proses belajar, mengingat dan 2 sebagainya. Strategi koping
tujuannya untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan atau tekanan baik
dari dalam maupun dari luar (Hasan & Rufaidah, 2013).
Coping berasal dari kata cope yang bermakna harafiah pengatasan
atau penanggulangan. Istilah coping merupakan istilah jamak dalam

3
psikologi maka penggunaan istilah tersebut dipertahankan dan langsung
diserap ke dalam bahasa Indonesia untuk membantu memahami bahwa
koping tidak sesederhana makna harafiahnya (Rubbyana, 2012). Strategi
koping bukan tindakan yang diambil individu dalam satu waktu namun
lebih tepatnya suatu set dari respon yang terjadi tiap waktu dimana
lingkungan dan individu saling mempengaruhi (Taylor, 2012).

2. Penggolongan mekanisme koping


Penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen,
1995) yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi terintegrasi,
pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah
berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif,
teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
b. Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,
memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi, dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/tidak
makan, bekerja berlebihan, dan lain-lain. Koping yang efektif
menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasaan
baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang
tidak efektif berakhir dengan maladapatif yaitu perilaku yang
menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri
sendiri maupun orang lain atau lingkungan.
McRae dan Costa (dalam Carver, Scheier & Weintraub 1989)
memandang perilaku koping yang demikian merupakan perilaku
yang tidak efektif, diantaranya :
1) Focus and venting of emotion
Berupa kecenderungan untuk memusatkan diri pada
pengalaman yang menekan atau kekecewaan yang dirasakan.
Respon ini terkadang berfungsi bila individu menggunakan masa

4
berkabung untuk mengakomodasi rasa kehilangan dan
selanjutnya melangkah maju. Mencurahkan emosi pada taraf
tertentu dapat membantu individu dalam mengurangi tekanan
yang dirasakan namun jika dilakukan secara berlebihan (terlalu
berlarut-larut) maka akan memperoleh stress itu sendiri. Selain
itu akan menganggu perhatian individu dari usaha koping yang
aktif.
2) Behavior disengagement
Tampil dalam bentuk mengurangi atau berkurangnya
usaha individu dalam mengatasi stressor, bahkan
menyerah/menghentikan usahanya. Perilaku ini mencerminkan
gejala yang dikenal dengan istilah ketidakberdayaan
(helplessness) yang biasanya terjadi pada sebagian besar orang
yang kurang tidak percaya bahwa koping aktif akan berhasil
menyelesaikannya.
3) Mental disengagement
Usaha yang diilakukan individu dengan pengalihan
perhatian dari masalah yang dialami. Jenis koping ini merupakan
variasi dari behavior disengagement, dan terjadi bila kondisi
individu tidak memungkinkan untuk melakukan behavior
disengagement. Dalam bentuk antara lain melamun/menghayal,
tidur, terpaku, menonton TV, dan sebagai cara individu untuk
melarikan diri dari masalah yang dialami.
4) Alcohol-drug disengagement
Individu yang berusaha mengalihkan perhatian dari
masalah dengan menyalahgunakan alkhohol atau obat-obatan
terlarang.

3. Jenis- Jenis Mekanisme Koping


a. Emotion-Focused Coping
Yaitu individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur
emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang

5
akan ditimbulkan. Hasil penelitian membutikan bahwa individu
menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah
yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari.
(Zainun, 2003). Emotion–focused coping cenderung dilakukan
apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah
kondisi yang stressful, yang dilakukan individu adalah mengatur
emosinya. Sebagai Contoh: ketika seseorang yang dicintai meninggal
dunia, dalam situasi ini, orang biasanya mencari dukungan emosi dan
mengalihkan diri atau menyibukkan diri dengan melakukan
pekerjaan-pekerjaan rumah atau kantor.
Dalam emotion-focused coping hal ini dapat di gunakan cara
mekanisme pertahanan ego oriented reaction antara lain:
1) Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya.
Contoh : seseorang tidak pandai matematika, berusaha
menonjolkan keahliannya di bidang seni
2) Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah
paling sederhana dan primitif.
Contoh : seseorang yang baru putus dengan pacarnya berusaha
menghindari pembicaraan mengenai pacar.
3) Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda
lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
Contoh : seseorang yang bertengkar dengan temannya, dirumah
justru marah-marah terhadapadiknya.
4) Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia

6
kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,
perilaku dan selera orang tersebut.
Contoh : seseorang mengidolakan Giring Nidji, maka dia akan
berusaha menirunya.
5) Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil
dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu
kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati
nurani.
Contoh : kekecewaan atas kematian orang yang dicintai
dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendirian
6) Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu
dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
Contoh : seseorang punya masalah, tapi tidak mau memikirkan
masalah tersebut.
7) Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada
orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi
yang tidak dapat ditoleransi.
Contoh : seseorang menyangkal bahwa ia menyukai temannya,
berbalik menuduh bahwa temannya itu berusaha merayunya.
8) Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat
diterima masyarakat untuk menghalalkan/membenarkan impuls,
perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.
Contoh : seorang murid yang mendapat nilai buruk ketika
ditanya orang tuanya justru menyalahkan cara mengajar
gurunya.
9) Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang

7
bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin
lakukan.
Contoh : seseorang yang menyukai teman suaminya akan
memperlakukan teman suaminya dengan kasar
10) Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
Contoh : seseorang yang sudah dewasa, karena ada masalah,
justru menjadi seperti anak kecil kembali.
11) Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau
ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran
seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
Contoh : Melihat temannya meninggal. Perilaku seolah-olah
lupa kejadian tersebut
12) Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan
dalam penyalurannya secara normal.
Contoh : penyaluran impuls agresif ke olah raga atau kegiatan
yang bermanfaat.
13) Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;
pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari
kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada
represi yang berikutnya.
14) Undoing
Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan/ perilaku atau komunikasi sebelumnya;
merupakan mekanisme pertahanan primitif.

8
Contoh : seorang ibu yang menyesal telah memukul anaknya
beralih memperlakukan anaknyapenuh kasih sayang
15) Penyekatan emosional
Mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri menjadi pasif
untuk melindungi diri sendiri dari kesakitan atau kekecewaan
Contoh : tidak berharap kepada seseorang terlalu tinggi
b. Problem-Focused Coping
Problem-Focused Coping adalah suatu usaha untuk
mengurangi stressor, dengan mempelajari cara-cara atau
keterampilan-keterampilan yang baru untuk digunakan mengubah
situasi, keadaan, atau pokok permasalahan. Individu akan cenderung
menggunakan strategi ini apabila dirinya yakin akan dapat mengubah
situasi (Smet, 1994). Setiap hari dalam kehidupan kita secara tidak
langsung problemed-focused coping telah sering digunakan, saat kita
bernegosiasi untuk membeli sesuatu di toko, saat kita membuat
jadwal pelajaran, mengikuti treatment-treatment psikologis, atau
belajar untuk meningkatkan keterampilan. Aspek-aspek problem
focused coping yaitu:
1) Confrontive coping
Melakukan penyelesaian masalah secara konkrit.
2) Planful problem solving
Menganalisis setiap situasi yang menimbulkan masalah serta
berusaha mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang
dihadapi. (Safaria dan Saputra, 2009).

4. Sifat Mekanisme Koping


Dalam buku ajar keperawatan jiwa 2015 sifat mekanisme koping
ada dua yaitu:
a. Mekanisme konstruktif terjadi ketika kecemasan diperlakukan
sebagai sinyal peringatan dan individu menerima sebagai tantangan
untuk menyelesaikan masalah.

9
Contoh : saat kehilangan barang atau benda kita akan
mempringatkan tubuh dengan cara panik. Tetapi meski panik bukan
berarti masalah akan selesai lebih baik mencari jalan keluar dengan
cara mencari
b. Mekanisme koping destruktif menghindari kecemasan tanpa
menyelasaikan konflik.
Contoh : memiliki masalah dengan orang lain bukannya
menyelesaikan masalah tetapi malah menghindar karena tidak mau
menjadi rumit masalahnya

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mekanisme Koping


Menurut Ahyar (2010) ada beberapa faktor yang memengaruhi
strategi koping, yaitu :
a. Kesehatan fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama usaha
mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang
cukup besar.
b. Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan menjadi sumberdaya psikologis yang sangat penting,
seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang
mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan
(helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi koping
tipe problem-solving focused coping.
c. Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan
alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan
pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu
tindakan yang tepat.
d. Keterampilan sosial

10
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai
sosial yang berlaku di masyarakat.
e. Dukungan sosial
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi
dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua,
anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat
sekitarnya.
f. Materi
Meliputi sumber daya berupa uang, barang, atau layanan yang
biasanya dapat dibeli.

C. Respon Tubuh Terhadap Stres


1. Respon Stress
a. Respon Psikologis Stres
Reaksi psikologis terhadap stres dapat meliputi, (Sarafino,
2007) :
1) Kognisi
Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas
kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit
kognitif pada anak-anak. Kognisi juga dapat berpengaruh dalam
stres.
2) Emosi
Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering
menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi stres.
Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi stres dan
pengalaman emosional. Reaksi emosional terhadap stres yaitu
rasa takut, fobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan rasa
marah.
3) Perilaku Sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadap orang lain.
Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif.

11
Bencana alam dapat membuat individu berperilaku lebih
kooperatif, dalam situasi lain, individu dapat mengembangkan
sikap bermusuhan. Stres yang diikuti dengan rasa marah
menyebabkan perilaku sosial negatif cenderung meningkat
sehingga dapat menimbulkan perilaku agresif. Stres juga dapat
mempengaruhi perilaku membantu pada individu.

b. Reaksi Psikologis Terhadap Stres


1) Kecemasan
Respons yang paling umum merupakan tanda bahaya yang
menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang
sukar digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan
dengan istilah kuatir, tegang, prihatin, takut seperti jantung
berdebar-debar, keluar keringan dingin, mulut kering, tekanan
darah tinggi dan susah tidur.
2) Kemarahan dan agresi
Perasaan jengkel sebagai respons terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman. Merupakan reaksi umum lain
terhadap situasi stres yang mungkin dapat menyebabkan agresi.
3) Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat.
Terkadang disertai rasa sedih.

Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau


besarnya stres yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat
menyebabkan kelelahan, beragam masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang
fatal.

2. Respon Fisik
a. Rambut
Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami
perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam.

12
Ubanan (rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula
dengan kerontokan rambut.
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya kalau membaca tidak jelas
karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami
kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c. Telinga 
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d. Ekspresi wajah
Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak
serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum/tertawa.
e. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain
daripada itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar
menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan
mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.
f. Kulit
Pada orang yang mengalami stres reaksi kulit bermacam-macam; pada
kulit dari sebahagian tubuh terasa panas atau dingin atau keringat
berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih
kering. Selain daripada itu perubahan kulit lainnya adalah merupakan
penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal
dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan; juga
sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat (basah).
g. Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu
misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan
pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot
rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga
dada (otototot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang
elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga
ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit

13
asma (asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas
paru - paru juga mengalami spasme.
h. Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat terganggu
faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah
melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang
bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi
(perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga
menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu
sebahagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya
terasa “dingin”.
i. Sistem Pencernaan
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan
pedih; hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan
(hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah
awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada
lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang
bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau
sebaliknya sering diare.
j. Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stres faal perkemihan (air seni) dapat juga
terganggu. Yang sering dikeluhkan orang adalah frekuensi untuk buang air
kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing
manis (diabetes mellitus)
k. Sistem Otot dan tulang
Stres dapat pula menjelma dalam bentuk keluhan-keluhan pada otot dan
tulang (musculoskeletal). Yang bersangkutan sering mengeluh otot terasa
sakit (keju) seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain daripada itu
keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya
rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat
awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
l. Sistem Endokrin

14
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami
stres adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan
bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis
(diabetes mellitus); gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah
gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

3. Respon Psikologis
Faktor-faktor Psikologis dapat mempengaruhi fungsi fisik, faktor-
faktor fisik juga dapat mempengaruhi fungsi mental. Gangguan fisik yang
diyakini disebabkan atau dipengaruhi faktor psikologis pada masa lalu yang
disebut psikosomatis (psychosomatic) atau psikofisiologis. 

4. Daya pikir
Pada orang seseorang yang mengalami stres, kemampuan bepikir dan
mengingat serta konsentrasi menurun. Orang menjadi pelupa dan seringkali
mengeluh sakit kepala pusing.

5. Cara Mengedalikan Stres


Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam meyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai dan
respons terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi individu.
Cara yang dapat dilakukan adalah :
a. Individu
1. Kenali diri sendiri
2. Turunkan kecemasan
3. Tingkatkan harga diri
4. Persiapan diri
5. Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik.
b. Dukungan sosial
1. Pemberian dukungan terhadap peningkatan kemampuan
kognitif.
2. Ciptakan lingkungan keluarga yang sehat.

15
3. Berikan bimbingan mental dan spiritual untuk individu tersebut
dari keluarga.
4. Berikan bimbingan khusus untuk individu.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi
atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon
tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme koping ini
berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban
tersebut. Mekanisme koping diartikan sebagai proses atau cara untuk
mengelola dan mengolah tekanan psikis (baik secara eksternal maupun
internal) yang terdiri atas usaha baik tindakan nyata maupun tindakan dalam
bentuk intrapsikis seperti peredaman emosi, pengolahan input dalam kognitif.
Mekanisme koping juga didefinisikan sebagai suatu proses tertentu yang
disertai dengan suatu usaha dalam rangka merubah domain kognitif dan atau
perilaku secara konstan untuk mengatur dan mengendalikan tuntutan dan
tekanan eksternal maupun internal yang diprediksi akan dapat membebani
dan melampaui kemampuan dan ketahanan individu bersangkutan. Strategi
koping bukan tindakan yang diambil individu dalam satu waktu namun lebih
tepatnya suatu set dari respon yang terjadi tiap waktu dimana lingkungan dan
individu saling mempengaruhi.

B. Saran
Setiap pembaca dapat memilih dan menggunakan mekanisme koping
yang baik dalam menyelesaikan masalahnya. Selain itu agar dapat
meningkatkan mekanisme koping yang baik serta bisa memberikan dampak
yang baik bagi orang disekitarnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/19be
8513fd0672db9b4f3bf09ce23c52.pdf&ved=2ahUKEwjVxu-
ky7PvAhXIfX0KHTFbAU8QFjAEegQIExAC&usg=AOvVaw1vtoBtkXxG_B9U
X_2EyxAP diakses pada tanggal 15 Maret 2021

https://123dok.com/document/qm80807z-bab-tinjauan-pustaka-mekanisme-
koping-pengertian-dian-setyaningsih.html diakses pada tanggal 15 Maret 2021

https://www.academia.edu/37480761/MAKALAH_STRES_DAN_ADAPTASI
diakses pada tanggal 15 Maret 2021

18

Anda mungkin juga menyukai